Anda di halaman 1dari 13

DENDAM

(Tugas Mata Kuliah Psikologi Gizi)

Disusun Oleh:
Rahmanita Sakwati (12310081)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANKA

JURUSAN GIZI

2013
ATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga penulisan makalah tentang “Mikrobiologi Dalam Makanan” ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Mikrobiologi yang telah di berikan oleh dosen kepada kami.

Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, dan kami
menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut makalah ini mungkin tidak
akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu pada kesempatan yang sangat
berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
dosen yang telah mendidik kami.

Semarang, 10 April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………………………….
i

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………
…….. ii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………
……. iii

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………
…. 1

BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………
.. 2

1. PengertianMikroorganisme…………………………………………………………………
… 2
2. Klasifikasi Mikroorganisme dalam Bidang Pangan…………………………………. 2
3. Peran Positif Bakteri dalam Bidang Pangan……………………………………………
3
4. Peran Negatif Bakteri dalam Bidang Pangan…………………………………………. 5

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………………. 9

1. A.
Kesimpulan………………………………………………………………………………………..
9
2. B.
Saran…………………………………………………………………………………………………
9
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………………….. 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung dilihat oleh
mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu dengan menggunakan alat
pembesar seperti mikroskop ataupun loop. Karena itulah makhluk yang dilihat dengan
mikroskop tersebut disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil.
Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya
makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia. Selain itu,
mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakkan. Proses perkembangbiakkan
dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam pertumbuhan mikroorganisme,
mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan pertumbuhan mikroorganisme dapat
dikendalikan oleh beberapa cara.
Dalam makalah ini akan dibahas khususnya tentang metode pengendalian pertumbuhan
mikroba.

TUBERKULOSIS ( TBC atau TB )


Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum.
Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru
TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagaimeningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Sewaktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam
tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran
langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

HIV/AIDS
Di Indonesia HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah menjadi epidemi yang angkanya
cukup tinggi di seluruh Asia. Saat ini, epidemi HIV masih terkonsentrasi dengan tingkat
penularan yang rendah pada populasi umum, namun tinggi pada populasi-populasi tertentu.
Ancaman epidemi tersebut telah terlihat melalui data infeksi HIV yang terus meningkat
khususnya pada kelompok beresiko tinggi di beberapa daerah.

Diperkirakan pada 2010 akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Dan sekitar 1 juta orang mengidap HIV.
Memang, penularan HIV tidaklah memandang usia, agama, status sosial, pendidikan, jenis
kelamin, ataupun lainnya. Kurangnya informasi dan pengetahuan serta kesadaran masyarakat
yang rendah tentang kesehatan reproduksi adalah salah satu sebab tingginya angka penularan
virus tersebut.
Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi bisa jadi salah satu tahap untuk mencegah
semakin meluasnya penularan HIV. Selain pendidikan kesehatan reproduksi termasuk pada
remaja, cara lain yang dapat dilakukan adalah intensifikasi terapi lanjut bagi HIV positif;
pencegahan komplikasi pada penderita; perbaikan fasilitas kesehatan; serta penurunan beban
sosial atau diskriminasi bagi penderita.
Umumnya upaya pencegahan penularan HIV dilakukan melalui tiga tahap. Antara lain:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada
seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik; tidak
menggunakan tindakan yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit.
Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS;
standarisasi nutrisi; menghindari seks bebas; secreening, dan sebagainya.
Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak mengalami
komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan
diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan
memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal
ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan
mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri
dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan
mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.

Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan
diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA
mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat
HIV/AIDS.
Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karena di dalamnya terdapat
tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam
merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam
aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dalam
penderita HIV/AIDS; Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami penurunan
imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan penularan
infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini
bisa dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai
cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko tinggi dan seks pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk
para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.

Terakhir, pendekatan agama bagi sebagian besar masyarakat juga merupakan pendekatan yang
penting. Sebab, dengan meningkatkan ajaran agama dan nilai budaya diharapkan perilaku
hubungan seks berisiko dapat dikurangi termasuk di kalangan muda mudi, sehingga angka
pertumbuhan HIV dapat menurun.

DIARE

Pengertian Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang
air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare
yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.

Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada
pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara
satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes
RI, 2007) :

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang
tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-
jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena
botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada
suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja
binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang
sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Penyebab
diare secara lengkap adalah sebagai berikut :

(1) infeksi yang dapat disebabkan :


a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas
b) virus missal : Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus
c) parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa,
Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto;
(2) alergi,
(3) malabsorbsi,
(4) keracunan yang dapat disebabkan;
a) keracunan bahan kimiawi dan
b) keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan dan
sayur-sayuran,
(5) Imunodefisiensi dan
(6) sebab-sebab lain (Widaya, 2004).

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok


yaitu:

1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari
tujuh hari),
2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga
disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Diare akut dapat mengakibatkan :


(1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hipokalemia,
(2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan
atau tanpa disertai muntah,
(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah
(Soegijanto, 2002).
Diare mengakibatkan terjadinya:
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan
asidosis metabolik.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia
dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita
dapat meninggal.
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah, kadang-
kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan
diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan
gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).

Gejala Diare
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium
dankalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan
yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang
dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah
dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah,
gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan
dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-
ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya
(Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat
ringan, sedang atau berat.
Pencegahan Penyakit Diare

KOLERA

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Kemudian, bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus.

1. Etiologi penyakit Kolera

Kolera adalah mikroorganisme berbentuk batang,berukuran pendek, sedikit melengkung dapat


bergerak, bersifat gram negatif dan mempunyai flagela polar tunggal. Terdapat berbagai sero tipe
V. Kolera yang dapat menimbulkan diare akut. V. Kolera tumbuh dengan mudah pada bermacam
media laboratorium non selektif yaitu agar Mac Conkey dan beberapa media selektif termasuk
agar garam empedu, agar gliserin-telurit-taurokholat serta agar trosulfat-sitrat-garam-empedu-
sukrosa (TCBS). Dikenal 2 biotipe V.Kolera. 01 diklasifikasikan sebagai klasik dan Elthor
berdasarkan atas hemolisin,hemaglutinasi, kerentanan terhadap polimiksin B, dan kerentanan
terhadap bakteriofag. Basil ini juga dibagi menjadi serogrup (yaitu serovar) didasarkan pada
aniten somatik atauO.V. Kolera 01 mempunyai dua tipe antigenik O mayor (Ogawadan India)
dan tipe intermediate tidak stabil (Hikojima).

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit KOLERA :


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu
belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi
diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan
samarnya jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan,
antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan
mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya
seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain
yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat
mengakibatkan kematian.
B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit KOLERA :
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik.
Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap
menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang
biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air
tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan
dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.

C. Cara Pengobatan/Pencegahan Penyakit KOLERA :


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan
prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak
terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci
sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan
ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera
dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

v CACAR ( HERPES )

Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa ditandai dengan
badan yang terasa pana

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit CACAR :


Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah
demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya
bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain
yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit CACAR :

Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun
pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa
melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah.
Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga
penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan
timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-
zoster.

Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya
virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion
dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan
kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan
penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila
terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan
tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

C. Cara Pengobatan/Pencegahan Penyakit CACAR:


Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung
cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain
(infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit.
Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena
bisa menimbulkan shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk


mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.
Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai
antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari
ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir
saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters).

Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita
penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai
upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak
sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa
pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk
menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa
bertahan sampai 10 tahun

PANEUMONIA

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit PANEUMONIA :

Gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam,
dan kesulitan bernafas. Sedangkan tanda-tanda menderita Pneumonia dapat diketahui setelah
menjalani pemeriksaan X-ray (Rongent) dan pemeriksaan sputum.

B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit PANEUMONIA :

Cara penularan virus atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui
pasti, namun ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit
Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah :
1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para
penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang
pernah/rutin menjalani kemoterapy (chemotherapy) dan meminum obat golongan
Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan
tubuh (Immun) yang lemah.

2. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran
pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila
riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia. Alkohol dapat berdampak
buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dalam
melawan suatu infeksi.

3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan
tindakan ventilator (alat bantu nafas) 'endotracheal tube' sangat beresiko terkena Pneumonia.
Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah
kerongkongan, bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka
potensial tinggi terkena Pneumonia.

4. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani
apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker
adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudah menderita
penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.

5. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga
menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena
penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus
berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.

C. Cara Pengobatan/Pencegahan Penyakit PANEUMONIA:


Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat
keparahan gejala yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu sendiri.
1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik. Pengobatan
haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau hasil
pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak
maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita.

2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang hampir sama
dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake
cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.

3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan pemberian
antijamur.

Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit
kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup
membuat penderita bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses
pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.

DEMAM BERDARAH ( DBD )

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit DBD :


Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena),
dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit DBD :

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD
akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa
bagi penduduk disekitarnya.

C. Cara Pengobatan Penyakit DBD:

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,


mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk


mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika
jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan
yang timbul, misalnya :
- Paracetamol membantu menurunkan demam
- Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
- Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.
Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan
alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun
khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat
mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

DEMAM TIFOID

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit DEMAM TIFOID :

Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.

Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan
dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara
lain ;

1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa
mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi
gangguan kesadaran.

B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit DEMAM TIFOID :


Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui
makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan
melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian
berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

C. Cara Pengobatan Penyakit DEMAM TIFOID:

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types
bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,
kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti
demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan
antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi
pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada
yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole,
kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan
menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

BATUK

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit BATUK :


Gejala dari penyakit ini adalah saat kita merasa gatal-gatal pada
B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit BATUK :
Cara penilarannya melalui udara saat si penderita batuk maka firus yang menyebapkan penyakit
ini akan menyebar mengikuti arah angin. Dan apabila kita menghirup udara yang berfirus
tersebut maka otomatis kita akan terkena atau tertular penyakit itu
C. Cara Pengobatan Penyakit BATUK:

Banyak orang mengobati penyakit ini dengan menggunakan obat yang di anjurkan para dokter.
Tapi ada pula yang mengobati penyakit batuk ini dengan cara memakan atau minum ramuan
yang terbuat lansung dari tumbuh-tumbuhan secara tradisional.

PENYAKIT MATA MERAH (KONJUNGTIVITIS)

A. Gejala-Gejala Dari Penyakit MATA MERAH :


Mata merah tampak karena adanya pelebaran serta bertambah banyaknya
pembuluh darah pada dinding bola mata, termasuk selaput bola mata ( konyungtiva) atau
sebagian besar dinding bola mata ( sklera.). Bahkan kornea ( selaput bening mata ) pun dapat
terjadi karena invasi pembuluh darah dari konyungtiva.
Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksius adalah staphylococci,
pneumococci, dan streptococci. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan bakteri termasuk:

 sakit/nyeri mata,
 bengkak,
 kemerahan, dan
 suatu jumlah kotoran yang sedang sampai besar, biasanya berwarna kuning atau
kehijauan.

B. Cara-Cara Penularan Dari Penyakit MATA MERAH :


1. Penularan konjungtivitis ini sangat mudah. Yaitu hanya dengan kontak langsung atau
menggunakan barang orang yang terkena konjungtivitis. Misalnya penderita atau seseorang yang
memiliki mata merah telah mengusap mata dan menggunakan kran. Kemudian, Anda membuka
kran tersebut lalu mengucek atau membasuh mata. Dengan cara tersebut virus dan bakteri
tertular dari seseorang ke orang lain.
2. Penularannya melalui kontak langsung. Virus dan bakterinya sangat mudah menular sehingga
para penderita konjungtivitis disarankan untuk beristirahat di rumah atau tidak melakukan
kegiatan di tempat umum, agar tidak menulari orang lain.
C. Cara Pengobatan Penyakit MATA MERAH:
1. Untuk menghindari gangguan mata ini sebenarnya cukup mudah. Yaitu selalu cuci tangan
dengan sabun sebelum mengusap wajah atau mata. Jangan berbagi handuk wajah, riasan mata,
kacamata surya atau lap kacamata dengan orang lain. Bagi pengguna lensa kontak, selalu
bersihkan secara teratur. Jika pernah terinfeksi mata merah saat menggunakan lensa kontak,
langsung ganti dengan yang baru.
2. Apabila mata merah lebih dari dua hari, disertai rasa perih dan penglihatan menjadi sensitif
terhadap cahaya, segera periksa ke dokter mata. Jangan menundanya, agar iritasi tidak semakin
parah.

Campak
Panas tinggi (38 derajat Celsius atau lebih) dengan
bercak kemerahan (rash) di kulit selama 3 hari atau
lebih sesudah 3 hari panas atau lebih, disertai
salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah
(conyunctivitis).

Anda mungkin juga menyukai