Video sesi 10 ini membahas mengenai proses penerbitan buku, dengan trik dan tips yang disampaikan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan. Sebelum materi ini beliau sudah menjelaskan barbagai tahapan/ proses di dalam membuat buku, dimulai dengan pra penulisan, pelaksanaan penulisan naskah, editing sebuah buku, hingga bagaimana kita menerbitkan sebuah naskah menjadi buku. Proses membuat buku pada zaman modern seperti saat ini sangat dimudahkan dengan hadirnya teknologi yang canggih serta banyaknya sarana (tool) yang memudahkan setiap orang untuk membuat buku, dan dalam ini, kita sangat terbantukan dalam menerbitkan sebuah buku yang proses pelaksanaannya menjadi sangat efisien dan efektif. Ustadz Cahyadi Takariawan dalam sesi mengenai penerbitan buku ini mengulas dengan membagi materi menjadi tiga bagian, yang mana kita boleh memilih satu diantara tiga bagian tersebut, yakni: 1. Menerbitkan buku sendiri (self publishing) Dalam metode self publishing yang ada hanya kita sebagai penulis dengan pihak percetakan buku, dimana tidak adanya pihak penerbit disini. Ustadz Cahyadi Takariawan menjelaskan bahwa kita harus tahu dan membedakan istilah antara pihak percetakan dan pihak penerbitan, yang mana keduanya dipahami sebagai berikut: a. Percetakan merupakan unit yang memiliki izin usaha sebagai badan usaha yang hanya menjalankan usaha barang cetakan atau kegiatan cetak mencetak. b. Penerbit merupakan unit yang memiliki izin untuk menerbitkan buku-buku. Jadi tidak semua percetakan adalah penerbit, dan tidak semua penerbit adalah percetakan, karena keduanya merupakan dua istilah yang berbeda, dimana dapat menjadi satu unit usaha antara keduanya, atau berbeda antara satu dan lainnya. Metode self publishing ini merupakan pendekatan dalam menerbikan buku tanpa kehadiran pihak penerbit, maka prosesnya hanya ada penulis dan pihak percetakan. Sehingga penulis memberikan naskah sekaligus dalam bentuk desain buku yang lengkap, karena dalam hal ini percetakan tidak menyediakan jasa settting layout, desain, cover dan seterusnya. Ustadz Cahyadi Takariawan bersama Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Jogjakarta, membagi pengalamannya bahwa pernah menjalankan metode self publishing, dimana mereka membentuk tim kerja dalam menerbitkan buku hasil karya bersama komunitas RKI. Tim tersebut berjumlah 4 orang yang terdiri dari desainer, layouter dan pekerjaan lainnya dalam menerbitkan buku. Adapun tim yang akan dibentuk dapat berupa pekerja voulenteer atau profesional, dimana apabila menggunakan jasa voulenteer kita akan terkendala dengan target, karena mengerjakan disaat sela waktu kosong mereka. Namun apabila tim yang kita gunakan jasanya adalah orang- orang profesional, maka kita perlu menetapkannya dalam kontrak kerja pada setiap bagian kerja mereka, sampai tugas mereka selesai sesuai target. 2. Penerbit Indie Pengalaman Ustadz Cahyadi Takariawan menjelaskan bahwa dijaman awal beliau menulis belum ada bentuk penerbit indie ini. Penerbit merupakan unit penerbit yang bekerja secara independen, sesuai namanya yang kependekan dari independen tersebut. Perbedaan dari penerbit indie dan penerbit mayor adalah terletak dari bagaimana persyaratan dalam penerbitan buku dari masing-masing, dimana penerbit indie tidak menetapkan banyak persyaratan yang rumit bagi penulis, salah satunya mengenai persyaratan berapa ekslemplar buku akan dicetak. Penerbit indie pada dasarnya memiliki izin penerbitan dan mampu melayani kita dalam pengurusan ISBN buku milik kita. Sedangkan penerbit mayor tidak bisa ditentukan oleh kita, berapa banyak akan menerbitkan buku, karena memiliki standar. Hal ini diketahui pula bagaimana pola kerja penerbit mayor yang menetapkan berapa banyak ekslemplar cetakan pertama, hingga cetakan-cetakan berikutnya. Lalu perbedaan selanjutnya, bahwa penerbit indie memiliki perbedaan dengan self publishing, yang terletak dari adanya nama dan logo yang tercantum didalam buku yang diterbitkan. Fungsi tercantumnya nama penerbit didalam buku adalah untuk memberikan kesan bahwa buku tersebut memiliki kredibilitas, terlebih lagi penerbitnya adalah penerbitan populer yang memiliki citra publik, barang tentu akan memberikan keyakinan kepada pembeli bahwa buku tersebut memiliki kualitas yang telah memasuki tahap proses penerbitan yang ketat. Selanjutnya penerbitan indie memliki kesamaan dengan self publishing, dimana kita dihadapkan pada tawaran, apakah buku ini dikerjakan sendiri atau menggunakan jasa tim yang menangani aspek-aspek teknis dan estetik sebuah buku tersebut. 3. Penerbit mayor Penerbit mayor merupakan penerbitan yang memiliki nama yang dikenal luas oleh masyarakat umum. Penerbit mayor merupakan penerbit yang memiliki izin usaha dan jaringan pemasaran yang relatif bercorak nasional. Pola kerja penerbitan mayor banyak menggunakan pendekatan bisnis yang matang, seperti penulis harus menunggu apakan buku itu layak diterbutkan atau tidak, karena hal ini menyangkut aspek bisnis dari penerbitan tersebut untuk memperoleh standar profit yang harus dicapainya dari setiap terbitannya. Biasanya bagi penulis pemula yang ingin menerbitkan bukunya di penerbit mayor, harus menyertakan proposal berikut lamiran naskah. Sedangkan kalau kita sebagai orang yang dikenal, maka akan terjadi sebaliknya, dimana para penerbit akan berebutan mengirimkan kita proposal kerjasama dalam mencetak buku kita. Penerbit mayor biasanya menekankan pada kontrak yang mendetail, apabila kita sudah mencapai sebuah kesepakatan kerjasama dalam menerbitkan buku. Kita sebagai penulis harus mengikuti dan memantau setiap proses penerbitan buku. Penjelasan diatas merupakan bagian terpenting didalam penerbitan, yang mana coraknya akan kita tentukan sendiri, mana yang terbaik untuk menerbitkan buku kita. Adapun semua metode tersebut barang tentu memiliki sisi positif dan negatifnya, hal ini tergantung akan tujuan kita dari menerbitkan buku.
Materi Vidoe 11 (Membuat Buku Bagian Pemasaran)
Pemasaran buku merupakan bagian akhir dari proses membuat buku, dimana pemasaran ini memiliki banyak ragam jenis. Ustadz Cahyadi dalam hal ini membagi jenis pemasaran tersebut ke dalam tiga bagian berikut: 1. Memasarkan buku secara offline Yang dimaksud dengan pemasaran offline adalah betuk pemasaran langsung, dari penjual ketemu langsung dengan pembelinya. Hal ini dapat kita jumpai, bagaimana buku kita di display di toko buku atau di pameran buku. Pemasaran langsung dapat juga dilakukan dengan cara door to door menawarkan buku. 2. Memasarkan buku secara online Dijual dan dipasarkan secara online, dimana ini memanfaatkan media-media online, seperti memasarkannya melalui gurp-grup chatting seperti whatsapp, telegram, line, atau juga melalui facebook, twiter, instagram maupun weblog yang ada. Memanfaatkan media online dapat melakukan publikasi dan sekaligus melakukan transaksi jual beli, jadi bukan hanya sekedar memasarkannya saja. 3. Penggabungan dari keduanya dalamm memasarkan buku Metode pemasaran penggabungan, baik secara online maupun offline, saat ini sedang banyak dilakukan oleh beberapa pihak. Karena metode ini sangat menguntungkan dari segi penjualan buku ini. Konteks pemasaran ini dapat dilihat bagaimana cara kita menerbitkan buku, kalau menggunakan self publishing kita akan dapat memasarkan buku dengan bebas, tanpa ada batasan. Namun apabila bekerjasama dengan penerbit mayor, barang tentu kita harus berbagi royalti dengan penerbit, karena proses pembuatan buku dihandle secara keseluruhan oleh penerbit.