TINJAUAN PUSTAKA
Usia
danpelaksanaanya
Lanjut
di
dilakukan
masyarakat,
oleh
dimana
masyarakat
diproses
bersama
pembentukan
Lembaga
Swadaya
Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan
preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan
pemerintah
melalui
pelayanan
kesehatan
bagi
lansia
yang
yaitu
Penentuan
tingkat
perkembangan
kelompok
Lansia
didasarkanindikator terendah yang terdiri dari pratama, madya, purnama dan mandiri.
1. Kelompok lansia pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang
terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali, jumlah kader aktif
terbatas, serta masih memerlukan dukungan dan dari pemerintah.
2. Kelompok lansia madya adalah kelompok yang telah berkembang dan
melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8 kali setahun, jumlah
kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program 50% serta masih memerlukan
dukungan dana dari pemerintah.
3. Kelompok lansia purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan
kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali stahun dengan beberapa kegiatan
tambahan diluar kesehatan dan cakupan lebih tinggi (60%).
4. Kelompok lansia mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan tambahan
yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri
(Depkes RI, 2003).
2.1.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia
dikelompokkan, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah
sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
1. Meja 1 : Pencatatan/registrasi data demografi dan data kesehatan lansia :
a) Lansia menuju meja 1 untuk dilakukan pencatatan/registrasi
b) Registrasi dilakukan oleh kader, bagian dari registrasi antara lain :
nomor urut, nomor register, nama , jenis kelamin , umur, alamat
pemeriksaan
oleh
kader
meja
kesehatan
2 untuk
anggota
menuju
meja
untuk
dilakukan
penilaian
menuju
meja
untuk
dilakukan
penilaian
tingkat
kemandiriannya
2.1.6 Pengorganisasian
Kedudukan posyandu sebagai suatu bentuk peran serta masyarakat yang
diselenggarakan oleh swadaya masyarakat lainnya dengan bantuan teknis dari
puskesmas, pemerintah daerah, organisasi sosial, dinas pendidikan, pertanianan,
agama dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sebagai kegiatan
swadayamasyarakat yang semula dikenal kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa
(Depkes RI, 1998).
Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat
setempat, maka yang menjadi tugas dari kader, pemimpin kader dan pemuka
masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa
posyandu adalah milik warga, pemerintah khususnya petugas kesehatan hanya
berperan membantu, di Indonesia dana digunakan untuk pelaksanaan posyandu lansia
dari dan oleh masyarakat (Azwar, 2002).Penyelenggaraan kegiatan posyandu itu
sendiri adalah kader dan koordinator kader yang telah mendapatkan pelatihan
tehnis.Pada prinsipnya pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap individu, tim dan organisasi (Depkse RI, 2005).
2.1.7 Indikator Keberhasilan Posyandu Lansia
Penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan
digunakan
dengan
menggunakan
data
pencatatan
danpelaporan,
kesehatan
adalah
setiap
kegiatan
untuk
memelihara
dan
kesehatan dapat dilihat dari dua aspek yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan.Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yakni aspek kuratif
(pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari sakit atau cacat, sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu aspek
preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu
sendiri).
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu
wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi 3 yakni : sarana
pemeliharaan kesehatan tingkat primer, sekunder dan tertier (Notoatmodjo, 2007).
Pelayanan kesehatan di Posyandu lansia meliputi permeriksaan kesehatan
fisik maupun mental emosional.Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia sebagai alat
pencatatan dan pemantauan untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman maslah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia atau
catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas (Depkes RI, 2003).
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Landia di Posyandu
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
4.
5.
6.
Pemeriksaan adanya gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7.
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal
8.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7
9.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health
Nursing).
lain
para
pemakai
jasa
pelayanan
dan
pihak
lain
tata
cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberi pelayanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan antara lain :
1. Faktor Sosiokultural
Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai sosial
yang ada dimasyarakat.
a. Tehnologi
Tehnologi dipertimbangkan sebagai faktor sosiokultural, berlawanan dengan
faktor organisasi untuk menunjukkan kontrol yang relatif kecil dari pimpinan
pelayanan
kesehatan
yang
menanganinya.Kemajuan
tehnologi
dapat
mudah
atau
sulit
untuk
digunakan.Ketersediaan
danasesuaidengan
usulan
kegiatan
yangdisetujui
dengan
2.2
Lansia
telah mencapai usia 60 tahun keatas. Sedangkan menurut UU RI Nomor 4 tahun 1965
lanjut usia adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas. Secara umum seseorang
dikatakan lansia jika sudah berusia 60 tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi
tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologi dan kronologis. Manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial (Maryam, 2008).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut usia perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar Selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya sehingga dapat ikut
serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 138
dalam (Muwarni dan Priyantari, 2011).
Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan
individu antara lain :
1.
Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang merasa sakit dan memang secara
klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada
gangguan fungsi tubuh.
2.
3.
membedakan ras, suku, agama, kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya, saling menghargai dan toleransi
4.
Usia biologis, yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya
berada dalam keadaan hidup tidak mati.
2.
3.
kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung dengan
tahun kalender (di Indonesia belum ada) dan umur biologis adalah umur sebenarnya.
Menurut organisasi kesehatan dunia kesehatan dunia, WHO dalam Nugroho
(2008) pembagian lanjut usia meliputi empat tahapan yakni :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 49 sampi 59 tahun
2. Lanjut usia (erderly), antara 60 dan 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antar 76 dan 90 tahun
4. Usia sangat tua diatas 90 tahun
Menurut Harlock (1979) dalam Nugroho (2008), pembagian lanjut usia
terbagi dalam dua tahap, yakni :
1.
2.
dan
sel
susunan
syaraf
pusat
padaorang
lansia
yang
g.
h.
i.
Teori rantai silang, teori inimenjelaskan bahwa sel-sel yang tua atau
usang, reaksi kimianya dapat menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan elastisitas berkurang dan
menurunnya fungsi.
j.
organisme untuk
2.
Teori Psikologi
a. Maslow Hierarky Human Needs Theory, teori Maslow mengungkapkan
hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal (kebutuhan fisiologi
dasar,keamanan dan kenyamanan, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi
diri).
b. Jungs Theory of Insvidualsm, teoriindividualsm yang dikemukakan Carl Jung
(1960) dalam Murwani dan Priyanrati (2011) mengungkapkan perkembangan
personaliti dari anak remaja, dewasa muda, dewasa pertengahanhingga
dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik internal maupun eksternal.
c. Course of Human Life Theory. Chorlotte Buhler dalam Murwani dan
Priyantari (2011)
juga
merupakan
penganut
teori psikologik
yang
terjadi pada seorang yang lansia dipengaruhi oleh type ressonality yang
dimilikinya.
f.Teori Pembebasan, teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia
seseorang, secara berangsur-angsur akan melepasakan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksinya menurun baik secara kualitas maupun secara
kuantitas sehingga seseorang sering terjadi kehilangan ganda (triple loss)
Tahap II
Tahap III
: tahap inisiatip
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
Tahap VIII
integrity),
dia
merupakan
orang
yang
memiliki
Conflict
Basic trust vs
mistrust
Autonomyvs
shame
Initiative vs
guilt
Industry
vs
inferiority
Identity
vs
confusion
Inimacy
vs
isolation
Generativit
vsstagnation
Integrity
vs
despair
Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan
merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.
2.2.3 Ciri-ciri yangdijumpai pada Lanjut Usia
Ciri-ciri yang dijumpai pada lanjut usai (lansia) adalah :
1. Dari Fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampakkendur, aktivitas
tubuh menurun danpenumpukan lemak dibagian perut dan panggul
2. Dari Psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian dan merasa
sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna (Wahyuita dan Fitrah, 2010).
2.2.4 Tipe Usia Lanjut
Beberapa tipe usia lanjut tergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan. Kondisi fisik,mental, sosial dan ekonomi. Adapun tipe-tipe lansia
tersebut antara lain :
1) Tipe arif bijaksana : Kaya akan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, keibuan, bersifat ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri : Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan
3) Tipe tidak puas : Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4) Tipe pasrah : Menerima dan menunggu nasib baik,mengikuti kegiatan agama,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
5) Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
Tipe lain dari lanjut usia adalah : optimis, konstruktif, dependen, defensif
(bertahan), militant dan serius,marah/frustasi dan tipe putus asa (Maryam dkk, 2008).
2.3
diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku lansia ke
kunjungan posyandu lansia akan dipermudah apabila lansia tersebut tahu apa
manfaatkunjungan ke posyandu lansia ke kesehatannya, tahu siapa dan bagaimana
cara menjaga kesehatannya.
Demikian juga, perilaku tersebut akan dipermudah bila lansia yang
bersangkutan mempunyai sikap yang positif tehadap kesehatannya. Disamping itu
Pengetahuan
Menurut Mubarak (2011) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran
2.
Sikap(Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulis atau objek. Menurut Thomas
dan Znanekci (1920), dalam Wawan dan Dewi (2010) menegaskan sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely
psychic inner state) , tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan
nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain :
a. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain
c. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang
d. Nilai
e. Orang penting sebagai referensi
f. Sumber-sumber daya, mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
g. Perilaku normal, kebiasaan dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang ada pada umumnya disebut
kebudayaan.
h. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan (Notoatmodjo, 2002)
Pengaruh orang lain yang dianggap penting : pada umumnya, individu cenderung
untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orangyang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dengan keinginan untuk menghindari komplik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
3.
4.
Media Massa : dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disamakan secara obyektif
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama : konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut menpengaruhi
sikap.
karena dengan sikap tersebut orang yang bersangkutan mudah diterima oleh
kelompoknya, karena ia tergabung dalam kelompok yang anti kemewahan.
2. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan
ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang
bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.Demi untuk mempertahankan
egonya,
orang
yang
bersangkutan
mengambil
sikap
tertentu
untuk
mempertahankan egonya.
3. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalanbagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan kepada dirinya. Dengan individu
mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ia menggambarkan keadaan
sistem nilai yang ada pada individu bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada
diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang bersangkutan
terhadapnilai tertentu.
4. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan ingin mengerti, denganpengalaman-pengalaman
untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya adalah tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau
diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang
dan
tanpa
adapembuktiannya
terlebih
dahulu
(Notoatmodjo,
sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit dan didaerah tersebut
tidak tersedia tempat pelayanan.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok usia lanjut, dibutuhkan
saranadan prasarana penunjang yaitu :
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku regetrasi bantu)
5. Kit lansia yang berisi : timbangan dewasa, meteran, pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer.
6. Kartu menuju sehat (KMS) lansia
7. Buku pedoman pemeliharaan kesehatan (BPPK) Lanisa (Depkes RI, 2003).
2.3.3. Penguat (Renforcing Faktor)
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum
menjamin terjadinya perilaku. Sering terjadi, bahwa individu/keluarga sudah tahu
manfaat dari melakukan kunjungan ke posyandu lansia dan sarana prasarana
mendukung, tapi tidak melakukannya karena alasan yang sederhana, misalnya orang
yang disegani didalam masyarakat belum memanfaatkan posyandu lansia dengan
maksimal.
1. Perilaku tenaga kesehatan
Perilaku dari segi biologis, adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,dari sudut pandang biologis semau
mahluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Jadi perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Skiner (1938) seorang
ahli psikologis dalam Alin (2009), merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
2. Dukungan pemerintah
Salah satu gerakan organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi
masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahtraan
keluarga adalah Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (PKK). Selain
ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam
PKK adalah peningkatan kesehatan dan spritual.
Peran PKK diharapkan dapat mengugah masyarakat agar termotivasi untuk selalu
dinamis, mau mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal
upaya peningkatan kesejahtraan keluarga. Dasawisma sebagai kelompok terkecil
dari kelompok-kelompok PKK memiliki peran strategis mewujudkan sejahtera
(Syahlan, 1996).
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga didefenisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2002)
yang dikutip oleh Nasution (2013) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal yang
perhatian,
disayangi,
dan
termasuk
bagian
dari
masyarakat
(Yanuasti,2001).
2.4.
Landasan Teori
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil proses pencarian pelayanan
di Negara
berkembang sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat sebagai usaha-usaha mengobati
sendiri penyakitnya atau mencari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan modern,
rumah sakit, puskesmas, perawat, praktek dokter, dll serta tradisional (dukun,sinhe,
dll).
Menurut Lawrence Green 1980 faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah :
tidaknya
fasilitas-fasilitas
atau
saran-sarana
kesehatan,
misalnya
a.
b.
c.
d.
e.
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai
Faktor Pendukung
a. Sarana prasarana atau fasilitas
b. Akses jarak
Pemanfaatan posyandu
lansia
Faktor Penguat
a. Perilaku petugas
b. Dukungan tokoh masyarakat dan
tokoh agama
c. Dukungan keluarga
Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green
Variabel Dependen
Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan lansia
b. Sikap lansia
Faktor pendukung
a. Sarana prasarana
Pemanfaatan posyandu
lansia
Faktor Penguat
a. Perilaku petugas
b. Dukungn PKK
c. Dukungan keluarga
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Selanjutnya defenisi dari kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Lansia menurut UU No. 13 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
60 tahun
2. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap mansia.
3. Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
4. Sarana prasaran adalah alat dan fasilitas yang ada untuk menunjang terlaksananya
pelayanan.