Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus merupakan rumah sakit milik Pemerintah
Propinsi Kalimantan Tengah Raya kelas B yang memiliki kapasitas 210 tempat tidur, RSUD
Mempunyai Luas Tanah ± 45.000 meter persegi dengan Luas Bangunan ± 15.455 meter persegi
RSUD Dr. Doris Sylvanus memiliki 23 pelayanan spesialis dan bebeapa subspeisalis termasuk :
bagian bedah anak , tumbuh kembang, kebidanan dan kandungan, saraf, jantung dan pembuluh
darah, saraf, kulit dan kelamin, mata, THT serta bagian gigi dan mulut , urologi, kesehatan jiwa
dan pskiater ,bagian paru, serta rehabilitas . Untuk layanan medical check up pemeriksaan patologi
klinik dan patologi anatomi juga sudah tersedia.
RSUD Dr. Doris Sylvanus mempunyai tenaga dokter spesialis sebanyak 44 orang. Tenaga
dokter Umum sebanyak 19 orang, dokter gigi sebanyak 8 orang, tenaga paramedis perawatan
sebanyak 219 orang, tenaga paramedis non perawatan sebanyak 88 orang, tenaga administrasi
sebanyak 79 orang dan tenaga honor sebanyak 109 orang.

5.2 Hasil Penelitian


Penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan , tingkat ekonomi dengan kejadian
preeklamsia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya telah dilaksanakan pada periode Juni-Juli
tahun 2017 dan didapatkan sampel sebanyak 88 orang. Sampel penelitian diambil dari lembar
wawancara preeklamsia di bagian obstetri dan ginekologi RSUD dr Doris Palangkaraya periode
Juni-Juli tahun 2017 yang telah didiagnosis preeklamsia oleh dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi. Sampel kehamilan normal tanpa komplikasi pada penelitian ini diambil dari lembar
wawancara kehamilan/persalinan di bagian obstetri dan ginekologi RSUD dr Doris Palangkaraya
periode Juni-Juli tahun 2017 didapatkan sebanyak 55 orang. Sampel Kehamilan dengan
preeklamsia didapatkan 33 orang Data yang dikumpulkan adalah data primer.
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden
Distribusi frekuensi karakteristik responden mencakup udia , pendidikan dan status bekerja. Untuk
distribusi usia ibu akan disajikan pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden di Bagian Obstetri dan
Ginekologi di RSUD dr. Doris Sylvamus periode Juni – Juli tahun 2017

Usia Ibu N Persen (%)


< 20 Tahun 5 5,7
20-35 Tahun 67 76,1
>35 Tahun 16 18,2
Total 88 100

Responden preeklamsia
Usia Ibu N Persen (%)
< 20 Tahun 5 15,2
20-35 Tahun 14 42,4
>35 Tahun 14 42,4
Total 88 100

Sumber : Klasifikasi Usia Produktif ibu berdasarkan Departemen Kesehatan RI26


Dari tabel 5.1 usia responden terbanyak adalah usia 20-35 yaitu 67 responden (76,1%) , dari total
responden keseluruhan yaitu 88 responden baik kasus dan kontrol sedangkan dari 33 responden
kasus preeklamsia responden kasus preeklamsia terbanyak terdapat pada responden berusia 20- 35
tahun dan > 35 tahun yaitu 14 orang (42,4%)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di Bagian Obstetri dan
Ginekologi di RSUD dr. Doris Sylvamus periode Juni – Juli tahun 2017
Tingkat Pendidikan N Persen (%)
SD 5 5,7
SMP 10 11,36
SMA 16 18,1
D3 16 18,1
S1 35 39,8
S2 6 6,8
TOTAL 88 100

Responden kasus preeklamsia


Tingkat Pendidikan N Persen (%)
SD 4 12,12
SMP 15 45,45
SMA 11 33,33
D3 2 6,06
S1 1 3,03
S2 0 0
TOTAL 33 100

Dari tabel 5.2 tingkat pendidikan responden terbanyak adalah S1 yaitu 35 responden (39,8%) ,
dari total responden berjumlah 88 yaitu responden kasus dan kontrol , sedangkan responden kasus
preeklamsia terbanyak terdapat pada responden pendidikan terakhir SMP yaitu 15 orang (45,44%)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Bagian Obstetri dan
Ginekologi di RSUD dr. Doris Sylvamus periode Juni – Juli tahun 2017

Pekerjaan N Persen(%)
Bekerja 65 73,9
Tidak Bekerja 23 26,1
Total 88 100
Pekerjaan N Persen(%)
Bekerja 10 30,31
Tidak Bekerja 23 69,69
Total 33 100

Dari tabel 5.3 responden terbanyak adalah responden yang bekerja yaitu 65 responden (73,9%)
, dari total responden berjumlah 88 yaitu responden kasus dan kontrol , sedangkan responden
kasus preeklamsia terbanyak terdapat pada responden yang tidak bekerja 23 orang (69,69%)

5.2.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsia pada Kasus dan Kontrol


Sebaran distribusi frekuensi usia pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada gambar 5. 1.

Gambar 5. 1. Distribusi Frekuensi kejadian preeklamsia Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di
RSUD dr. Doris Sylvanus Periode Juni – Juli Tahun 2017
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa dari 88 sampel yang didapat, bahwa jumlah responden
terbanyak pada penelitian ini yaitu responden tidak preeklamsia sejumlah 55 orang (62,5%) dan
sisanya mengalami preeklamsia sejumlah 33 orang (37,5%)

5.1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan pada Kelompok Kasus dan Kontrol

5.2.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan pada Kelompok Kasus dan Kontrol di
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni-Juli Tahun
2017

Gambar 5.2 menunjukan bahwa responden terbanyak pada penelitian ini memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 71 orang (80,7%) dan sisanya memiliki tingkat
pengetahuan pada kategori kurang sebanyak 17 orang (19,3%)
5.2.3 Distribusi Hubungan antaa Tingkat Ekonomi pada Kelompok Kasus dan Kontrol

gambar 5.3 menunjukan bahwa responden terbanyak pada penelitian ini memiliki tingkat ekonomi
pada kategori menengah ke Atas atau sebanyak 57 orang orang (64,8%) dan sisanya memiliki
tingkat ekonomi pada kategori menengah ke Bawah atau sebanyak 31 orang (35,2%)
5.2.4 Distribusi hubungan antara Tingkat pengetahuan dan kejadian preeklamsia

Tabel 5.1 Distribusi Hubungan antara Tingkat pengetahuan dan kejadian preeklamsia pada
responden di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni
– Juli 2017 .

Kejadian Preeklamsia
Jumlah P Value
Preeklamsia Tidak OR
Tingkat
preeklamsia
pengetahuan
N % N % n
Cukup 16 48,5% 55 100% 71
Kurang 17 51,5% 0 0% 17 0,000 4,438
Jumlah 33 100% 55 100% 88

Pada tabel 5.1 yang diperoleh hasil analisis sebagai berikut : menunjukan bahwa pada
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kategori cukup dan dan tidak mengalami
preeklamsia memiliki frekuensi terbanyak atau berjumlah 55 orang. Pada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang dan tidak mengalami preeklamsia memiliki
freekuensi terkecil atau berjumlah 0 orang . Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0,000)
yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
preeklamsia di bagian obstetrik dan ginekologi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode
Juni – Juli tahun 2017 . Didapatkan nilai Odds Ratio 4,438 yang berarti tingkat pengetahuan yang
dimiliki ibu berisiko 4,438 kali mengalami kejadian preeklamsia.

5.2.5 Distribusi hubungan antara Tingkat Ekonomi dan kejadian preeklamsia

Tabel 5.2 Distribusi Hubungan antara Tingkat pengetahuan dan kejadian preeklamsia
pada responden di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode
Juni – Juli 2017 .

Kejadian Preeklamsia
Jumlah P Value
Preeklamsia Tidak OR
Tingkat
preeklamsia
ekonomi
N % N % N
Menengah 2 6,01% 55 100% 57
ke atas 0,000 16,500
Menengah 31 93,9% 0 0% 31
ke bawah
Jumlah 33 100% 55 100% 88

Tabel 5.1.4 Distribusi Tingkat Ekonomi di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Doris

Sylvanus Palangkaraya periode Juni-Juli Tahun 2017.

Pada tabel 5.1.4 yang diperoleh hasil analisis sebagai berikut : menunjukan bahwa pada
responden yang memiliki tingkat ekonomi kategori menengah ke atas tidak mengalami
preeklamsia memiliki frekuensi terbanyak atau berjumlah 55 orang. Pada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang dan tidak mengalami preeklamsia memiliki
freekuensi terkecil atau berjumlah 0 orang . Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0,000)
yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
preeklamsia di bagian obstetrik dan ginekologi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode
Juni – Juli tahun 2017 . Didapatkan nilai Odds Ratio 16,5yang berarti tingkat pengetahuan yang
dimiliki ibu berisiko 16,5 kali mengalami kejadian preeklamsia.
.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian preeklamsia

Pada tingkat pengetahuan kurang memiliki angka preeklamsia lebih tinggi daripada
tingkat pengetahuan cukup , dimana jumlah pasien yang preeklamsia dan memiliki tingkat
pengetahuan kurang adalah 17 (51,51%) orang dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
adalah 16 (48,49%) orang. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian preeklamsia di RSUD
dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni-Juli tahun 2017 diketahui dengan menguji hipotesa
tersebut dengan uji chi-square. Hasil uji Chi Square diperoleh p = 0,000 yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan kejadian preeklamsia di RSUD dr Doris
Sylvanus Palangkaraya periode Juni – Juli 2017 . Didapatkan nilai Odds Ratio sebesar 4, 438
berarti tingkat pengetahuan mempertinggi terjadinya kejadian preeklamsia dan berpengaruh
sebesar 4,438 kali terhadap angka kejadian preeklamsia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya
periode Juni – Juli tahun 2017

Dari hasil pembahasan dan uji chi square menggunakan tabel 2x2 seperti yang telah
diuraikan maka dikatakan hipotesis diterima yakni terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dn kejadian preeklamsia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangakaraya Periode Juni – Juli Tahun
2017. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan 8 tahun 2007
dengan nilai p = 0,002 . nilai odds ratio 0,14 dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
mempengaruhi resiko terjadinya preeklamsia 0,14 kali . Hasil pembahasan uji statistik ini dapat
membuktikan bahwa hipotesis diterima sehingga terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan
kejadian preeklamsia periode Juni – Juli Tahun 2017
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden dengan kategori
cukup responden sudah mengerti tentang preeklampsia dari pengertian, gambaran klinis,
klasifikasi, tanda gejala, komplikasi, dan penanganan. Kemudian responden dengan kategori
kurang responden sudah mengerti tentang pengertian gambaran klinis dan tanda gejala namun
tidak mengetahui komplikasi dan penanganan . Pengetahuan preeklamsia merupakan hal penting
bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia selain ditunjang pula dari berbagai faktor
. Semakin sering ibu hamil memeriksakan kehamilannya akan semakin mudah menemukan adanya
gangguan dalam kehamilan.
Hasil dari penelitian Esti26 tahun 2013 bahwa terdapat pengaruh penyuluhan mengenai
tingkat pengetahuan terhadap preeklamsia , pada penelitian didapatkan nilai p <0,001 sehingga
dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan
terhadap responden.Topik yang disajikan dalam penyuluhan adalah arti definisi preeklampsia,
komplikasi preeklampsia, upaya pencegahan primer, faktor risiko preeklampsia, upaya deteksi
dini, peran serta kader dan gizi pada ibu hamil. Sampel yang diikutsertakan adalah sampel yang
menjawab setiap topik tanpa ada yang dikosongkan.Hasil analisis pretest pada semua responden
didapatkan delapan responden memiliki nilai ≥ 6 atau dengan persentase sebanyak 20%. Hal ini
memperlihatkan masih kurangnya pengetahuan responden mengenai preeklampsia. Setelah
dilakukan posttest terdapat 92,5% sampel yang memiliki nilai ≥6. Dengan demikian, hipotesis
yang menyatakan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan preeklamsia responden
dapat diterima dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian preeklamsia

Tingkat pengetahuan bagi ibu hamil berpengaruh untuk kesehatan ibu dan janin . Faktor
risiko seperti pengetahuan mengenai tidak periksa kehamilan, dan status kesehatan ibu yang juga
kurang adanya riwayat preeklamsia sebelumnya, riwayat keluarga preeklamsia (ibu atau saudara
perempuan), juga sangat berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia. Pengetahuan mengenai
Obesitas memicu kejadian preeklamsia, seseorang disebut mengalami obesitas apabila berat badan
naik melampaui 20% dari berat badan normal. Risiko preeklamsia meningkat sebesar 2 kali lipat
setiap peningkatan berat badan 20% dari berat badan normal, selain itu ditemukan adanya
peningkatan risiko preeklamsia dengan adanya peningkatan BMI. Wanita dengan BMI > 35
sebelum kehamilan memiliki resiko empat kali lipat mengalami preeklamsia dibandingkan dengan
wanita dengan BMI 19-27. Pada umumnya seseorang dengan obesitas memiliki pola makan
dengan rendah serat serta tinggi kalori dan lemak. Rendahnya serat mengakibatkan sedikitnya
konsumsi buah dan sayur dan penurunan antioksidan yang merupakan salah satu penyebab
meningkatnya risiko preeklamsia . Hasil penelitian tersebut di atas juga sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Sumiati dan Dwi Fitriyani yang mendapatkan dari 30 ibu hamil yang
diteliti, didapatkan kejadian preeklamsia dengan penderita obesitas sebanyak 27 ibu hamil 27

Menurut Manuaba pengetahuan ibu tentang preeklampsia sangatlah penting karena hampir
50% kematian ibu dan janin disebabkan oleh preeklampsia , sehingga merupakan hal yang penting
bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia sedini mungkin28
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh indah tahun 2016 di Puskesmas Juwana Kabupaten
Pati menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p= 0,113) > 0,05 antara tingkat
pengetahuan dan kejadian preeklamsia dengan frekuensi yang menderita kejadian preeklamsia
yang berpengetahuan rendah ada 13 orang dan bepengetahuan tinggi ada 7 orang. Kemudian untuk
ibu hamil yang tidak menderita preeklamsia berpengetahuan rendah ada 8 orang dan
berpengetahuan tinggi ada 12 orang Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan Kategori pengetahuan kasus dan kontrol yaitu kategori
tinggi ada 19 orang (47,5%) dan kategori pengetahuan rendah ada 21 orang (52,5%)29
Hasil penelitian yang tidak sesuai ini diduga disebabkan Rata-rata pendidikan responden yang
berbeda . Menurut teori Notoatmodjo , yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki
pengetahuan tinggi apabila orang tersebut memiliki pengetahuan yang baik dan memahami serta
mampu mengaplikasikan dalam keseharian. Kemudian seseorang dikatakan berpengetahuan
rendah, apabila orang tersebut baru sekedar mendengar dan tahu, namun belum memahami dan
belum menerapkan apa yang diketahuinya pada keseharian. Misalnya seperti pengetahuan yang
dimiliki ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia dalam masa kehamilan. Tidak semua ibu hamil
yang menderita preeklamsia memiliki pengetahuan rendah, hampir sebagian ibu hamil yang tidak
menderita preeklamsia i juga tidak paham tentang preeklamsia dalam kehamilan . Faktor lain yang
dapat memicu terjadinya hipertensi saat hamil adalah kurangnya informasi yang diperoleh ibu
hamil tentang pendidikan kesehatan ibu hamil. 30
Selain pengetahuan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada ibu
hamil adalah riwayat keluarga genetik, Riwayat hipertensi merupakan faktor risiko paling kuat
bagi ibu hamil untuk terkena preeklamsia saat masa kehamilan29
5.3.2 Hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian preeklamsia

Pada tingkat ekonomi menengah ke bawah memiliki angka preeklamsia lebih tinggi
daripada tingkat ekonomi menengah ke atas , dimana pasien yang preeklamsia dan memiliki
tingkat ekonomi menengah ke bawah adalah 31(93,9 % ) orang sedangkan pasien preeklamsia
yang memiliki tingkat ekonomi ke atas adalah 2 (6,1%) orang. Hubungan tingkat ekonomi dengan
kejadian preeklamsia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni-Juli tahun 2017
diketahui dengan menguji hipotesa tersebut dengan uji chi-square. Hasil uji Chi Square diperoleh
p = 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dan kejadian
preeklamsia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni – Juli 2017 . Didapatkan nilai
Odds Ratio sebesar 16,5 berarti tingkat pengetahuan mempertinggi terjadinya kejadian
preeklamsia dan berpengaruh sebesar 16,5 kali terhadap angka kejadian preeklamsia di RSUD dr
Doris Sylvanus Palangkaraya periode Juni – Juli tahun 2017 .

8
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rozikhan
tahun 2007, hasil penelitian menunjuksan bahwa kejadian preeklamsia di RS dr. H. Soewondo
Kendal tahun 2007 dari 56 responden yang masuk kategori menengah ke bawah sebanyak 31 orang
mengalami preeklamsia berat dan sebanyak 25 orang yang tidak mengalami preeklamsia berat.
Dari hasil analisis menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara hubungan ekonomi
dengan kejadian preeklamsia-eklamsia yang ditunjukan dengan nilai p<0,05

Seorang ibu hamil dengan status tingkat ekonomi yang kurang, tidak akan dapat memenuhi
kebutuhan akan akses ke tempat pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan komplikasi yang
terjadi dalam kehamilannya tidak terdeteksi secara cepat.Selain itu tingkat ekonomi dapat
dihubungkan dengan faktor pekerjaan menurut Manuaba penelitian di RSIA St Fatima yang
menyebutkan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja ibu rumah tangga mengalami preeklampsia
sebesar 71,9% dapat diduga seseorang tidak bekerja secara formal tingkat ekonomi lebih rendah
disbanding seseorang yang bekerja secara formal .

Hasil penelitian lain yang berbeda dengan hasil penelitian peneliti yaitu penelitian Anissa
tahun 2012 di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo kota makasar di dapatkan hasil bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara tingkat ekonomi dengan kejadian preeklamsia . pada penelitian ini
didapatkan hasil P = 0,77 Ini berarti tingkat ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian
preeklampsia30.

Hasil penelitian yang tidak sesuai ini diduga disebabkan karena tidak diketahui apakah hasil
penelitian mengenai tingkat ekonomi pendapatan nya adalah pendapatan keluarga atau pendapatan
ibu hamil tersebut . selain itu , Tingkat ekonomi biasanya akan menimbulkan permasalahan yang
kompleks, karena perasalahan tersebut mereka tidak sempat memperhatikan hal-hal lain dalam
kehidupan mereka yang bersifat sekunder, kecuali kebutuhan utamanya mencari nafkah sehingga
pasangan usia subur kurang memperhatikan masalah-masalah kesehatan . Pada tingkat ekonomi
menengah keatas seringkali adanya perilaku konsumtif dan gaya hidup tidak sehat yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan risiko
penyakit peningkatan terjadinya preeklamsia. Gaya hidup tidak sehat juga merupakan suatu gaya
hidup yang tidak memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain
makanan dan olahraga, kurangnya kesadaran dalam perilaku hidup sehat dan aktivitas yang padat
menjadi faktor tidak adanya waktu untuk berolahraga, serta asupan nutrisi yang kurang baik seperti
kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah akan berdampak pada kesehatan seseorang sehingga
menjadi faktor risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan 31,32

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan:
1. Perbedaan karakter masing-masing responden menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan
follow up dan kesabaran diperlukan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk meminta
responden mengisi kuesioner.

2. peneliti tidak dapat meneliti faktor – faktor lain yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia
pada kehamilan dan hanya meneliti tentang tingkat pengetahuan dan tingkat ekonomi terhadap
kejadian preeklamsia
26. Kementrian Kesehatan RI.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Availlable from :
www.depkes.go.id [diakses 24 agustus 2017 ]

26. Esti P. Pengaruh Penyuluhan Mengenai Preeklamsia Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada
Kader Posyandu di Kota Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ,2013
27. Sumiati, Dwi Fitriyani. Hubungan obesitas terhadap preeklampsia pada kehamilan di RSU Haji
Surabaya. Embrio, Jurnal Kebidanan. 2012; Vol I no. 2.

28. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta,2010

29.Indah F Hubungan Antara Pengetahuan , Sikap , dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi
pada Ibu Hamil di puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Fakultas Ilmu Kesehatan Program studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Surakarta,2016
30 Annisa. Hubungan Pola Makan , Ekonomi , Antenatal care dan Karakteristik Ibu Hamil
Dengan Kasus Preeklamsia di Kota Makassar.Makassar . Program Studi Ilmu Gizi .Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ,2012

31 . Ekaidem IS, Bolarin DM, Udoh AE. Plasma Fibronectin Concentration in Obese/Overweight
Pregnant Women: A Possible Risk Factor for Preeclampsia. Ind J Clin Biochem. 2011;
26(2):187–192.

32. Ehrenthal DB, Jurkovitz C, Hoffman M. et al. Prepregnancy body mass index as an
independent risk factor for pregnancy-induced hypertension. J Womens Health (Larchmt).
2011; 20(1):67-72.

31.

Anda mungkin juga menyukai