Anda di halaman 1dari 81

ANALISA PERBEDAAN BIAYA RIIL RUMAH SAKIT

DENGAN TARIF INA-CBG’s 3.1 UNTUK KASUS


PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESARIA PADA
PASIEN JAMKESMAS DI RSUD TUGUREJO
SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2013

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan
Manajemen Informasi Kesehatan

Oleh :
DHEA RIADHIANNY SUCI KUSUMANINGTYAS
D11.2011.01375

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2013
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan

saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga

pendidikan lainnya. Pengetahuan dan referensi yang diperoleh dari hasil

penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan

dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, September 2013

Dhea Riadhianny Suci Kusumaningtyas


HALAMAN HAK CIPTA

©2013

Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Penulis


HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISA PERBEDAAN BIAYA RIIL RUMAH SAKIT DENGAN TARIF INA-CBG’s


3.1 UNTUK KASUS PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESARIA PADA
PASIEN JAMKESMAS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN
2013

Disusun oleh :
DHEA RIADHIANNY SUCI KUSUMANINGTYAS
D11.2011.01375

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Semarang, September 2013

Tim Penguji

Ketua : Eti Rimawati, M.Kes (..................................)

Penguji I : Kriswiharsi Kun Saptorini, M.Kes (..................................)

Penguji II : dr. Lily Kresnowati, M.Kes (..................................)

Penguji III : Dyah Ernawati, S.Kep,NS, M.Kes (……………………….)

Mengetahui :

Dekan fakultas Kesehatan

(Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes)


HALAMAN PERSEMBAHAN

This “Skripsi” is dedicated:

-To my One and Only, ALLAH SWT

-To my super Mom and my super Dad

-To my Lovely Husband “Sukma” and my Princess “Calluella”

-To all my friends in MIK 2011

RIWAYAT HIDUP

Nama : Dhea Riadhianny Suci Kusumaningtyas

Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 28 Maret 1990

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya no 579, Giriharto Rt 03/04 Kebonjeruk,

Ampel, Boyolali

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 1 Ampel, tahun 1996 – 2002


2. SMP Negeri 1 Boyolali, tahun 2002 – 2005
3. SMA Negeri 1 Salatiga, tahun 2005 – 2008
4. Universitas Dian Nuswantoro Semarang Fakultas Kesehatan Program Studi
DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan tahun 2008 – 2011
5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian
Nuswantoro Semarang tahun 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan cinta dan kasih

sayang untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Berkat rahmat dan ijin-Nya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisa Perbedaan Biaya Riil

Rumah Sakit Dengan Tarif INA-CBG’s 3.1 Untuk Kasus Persalinan Dengan

Sectio Caesaria Pada Pasien Jamkesmas Di RSUD Tugurejo Semarang

Triwulan I Tahun 2013”.

Skripsi ini tidak bisa tersusun tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada Ibu dr.Lily Kresnowati, M.Kes dan Ibu Dyah Ernawati, S.Kep,NS,M.Kes

selaku pembimbing atas segala bimbingan, nasehat, ,masukan dan sarannya

dalam menghadapi keterbatasan penulis . Tak lupa penulis juga mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian

Nuswantoro Semarang,

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, MKes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Dian Nuswantoro Semarang,

3. Semua dosen pengajar dan staf Fakultas Kesehatan Universitas Dian

Nuswantoro yang telah membantu penyusunan skripsi ini,

4. dr. Endang Agustinar, M.Kes selaku direktur RSUD Tugurejo Semarang

5. Roni Rohman, Amd.PK, selaku Kepala Instalasi Rekam Medis dan

pembimbing lapangan di RSUD Tugurejo Semarang

6. Rekan-rekan kerja di Instalasi Rekam Medis serta rekan Klaim RSUD

Tugurejo Semarang yang telah membantu memberikan petunjuk dan saran

dalam penyusunan skripsi ini,

7. Rekan-rekan seperjuangan kelas transfer S1 Fakultas Kesehatan

peminatan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) Universitas Dian

Nuswantoro Semarang angkatan 2011 atas dukungannya,


8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan senang

hati penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca semuanya.

Semarang, September 2013

Penulis

Program studi S1 Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
2013

ABSTRAK

DHEA RIADHIANNY SUCI KUSUMANINGTYAS


ANALISA PERBEDAAN BIAYA RIIL RUMAH SAKIT DENGAN TARIF INA-CBG’s
3.1 UNTUK KASUS PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESARIA PADA
PASIEN JAMKESMAS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN
2013
XV + 68 HAL + 5 TABEL + 2 GAMBAR + 4 DIAGRAM + 8 LAMPIRAN

Case Base Groups (CBG’s) adalah cara pembayaran perawatan pasien


berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah
Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang
dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lain untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan
Persalinan yang termasuk dalam Jamkesmas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan biaya perawatan di rumah sakit dengan tarif INA-
CBG’s untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD Tugurejo
Semarang tahun 2013.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis deskriptif dengan
menggunakan sampel total populasi pasien Jamkesmas rawat inap kasus
persalinan dengan Sectio caesaria triwulan I tahun 2013 yang berjumlah 89
pasien. Data diperoleh dari berkas rekam medis di bagian klaim Jamkesmas dan
dari perincian biaya perawatan (billing). Pengumpulan data dengan cara
observasi/ pengamatan secara langsung dengan bantuan tabel pengolah data.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya persalinan dengan Sectio
Caesaria di RSUD Tugurejo Semarang adalah sebesar Rp 3.828.253.
Perbandingan biaya perawatan di rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s kasus
persalinan dengan Sectio Caesaria adalah sebesar 61% biaya riil rumah sakit
melebihi tarif paket INA-CBGs 3.1 dengan total selisih biaya keseluruhan
mencapai Rp68.774.173 dan 39% biaya riil rumah sakit kurang dari tarif paket
INA-CBGs 3.1 dengan total keuntungan sebesar Rp9.605.291. Hasil akhir
penghitungan selisih biaya adalah senilai Rp 59.168.882
Penyebab utama terjadinya kondisi ini karena belum diterapkannya
Clinical Pathway maka sebagai saran dari peneliti untuk mengatasinya dengan
cara segera diterapkan clinical pathway dalam pemberian pelayanan rawat inap
kepada pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang.

Kata kunci : Biaya riil rumah sakit, tarif INA-CBGs, Jamkesmas


Kepustakaan : 23 (1997-2012)
S1 Program Public Health
Health Faculty of Dian Nuswantoro University
Semarang
2013

ABSTRACT

DHEA RIADHIANNY SUCI KUSUMANINGTYAS


REAL DIFFERENCES ANALYSIS OF HOSPITAL COSTS RATES WITH INA -
CBG 's 3.1 CASE FOR DELIVERY IN JAMKESMAS PATIENTS WITH SECTIO
CAESARIA IN TUGUREJO HOSPITAL SEMARANG FIRST QUARTER 2013
XV + 67 PAGES + 5 TABLE + 2 PICT + 4 CHART + 8 APPENDIX

Case Base Groups ( CBG 's ) is the way patient care payments based on
diagnosis - diagnosis or cases that are relatively the same . Hospitals will get
payments based on the average amount spent by the group for a diagnosis .
Infant Mortality Rate ( IMR ) and Maternal Mortality Rate ( MMR ) in Indonesia is
still quite high compared to other ASEAN countries which helped to improve the
delivery of health workers in health facilities through a policy called Delivery
Guarantee is included in medical treatment. This study aims to compare the cost
of care in the hospital with INA - CBG 's rates for cases with Sectio Caesaria
childbirth in hospitals Tugurejo Semarang in 2013.
This study included in the descriptive analysis using the total sample
population of Jamkesmas patients hospitalized cases Sectio Caesaria labor with
the first quarter of 2013 , amounting to 89 patients . Data obtained from the
medical record file at the Jamkesmas claims and from the details care costs
(billing ) . Data collection by observation / examination directly with the help of
tables of data processing .
The results showed the average cost of labor by Sectio Caesaria in
hospitals Tugurejo Semarang is Rp 3,828,253 . Comparison of the cost of
hospital care with INA - CBG 's rate case with Sectio Caesaria delivery is by 61
% more than the real cost of hospital - CBGs INA package rates with a total
difference of 3.1 total cost Rp68.774.173 and 39 % real cost hospitals less than
the rate INA - CBGs package with a total gain of 3.1 Rp9.605.291 . The final
result is a calculation of the difference in cost of Rp 59,168,882.
The main causes of this condition because it has not applying the Clinical
Pathway as a suggestion of the researcher to deal with it immediately
implemented clinical pathways in the provision of inpatient services to
Jamkesmas patients in Tugurejo Hospital Semarang .

Keywords : The real cost of the hospital , INA - CBGs rates , JAMKESMAS
Bibliography : 23 (1997-2012)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………….. ii

HALAMAN HAK CIPTA................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v

RIWAYAT HIDUP......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR..................................................................................... vii

ABSTRAK..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xiii

DAFTAR TABEL…...................................................................................... xiv

DAFTAR DIAGRAM..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………............................................................... 1


B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian….................................................................. 7
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 8
F. Lingkup Penelitian……………………………………………….. 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis............................................................................. 11
B. Pelayanan Kesehatan……………………….............................. 15
C. Jamkesmas………….................................................................. 17
D. Cara Penggunaan Tarif Jamkesmas Rumah Sakit Umum
Dan Khusus…………………………………..………………….… 18
E. Sistem Pembiayaan dan Pembayaran Pelayanan Kesehatan 20
F. Paket Pelayanan Rawat Inap Lanjutan Jamkesmas............... 23
G. Sistem Casemix INA-CBGs……………………………………… 23
H. Klasifikasi Case-Mix……………………………………………… 27
I. Clinical Pathway……………………………………….…………. 28
J. Kode Diagnosis………………………………………………….. 30
K. Software INA-CBGs………………………………………………. 32
L. Tarif Pembayaran Pasien Rawat Inap…………………………. 33
M. Verifikasi Kepesertaan Pasien Jamkesmas di Rumah Sakit.. 33
N. LOS (Length Of Stay)/ Lama Pasien Dirawat…………………. 37
O. Sectio Caesaria…………………………………………………… 38
P. Kerangka Teori…………………………………………………… 39

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Alur Penelitian........................................................................... 40
B. Jenis Penelitian…..................................................................... 40
C. Variabel Penelitian…................................................................. 41
D. Definisi Operasional................................................................. 41
E. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………….. 42
F. Pengumpulan Data.................................................................... 42
G. Pengolahan Data....................................................................... 43
H. Analisa Data............................................................................... 43

BAB IV : HASIL PENELITIAN


A. Hasil Observasi Pelayanan Tindakan Kebidanan di RSUD
Tugurejo Semarang…………...…………………………………. 44
B. Biaya Riil Rumah Sakit Pasien Jamkesmas Kasus Persalinan
dengan Sectio Caesaria………………………………………… 48
C. Tarif Paket INA-CBGs 3.1……………………………………….. 51
D. Perbandingan Biaya Rumah Sakit Dengan Tarif
INA-CBGs 3.1…………………………………………………….... 51

BAB V : PEMBAHASAN

A. Biaya Riil Rumah Sakit Pasien Jamkesmas Kasus Persalinan


dengan Sectio Caesaria………………………………………… 58
B. Tarif Paket INA-CBGs 3.1……………………………………….. 61
C. Perbandingan Biaya Rumah Sakit Dengan Tarif
INA-CBGs 3.1…………………………………………………….... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................ 67
B. Saran.......................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................... 39


Gambar 3.1 Kerangka Konsep………………………..………….............. 40

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Variabel Penelitian,


Metode Penelitian dan Hasil Penelitian…………………………….
8

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………..……….


41

Tabel 4.1 Selisih biaya riil rumah sakit dengan tarif paket INA-CBGs3.1……

52

Tabel 4.2 Perbandingan biaya riil dengan tarif paket INA-CBGs 3.1…………

52

Tabel 4.3 Selisih Biaya diatas rata-rata kerugian………………………………


55

DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Diagram 4.1 Kasus Persalinan Triwulan Pertama Tahun 2013…………………..
45

Diagram 4.2 Biaya Klaim INA-CBGs per kategori…………………………………


48

Diagram 4.3 Biaya rata-rata persalinan dengan section caesaria…………..…..


49

Diagram 4.4 Biaya persalinan dengan section caesaria berdasarkan jenis


pembedahan……………………………………………………………
50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Biaya riil sectio caesaria pasien Jamkesmas

2. Tarif paket INA-CBGs 3.1

3. Surat Ijin Penelitian

4. Prosedur Tetap Penerimaan Pembayaran Pasien Rawat Inap RSUD Tugurejo

Semarang

5. Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi

Jawa Tengah RSUD Tugurejo Semarang

6. Tarif INA-CBG V 3.1 untuk rawat inap

7. Tarif INA-CBG V 3.1 untuk rawat jalan dan IGD

8. Tabel Instrumen Penelitan

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal

harganya. Didalam era globalisasi seperti sekarang, banyak orang

berbondong-bondong untuk menjaga dirinya agar tetap sehat. Undang-

undang Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, telah menyatakan bahwa

”Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Kesehatan adalah hak dasar individu dan setiap warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan. (1)

Peningkatan biaya kesehatan menjadi masalah utama yang

mempersulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan. Keadaan ini terutama terjadi pada seluruh pembiayaan

pelayanan kesehatan yang ditanggung sendiri dalam sistem pembayaran

tunai. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam pembiayaan

kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui

Jamkesmas. Menurut Kepmenkes No 686/MENKES/SK/2010

menjelaskan bahwa “Jamkesmas adalah bentuk belanja bantuan sosial

untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu

serta peserta lainnya yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah”.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kesehatan

dasar yang diberikan di puskesmas dan pelayanan tingkat lanjut yang

diberikan di balkesmas atau rumah sakit. ( 2)

Pelaksanaan program Jamkesmas tersebut merupakan upaya

untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan
diserahkannya program jaminan kesehatan kepada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sesuai UU Nomor 24

Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Program

Jamkesmas diperluas sasarannya bagi ibu hamil dan melahirkan melalui

Jaminan Persalinan, dan bagi penderita Thalassaemia Mayor melalui

jaminan pelayanan pengobatan penderita Thalassaemia.

Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan serta jaminan

pelayanan pengobatan penderita Thalassaemia menjadi satu kesatuan

yang tidak terpisahkan (3) .

Sistem pembiayaan yang dipergunakan dalam program jaminan

kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi bagi

pemerintah dalam menentukan besar kecilnya anggaran ynag akan

dikeluarkan. Sistem pembiayaan yang dipergunakan dalam program

Jamkesmas pada saat ini adalah sistem pembiayaan INA-DRG

(Indonesia Diagnosis Related Group)yang kemudian berubah menjadi

INA-CBG's. Sistem ini diterapkan selain betujuan untuk kendali mutu juga

bertujuan untuk kendali biaya, yaitu mengendalikan pembiayaan

kesehatan yang berlebihan guna memperoleh keuntungan (moral hazard)

baik oleh pengguna jaminan atau pemberi pelayanan kesehatan. ( 4)

CBG’S adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi

pengajuan klaim Rumah Sakit, Puskesmas dan semua Penyedia

Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia. Sistem

Casemix INA-CBG’S adalah suatu pengklasifikasian dari episode

perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang

relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan
pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups

(CBG’s), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan

diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah Sakit

akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang

dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Dalam pembayaran

menggunakan sistem INA-CBG’S, baik Rumah Sakit maupun pihak

pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang

diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar

pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian

biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara

provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan

waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga

sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis

maupun kasus penyakitnya. (5)

Dari beberapa hasil penelitian diperoleh perbedaan secara

signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan sistem

pembiayaan INA-DRG / INA-CBG's dibanding ketika menggunakan

sistem Fee For Service. Namun penggunaan sistem INA-CBG's ini dilihat

belum efektif, hal tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang

menunjukkan kecenderungan besaran biaya INA-CBG's lebih besar

dibanding Fee For Service terutama untuk kasus-kasus Non Bedah.

Sebaliknya untuk kasus-kasus Bedah kecenderungan biaya INA-CBG's

jauh lebih rendah dibanding Fee For Service. ( 4) Penelitian sebelumnya

yaitu penelitian milik Junadi meneliti tentang analisa perbandingan biaya

medik operatif dengan tarif INA-DRG 1.6 pada pasien Jamkesmas di


RSUD Tugurejo Semarang tahun 2010 dengan hasil perbandingan biaya

pelayanan rawat inap dengan tindakan medik operatif pada pasien

Jamkesmas tahun 2010 sebesar 70.78% tidak sesuai dengan tarif INA-

DRG 1.6 dengan kisaran nilai nominal Rp. 74.918.947,95.

Rumah sakit Tugurejo Semarang merupakan rumah sakit tipe B

non pendidikan milik pemerintah provinsi Jawa Tengah yang terletak di

jalan Raya Tugurejo Semarang. Sebagai rumah sakit milik pemerintah

provinsi RSUD Tugurejo melayani pelayanan kesehatan masyarakat

kurang mampu baik rawat jalan maupun rawat inap sejak tahun 2005

hingga sekarang yang dikenal dengan pelayanan Jamkesmas termasuk

di dalamnya adalah pelayanan Jampersal (Jaminan Persalinan) yang

mulai diberlakukan sejak bulan April 2011.

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN

lainnya. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab

langsung kematian ibu. Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor

resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam

pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan

persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas

kesehatan pada saat dalam keadaan emergency. Salah satu upaya

pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan. Menurut hasil Riskesdas 2010,

persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru

mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu


kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya

sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan

yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan

yang disebut Jaminan Persalinan. Dengan demikian, kehadiran Jaminan

Persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya Tiga Terlambat

tersebut. ( 22 )

RSUD Tugurejo Semarang merupakan salah satu rumah sakit

yang melayani persalinan dengan menggunakan fasilitas Jampersal.

Pasien yang datang dengan menggunakan fasilitas tersebut baik rawat

jalan maupun rawat inap harus dilayani dan diterima dengan catatan

ruang bersalin tidak penuh. RSUD Tugurejo semarang memiliki 8 bed

untuk bersalin di ruang bersalin / VK. Berdasarkan data survey awal yang

diperoleh dengan menganalisa biaya klaim dari sepuluh orang pasien

kasus persalinan dengan Sectio Caesaria, sebanyak 8 pasien dengan

biaya perawatan lebih besar dari tarif INA-CBG’s dan hanya 2 pasien

yang biaya perawatannya dibawah tariff INA-CBG’s. Sejak INA-DRG

lisensinya berakhir pada tanggal 30 September 2010 lalu dan digantikan

dengan INA-CBG’s sampai sekarang belum pernah dilakukan penelitian

tentang perbandingan biaya perawatan di rumah sakit khususnya untuk

kasus persalinan dengan Sectio Caesaria dengan tarif INA-CBS’s 3.1 di

RSUD Tugurejo Semarang, sehingga pihak rumah sakit belum

mengetahui apakah selama ini mengalami kerugian khususnya dari segi

pembiayaan atau tidak dalam pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena

itu peneliti tertarik meneliti perbedaan biaya riil rumah sakit dengan tarif
INA-CBG’s 3.1 untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD

Tugurejo Semarang tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Sejak berakhirnya lisensinya INA-DRG pada tanggal 30

September 2010 dan digantikan dengan INA-CBG’s belum pernah

dilakukan penelitian tentang perbandingan biaya perawatan di rumah

sakit khususnya untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria dengan

tarif INA-CBS’s 3.1. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana perbandingan biaya riil rumah sakit dengan biaya INA-CBG’s

3.1 untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD Tugurejo

Semarang tahun 2013 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan biaya perawatan di rumah sakit dengan

tarif INA-CBG’s untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di

RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui berapa besar perbedaan antara biaya riil dengan tarif

INA-CBG’s pada kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di

RSUD Tugurejo Semarang.


b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya riil rumah

sakit pada kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD

Tugurejo Semarang.

c. Mengetahui total biaya rata-rata persalinan dengan Sectio

Caesaria di RSUD Tugurejo Semarang.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Keilmuan

Menambah pengetahuan tentang gambaran perbandingan biaya riil

rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s 3.1 dalam kasus persalinan

dengan Sectio Caesaria di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013

2. Bagi Program

Sebagai bahan masukan informasi untuk kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang transparansi perbandingan biaya

persalinan pasien Jamkesmas dengan Sectio Caesaria terhadap tarif

INA-CBG’s di RSUD Tugurejo Semarang

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan untuk monitoring dan evaluasi dalam

pengelolaan INA-CBG’s di rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1.
Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Variabel Penelitian, Metode
Penelitian dan Hasil Penelitian
Judul Variabel Metode
No Peneliti Hasil
Penelitian Penelitian Penelitian
1. Ratih Perbandingan Biaya Riil 1. Pasien DM Menggunakan Perbedaan biaya riil
Dengan Tarif Paket tipe II analisis dengan tarif INA-
Pratiwi Sari
INA-CBG’s 2. Berkas deskriptif CBG’s pada tingkat
Dan Analisis Faktor klaim dan dengan keparahan I sebesar
Yang Mempengaruhi catatan pendekatan Rp 5.325.126 dari 2
Biaya Riil Pada Pasien medik retrospektif episode perawatan,
Diabetes Melitus Rawat tingkat keparahan II
Inap Jamkesmas sebesar Rp -22.411
Di RSUP Dr.Sardjito dari 10 episode
Yogyakarta perawatan, dan tingkat
keparahan III sebesar
Rp -3.038.240 dari 12
episode
perawatan.Faktor yang
mempengaruhi biaya
riil pengobatan pasien
yaitu biaya
pemeriksaan patologi
klinik, labu darah,dan
obat/barang medik.

2. PerbandinganBiaya Perbandingan biaya


Junaidi
Pelayanan Rawat Inap1. Biaya Metode pelayanan rawat inap
Dengan Tindakan keperawata observasi dengan tindakan
Medik Operatif n dengan medic operatif pada
Terhadap Tarif INA 2. Biaya pendekatan pasien Jamkesmas
DRG 1.6 Pada Pasien tindakan cross sectional tahun 2010 sebesar
Jamkesmas Di RSUD operasi 70.78% tidak sesuai
Tugurejo Semarang3. Biaya dengan tarif INA-DRG
Tahun 2010 pemeriksaa 1.6 dengan kisaran
n penunjang nilai nominal
4. Biaya Rp. 74.918.947,95.
pengobatan
5. Total biaya
tindakan
operatif
6. ALOS
7. Diagnosa
komorbidita
s dan
komplikasi
(15)
, (16)

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya :

1. Penelitian Ratih Pratiwi dilakukan di RSUP. Sardjito Yogyakarta

dengan variabel pasien DM tipe II.


2. Penelitian Junaidi melakukan penelitian terhadap biaya tindakan

medik operatif dilakukan pada tahun 2010 dan masih dengan software

INA-DRG 1.6.

F. Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat

bidang manajemen informasi kesehatan khususnya INA-CBG’s.

2. Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini adalah klaim asuransi Jamkesmas dengan

software INA-CBG’s 3.1 pada kasus persalinan dengan Section

Caesaria.

3. Lingkup Lokasi

Penelitian dilakukan di instalasi rekam medis RSUD Tugurejo

Semarang

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi atau

pengamatan.

5. Lingkup Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah biaya perawatan pasien

Jamkesmas kasus persalinan dengan Sectio Caesaria yang pulang

pada triwulan I tahun 2013

6. Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September 2013.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

a. Menurut E.K Huffman, 1992, Rekam Medis adalah rekaman atau

catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana

pelayanan diberikan kepada seorang pasien selama masa

perawatan dan memuat pengetahuan mengenai pasien dan

pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi uang cukup

untuk menemukenali (mengidentifikasi) paien, menegakkan

diagnose dan pengobatan serta merekam hasilnya. (1)

b. Menurut PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

rekam medis, Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan

dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau

dokter gigi mengenai indakan-tindakan yang dilakukan kepada

pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.

c. Menurut Keputusan Dirjen Yanmed nomor : 78/Yanmed/RS

Umdik/YMU/I/91 tentang rekam medis di rumah sakit adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas,

anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan


pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama

dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan

termasuk unit gawat darurat dan unit rawat inap. ( 6)

2. Tujuan Rekam Medis

Rekam Medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan

di rumah sakit. Tanpa didukung suatu system pengelolaan rekam

medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit

akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib

administrasi merupakan salah satu factor yang menentukan didalam

upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. (1)

3. Manfaat Rekam Medis

a. Pengobatan pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk

merencanakan dan menganalisa penyakit serta merencanakan

pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan

kepada pasien.

b. Peningkatan kualitas pelayanan

Membuat rekam medis bagi penyelenggara praktik kedokteran

dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan

untuk melindungai tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan

masyarakat yang optimal.

c. Pendidikan dan pelatihan


Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan

kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan

medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan

pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan

kedokteran gigi.

d. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk

menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada

sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti

pembiayaan kepada pasien.

e. Statistik kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistic kesehatan

khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan

masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada

penyakit-penyakit tertentu.

f. Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga

bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan

etik. ( 7 )

4. Isi Rekam Medis

a. Rekam Medis Rawat Jalan

Isi rekam medis rawat jalan adalah :


1) Identitas pasien

2) Tanggal dan waktu

3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan

dan riwayat penyakit.

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik

5) Diagnosa

6) Rencana penatalaksanaan

7) Pengobatan dan/atau tindakan

8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

9) Untuk pasien yang telah dilengkapi dengan odontogram klinik

10) Persetujuan tindakan bila diperlukan

b. Rekam Medis Rawat Inap

Isi rekam medis rwat jalan adalah :

1) Identitas pasien

2) Tanggal dan waktu

3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan

dan riwayat penyakit

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik

5) Diagnosa

6) Rencana penatalaksanaan

7) Pengobatan dan/atau tindakan

8) Persetujuan tindakan bila diperlukan

9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan

10) Ringkasan pulang (discharge summary)


11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

12) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

tertentu

13) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram

klinik. ( 6)

B. Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian

Pelayanan kesehatan adalah suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan

suatu proses kegiatan pemberian jasa atau pelayanan di bidang

kesehatan yang hasilnya dapat berupa pelayanan.

2. Syarat Pelayanan Kesehatan

Syarat pokok pelayanan kesehatan yaitu:

a. Tersedia dan berkesinambungan, maksudnya adalah bahwa

semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat tidak sulit didapatkan serta keberadaannya dalam

masyarakat ada pada saat dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar, maksudnya adalah pelayanan

kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang


bertentangan dengan kewajaran, etika, agama dan adat istiadat

adalah bukan merupakan pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai, maksudnya adalah pelayanan kesehatan dapat

dicapai dengan mudah oleh masyarakat dari segala lokasi

sehingga dapat terwujud pelayanan kesehatan yang baik. Untuk

itu diperlukan pengaturan distribusi pelayanan kesehatan dan

tidak terkonsentrasi hanya di daerah perkotaan saja atau daerah

yang mudah dicapai saja tetapi harus mencapai daerah terpencil

atau sulit dicapai agar semua masyarakat mudah mendapay

pelayanan kesehatan.

d. Mudah dijangkau, maksudnya adalah berkaitan dengan biaya

pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu penekanan biaya pelayanan

kesehatan atau biaya pelayanan kesehatan harus sesuai dengan

tingkat perekonomian masyarakat agar semua lapisan masyarakat

dapat menikmati dan bukan hanya sebagian kecil masyarakat

saja.

e. Bermutu, maksudnya adalah menunjukan pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

sehingga dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan

pihak lain. Tata cara penyelenggaraan harus sesuai dengan kode

etik dan standar yang ditetapkan. (8)

C. Jamkesmas

1. Pengertian
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah

program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan

perlindungan sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat

miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar

kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi.Program

ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008.

2. Tujuan Jamkesmas

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini

diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk :

a. Mewujudkan probabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan

tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh

peserta di berbagai wilayah.

b. Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

3. Kepesertaan Jamkesmas

Peserta yang dijamin dalam program jamkesmas meliputi :

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan

dengan keputusan Bupati/Walikota.

b. Gelandangan, Pengemis, anak dan orang terlantar serta

masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

c. Peserta Program Keluarga Harapan yang tidak memiliki kartu

Jamkesmas.
d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang

Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial,

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan

Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. (9)

D. Cara Penggunaan Tarif Jamkesmas Rumah Sakit Umum dan Khusus

1. Pelayanan rawat inap rumah sakit umum dan khusus

Pelayanan kesehatan untuk pasien rawat inap meliputi jasa

pelayanan, pemeriksaan penunjang, prosedur/tindakan medis

termasuk penggunaa fasilitas ICU, ICCU, NICU, PICU serta obat-

obatan yang dibutuhkan selama mendapatkan pelayanan rawat inap

termasuk obat/alat/bahan habis pakai lainnya sesuai dengan

diagnosa yang akan ditetapkan kode yang tertera dalam kolom 2.

Daftar tarif ini yang memuat kode, deskripsi diagnosa dan tindakan,

lama rawat (ALOS).

2. Tarif pelayanan Jamkesmas rumah sakit umum dan khusus

Penetapan tarif pelayanan kesehatan untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan didasarkan pada ketetapan tarif Jamkesmas

disetiap rumah sakit yang berlaku di rumah sakit umum dan khusus

yang telah ditetapkan dalam SK Menkes RI. Selain itu tarif pelayanan

ini juga disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit pasien

selama dirawat di ruang perawatan rumah sakit umum dan khusus.

3. Diagnosa dan tanggung jawab dokter


Penegakan dan penulisan diagnosa primer serta sekunder

menggunakan ICD – X dan prosedur/tindakan sesuai ICD 9-CM

termasuk membuat resume untuk pasien rawat inap dalam berkas

rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap adalah tanggung

jawab dokter.

4. Kode diagnosa penyakit

Diagnosa penyakit dan prosedur/tindakan yang telah dituliskan

secara lengkap dan benar oleh dokter selanjutnya diberi kode sesuai

ICD X dan ICD 9-CM, kemudian diberi kode oleh petugas rekam

medis. Kesalahan pemberian kode diagnosa dan prosedur/tindakan

dapat mempengaruhi besaran tarif pelayanan kesehatan di rumah

sakit.

5. Bagian keuangan

Penetapan tarif pelayanan kesehatan dilakukan oleh bagian

keuangan berdasarkan pada kode yang telah ditetapkan oleh petugas

rekam medis. Kesalahan pemberian kode tersebut akan

mempengaruhi penetapan biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

6. Ketentuan jasa pelayanan

Besaran jasa pelayanan didasarkan pada Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 582/MENKES/SK/VI/1997 tentang Pola Tarif

Rumah sakit Pemerintah. (10)

E. Sistem Pembiayaan dan Pembayaran Pelayanan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan atau pendanaan kesehatan merupakan suatu

cara seseorang memenuhi kebutuhan medisnya. Dana tersebut

digunakan sebagai imbalan jasa kepada sarana pelayanan kesehatan


maupun tenaga medis atas segala tindakan yang dilakukan dalam proses

pelayanan kepada pasien. Berikut adalah beberapa sistem dalam

pembiayaan dan pembayaran pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Sistem Pembayaran Restropektif

Pembayaran restropektif sesuai namanya berarti bahwa besaran

biaya dan jumlah biaya yang yang harus dibayar oleh pasien atau

pihak pembayar, misalnya perusahan majikan pasien, ditetapkan

setelah pelayanan diberikan.

2. Sistem Pembayaran Prospektif

Pembayaran prospektif secara umum adalah pembayaran

pelayanan kesehatan yang harus dibayar, besaran biayanya sudah

ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Berikut

adalah macam-macam jenis pembayaran pelayanan kesehatan

dengan sistem Prospektif, yaitu:

a. Diagnostic Related Group (DRG)

Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara

pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya

satuan per pelayanan medis maupun non medis yang diberikan

kepada seorang pasien dalam rangka penyembuhan suatu

penyakit. Dalam pembayaran DRG, rumah sakit maupun pihak

pembayar tidak lagi merinci pelayanan apa saja yang telah

diberikan kepada seorang pasien. Rumah sakit hanya

menyampaikan diagnois pasien waktu pulang dan memasukan

kode DRG untuk diagnosis tersebut. Besarnya tagihan untuk

diagnosis tersebut telah disepakati oleh seluruh rumah sakit di


suatu wilayah dan pihak pembayar, misalnya badan

asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan

oleh pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan

b. Pembayaran Kapitasi

Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengedalian

biaya dengan menematkan fasilitas kesehatan pada posisi

menanggung risiko, seluruhnya atau sebagian, dengan cara

menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang ditanggung.

c. Pembayaran Per Kasus

Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak

digunakan untuk membayar rumah sakit dalam kasus-kasus

tertentu. Pembayaran per kasus ini mirip dengan DRG, yaitu

dengan mengelompokan berbagai jenis pelayanan menjadi satu-

kesatuan. Pengelompokan ini harus ditetapkan dulu di muka dan

disetujui kedua belah pihak, yaitu pihak rumah sakit dan pihak

pembayar.

d. Pembayaran Per Diem

Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang

dinegosiasi dan disepakati di muka yang didasari pada

pembayaran per hari perawatan, tanpa mempertimbangkan biaya

yang dihabiskan oleh rumah sakit. Satuan biaya per hari sudah

mencakup kasus apapun dan biaya keseluruhan, misalnya biaya

ruangan, jasa konsultasi/visite dokter, obat-obatan, tindakan

medis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Sebuah rumah sakit

yang efisien dapat mengendalikan biaya perawatan dengan


memberikan obat yang paling cost-effective, pemeriksaan

laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan yang benar-benar

diperlukan, memiliki dokter yang dibayar gaji bulanan dan bonus,

serta berbagai penghematan lainya, akan mendapatkan

keuntungan.

e. Pembayaran Global Budget

Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah

atau suatu badan asuransi kesehatan nasional dimana rumah

sakit mendapat dana untuk mmembiayai seluruh kegiatannya

untuk masa satu tahun. Alokasi dan ke rumah sakit tersebut

diperhitungkan dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan

tahun sebelumnya, kegiatan lain yang diperkirakan akan

dilaksanakan dan kinerja rumah sakit tersebut. Manajemen rumah

sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana anggaran global

tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional, pemeliharaan

rumah sakit dan lain-lain. (11)

F. Paket Pelayanan Rawat Inap Lanjutan Jamkesmas

Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan

kelas III (tiga) RS, meliputi :

1. Akomodasi rawat inap kelas III

2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan


3. Penunjang diagnostik : patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium

mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik

4. Tindakan medis (operasi sedang, besar, dan khusus)

5. Pelayanan rehabilitasi medis

6. Perawatan intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU)

7. Pemberian obat mengacu pada Formularium

8. Pelayanan darah

9. Bahan dan alat kesehatan habis pakai

10. Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK). (12)

G. Sistem Casemix INA- CBG’s

Sistem Casemix adalah suatu pengklasifikasian dari episode

perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang

relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan

pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups

(CBG’s), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan

diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Sistem

pembayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu,

pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan kesehatan yang menjadi

salah satu unsur pembiayaan pasien berbasis kasus campuran,

merupakan suatu cara meningkatkan standar pelayanan kesehatan

rumah sakit. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan

rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis.

Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan kesehatan sejenis kedalam

kelompok yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat
di sebuah rumah sakit diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis

dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama.

Dalam pembayaran menggunakan CBG’s, baik rumah sakit

maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian

pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan

diagnosis keluar pasien dan kode CBG’s. Besarnya penggantian biaya

untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider –

asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu

lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga

sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis

maupun kasus penyakitnya.

Selama ini yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan pasien di

sarana pelayanan kesehatan adalah dengan Fee-for-service (FFS), yaitu

Provider layanan kesehatan menarik biaya pada pasien untuk tiap jenis

pelayanan yang diberikan. Setiap pemeriksaan dan tindakan akan

dikenakan biaya sesuai dengan tarif yang ada di rumah sakit. Tarif

ditentukan setelah pelayanan dilakukan. Dengan sistem Fee-for-service

(FFS) kemungkinan moral hazart oleh pihak rumah sakit relatif besar,

karena tidak ada perjanjian dari awal antara pihak rumah sakit dengan

pasien, tentang standar biaya maupun standar lama waktu hari

perawatan (length of stay).

1. Manfaat Casemix INA CBG’s

a. Bagi Pasien

1) Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas

pengobatan berdasarkan derajat keparahan.


2) Dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay)

pasien mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis dari

para petugas rumah sakit, karena berapapun lama rawat yang

dilakukan biayanya sudah ditentukan.

3) Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih

baik.

4) Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang

berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko

yang dihadapi pasien

b. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan

1) Rumah sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada

beban kerja sebenarnya

2) Dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

3) Bagi dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang

tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat

keparahan, meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau

multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif

serta dapat memonitor Quality Assurance dengan cara yang

lebih objektif

4) Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang

lebih akurat

5) Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan

oleh masing-masing klinisi

6) Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget

anggaran
7) Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan

Clinical Pathway

c. Bagi Penyandang Dana (Provider)/Pemerintah

1) Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran

pembiayaan kesehatan.

2) Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap

masyarakat luas akan akan terjangkau.

3) Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik

sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan

provider/Pemerintah

4) Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan

kepada biaya yang sebenarnya.

Dalam pelaksanaan Case Mix INA-CBGs, peran koding sangat

menentukan, dimana logic software yang digunakan untuk menetukan

tarif adalah dengan pedoman ICD 10 untuk menentukan diagnosis dan

ICD 9 CM untuk tindakan atau prosedur. Besar kecilnya tarif yang muncul

dalam software INA-CBGs ditentukan oleh diagnosis dan prosedur.

Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa

menjadi lebih besar atau lebih kecil. Diagnosis dalam kaidah CBGs, harus

ditentukan diagnosa utama dan diagnosa penyerta. Diagnosa penyerta

terdiri dari Komplikasi dan Komorbiditas.


Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif,

karena akan mempengaruhi level severity (tingkat keparahan) yang

diderita oleh pasien. Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi,

maka akan mempengaruhi lama perawatan di rumah sakit. Jika lama

perawatan bertambah lama dibanding tidak terjadi komplikasi, maka akan

menambah jumlah pembiayaan dalam perawatan. Jika terdapat lebih dari

satu diagnosis maka dipilih satu diagnosis yang paling banyak

menggunakan resources (SDM, bahan pakai habis, peralatan medik, tes

pemeriksaan dan lainnya). (5)

H. Klasifikasi Case-Mix

Case-mix merupakan alat informasi kesehatan yang didasarkan

pada seperangkat klasifikasi episode perawatan pasien yang

menggambarkan jumlah dan tipe pasien yang dirawat. Klasifikasi case-

mix ini memudahkan penyedia layanan kesehatan dalam memahami pola

karakteristik penggunaan sumber daya dan untuk mengidentifikasi pola

yang biasa terjadi serta menyediakan informasi untuk mengelola sumber

daya penyedia layanan kesehatan secara lebih baik.

Sistem klasifikasi pasien digunakan untuk :

1. Membandingkan organisasi penyedia layanan kesehatan menyangkut

sumber daya yang dimiliki dengan pengukuran hasil

2. Mengevaluasi perbedaan tingkat mortalitas pasien yang dirawat

3. Mengimplementasikan dan mendukung clinical pathways

4. Memfasilitasi proyek perbaikan kualitas yang berkesinambungan

5. Mendukung sistem perencanaan dan manajemen internal


6. Mengelola pengaturan pembayaran terkapitasi

Prinsip klasifikasi case-mix adalah :

1. Homogenitas penggunaan sumber daya masing-masing kelas

2. Pengumpulan dan pemisahan yang berarti secara klinis

3. Menimbulkan jumlah kelas praktis untuk tujuan dan kontak klasifikasi

4. Mengidentifikasi kelompok berdasarkan data yang tersedia secara

rutin. (13)

I. Clinical Pathway

Prinsip pelaksanaan Case Mix adalah untuk efisiensi pembiayaan

pelayanan kepada pasien, untuk dapat mencapai itu perlu ada

standarisasi pelayanan terhadap pasien sesuai dengan kaidah yang

berlaku. Untuk itu untuk mengurangi untuk mengurangi cost pelayanan

rumah sakit berusaha mencari strategi yang terbaik untuk menghemat

utilisasi namun memperbaiki kualitas pelayanan (quality of care). Clnical

Pathway sebagai salah satu komponen Cost analisys, Clincal Patway

tidak digunakan untuk memperkirakan tarif melainkan untuk maintenace

cost weigth (berkaitan langsung dengan standarisasi Length Of Stay)

1. Pengertian Clinical Pathway

Suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum

setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar

pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti

dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di

rumah sakit.

2. Tujuan Clinical Pathway


a. Mengurangi variasi dalam pelayanan, cost lebih mudah diprediksi.

b. Pelayanan lebih terstandarisasi, Meningkatkan kualitas pelayanan

(Quality of Care).

c. Meningkatkan prosedur costing

d. Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan.

e. Sebagai (counter-check) pada DRG cost, Terutama pada kasus-

kasus (high cost, high volume)

3. Keuntungan Clinical Pathway

a. Mendukung pengenalan evidence-based medicine dan

penggunaan pedoman klinis

b. Meningkatkan komunikasi antar disiplin, teamwork dan

perencanaan perawatan

c. Menyediakan standar yang jelas dan baik untuk pelayanan

Membantu mengurangi variasi dalam perawatan pasien (melalui

standar)

d. Meningkatkan proses manajemen sumber daya

e. Menyokong proses Quality Improvement secara berkelanjutan

f. Membantu dalam proses audit klinis

g. Meningkatkan kolaborasi antar dokter & perawat

h. Meningkatkan peran dokter dalam perawatan. (14)

J. Kode Diagnosa

1. Macam Diagnosa :

a. Diagnosa Utama (Principal Diagnosis)


Merupakan diagnosis akhir/final yang dipilih dokter pada

hari terakhir perawatan dengan criteria paling banyak

menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan

paling lama. Diagnosis utama selalu ditetapkan pada akhir

perawatan seorang pasien. (established at the end of the episode

of health care) Jika terdapat lebih dari satu diagnosis maka dipilih

satu diagnosis yang paling banyak menggunakan resources

(SDM, bahan pakai habis, peralatan medik, tes pemeriksaan dan

lain-lain.

b. Diagnosa Sekunder

Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari diagnosis

utama (Komplikasi + Ko-morbiditi)

1) Komplikasi adalah kondisi/diagnosis sekunder yang muncul

selama masa perawatan dan dianggap meningkatkan

Length Of Stay (LOS) setidaknya satu hari rawat pada kira-

kira 75 %

2) Kondisi Ko-Morbid adalah kondisi yang telah ada saat admisi

dan dianggap dapat meningkatkan Length Of Stay (LOS)

setidaknya 3-4 hari rawat pada kira-kira 75 %

2. Keterkaitan kode diagnosa dengan INA-CBG’s

a. Ketepatan pengkelasan CBGs (CBGs grouping) sangat

tergantung kepada ketepatan diagnosis utama


b. Diagnosis utama akan menentukan MDC (Major Diagnostic

Category) atau sistem organ yg terlibat

c. Tingkat keparahan penyakit (severity level) ditentukan oleh

diagnosis sekunder, prosedur dan umur pasien

d. Ketepatan jumlah biaya rawatan pasien ditentukan oleh ketepatan

pengkelasan CBGs dan pemilihan diagnosis

e. Mengikuti standar resmi WHO dalam pengkodean diagnosis

(WHO Morbidity Refference Group)

f. Mengikuti standar resmi aturan coding ICD 10 dan ICD 9 CM

g. Untuk kasus pasien bayi baru lahir (usia 0 s/d 30 hari) data berat

badan lahir dalam gram harus dimasukkan

h. Gunakan kode P (perinatal) untuk diagnosa utama jika umur

pasien kurang dari 30 hari

i. Gunakan kode O820, O821, O828 dan O829 sebagai diagnosa

utama jika terdapat prosedur tindakan bedah Caesar (caesarian

section)

j. Prosedur utama mesti berkaitan dengan Diagnosa utama

(upcoding, unnecessary procedure)(upcoding, unnecessary

procedure). (11)

K. Software INA-CBGs

Dalam implemetasi klaim pasien, ada 14 variabel yang harus

dientry dalam software INA CBGs agar tarif paket dapat diketahui

jumlahnya , yaitu:

1. Identitas Pasien (no RM, dll)


2. Tanggal masuk RS

3. Tanggal keluar RS

4. Lama Hari Rawat (LOS)

5. Tanggal Lahir

6. Umur (th) ketika masuk RS

7. Umur (hr) ketika masuk RS (pd bayi)

8. Umur (hr) ketika keluar RS

9. Jenis kelamin

10. Status keluar RS (outcome)

11. Berat Badan Bayi Baru Lahir (gr)

12. Diagnosis Utama

13. Diagnosis Sekunder (Komplikasi & Komorbiditi)

(11)
14. Prosedur/Pembedahan Utama

L. Tarif Pembayaran Pasien Rawat Inap

Penerimaan pembayaran pasien rawat inap adalah semua biaya rawat

inap selama pasien dirawat di rumah sakit yang meliputi :

1. Akomodasi

2. Tindakan medis

3. Tindakan penunjang

( 21)
4. Obat-obatan

M. Verifikasi Kepesertaan Pasien Jamkesmas di Rumah Sakit

1. Verifikasi Kepesertaan oleh PT. Askes (Persero)sesuai dengan jenis

kepesertaan
a. Bagi peserta yang memiliki kartu Jamkesmas

Dalam melaksanakan verifikasi, PT. Askes (Persero)

mencocokkan kartu Jamkesmas dari peserta yang berobat

dengan data kepesertaan dalam database yang ada di PT. Askes

(Persero). Untuk mendukung verifikasi kepesertaan, bila

dianggap perlu (bila ada indikasi penyalahgunaan kepesertaan)

maka petugas PT. Askes (Persero) dapat mencocokkan kartu

peserta dengan identitas peserta lainnya seperti Kartu Tanda

Penduduk (KTP)/Kartu Keluarga (KK)/identitas lainnya guna

pembuktian kebenarannya. Setelah cocok, selanjutnya diterbitkan

Surat Keabsahan Peserta (SKP).

b. Bagi peserta Jamkesmas tanpa kartu.

Bagi peserta tanpa kartu terdapat beberapa

mekanisme pembuktian keabsahan kepesertaannya:

1) Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang

tidak punya identitas, penghuni panti sosial cukup dengan

surat rekomendasi dari dinas/instansi sosial setempat.

2) Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan,

cukup dengan surat rekomendasi dari Kepala Lembaga

Pemasyarakatan/Kepala Rumah Tahanan setempat.

3) Masyarakat miskin korban bencana paska tanggap darurat

berdasarkan daftar/keputusan yang ditetapkan oleh bupati/

walikota.

4) Bagi keluarga Peserta Keluarga Harapan (PKH) yang tidak

memiliki kartu Jamkesmas, cukup dengan kartu PKH.


Sedangkan bagi anggota keluarga disamping membawa kartu

PKH dilengkapi dengan kartu keluarga atau keterangan dari

pendamping.

5) Bagi bayi dan anak yang lahir dari kedua orang tua atau salah

satu orang tuanya peserta jamkesmas cukup dengan

menunjukkan kartu peserta Jamkesmas orang tuanya dengan

melampirkan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan

lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan.

6) Penderita KIPI yang bukan peserta Jamkesmas dapat

memperoleh pelayanan kesehatan dengan menunjukkan

kartu identitas (KTP, kartu keluarga, dan lain-lain).

2. Verifikasi kepesertaan oleh rumah sakit untuk diterbitkan SJP

dilakukan terhadap:

a. Ibu hamil dan melahirkan, dengan menunjukkan KTP dan Buku

KIA.

b. Penderita Thalassaemia Mayor, berdasarkan kartu penderita

Thalassaemia yang diterbitkan oleh YTI dan bagi penderita baru

cukup dengan menunjukkan surat keterangan dari Ketua YTI

cabang dan direktur rumah sakit bahwa yang bersangkutan

menderita Thalassaemia Mayor.

3. Prosedur Pelayanan

Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan

dari proses perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat


darurat hanya diklaim menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs

dengan jenis pelayanan rawat inap. Pasien yang datang pada dua

atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosis akan

tetapi diagnosis tersebut merupakan diagnosis sekunder dari

diagnosis utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode

INA-CBGs. Fasilitas kesehatan lanjutan melakukan pelayanan

dengan efisien dan efektif agar biaya pelayanan seimbang dengan

tarif INA-CBGs. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada

peserta Jamkesmas dan penerima manfaat Jampersal tidak boleh

dikenakan urun biaya oleh fasilitas kesehatan dengan alasan

apapun.

4. Pencairan dan Pemanfaatan Dana Jamkesmas

a. Dengan telah ditandatanganinya pertanggungjawaban dana oleh

Direktur fasilitas kesehatan lanjutan/Kepala Balai dan verifikator

independen, maka fasilitas kesehatan lanjutan sudah dapat

mencairkan dana pelayanan kesehatan tersebut dengan batas

pencairan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan.

b. Dana yang sudah dicairkan, bagi rumah sakit Daerah yang belum

berstatus BLUD, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan

kepada mekanisme daerah. Apabila terjadi selisih positif (surplus)

yang disebabkan tarif perda setempat lebih rendah dari

pendapatan klaim Jamkesmas maka pengaturan selisih dana

yang ada diatur oleh kebijakan daerah seperti SK

Gubernur/Bupati/Walikota. Untuk rumah sakit Daerah dan Vertikal


yang berstatus BLU/BLUD, mengikuti ketentuan BLU/BLUD. Dan

untuk rumah sakit Swasta mengikuti ketentuan yang berlaku di

rumah sakit tersebut.

c. Pemanfaatan atas dana luncuran yang telah menjadi hasil kinerja

pelayanan kesehatan sebagai penerimaan/pendapatan atas klaim

pelayanan, dapat digunakan sesuai kebutuhan dan ketentuan

masing-masing, antara lain jasa medis/jasa pelayanan, jasa

sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana

operasional, pemeliharaan, obat, darah dan administrasi

pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi, misalnya

untuk rehabilitasi atau pembangunan dan perluasan gedung,

harus mendapat persetujuan kepala Dinas Kesehatan Provinsi

bagi rumah sakit daerah dan persetujuan dari Ditjen Bina Upaya

Kesehatan untuk rumah sakit vertikal.

d. Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana disimpan

oleh rumah sakit, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat

Pengawas Fungsional (APF). (3)

N. LOS (Length Of Stay) / Lama pasien dirawat

Adalah angka yang menunjukkan rata-rata lamanya pasien

dirawat dan menggunakan tempat tidur. Penerapannya ialah dengan

menghitung jumlah lamanya pasien dirawat sejak pasien masuk sebelum

pukul 00.00 tengah malam sampai dengan pukul 24.00 tengah malam.

Alasannya sesudah jangka waktu itu dimulai menghitung tenggang


perputaran. Hal ini berdasarkan pada sensus harian rawat inap pada

pukul 00.00 tengah malam. (17 )

O. Sectio Caesaria

1. Pengertian Sectio Caesaria

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (18) Sectio

caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500

(19 )
gram.

2. Indikasi Sectio Caesaria

a. Ibu/ janin : distosia (ketidakseimbangan cefalopelvik, kegagalan

induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal)

b. Ibu : penyakit ibu (eklamsia/ preeklamsi yang berat, DM, penyakit

jantung, kanker cervikal), pembedahan rahim sebelumnya (riwayat

seksio caesaria, ruptur rahim yang sebelumnya, miomektomi),

sumbatan jalan lahir

c. Janin : gangguan pada janin, prolaps tali pusat, malpresentasi

janin. ( 20 )
P. Kerangka Teori

14 variabel yang di input:


1. Identitas Pasien (no RM,
dll)
2. Tanggal masuk RS
3. Tanggal keluar RS
4. Lama Hari Rawat (LOS)
5. Tanggal Lahir Hasil Grouping :
6. Umur (th) ketika masuk RS Grouping 1. Kode INA-
7. Umur (hr) ketika masuk RS dengan CBG
(pd bayi)
software 2. Deskripsi
8. Umur (hr) ketika keluar RS
9. Jenis kelamin INA-CBG 3.1 3. Tarif paket
10. Status keluar RS INA-CBG
(outcome) (2013)
11. Berat Badan Bayi Baru
Lahir (gr)
12. Diagnosis Utama Analisa
13. Diagnosis Sekunder
perbandingan
(Komplikasi &
Komorbiditi) biaya riil rumah
14. Prosedur/Pembedahan sakit dengan tarif
Utama
INA-CBG
Sumber : INA-CBG 3.1 tahun 2013

Tarif Pembayaran Biaya Riil Rumah


Pasien Rawat Inap : Sakit untuk
pasien
1. Akomodasi Billing
Jamkesmas
2. Tindakan medis sistem kasus persalinan
3. Tindakan dengan Sectio
penunjang
Caesaria
4. Obat-obatan

Sumber : Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2009


Protap tentang penerimaan pembayaran pasien rawat inap

Gambar 2.1 : kerangka teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alur Penelitian

Tarif paket INA-CBGs 3.1

Analisa
perbandingan biaya
riil rumah sakit
dengan tarif INA-
Biaya riil rumah sakit CBGs 3.1
untuk pasien Jamkesmas
kasus persalinan dengan
Sectio Caesaria

Gambar 3.1: kerangka konsep

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis deskriptif, karena

penelitian ini akan menggambarkan atau mendeskriptifkan bagaimana

perbandingan biaya riil rumah sakit dengan tarif INA-CBGs 3.1 pada

kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD Tugurejo Semarang

pada tahun 2013.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survey dengan

pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengamatan


sewaktu dimana cara pengambilan data variabel dilakukan sekali waktu

pada saat yang bersamaan.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya riil rumah sakit untuk pasien Jamkesmas kasus persalinan

dengan Sectio Caesaria

2. Tarif paket INA-CBGs 3.1

3. Analisa perbandingan biaya riil rumah sakit dengan tarif INA-CBGs

3.1

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

1 Biaya riil rumah sakit Besar biaya total dari semua

pelayanan yang diberikan selama

pasien mendapatkan perawatan di

rumah sakit yang didapat dari proses

billing sistem berdasarkan tarif rumah

sakit.

2 Tarif paket INA-CBGs 3.1

Besar biaya perawatan hasil grouping

variabel yang di entry pada software

INA-CBGs 3.1 yang menghasilkan tarif


dan kode INA-CBGs 3.1

3 Analisa perbandingan
biaya riil rumah sakit
dengan tarif INA-CBGs Jumlah selisih biaya antara biaya riil
3.1 rumah sakit dengan tarif INA-CBGs
3.1

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Jamkesmas

rawat inap kasus persalinan dengan Sectio caesaria yang pulang pada

triwulan I (bulan Januari – Maret) tahun 2013 dan terklaim dengan

software INA-CBGs 3.1 yaitu sebanyak 89 pasien. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total populasi, yaitu

sebanyak 89 pasien.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari berkas rekam medis di bagian klaim Jamkesmas dan

dari perincian biaya perawatan (billing).

2. Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara observasi/ pengamatan secara langsung.


3. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tabel pengolah data.

G. Pengolahan Data

1. Editing

Memeriksa kelengkapan data pada pedoman observasi setelah data

terkumpul.

2. Tabulasi

Mengolah dengan cara menjumlah dan menghitung selisih dari data-

data yang telah dikumpulkan dengan format yang sudah ditentukan,

kemudian membandingkan hasilnya.

3. Penyajian data

Menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk tabel

H. Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Biaya

riil pelayanan rumah sakit dibandingkan dengan tarif paket INA-CBGs 3.1

kemudian dinarasikan, serta mendeskripsikan faktor-faktor yang

mempengaruhi besar biaya riil rumah sakit.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Observasi Pelayanan Tindakan Kebidanan di RSUD Tugurejo

Semarang

1. Gambaran Umum
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor

1 tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah (terlampir) tarif retribusi pelayanan kesehatan RSUD Tugurejo

Semarang menyebutkan bahwa jenis pelayanan tindakan kebidanan

dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu persalinan normal

dengan dokter umum, persalinan normal dengan dokter spesialis,

persalinan patologis dan persalinan dengan tindakan.

Tarif keempat kategori pelayanan tindakan kebidanan tersebut

dibedakan berdasar kelas perawatan, yaitu kelas III, kelas II, kelas I,

VIP B dan VIP A. Tarif pelayanan tindakan kebidanan memiliki

catatan diantaranya :

1. Partus dengan penyulit, bayi dengan pengawasan Dokter

Spesialis Anak dikenakan biaya 50% dari jasa medis/ tarif normal.

2. Tindakan dengan menggunakan dokter anesthesia dikenakan

biaya sebesar 50% dari jasa medis/ tarif normal.

3. Tarif berlaku untuk satu kali pelayanan

4. Tarif belum termasuk bahan habis pakai

5. Tarif tindakan cito/diluar jam kerja/ hari libur jasa medis ditambah

25%

Rincian biaya pelayanan tindakan kebidanan tersebut dicatat

pada lembar rincian biaya rawat inap pasien (billing list) yang bisa

didapatkan oleh pasien ketika pasien tersebut selesai mendapat

perawatan di rumah sakit (pulang).

2. Gambaran Kasus Persalinan di RSUD Tugurejo Semarang

Triwulan pertama tahun 2013


Berdasarkan hasil observasi, jumlah persalinan di RSUD

Tugurejo Semarang pada triwulan pertama tahun 2013 (bulan Januari

– Maret) sebanyak 549 kasus, dengan rincian 74,9 % (410 pasien)

kasus persalinan secara normal dan 25,3% (139 pasien) kasus

persalinan dengan sectio caesaria.

Diagram 4.1
Kasus Persalinan Triwulan Pertama Tahun 2013

Sectio
Caesaria
25%

Persalinan
Normal
75%

Sectio Caesaria merupakan proses kelahiran dengan

tindakan pembedahan, oleh karena itu akan dianalisa

perbandingan biaya riil rumah sakitnya dengan biaya dari klaim

Jamkesmasnya.

Adapun kasus persalinan dengan sectio caesaria pada

triwulan pertama tahun 2013 tersebut yang menggunakan

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Jaminan

Persalinan (Jampersal) terdapat sebanyak 89 kasus atau 64% dari

total kasus persalinan dengan sectio caesaria. Persalinan dengan

menggunakan Jamkesmas atau Jampersal semua biaya


persalinan dan perawatan pasien selama di rumah sakit akan di

tanggung oleh pemerintah dan pasien tidak dikenakan biaya

sedikitpun. Selanjutnya biaya persalinan tersebut diklaim

menggunakan 1 (satu) kode INA-CBGs dengan jenis pelayanan

rawat inap.

3. Klaim Jamkesmas Pasien Sectio Caesaria

Pada klaim jamkesmas yang menggunakan software INA-

CBGs 3.1 untuk kasus persalinan dengan tindakan sectio caesaria

dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu operasi pembedahan caesar

ringan dengan kode INA-CBGs O-6-10-I dan tarif klaim sebesar

Rp. 3.124.760, operasi pembedahan caesar sedang dengan kode

INA-CBGs O-6-10-II dan tarif klaim sebesar Rp. 3.468.960 serta

operasi pembedahan caesar berat dengan kode INA-CBGs O-6-

10-III dan tarif klaim sebesar Rp. 4.274.934.

Sesuai dengan hasil observasi pada klaim INA-CBGs

pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang, kasus

persalinan dengan sectio caesaria dibagi menjadi 2 (dua) kategori

yaitu operasi pembedahan caesar ringan dengan kode INA-CBGs

O-6-10-I dan operasi pembedahan caesar sedang dengan kode

INA-CBGs O-6-10-II. Sedangkan kode tindakan untuk

pembedahan caesar tersebut adalah 74.1 (low cervical caesarian

section).

10 dari 89 kasus persalinan dengan section caesaria

termasuk dalam kategori operasi pembedahan caesar sedang dan


sisanya sebesar 79 kasus termasuk dalam kategori operasi

pembedahan caesar ringan. Nilai klaim INA-CBGs untuk masing-

masing kategori adalah Rp 3.468.960 untuk operasi pembedahan

caesar sedang dan Rp 3.124.760 untuk operasi pembedahan

caesar ringan serta tidak ada kasus pembedahan sectio caesaria

kategori berat dengan nilai klaim Jamkesmas sebesar Rp.

4.274.934

Diagram 4.2
Biaya Klaim INA-CBGs per kategori
B. Biaya Riil Rumah Sakit Pasien Jamkesmas Kasus Persalinan dengan

Sectio Caesaria

Dari hasil penghitungan biaya perawatan pasien Jamkesmas

kasus persalinan dengan sectio caesaria dengan billing sistem dimana

biaya perawatan pasien Jamkesmas setara dengan biaya perawataan

kelas III didapatkan hasil jumlah biaya riil terbesar adalah sebesar Rp.

16.401.199 dan biaya riil terkecil adalah sebesar Rp. 2.408.609. (Tabel

terlampir pada lampiran 1)

Dari hasil yang diperoleh tersebut biaya riil rumah sakit untuk

pasien Jamkesmas kasus persalinan dengan sectio caesaria yang setara

dengan biaya perawatan kelas III di RSUD Tugurejo Semarang pada

triwulan pertama tahun 2013 sebanyak 89 pasien dapat diketahui biaya


rata-rata persalinan dengan section caesaria adalah sebesar Rp

3.828.253. Dari 89 pasien tersebut sebanyak 17 dari 89 pasien (19%)

biaya riil rumah sakitnya melebihi biaya rata-rata persalinan dengan

section caesaria untuk kelas III dan sisanya sebanyak 72 pasien (81%)

biayanya tidak melebihi biaya rata-rata.

Diagram 4.3
Biaya rata-rata persalinan dengan section caesaria

Diagram 4.3 menunjukkan 17 dari total kasus (89 kasus) biaya riil

rumah sakitnya melebihi biaya rata-rata dan 72 kasus dari total kasus (89

kasus) biaya riil rumah sakitnya tidak melebihi biaya rata-rata.

Sedangkan berdasarkan jenis pembedahan caesar di RSUD

Tugurejo Semarang yang terbagi menjadi ringan dan sedang didapatkan

hasil biaya terbesar pada kasus pembedahan caesar ringan adalah

sebesar Rp14..201.862 dan biaya terendah sebesar Rp 2.408.609. Untuk


kasus pembedahan caesar sedang biaya terbesar adalah Rp 16.401.199

dan terendah Rp 2.930.909 yang tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 4.4
Biaya persalinan dengan section caesaria berdasarkan jenis pembedahan

Biaya Riil Tertinggi :


Rp 16.401.199
Kategori Sedang
(klaim = Rp 3.408.960):
10 kasus
Biaya Riil Terendah :
Rp 2.930.909
Jumlah kasus
Persalinan :
89 kasus
Biaya Riil Tertinggi :
Kategori Ringan Rp 14.201.862
(klaim = Rp 3.124.760):
79 kasus
Biaya Riil Terendah :
Rp 2.408.609

C. Tarif Paket INA-CBGs 3.1

Hasil klaim Jamkesmas dengan software INA-CBGs 3.1 terhadap

pasien kasus persalinan dengan section caesaria di RSUD Tugurejo

Semarang periode triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan hasil klaim

Jamkesmas dengan menggunakan software INA-CBGs 3.1 untuk pasien

kasus persalinan dengan section caesaria yang terbagi menjadi 2 (dua)

kategori yaitu operasi pembedahan caesar ringan dengan tarif INA-CBGs

3.1 sebesar Rp 3.124.760 dan operasi pembedahan caesar sedang

dengan tarif INA-CBGs 3.1 sebesar Rp 3.468.960.


Jumlah kasus yang termasuk operasi pembedahan caesar ringan

dengan dengan tarif INA-CBGs 3.1 sebesar Rp 3.124.760 sebanyak 79

kasus dan operasi pembedahan caesar sedang dengan tarif INA-CBGs

3.1 sebesar Rp 3.468.960 sebanyak 10 kasus. (Tabel terlampir pada

lampiran 2)

D. Perbandingan Biaya Riil Rumah Sakit dengan Tarif INA-CBGs 3.1

Dari hasil penghitungan biaya riil dikurangi dengan tarif paket INA-

CBGs 3.1 didapatkan 54 dari 89 pasien (60,67% atau 61%) biaya riil

rumah sakit melebihi tarif paket INA-CBGs 3.1 atau dengan total selisih

biaya keseluruhan mencapai Rp68.774.173. Sedangkan 35 dari 89

pasien (39,32% atau 39%) biaya riil rumah sakit kurang dari tarif paket

INA-CBGs 3.1 atau dengan total keuntungan sebesar Rp9.605.291.

Sehingga hasil akhir penghitungan selisih biaya riil rumah sakit dengan

tarif paket INA-CBGs 3.1 adalah senilai Rp 59.168.882.

Tabel 4.1
Selisih biaya riil rumah sakit dengan tarif paket INA-CBGs3.1

Hasil Jumlah
No % Nilai (Rp)
Perhitungan Pasien
1 Kerugian 54 61 Rp 68,774,173
2 Keuntungan 35 39 Rp 9,605,291
Selisih kerugian Rp 59,168,882

Berikut tabel tentang rincian selisih biaya riil rumah sakit dengan

tariff paket INA-CBGs 3.1 pada pasien Jamkesmas kasus persalinan


dengan section caesaria periode triwulan pertama tahun 2013 di RSUD

Tugurejo Semarang.

Tabel 4.2
Perbandingan biaya riil dengan tarif paket INA-CBGs 3.1

Jenis
No. Tarif Paket INA-CBGs
Pembedahan Biaya Riil Selisih
RM 3.1
Caesar
402292 Sedang Rp 5,898,641 Rp 3,468,960 Rp 2,429,681
403660 Ringan Rp 2,772,844 Rp 3,124,760 Rp 351,916
403987 Ringan Rp 3,442,948 Rp 3,124,760 Rp 318,188
404011 Ringan Rp 2,807,733 Rp 3,124,760 Rp 317,027
173150 Ringan Rp 3,485,426 Rp 3,124,760 Rp 360,666
402024 Sedang Rp 3,295,920 Rp 3,468,960 Rp 173,040
404435 Sedang Rp 2,930,909 Rp 3,468,960 Rp 538,051
398129 Ringan Rp 3,297,203 Rp 3,124,760 Rp 172,443
404606 Ringan Rp 3,057,457 Rp 3,124,760 Rp 67,303
404651 Ringan Rp 3,266,487 Rp 3,124,760 Rp 141,727
403574 Ringan Rp 3,416,059 Rp 3,124,760 Rp 291,299
404919 Ringan Rp 2,845,628 Rp 3,124,760 Rp 279,132
404859 Ringan Rp 2,909,573 Rp 3,124,760 Rp 215,187
404950 Sedang Rp 3,283,589 Rp 3,468,960 Rp 185,371
404956 Ringan Rp 3,318,031 Rp 3,124,760 Rp 193,271
405158 Ringan Rp 3,202,820 Rp 3,124,760 Rp 78,060
404150 Sedang Rp 3,416,005 Rp 3,468,960 Rp 52,955
405286 Ringan Rp 2,501,660 Rp 3,124,760 Rp 623,100
071043 Ringan Rp 3,357,536 Rp 3,124,760 Rp 232,776
405364 Ringan Rp 3,724,502 Rp 3,124,760 Rp 599,742
254716 Sedang Rp 10,743,046 Rp 3,468,960 Rp 7,274,086
401838 Ringan Rp 3,016,640 Rp 3,124,760 Rp 108,120
405011 Ringan Rp 3,045,832 Rp 3,124,760 Rp 78,928
405854 Ringan Rp 3,271,123 Rp 3,124,760 Rp 146,363
405900 Ringan Rp 3,059,528 Rp 3,124,760 Rp 65,232
246240 Sedang Rp 16,401,199 Rp 3,468,960 Rp 12,932,239
403740 Ringan Rp 3,220,913 Rp 3,124,760 Rp 96,153
406453 Ringan Rp 4,420,564 Rp 3,124,760 Rp 1,295,804
406480 Ringan Rp 3,008,201 Rp 3,124,760 Rp 116,559
156707 Ringan Rp 4,378,688 Rp 3,124,760 Rp 1,253,928
406725 Ringan Rp 2,672,911 Rp 3,124,760 Rp 451,849
406927 Sedang Rp 3,260,332 Rp 3,468,960 Rp 208,628
407196 Ringan Rp 3,200,822 Rp 3,124,760 Rp 76,062
396621 Ringan Rp 2,482,144 Rp 3,124,760 Rp 642,616
407813 Ringan Rp 2,686,626 Rp 3,124,760 Rp 438,134
408061 Ringan Rp 3,357,576 Rp 3,124,760 Rp 232,816
408123 Ringan Rp 2,408,609 Rp 3,124,760 Rp 716,151
179986 Ringan Rp 3,223,274 Rp 3,124,760 Rp 98,514
407959 Ringan Rp 3,415,516 Rp 3,124,760 Rp 290,756
408280 Ringan Rp 3,071,447 Rp 3,124,760 Rp 53,313
92282 Ringan Rp 3,260,010 Rp 3,124,760 Rp 135,250
408455 Ringan Rp 3,446,859 Rp 3,124,760 Rp 322,099
408835 Ringan Rp 2,612,364 Rp 3,124,760 Rp 512,396
408649 Ringan Rp 2,537,102 Rp 3,124,760 Rp 587,658
408861 Sedang Rp 16,087,088 Rp 3,468,960 Rp 12,618,120
408897 Ringan Rp 3,309,371 Rp 3,124,760 Rp 184,611
402901 Ringan Rp 3,455,841 Rp 3,124,760 Rp 331,081
409047 Ringan Rp 2,975,866 Rp 3,124,760 Rp 148,894
408919 Ringan Rp 2,782,609 Rp 3,124,760 Rp 342,151
409071 Ringan Rp 3,587,082 Rp 3,124,760 Rp 462,322
404593 Ringan Rp 3,028,039 Rp 3,124,760 Rp 96,721
409365 Ringan Rp 3,363,413 Rp 3,124,760 Rp 238,653
266668 Ringan Rp 4,061,558 Rp 3,124,760 Rp 936,798
409484 Ringan Rp 2,666,918 Rp 3,124,760 Rp 457,842
409329 Ringan Rp 3,278,614 Rp 3,124,760 Rp 153,854
409510 Ringan Rp 3,390,790 Rp 3,124,760 Rp 266,030
409529 Ringan Rp 14,201,862 Rp 3,124,760 Rp 11,077,102
409370 Ringan Rp 3,388,298 Rp 3,124,760 Rp 263,538
410005 Ringan Rp 3,023,173 Rp 3,124,760 Rp 101,587
410006 Ringan Rp 3,553,567 Rp 3,124,760 Rp 428,807
134181 Sedang Rp 3,405,419 Rp 3,468,960 Rp 63,541
410084 Ringan Rp 3,141,685 Rp 3,124,760 Rp 16,925
096416 Ringan Rp 3,392,916 Rp 3,124,760 Rp 268,156
410191 Ringan Rp 3,201,167 Rp 3,124,760 Rp 76,407
410360 Ringan Rp 2,640,673 Rp 3,124,760 Rp 484,087
410403 Ringan Rp 3,156,597 Rp 3,124,760 Rp 31,837
410405 Ringan Rp 3,017,274 Rp 3,124,760 Rp 107,486
410435 Ringan Rp 3,076,387 Rp 3,124,760 Rp 48,373
410433 Ringan Rp 3,094,840 Rp 3,124,760 Rp 29,920
187413 Ringan Rp 2,830,434 Rp 3,124,760 Rp 294,326
407973 Ringan Rp 3,515,202 Rp 3,124,760 Rp 390,442
410673 Ringan Rp 3,337,799 Rp 3,124,760 Rp 213,039
410788 Ringan Rp 4,044,743 Rp 3,124,760 Rp 919,983
410795 Ringan Rp 2,527,713 Rp 3,124,760 Rp 597,047
020094 Ringan Rp 3,480,122 Rp 3,124,760 Rp 355,362
410828 Ringan Rp 3,442,300 Rp 3,124,760 Rp 317,540
409104 Ringan Rp 3,539,780 Rp 3,124,760 Rp 415,020
409964 Ringan Rp 3,074,110 Rp 3,124,760 Rp 50,650
411195 Ringan Rp 4,915,009 Rp 3,124,760 Rp 1,790,249
148916 Ringan Rp 3,625,039 Rp 3,124,760 Rp 500,279
411380 Ringan Rp 4,188,110 Rp 3,124,760 Rp 1,063,350
411384 Ringan Rp 3,868,775 Rp 3,124,760 Rp 744,015
214065 Ringan Rp 3,510,811 Rp 3,124,760 Rp 386,051
411688 Ringan Rp 4,239,847 Rp 3,124,760 Rp 1,115,087
255521 Ringan Rp 4,067,372 Rp 3,124,760 Rp 942,612
411884 Ringan Rp 3,429,488 Rp 3,124,760 Rp 304,728
411990 Ringan Rp 4,828,429 Rp 3,124,760 Rp 1,703,669
410836 Ringan Rp 3,551,961 Rp 3,124,760 Rp 427,201
412081 Ringan Rp 3,984,134 Rp 3,124,760 Rp 859,374

Keterangan :

Merah : kerugian

Hitam : keuntungan

Dari tabel 4.2 dapat diketahui rata-rata keuntungan dari selisih

biaya riil dengan tarif paket klaim INA-CBGs 3.1 adalah sebesar Rp

274.437 sedangkan rata-rata kerugian yang dilihat dari selisih biaya riil

dengan tarif paket klaim INA-CBGs 3.1 adalah sebesar Rp 1.273.595.

Berdasarkan hasil analisa dari 54 pasien yang biaya riil rumah

sakit melebihi tarif paket INA-CBGs 3.1 tersebut sebanyak 9 kasus biaya

kerugiannya diatas rata-rata kerugian sebesar Rp 1.273.595. Selain itu

juga terdapat beberapa kasus dengan nilai biaya riil yang tinggi tetapi

dalam klaim Jamkesmas dengan menggunakan software INA-CBGs 3.1

terklaim ke dalam kategori pembedahan caesar ringan. Dengan hasil

sebagai berikut :
Tabel 4.3
Selisih Biaya diatas rata-rata kerugian

No. Jenis Diagnosa Diagnosa


Biaya Riil Tarif INA-CBGs Selisih
RM Pembedahan Utama Sekunder

406453 Ringan Rp 4,420,564 Rp 3,124,760 Rp 1,295,804 O82.0 O36.3

156707 Ringan Rp 4,378,688 Rp 3,124,760 Rp 1,253,928 O82.0 O14.1

409529 Ringan Rp 14,201,862 Rp 3,124,760 Rp 11,077,102 O82.0 O90.0

411195 Ringan Rp 4,915,009 Rp 3,124,760 Rp 1,790,249 O82.0 O14.1 , O15.9

411990 Ringan Rp 4,828,429 Rp 3,124,760 Rp 1,703,669 O82.0 O36.3 , O63.0

No. Jenis Diagnosa Diagnosa


Biaya Riil Tarif INA-CBGs Selisih
RM Pembedahan Utama Sekunder

O44.1 , O99.0 ,
402292 Sedang Rp 5,898,641 Rp 3,468,960 Rp 2,429,681 O82.1
D62

O44.1 , O42.1 ,
254716 Sedang Rp 10,743,046 Rp 3,468,960 Rp 7,274,086 O82.1
D62

O44.1 , O99.0 ,
246240 Sedang Rp 16,401,199 Rp 3,468,960 Rp 12,932,239 O82.1
D62

408861 Sedang Rp 16,087,088 Rp 3,468,960 Rp 12,618,128 O82.1 O14.1 , O60.1

Dari tabel diatas diketahui kasus yang termasuk ke dalam kategori

pembedahan caesar sedang, diagnosa utama pada dokumen rekam

medis (DRM)nya adalah O82.1 (Delivery by emergency caesarean

section) sedangkan yang termasuk dalam kategori pembedahan caesar

ringan diagnosa utama pada dokumen rekam medis (DRM)nya adalah


O82.0 (Delivery by elective caesarean section). Sehingga sebesar

apapun biaya riil pada pasien tersebut apabila diagnosa utamanya O82.0

maka dalam klaim Jamkesmas dengan menggunakan software INA-

CBGs 3.1 akan keluar tarif klaim sesuai dengan tarif kategori

pembedahan caesar sedang yaitu sebesar Rp3.468.960. Diagnosa yang

tertulis pada dokumen rekam medis (DRM) pasien tidak semua masuk

kedalam grouper karena tidak semua diagnosa lain yang timbul masuk ke

diagnosa utama sehingga grouper tidak menganggap sebagai diagnosa

komplikasi dan hasil dari grouper adalah 1 kode INA-CBGs dengan kata

lain hasil klaim tergantung pada sistem grouper INA-CBGs 3.1 yang

apabila kode diagnosa sekunder yang dimasukkan dianggap bukan faktor

yang memberatkan atau mempengaruhi diagnosa utama maka sistem

grouper akan menolak diagnosa sekunder tersebut.

Karena keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti 9

dokumen dari seluruh sampel yang selisih antara biaya riil dan tarif klaim

INA-CBGsnya diatas rata-rata nilai kerugian dan peneliti tidak meneliti

tentang keakuratan pemberian kode diagnosa dan kode tindakan yang

menjadi salah satu pengaruh terhadap besaran nilai tarif klaim

Jamkesmas dengan menggunakan software INA-CBGs 3.1 yang diterima,

sehingga peneliti hanya meneliti tentang selisih biaya riil perawatan

pasien selama di rumah sakit dengan tarif hasil klaim Jamkesmas dengan

software INA-CBGs 3.1 di RSUD Tugurejo Semarang.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Biaya Riil Rumah Sakit Pasien Jamkesmas Kasus Persalinan dengan

Sectio Caesaria

Pelayanan kesehatan adalah suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan suatu proses

kegiatan pemberian jasa atau pelayanan di bidang kesehatan yang

(8 )
hasilnya dapat berupa pelayanan.

Pelayanan keperawatan termasuk dalam kelompok pelayanan

utama dalam rumah sakit. Pelayanan keperawatan dilakukan oleh

berbagai staf medik sesuai dengan jenis dan status penyakit pasien. ( 23)

Setiap pelayanan di rumah sakit mempunyai nilai atau biaya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku yang harus ditanggung oleh pasien yang

mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit kecuali pasien yang

menggunakan asuransi kesehatan, biaya pelayanan kesehatannya akan

ditanggung oleh asuransi yang diikutinya. Pembiayaan kesehatan atau

pendanaan kesehatan merupakan suatu cara seseorang memenuhi

kebutuhan medisnya. Dana tersebut digunakan sebagai imbalan jasa


kepada sarana pelayanan kesehatan maupun tenaga medis atas segala

tindakan yang dilakukan dalam proses pelayanan kepada pasien. Biaya

pelayanan kesehatan harus sesuai dengan tingkat perekonomian

masyarakat agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati dan bukan

(11)
hanya sebagian kecil masyarakat saja.

Berdasarkan hasil penelitian biaya perawatan pasien Jamkesmas

kasus persalinan dengan sectio caesaria dengan billing sistem dimana

biaya perawatan pasien Jamkesmas setara dengan biaya perawataan

kelas III didapatkan hasil jumlah biaya riil terbesar adalah sebesar Rp.

16.401.199 dan biaya riil terkecil adalah sebesar Rp. 2.408.609. Diketahui

biaya rata-rata persalinan dengan sectio caesaria adalah sebesar Rp

3.828.253. Sedangkan berdasarkan jenis pembedahan caesar di RSUD

Tugurejo Semarang yang terbagi menjadi ringan dan sedang didapatkan

hasil biaya terbesar pada kasus pembedahan caesar ringan adalah

sebesar Rp16.087.088 dan biaya terendah sebesar Rp 2.408.609. Untuk

kasus pembedahan caesar sedang biaya terbesar adalah Rp 16.401.199

dan terendah Rp 2.930.909

Dalam perawatan pasien rawat inap untuk pasien kasus

persalinan dengan sectio caesaria juga mendapatkan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan penunjang di RSUD Tugurejo Semarang

meliputi radiologi, laboratorium patologi klinik, bank darah, laboratorium

patologi anatomi dan kerohanian. Pelayanan pemeriksaan penunjang

pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk

perawatannya. Untuk pasien persalinan dengan sectio caesaria menurut

hasil penelitian menggunakan pelayanan pemeriksaan penunjang berupa


laboratorium klinik dan bank darah sesuai dengan kebutuhan masing-

masing pasien. Pemeriksaan penunjang juga dapat mempengaruhi biaya

riil rumah sakit untuk perawatan pasien rawat inap.

Prosedur dalam perawatan dan pengobatan pasien di RSUD

Tugurejo Semarang belum terkendali secara efektif dan efisien, misalnya

kondisi pasien yang membutuhkan terapi obat yang lebih banyak saat

pemulihan setelah operasi atau dengan komplikasi tertentu yang

membutuhkan obat khusus yang relatif mahal tindakan perawatan dan

pengobatan yang diberikan oleh masing-masing dokter berbeda antara

satu dengan yang lainnya karena belum diterapkannya Clinical Pathway

di RSUD Tugurejo Semarang. Sedangkan pelayanan pengobatan di

rumah sakit menurut Permenkes No 40 tahun 2012 tentang pedoman

pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat untuk pelayanan

obat dalam program Jamkesmas mengacu pada Formularium Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Kewajiban Menggunakan Obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, sesuai ketentuan

( 3)
peraturan perundang-undangan.

Perawatan intensif adalah apabila pasien yang bersangkutan

kondisi sebelum atau sesudah dilakukan operasi pembedahan caesar

mengharuskan dirawat di ruang khusus yaitu ICU atau HCU. Hal tersebut

juga mempengaruhi biaya pelayanan terhadap pasien tersebut.

Lama pasien dirawat juga mempengaruhi penambahan jumlah

biaya perawatan pasien, lama pasien dirawat dipengaruhi oleh kondisi

pemulihan pasien pada masa penyembuhan setelah dilakukan tindakan


pembedahan caesar terhadapnya. Selain itu juga disebabkan oleh

kebiasaan umum atau mitos pasien yang tidak mau pulang pada hari-hari

tertentu walaupun sudah mendapatkan ijin untuk pulang dari dokter yang

merawatnya masih menjadi fenomena tersendiri, hal ini otomatis akan

langsung berpengaruh pada penambahan jumlah lama dirawat dan

penambahan biaya akomodasi rawat inap. Hal yang paling utama adalah

karena belum diterapkan Clinical Pathways dalam proses pelayanan

rawat inap pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang khususnya

pelayanan tindakan bedah. Selama ini praktisi medis hanya berpedoman

pada standar pelayanan medis yang ada.

Biaya perawatan yang melebihi rata-rata tersebut harus

mendapatkan perhatian dari manajemen rumah sakit dengan cara

melakukan evaluasi dan perbaikan metode pelayanan yang lebih efisien

dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada pasien dengan cara penerapan Clinical Pathways. Jika tidak

maka akan terus dijumpai dan dapat merugikan keuangan rumah sakit

meskipun dikenal prinsip subsidi silang dalam pemberlakuan sistem

casemix.

B. Tarif Paket INA-CBGs 3.1

Penetapan tarif pelayanan kesehatan untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan didasarkan pada ketetapan tarif Jamkesmas disetiap

rumah sakit yang berlaku di rumah sakit umum dan khusus yang telah

ditetapkan dalam SK Menkes RI. Selain itu tarif pelayanan ini juga

disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit pasien selama dirawat di

(10 )
ruang perawatan rumah sakit umum dan khusus.
Case Base Groups (CBG’s), yaitu cara pembayaran perawatan

pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif

sama. Sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan

dengan mutu, pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan kesehatan

yang menjadi salah satu unsur pembiayaan pasien berbasis kasus

campuran, merupakan suatu cara meningkatkan standar pelayanan

kesehatan rumah sakit. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran

berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok

diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan kesehatan sejenis

kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang

dirawat di sebuah rumah sakit diklasifikasikan ke dalam kelompok yang

sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif

sama.

Dalam pembayaran menggunakan CBG’s, baik rumah sakit

maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian

pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan

diagnosis keluar pasien dan kode CBG’s. Besarnya penggantian biaya

untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider –

asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu

lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga

sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis

(5)
maupun kasus penyakitnya.

Selama ini yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan pasien di

sarana pelayanan kesehatan adalah dengan Fee-for-service (FFS), yaitu

Provider layanan kesehatan menarik biaya pada pasien untuk tiap jenis
pelayanan yang diberikan. Setiap pemeriksaan dan tindakan akan

dikenakan biaya sesuai dengan tarif yang ada di rumah sakit. Tarif

ditentukan setelah pelayanan dilakukan. Dengan sistem Fee-for-service

(FFS) kemungkinan moral hazart oleh pihak rumah sakit relatif besar,

karena tidak ada perjanjian dari awal antara pihak rumah sakit dengan

pasien, tentang standar biaya maupun standar lama waktu hari

(5)
perawatan (length of stay).

Sesuai dengan hasil observasi di bagian klaim Jamkesmas pada

klaim INA-CBGs pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang, kasus

persalinan dengan sectio caesaria dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu

operasi pembedahan caesar ringan dengan kode INA-CBGs O-6-10-I dan

operasi pembedahan caesar sedang dengan kode INA-CBGs O-6-10-II.

Sedangkan kode tindakan untuk pembedahan caesar tersebut adalah

74.1 (low cervical caesarian section).

Nilai klaim INA-CBGs untuk masing-masing kategori adalah Rp

3.468.960 untuk operasi pembedahan caesar sedang dan Rp 3.124.760

untuk operasi pembedahan caesar ringan.

C. Perbandingan Biaya Riil Rumah Sakit dengan Tarif INA-CBGs 3.1

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya dengan cara

menghitung biaya riil dikurangi dengan tarif paket INA-CBGs 3.1

didapatkan 53 dari 89 pasien atau sebesar 60% biaya riil rumah sakit

melebihi tarif paket INA-CBGs 3.1 atau dengan total selisih biaya

keseluruhan mencapai Rp68.933.762. Sedangkan 36 dari 89 pasien atau

sebesar 40% biaya riil rumah sakit kurang dari tarif paket INA-CBGs 3.1

atau dengan total keuntungan sebesar Rp9.764.880. Sehingga hasil akhir


penghitungan selisih kerugian biaya riil rumah sakit dengan tarif paket

INA-CBGs 3.1 adalah senilai Rp 59.168.882.

Selisih kerugian tersebut hanya terdapat pada kasus persalinan

dengan sectio caesaria pada triwulan pertama tahun 2013 saja , dan

dalam penelitian ini tidak diketahui bagaimana kerugian untuk pelayanan

medik rawat inap yang lain pada pasien Jamkesmas seperti tindakan

operatif selain sectio caesaria, pasien dengan kasus penyakit dalam ,

saraf dan lainnya.

Selisih biaya tersebut kemungkinan disebabkan karena di RSUD

Tugurejo Semarang belum diterapkan Clinical Pathways dalam

pemberian pelayanan rawat inap kepada pasien Jamkesmas sehingga

berdampak prosedur dalam perawatan dan pengobatan pasien yang

diberikan masing-masing dokter berbeda dan belum terkendali secara

efektif dan efisien, yang berjalan selama ini praktisi medis hanya

berpedoman pada standar pelayanan medis yang ada. Pada prinsipnya

standar pelayanan medis belum tentu sama dengan Clinical Pathways.

Clinical Pathway dapat digunakan sebagai salah satu komponen Cost

analisys, Clincal Pathway tidak digunakan untuk memperkirakan tarif

melainkan untuk maintenace cost weigth (berkaitan langsung dengan

standarisasi Length Of Stay). Clinical Pathway adalah suatu konsep

perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang

diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan

asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan

dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Tujuan dari Clinical

Pathway sendiri antara lain mengurangi variasi dalam pelayanan


sehingga biaya lebih mudah diprediksi, pelayanan lebih terstandarisasi,

meningkatkan kualitas pelayanan (Quality of Care), meningkatkan

prosedur costing, meningkatkan kualitas dari informasi yang telah

dikumpulkan serta sebagai counter-check terutama pada kasus-kasus

high cost, high volume. Manfaat dari Clinical Pathway adalah mendukung

pengenalan evidence-based medicine dan penggunaan pedoman klinis,

meningkatkan komunikasi antar disiplin, teamwork dan perencanaan

perawatan, menyediakan standar yang jelas dan baik untuk pelayanan,

membantu mengurangi variasi dalam perawatan pasien (melalui standar),

meningkatkan proses manajemen sumber daya, menyokong proses

Quality Improvement secara berkelanjutan, membantu dalam proses audit

klinis, meningkatkan kolaborasi antar dokter & perawat, meningkatkan

peran dokter dalam perawatan. (14)

Kesalahan dalam pemberian kode diagnosa baik diagnosa primer

maupun diagnosa sekunder/komplikasi oleh petugas koding (koder) juga

akan mempengaruhi hasil nilai klaim INA-CBGs. Karena keterbatasan

dalam penelitian ini maka tidak dilakukan penelitian mengenai keakuratan

kode diagnosa primer maupun sekunder, oleh karena itu diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai keakuratan pemberian kode diagnosa

pada kasus ini. Sedangkan dari pihak rumah sakit sendiri perlu

melakukan audit koding secara berkala untuk meminimalisasi terjadinya

kesalahan pemberian kode diagnosa oleh petugas koding.

Kemungkinan yang lain adalah tentang pembuatan daftar tarif

paket INA-CBGs 3.1 oleh pemerintah yang belum seimbang dengan

realita biaya perawatan di rumah sakit. Adanya kenaikan harga


sumberdaya dipasaran khususnya harga obat-obatan juga dapat

mempengaruhi jumlah biaya perawatan pasien. Diagnosa yang tertulis

pada dokumen rekam medis (DRM) pasien juga tidak semua masuk

kedalam grouper karena tidak semua diagnosa lain yang timbul masuk ke

diagnosa utama sehingga grouper tidak menganggap sebagai diagnosa

komplikasi dan hasil dari grouper adalah 1 kode INA-CBGs.

Dari berbagai kondisi tersebut diatas, maka manajemen rumah

sakit mempunyai pekerjaan rumah yang harus segera diatasi. Manajemen

rumah sakit harus segera melakukan evaluasi dan menentukan program

perencanaan untuk penanganannya, sebab pelayanan lanjutan ini

dilakukan pada setiap harinya dengan kapasitas pelayanan rawat inap

kelas III sebagian besar digunakan oleh pasien Jamkesmas. Dengan

adanya perencanaan yang pasti dan dengan penerapan sistem

pengendalian proses pelayanan rawat inap berupa Clinical Pathways

maka RSUD Tugurejo Semarang akan mampu memberikan pelayanan

kesehatan secara efisien dengan tetap memperhatikan kualitas dan mutu

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian, yang dapat disimpulkan dari

penelitian ini antara lain :

d. Rata-rata besar perbedaan antara biaya riil dengan tarif INA-

CBG’s pada kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD


Tugurejo Semarang untuk kerugian sebesar Rp 1.273.595 dan

keuntungan sebesar Rp 274.437.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya riil rumah sakit pada

kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD Tugurejo

Semarang diantaranya biaya pemeriksaan penunjang, biaya

pengobatan, perawatan intensif, serta lama dirawat.

f. Rata-rata total biaya persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD

Tugurejo Semarang adalah sebesar Rp 3.828.253.

g. Perbandingan biaya perawatan di rumah sakit dengan tarif INA-

CBG’s untuk kasus persalinan dengan Sectio Caesaria di RSUD

Tugurejo Semarang tahun 2013 adalah sebesar 61% biaya riil

rumah sakit melebihi tarif paket INA-CBGs 3.1 atau dengan total

selisih biaya keseluruhan mencapai Rp68.774.173 dan 39% biaya

riil rumah sakit kurang dari tarif paket INA-CBGs 3.1 atau dengan

total keuntungan sebesar Rp9.605.291. Sehingga hasil akhir

penghitungan selisih biaya kerugian yang didapatkan adalah

senilai Rp 59.168.882.

B. Saran

1. Segera diterapkan clinical pathway dalam pemberian pelayanan rawat

inap kepada pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang.

2. Melakukan evaluasi kembali penghitungan biaya pelayanan medis

untuk mencapai efisiensi yang tinggi dengan tetap memperhatikan

mutu pelayanan di rumah sakit.


3. Mengusulkan hasil tinjauan penghitungan biaya pelayanan medis ke

panitia penyusunan biaya agar dapat dilakukan revisi terhadap Perda

Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah serta

revisi pembuatan daftar tarif paket INA-CBGs 3.1 oleh pemerintah

4. Melakukan audit medik dalam penetapan diagnosa utama oleh dokter

dan melakukan audit koding untuk memastikan bahwa kode diagnosa

dan kode tindakan yang ditetapkan benar-benar akurat, karena

keakuratan penetapan diagnosa dan pemberian kode akan

mempengaruhi hasil grouping kode INA-CBGs 3.1 yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai