Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori Tentang Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang dibangun untuk
mencegah keruntuhan tanah curam atau lereng yang dibangun ditempat dimana
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng itu sendiri dan dipengaruhi oleh
kondisi gambaran fotografi tempat itu.
Dinding penahan tanah merupakan struktur yang umumnya digunakan
dalam banyak kontruksi bangunaan. Jenis-jenis dinding penahan tanah yang
umum digunakan dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu:
a. Dinding penahan tanah grivitasi (gravity retaining walls)
b. Dinding penahan tanah semi gravitasi (semi gravity retaining walls)
c. Dinding penahan yang kantilever (kantilever retaining walls)
d. Dinding penahan tanah cuonterfort (counterfort retaining walls)

1.a. Dinding Penahan Tanah Gravitasi (Gravity Retaining Walls)


Dinding penahan tanah gravitasi tersebut dari beton biasa atau pasangan
batu. Dinding ini mengandalkan beratnya sendiri dan tanah yang berada pada
pasangan batu untuk ketahanan terhadap tekanan tanah. Bentuknya sederhana
dan pelaksanannya mudah. Jenis dinding ini sering digunakan bila dibutuhkan
konstruksi panahan yang tidak terlalu tinggi.

Beton atau
Pasangan Batu

Gambar I.1 Dinding Penahan Tanah Gravitasi (Gravity Retaining Walls)


2.b. Dinding Penahan Tanah Semi Gravitasi (Semi Gravity Retaining Walls)
Sifat dinding gravitasi antara lain:
a. Digunakan sejumlah kecil baja tulangan untuk pembangunan dinding
penahan gravitasi ini, yang akan mengurangi ukuran penampang dinding
b. Mendapatkan kemantapan dengan dindingnya sendiri, tetapi dalam jenis
ini batangan tulangan disusun karena adanya tegangan tarik pada bahan
di dinding

Rein forcemen

Gambar I.2 Dinding Penahan Tanah Semi Gravitasi (Semi Gravity


Retaining Walls)
3.c. Dinding Penahan Tanah Kantilever (Kantilever Retaining Walls)
Dinding panahan terdiri dari kantilever terbuat dari beton bertulang
yang terdiri atas pondasi tipis dan sebuah pelat dasar. Jenis dinding ini
ekonomis bila digunakan untuk tembok yang tingginya lebih dari 8 meter.

Gambar I.3 Dinding Penahan Tanah Kantilever (Kantilever Retaining Walls)


4.d. Dinding Penahan Tanah Counterfort (Counterfort Retaining Walls)
Dinding jenis ini sama dengan panahan kantilever, akan tetapi pada
jarak tertentu diberi pelat beton vertikal yang tipis. Dinding ini berfungsi
untuk mengurangi geser momen yang terjadi.

Counterfort

Gambar I.4 Dinding Penahan Tanah Counterfort (Counterfort Retaining Walls)


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dinding panahan
tanah adalah sebagai berikut:
1. Beban yang akan didukung oleh dinding panahan terdiri dari:
a. Berat sendiri dinding panahan serta berat tanah pada bagian atas
pelat lantai
b. Tekanan tanah, baik tekanan tanah aktif maupun pasif yaitu tekanan
tanah yang dalam keadaan batas dimana tanah isian dibagian
belakang akan mulai runtuh mengelincir karena berat sendiri
c. Beban pembebanan, bila permukaan tanah di belakang dinding
digunakan untuk jalan raya, maka pembebanan harus dimasukkan
dalam perhitungan
d. Beban-beban lain, seperti daya apung dan tekanan yang harus
dimasukkan dalam perhitungan
2. Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Untuk memeriksa stabilitas dinding penahan dilakukan dengan
perhitungan terhadap:
a. Stabilitas terhadap guling (overturning)
b. Stabilitas terhadap geser (sliding)
c. Stabilitas terhadap daya dukung (bearing capacity)
d. Stabilitas seluruh sistem termasuk penanggulangan atau pengisian
pada bagian belakang dan tanah pondasi sebagai satu kesatuan
Dalam melaksanakan perencanan dinding penahan tanah langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memperkirakan ukuran atau dimensi dinding penahan tanah
2. Mencari besarnya tanah, baik secaar analisis, maupun grafis sesuai
dengan tipe dinding panahan tanah yaitu Coloumb atau Rankine
3. Lebar dasar dinding penahan tanah harus cukup memobilisasi daya
dukung tanahnya dimana tekanan yang terjadi bekerja akibat konstruksi
dan gaya lain tidak melebihi daya dukung yang diizinkan
4. Perhitungan kekuatan struktur dari kontruksi dinding panahan tanah,
dilakukan pemeriksaan terhadap tegangan geser dan tekanan dari
struktur dinding panahan tanah
5. Dinding penahan tanah harus aman terhadap stabilitas guling
(overturning)
6. Dinding penahan tanah harus aman terhadap stabilitas geser (sliding)
7. Menentukan lokasi penempatan dinding penahan tersebut:
Dinding penahan harus terletak pada suatu daerah dimana stabilitas
dari kemiringan lerengnya memenuhi nilai faktor keamanan (Factor of
Safety) atau FS tertentu, yaitu:
- Fs > 1,5 untuk pelebaran tetap
- Fs > 1,3 untuk pembebanan sementara
B. Teori Perencanaan Stabilitas dan Kekuatan Struktur Dinding Penahan
Tanah

a. Teori Rankine
Gambar di samping
menunjukkan gaya-
gaya yang bekerja pada
dinding penahan
kantilever. W2 W1
Bedasarkan gambar:
Pr = Pa sin 0
Pp
W3
Pr = Pa cos 0

Keterangan: W4

Pa: tekanan tanah aktif


Pp: tekanan tanah pasif Gambar I.8 Teori Rankine
Jadi, Wtotal termasuk berat tanah diatas kaki tapak (toe) dan ujung kaki tapak
(heel) dari dinding penahan tanah.

b. Teori Coulomb
Mencari titik tangkap resultan gaya.
Pada tahap pekerjaan ini. Pp dianggap = 0

Rv . x = w . x1 + Pv . x2 + Ph . z
w . x1  Pv . x 2  Ph . z
x =
w  Pv
ΣM
=
ΣV
Pv Pa
W
a
Ph
Ph
R
Pv Z
Pp

W
No X1 X2
b/2 b/2

dimana: M = Jumlah momen


V = Total gaya vertikal
Gaya Rv (V) bekerja  dasar = 90°.
Diagram tegangan yang mungkin adalah:
C B

b/3 b/3 b/3 f2 b/3 b/3 b/3 f2

f1 f1

2 Rv
f 
Gb. a b Gb. b

Keterangan:
b
Gambar a : Menunjukkan resultan gaya R pada titik berjamak e < g

menimbulkan teganagn V pada kedua ujung dasar dinding


b
Gambar b : Menunjukkan gaya R bekerja pada titik berjarak e = masih
g
2 × Rv
menimbulkan diagram tegangan tekan: F1 = ; F2 = 0
b
b
Apabila e > g, maka tegangan titik terhadap di B, kita ketahui tanah pada

umumunya hanya bertahap terhadap tekan, maka tegangan akan didistribusikan


kembali sepanjang 3 bi, dimana bi adalah dari jarak titik bekerjanya R ketika di
ujung C.
2 × Rv b 2 × Rv
F1 = 3 × b ; dimana b1 2 – e, maka F1 = b
1 3 × ( −e)
2

Tegangan pada ujung-ujung dasar dinding penahan tanah diberikan sebagai


berikut:

Rv Rv
F1 = (1+be/b) F1 = (1-be/b)
b b

Keterangan : b = lebar dasar


E = eksentrisitas / jarak dari tengah-tengan dasar keempat
gaya bekerja

e = b/2 - x

 Pemeriksaan Terhadap Stabilitias Guling (Over Turning Stability)


Disini tekanan tanah pasif (Pp) dianggap = 0 < Pp = 0 >
Ambil ΣM pada ujung tumit (toe) dinding = ΣMR
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
Dimana Fs ( Cover turning) =
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛

Σ𝑀𝑅
Fs (Over turning) = ≥ 1,5 ~ 2
Σ𝑀𝑜
 Kontrol Terhadap Stabilitas Geser / Gelincir (Sliding Stability)
Σv tan(𝐾1 𝜃1 )+𝑏 𝑥 𝑘2 𝑥 𝐶2 +𝑃𝑝
Fs ( sliding) = ≥ 1,5
𝑃𝑎 cos 𝛼

Dimana : 𝐾1 = 𝐾2 = 2/3
Pp = ½ . Kp . 𝐽2 . 𝐷2 + 2 . 𝐶2 . D . √𝐾𝑝
- Kontrol terhadap daya dukung (bearing capacity)
𝑞𝑣
Fs (bearing capacity) = 𝑞𝑚𝑎𝑥 ≥ 3,0
Σ𝑉
Dimana : 𝑞𝑚𝑎𝑥/𝑚𝑖𝑛 = 𝑞 ( 1 ± be / B)
𝑚𝑎𝑥

𝑞𝑣 = 𝑐2 . 𝑁𝑐 . 𝐹𝑐𝑑 . 𝐹𝑎 + q . 𝑁𝑞 . 𝐹𝑞𝑑 . 𝐹𝑞𝑖 + ½ . 𝛾2 . 𝑁𝛾 . 𝐹𝛾𝑑 . 𝐹𝛾1 . B’


Rumus rumus yang berkaitan dengan q di atas

(𝑞𝑢𝑙𝑡 Dan 𝑞𝑚𝑎𝑥 ) :


Σ𝑀𝑅− Σ𝑀𝑜
e = B/2 -
Σ𝑉
q = 𝛾2 . D
B’ = B – 2e
𝐹𝑐𝑑 = 1 + 0,4 D/B’
𝐹𝑞𝑑 = 1 + 2 tan 𝜃2 ( 1 – sin 𝜃2 )2 D/B’
𝐹𝛾𝑑 = 1
(𝑃𝑎 cos 𝛼 )
𝐹𝑐𝑖 = 𝐹𝑞𝑖 = ( 1 – w/900)2 ; dimana w = tan-1 Σ𝑉

𝑁𝑐 , 𝑁𝑞 , 𝑁Υ merupakan factor-faktor daya dukung yang tergantung pada


besar 𝜙2
 Pemeriksaan Terhadap Kekuatan Konstruksi (Gaya-gaya Eksternal)
Konstruksi dianggap sebagai satu kesatuan untuk melawan gaya-gaya yang
bekerja.
Tinjauan stabilitas eksternal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Stabilitas Guling (Overturning)
Tinjauan yang dilakukan terutama terhadap stabilitas terhadap
guling dimana konstruksi akan terguling bila tidak mampu melawan
momen yang bekerja. Akibat gaya-gaya yang bekerja, konstruksi akan
terguling dan berputar melalui sebuah titik putar (dalam gambar yaitu
pada titik C).
2. Stabilitas Geser (Sliding)
Perlu ditinjau karena konstruksi akan didorong oleh gaya
perlawanan horizontal yang bekerja. Kemampuan untuk menahan
gaya horizontal sangat tergantung oleh gaya yang terjadi pada bidang
kontak antara konstruksi tersebut dengan tanah dasar pondasi. Juga
untuk memperbesar perlawanan geser, dengan memanfaatkan tekanan
tanah pasif.
Gaya aktif tanah (Pa) selain menimbulkan terjadinya momen, juga
menimbulkan gaya dorong sehingga dinding akan bergeser. Bila
dinding penahan tanah dalam keadaan stabil, maka gaya-gaya yg
bekerja dalam keadaan seimbang. Perlawanan terhadap gaya dorong
ini terjadi pada bidang kontak antara dasar dinding penahan tanah
dengan tanah dasar pondasi.
3. Daya Dukung Tanah yang Diizinkan Dilampaui (Bearing Capacity
Failure)
Bilamana daya dukung tanah yang terjadi pada tanah dasar fondasi
melampaui daya dukung izin, sehingga konstruksi akan terperosok dan
terjadi keruntuhan. Besarnya daya dukung tanah izin berbeda-beda
tergantung jenis tanah dasar fondasi yang dapat berupa tanah lempung,
pasir, atau campuran lempung pasir, dan jenis tanah keras berupa tanah
cadas, batu, dan lain-lain. Maka, cara menganalisisnya pun tergantung
pada jenis tanah.
4. Stabilitas Secara Global (Overall Stability)
Model keruntuhan lain yang juga harus diperiksa adalah keruntuhan
secara global. Ada dua tipe yang mungkin terjadi, yaitu:
- Keruntuhan geser dangkal (Shallow shear failure)
- Keruntuhan geser dalam (Deep shear failure)
Analisis stabilitas dilakukan dengan menggunakan Teori Stabilitas
Lereng.
 Penulangan Dinding dan Pelat Dasar pada Dinding Penahan Tanah
Beban total dan momen total di:
- Dinding tegak (Steam)
- Pelat dasar belakang (Heel)
- Pelat dasar muka (Toe)
untuk menentukan penulangan utama dan penulangan terhadap geser.

Penulangan dinding penahan tanah dihitung berdasarkan mutu beton dan mutu
baja yang digunakan:
- Beton
Berdasarkan SNI-03-2847-2002, beton yang yang digunakan untuk dinding
penahan tanah kuat tekannya harus tidak boleh kurang dari 17,5 Mpa dan
harus memenuhi tegangan izin berikut:
1. Tegangan izin desak/tekan : 0,45 fc’
2. Tegangan izin tarik : 0,5√𝑓𝑐′
1
3. Tegangan izin geser : 11 √𝑓𝑐′

- Baja
Berdasarkan SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja adalah sebagai berikut:
-Tahapan Perhitungan
M = Ph * zR
Mu = 1.4 * M
Mn perlu = Mu / f

PENULANGAN UTAMA
Mn fy
Rn  m '
2
bw .d 0,85. f c

1,40 1 2.m.Rn 
 min     1  1  
fy m  f y 

As = ρ. bw . D  rencanakan dimensi tulangan dan jumlahnya

PENULANGAN TERHADAP GESER


Gaya lintang maksimum (Vu) = 1,40 * Ph
1
Vc  * f c' * bw * d
6

Vu > ½ * f * Vc  diperlukan tulangan geser


Asumsikan dimensi tulangan sengkang sehingga didapat luasnya (Av)
Kemudian hitung jarak antar sengkang, dimana jarak maksimum sengkang:
Smaks = d/2

Av b Av * 3 * f y
 w S
S 3* f y bw
 Drainase
Sistem ini sangat penting bagi dinding penahan tanah, antara lain untuk:
 Untuk mengalirkan air tanah ke belakang dinding terutama selama
musim hujan
 Untuk memperoleh sifat tanah
Tanpa drainase yang efektif, air tanah akan bertambah banyak di belakang
tembok akibat air hujan. Akibatnya ada penambahan tekanan pada tembok di
samping tekanan tanah aktif, sebaliknya pada musim kemarau terjadi banyak
penguapan air tanah hingga sifat tanah berubah.
Adapun jenis sistem drainase pada dinding penahan tanah yaitu, antara lain:
a. Drainase dasar (Bottom drain)

b. Drainase punggung (Back drain)

c. Drainase inklinasi (Inclined drain)


d. Drainase horisontal (Horizontal drain)

C. Teori Tekanan Tanah Lateral


Tekanan tanah lateral sebuah parameter perencanaan yang paling penting
di dalam sejumlah persoalan teknik pondasi.
Tekanan tanah dalam istilah yang sangat luas adalah tekanan atau gaya
resultan yang dihasilkan oleh tanah terhadap struktur atau yang bekerja dekat
permukaan atau oleh suatu massa tanah.
 Tekanan tanah diam (kg)
Apabila tembok pada Gambar II.12, tidak diperkenankan untuk bergerak
baik masuk maupun keluar massa tanah; (regangan horizontal = 0) dapat
kita lihat tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) tekanan lateral pada
keadaan-keadaan adalah:
dimana: h = Ko . v + u
Ko = Koef. Tekanan tanah diam
u = Tekanan air pori
P1
P0

Ph
δv γ
e
Ǿ Z

Z
δh
Co

Gambar II.12 Tekanan Tanah Diam (At Rest)


Perbandingan tekanan arah horizontal dan vertikal dinamakan koefesien
tekanan tanah diam (Ko):
h h h
K0 = K0 = 
v v 
Penentuan K0 di lapangan dengan mengukur h hampir tidak mungkin
dilakukan, karena selamanya akan hilang apabila lubang digali sepanjang
elemen tersebut.
Dalam banyak kasus K0 < 1, tetapi biasanya sebagai berikut:
K0 < 1 : untuk tanah berkonsilidasi normal
K0 > 1 : untuk tanah berkonsolidasi berlebihan
 Beberapa pendekatan yang pernah dilakukan untuk mengetahui nilai K0,
seperti:
1. Jaki (1948) dan Brooker & Ireland (1965)
K0 =1 - sin 
Dimana, untuk tanah kohesif dan non kohesif yang berkonsilidasi
secara normal, juga pada tanah berbutir M =1.
Keterangan :  = sudut geser efektif
Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi berlebihan (arc > 2) m = 0,95,
sehingga k0 = 0.95 - sin 
2. Brooker dan Ireland (1965)
Hubungan antara k0 dan Ip untuk lempung normally consolidation:
K0 = 0,40 + 0,007 (Ip) = 0,0 sampai dengan 40
K0 = 0,64 + 0.001 (ip) untuk Ip= 40 sampai dengan 80
3. Alpon (1967)
Hubungan antara Ko dan Ip untuk lempung normaly consolidation:
K0 = 0,19+ 0,223 log (Ip)
4. Sherf dan ishigasi (1981)
Hubungan antara K0 dan ll dengan menggunakan faktor  dan 
K0 =  +  (OCR – 1)
 = 0,54 + 0,0044 (ll – 20)
 = 1,0 untuk ll > 10%
5. Sherif, Fang dan Sherif (1981)
Menggunakan suatu rumusan dalam memperkirakan k0

   
K0 = (1 – sin ) =  d   1 (3,5)
  d min  
Keterangan:  d = berat isi pasir

 d min = berat isi pasir minuman

D. Tekanan Tanah
a. Tekanan Tanah Aktif
Teori tekanan tanah literal, Rankine, dikemukakan pertama kali
hanya diterapkan pada tanah non kohesif yang seragam, dengan asumsi
sebagai beriktut:
 Massa tanah adalah semi tak terbatas, homogen kering, dan non kohesif
 Permukaan tanah adalah sebuah dinding yang berbentuk datar ataupun
berinklinasi
 Belakang tembok adalah tegas dan lurus, dengan kata lain dimana tidak
terjadi tegangan geser antara tembok dan tanah serta hubungan
tegangan setiap elemen yang berdekatan denagn tembok adalah sama
dengan yang jauh dari tembok
∆X
450+Φ/2 450+Φ/2
Tembok
menjauhi gedung Z
γ
(ΔX)
σ0 e
Ǿ
σ'
Tekanan pada Z
berapap un akan
menurun
Shear Stress

S = C + σ tanθ
c
b
a

Normal
ά σa σb σc Stress

H -
=
σo.
2c.
ko
Tekanan atau tegangan aktif yang terjadi adalah:

σa  σr . ka  2c kp
ka = tan2 (450 - /2)
Distribusi tekanan tersebut menunjukkan bahwa z = 0, tekanan aktif adalah

Ta = -2c ka , hal ini menunjukkan sebagai tekanan tarik. Tekanan tarik


zc
menurun terhadap kedalam dan menjadi nol pada z = zc atau zc = ;
γ ka
sehingga besarnya gaya aktif persatuan panjang tembok adalah:

Ra = ½ H 
γ
2c 

 γ . ka H  2c ka 
 ka 
Gambar II.13 Diagram Tegangan Gaya Untuk Tekanan Aktif

a. Tekanan Tanah Pasif


Gambar dibawah menunjukkan sebuah tembok vertikal tanpa
gerakan dengan urugan horizontal, pada kedalaman z, tegangan vertikal
pada elemen tanah v = z, sebenarnya apabila tembok tidak bergerak sama
sekali, tekanan lateral pada kedalaman z adalah h = k0 - v.

450+Φ/2
Z
γ
e
Ǿ

Shear Stres

S = C + σ tanθ
c
b
k
a
Normal
σh = koσo σo σh - σp Stress
Apabila tembok tersebut terdorong 4 kali, maka vertikal pada
kedalaman akan tetap sama tetapi tegangan horozontal meningkat, apabila
tembok brgerak lebih jauh lagi kedalaman, tagangan pada kedalaman akan
mencaapi batas yang ditunjukkan oleh lingkaran Mohr. Kondisi ini akan
mencapai keruntuhan Mohr Coulomb, sehingga akan menyebabkan tanah
di belakang tembok akan runtuh akibat terdorong ke atas. Tegangan
horizontal pada titik ini dinyatakan sebagai tegangan Rankine, atau h =
0, dimana

p = v .kp + 2c kp


kp = tan2 450  
2

Sehingga besarnya resultan pasif persatuan panjang tembok adalah:

kp = ½ . kp . H2 + 2c .H . kp

b. Tekanan Tanah Akibat Beban Luar


Pada beberapa kasus, teori elastisitas digunakan untuk menentukan
tekanan tanah lateral pada tembok panahan yang disebabkan sebaagi jenis
beban luar, seperti beban titik, beban garis, dan beban luasan (strip).

X=m-h R ΔH Q

Σ1
Z=n-h σB γ
H Z=b-h

a. tekanan lateral akibat beban titik b. tekanan lateral akibat beban grafis

a/Z

Z
H
ά
P

X
Daya Dukung Tanah Vesic (1973)
Berikut merupakan faktor bentuk (shape), faktor kedalaman (depth),
faktor inklinasi (inclination), dan faktor tanah atau alas pada lereng (ground)
untuk persamaan daya dukung Vesic.
Faktor Nilai Kondisi
𝑁𝑞 𝐵′ - Tipe pondasi persegi
- 𝜁𝑠𝑐 = 1 + 𝑁 . 𝐿′
𝑐 - Tipe pondasi persegi
𝑁𝑞
- 𝜁𝑠𝑐 = 1 + 𝑁 dan lingkaran
𝑐
- Tipe pondasi jalur
- 𝜁𝑠𝑐 = 1
𝐵 - Tipe pondasi persegi
- 𝜁𝑠𝑞 = 1 + 𝐿 . tan ∅
Bentuk - Tipe pondasi persegi
- 𝜁𝑠𝑞 = 1 + tan ∅
dan lingkaran
- 𝜁𝑠𝑞 = 1 - Tipe pondasi jalur
𝐵 - Tipe pondasi persegi
- 𝜁𝑠𝛾 = 1 − 0,4. 𝐿
- Tipe pondasi persegi
- 𝜁𝑠𝛾 = 0,6
dan lingkaran
- 𝜁𝑠𝛾 = 1 - Tipe pondasi jalur
- 𝜁𝑑𝑐 = 1 + 0,4𝑘 - Ø > 0º
- 𝜁𝑑𝑐 = 0,4𝑘 - Ø = 0º
k = D/B untuk C/B ≤1
k = tan-1 (D/B) untuk D/B >1 ;
Kedalaman k dalam rad
(depth) - 𝜁𝑑𝑐 = 1
𝜁𝑑𝑞 = 1 + 2 tan ∅ (1 Untuk semua Ø
2
− sin Ø) 𝑘
𝜁𝑠𝛾 = 1 Untuk semua Ø
𝐻 2 Ø > 0º
𝜁𝑖𝑞 = (1 − ) 𝛴𝑉
Inklinasi 𝐻 2 Ø > 0º
𝜁𝑖𝛾 = (1 − )
(inclination) 𝛴𝑉
1−𝜁𝑖𝑞 Ø > 0º
𝜁𝑖𝑐 = 𝜁𝑖𝑞 − 𝑁
𝑞 −1
𝑖𝑞 1−𝜁 - Ø > 0º
- 𝜁𝑔𝑐 = 𝜁𝑖𝑞 − 5,14 𝑡𝑎𝑛
Tanah atau ∅ - Ø = 0º
𝛽
alas pada - 𝜁𝑔𝑐 = 5,14 ; β dalam radian
lereng
𝜁𝑔𝑞 = (1 − tan 𝛽)2 Untuk semua Ø
(ground)
𝜁𝑔𝛾 = (1 − tan 𝛽)2 Untuk semua Ø
Faktor-faktor daya dukung Vesic:
Ø
Nc Nq Nγ
(º)
0 5,14 1 0
5 6,49 1,6 0,4
10 8,34 2,5 1,2
15 10.97 3,9 2,6
20 14,83 6,4 5,4
25 20,71 10,7 10,9
26 22,25 11,8 12,5
28 25,79 14,7 16,7
30 30,13 18,4 22,4
32 35,47 23,2 30,2
34 42,14 29,4 41
36 50,55 37,7 56,2
38 61,31 48,9 77,9
40 75,25 64,1 109,3
45 133,73 134,7 271,3
50 266,50 318,5 761,3

Sehingga didapat:

Qult = (c. Nc . ζsc . ζdc . ζic . ζgc ) + (q. Nq . ζsq . ζdq . ζiq . ζgq ) + (0,5. γ′ . Nγ . ζsγ . ζdγ . ζiγ . ζgγ )

Anda mungkin juga menyukai