Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DAN HIPERTENSI

Oleh :

ISMET MAULANA

E.11.14.401.027

PRODI D III KEPERAWATAN T. III


STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Tlp/Fax (0265)235098
2014
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1. Definisi Keluarga
a. Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1) Unit terkecil dari masyarakat
2) Terdiri atas dua orang atau lebih.
3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4) Hidup dalam satu rumah tangga.
5) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga.
6) Berinteraksi di antara sesama anggota keluarga.
7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
8) Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan

2. Keperawatan Kesehatan Keluarga


a. Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul
Effendi,1998:39).

3. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami
dan hidup secara bersama–sama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di
sepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau
aktual.
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil.
Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
1. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Tugas perkembangan :
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
d. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga : keluarga suami, keluarga istri
dan keluarga sendiri.
2. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur
30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan
bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.

3. Keluarga dengan anak pra sekolah


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia
5 tahun.
Tugas perkembangan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat
anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga :
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan :
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.

6. Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap
sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang
tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
d. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga
rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini.

5. Keluarga sebagai Unit Keperawatan


Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah – masalah dalam kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
angota keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota
keluarganya yang menderita hipertensi.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi
anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.

6. Faktor yang Mempengaruhi Sehat - Sakit


Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L
Bloom yaitu :
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan
cara menghindari adanya stress.
b. Faktor social budaya
1) Factor social budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
a) Kebiasaan merokok
b) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
c) Pola diet tidak teratur
d) Bila sakit tidak segera berobat
2) Status social budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi
adalah:
a) Menghindari kebiasaan merokok.
b) Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .
c) berat badan dan olah raga yang terratur
d) Melakukan konril yang teratur.
c. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat hipertensi.
d. Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
7. Tugas Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan
Menurut Freedman ( 1981) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara
kesehatan keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi
yaitu :
a. Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang
gejala hipertensi.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga
yang menderita penyakit hpertensi.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepada anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat
mengatasi penyakit hipertensi.
f. Memodifikasi lingkungan yang mendujung pada kesehatan keluarga.

8. Peran Perawat dalam memberi Asuhan Keperawatan pada Keluarga yang


Menderita Penyakit Hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran
perawat diperlukan sebagai berikut :
a. Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi.
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan
kemampuam mereka dalam melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi
kepada keluarga bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita
penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan
keluarga serta mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi.

d. Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada
keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya.
e. Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari
perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi.
f. Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap
keluarga yang anggotanya mederita penyakit hipertensi.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI


1. Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolic
serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt kardiovaskuler
(Soekarsohardi,1999 : 151)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas
normal sesuai umur dan merupakan salah satu factor resiko terjadinya komplikasi
penyakit kardiovaskuler.

2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti
berrtambahnya usia, factor psikologis , dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi
tidak diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan
pemakaian oral kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan,
jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan
social ekonomi (Susi Purwati , 2000 : 25 )

3. Gejala Klinis
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi. Pada
hipertensi essensial dapat berjalan gejala dan umumnya baru timbul gejala setelah
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung yang sering di jumpai
berupa :
a. Sakit kepala
b. Vertigo
c. Perdarahan retina
d. Gangguan penglihatan
e. Proteinuria
f. Hematuria
g. Takikardi, palpitasi
h. Pucat dan mudah lelah

4. Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh
tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiac output dan tekanan peririfer.
Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang
meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya
volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput . Dalam sistim
Renin - Angiotensien - aldosteron pada patogenesis hipertensi, , glandula supra renal
juga menjadi factor penyebab oleh karena faktor hormon
Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angitensin I
menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE)
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang
mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot
untuk vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan
aldosteron yang akan meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan
natrium. Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan
cardiac output. (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 )
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jntung
koroner, gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak
( Sri Rahayu, 2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr Soetomo,1997).

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
(hiperkoagulabilitas, anemia).
b. BUN / kretinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa : hiperglikemia (HIPERTENSI adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin / serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa : darh. Protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal / adanya diabetes
j. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi
k. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, deposit / takik
aorta / pembesaran jantung
l. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
luas, peniggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila
penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan
darah diastoliknya diatas 85 sampai 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139
mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

9. Perawatan pada Penderita Hipertensi adalah sebagai berikut :


a. Berolah raga secara teratur
b. Obat-obatan penurun takanan darah antara lain :
1). Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
2). Betabloker :Proparnolol, dll.
3). Alfabloker : Prazosin dll.
4). Penghambat ACE : Kaptopril dll.
5). Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995).
c. Pengaturan diet
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor
yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada
tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan
pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (
untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah
serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit
untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :
Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi makanan
tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat
biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.

10. Dampak masalah


a. Terhadap individu.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya oleh penderita.
Kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul
tanpa gejala yang khas.
2) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala pusing dan bila
berlangsung lama disertai mual-mual dan muntah.
3) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung.
4) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering terbangun karena sering sakit
kepala dan tegang pada leher bagian belakang.
5) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama,
diet, olah raga, merokok, minuman beralkohol.
6) Pada pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan merasa tidak berdaya
dengan keberadaan sekarang.

b. Dampak masalah terhadap keluarga


1) Merepotkan dalam memberikan perawatan ,pengaturan diet, mengantar kontrol dan
manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
2) Produktifitas menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan
sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya
sehari-hari untuk kegiatan seperti semula.
3) Psikologi .
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.

c. Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran
dalam masyarakat Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan
terjadi ancaman kehilangan salah satu anggotanya. .

d. Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat,maka akan terjadi
beban pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.

11. Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan
asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana
yang telah direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
a. Pengkajian
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan ,status
kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga.
a) Struktur dan sifat anggota keluarga, anggota - anggota keluarga dan hubungan
dengan kepala keluarga
b) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur, kebiasaan makan dan
penggunaan waktu senggang.
c) Faktor sosial budaya dan ekonomi
d) Faktor lingkungan
e) Perumahan
f) Fasilitas social dan lingkungan
g) Fasilitas transportasi dan kesehatan
h) Riwayat kesehatan
2) Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam
family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau
keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
1) Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.

3) Penentuan prioritas masalah


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim
scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut

Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :

NO KRITERIA SKOR BOBOT


1 Sifat masalah
· Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
· Ancaman kesehatan 2 1
· Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
· Mudah 2
· Sebagian 1 2
· Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
· Tinggi 3
· Sedang 2 1
· Rendah 1

b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat
kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat
penykit hipertensi.
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan
manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami
manfaatnya.
c. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada
klien hipertensi adalah :
1) Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan
diet yang benar.
a) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
b) Kriteria hasil
- Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi
anggota kelurga yng menderita hipertensi.
- Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
c) Rencana tindakan
- Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
- Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaimana caranya
menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .

Rasional

- Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi


yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah
khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi
- Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang
rendah garam.
2) Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet.
a) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
b) Kriteria hasil
- Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
- Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
c) Rencana tindakan
- Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
- Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.

Rasionalisasi

- Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara


pengaturan diet untuk klien hipertensi
- Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.

3) Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita


hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan
dalam jumlah yang benar.
a) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Kriteria hasil
- Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
- Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien
hipertensi.
c) Rencana tindakan
- Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan
untuki klien hipertensi.
- Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh klien hipertensi.
- Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan
dengan jumlah yang tepat.
Rasionalisasi.
- Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
- Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
- Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah
yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya
sendiri.

4) Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi


berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
a) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi
makanan yang rendah garam.
b) Kriteria hasil
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
- Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam.
c) Rencana tindakan.
- Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap
klien hipertensi
- Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
- Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk
merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan
keinginan untuk merubah.
Rasional
- Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh
garam terhadap klien hipertensi
- Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
- Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga


berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
a) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat
keluarga.
b) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu
untuk pengobatan hipertensi.
c) Rencana tindakan
- Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
- Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman
yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
- Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki
tanaman obat keluarga.
Rasional
- Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
- Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat
tersebut kapan saja diperlukan.

d. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi
sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
1) Deteksi dini kasus baru.
2) Kerja sama lintas program dan lintas sektoral
3) Melakukan rujukan
4) Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)

e. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input
dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi :
1) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan
keperawatan.
2) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat
dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
3) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
4) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt Care, 1989: 97)

Anda mungkin juga menyukai