Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam bidang kesehatan. Secara
keseluruhan, transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan
masif, pasien anemia berat, pasien yang hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan
kelainan darah bawaan dan sebagainya. Transfusi darah menyelamatkan nyawa dan
meningkatkan kualitas kesehatan (WHO, 2016).

Kebutuhan darah semakin meningkat di dunia ini dimana 1 pasien dari 7 pasien yang
masuk rumah sakit memerlukan transfusi darah. Tujuan transfusi darah antara lain untuk
mengembalikan volume darah normal, mengganti kekurangan komponen darah, dan
meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis. Dasar indikasi penggunaan komponen darah
selain efisien, ekonomis, juga untuk memperkecil reaksi tranfusi (Sudarmanto dkk, 2005).

Mengingat fungsinya sangat strategis sudah selayaknya transfusi darah dilakukan


dengan hati-hati dan selalu mempertimbangan efek samping dan manfaatnya. Diketahui
bahwa transfusi darah sering menimbulkan hal-hal yang merugikan karena efek-sampingnya
seperti reaksi hemolitik, demam, reaksi alergi, transfusion-related acute lung injury (TRALI),
transmisi penyakit menular, maupun penyebaran kanker. Oleh sebab itu indikasi transfusi
darah alogenik sudah selayaknya diperketat dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
(Morley, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tranfusi darah adalah salah satu terapi penunjang yang penting tidak hanya untuk
kelainan di bidang hematologi namun juga pada kasus nonhematologi seperti sepsis,
persiapan pre-operatif maupun penyakit lain (Sudarmanto dkk, 2005).

2.2 Komponen Darah


- Volume darah yang beredar dalam keadaan normal sekitar 8% dari berat badan (5600
ml dgn BB 70 kg)
- 55% dari volume tersebut adalah plasma darah.
Darah tersusun dari : 1. Komponen korpuskuler atau seluler, 2. Komponen cairan.
Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri
dari sel darah merah, sel darah putih dan keeping trombosit, yang dihasilkan dari sel induk
yang senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup
terbatas dan akan mati jika masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati,
maka secara berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti,
diperbarui dengan sel sejenis yang baru. Komponen cair yang juga disebut plasma,
menempati lebih dari 50 volume % organ darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%)
adalah air, bagian kecilnya terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang
penting diantaranya adalah albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor
pembekuan dan untuk fibrinolisis.

2.3 Indikasi Transfusi Darah


Secara garis besar Indikasi Tranfusi darah adalah :
a. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah
yang normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau
luka bakar luas.
b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya
pada anemia, trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.
Keadaan yang memerlukan Tranfusi darah :
a. Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah
turun hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada fase
yang membahayakan dan tranfusi harus dilakukan secara hati-hati.
b. Anemia haemolitik, biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat
mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5g/dL. Hal ini
dipertimbangkan untuk menghindari terlalu seringnya tranfusi darah
dilakukan.
c. Anemia aplastik
d. Leukimia dan anemia refrekter
e. Anemia karena sepsis

2.4 Tujuan Transfusi Darah

2.5 Jenis Transfusi Darah


Untuk kepentingan tranfusi, tersedia berbagai produk darah, seperti yang tercantum dalam
table 2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik darah dan komponen-komponen darah

Anda mungkin juga menyukai