Anda di halaman 1dari 3

Tugas Resume 8 (Materi Video 10 dan 11)

Oleh: A. Aziz Zulhakim

Materi Video 10 (Membuat Buku Bagian Penerbitan)


Video sesi 10 ini membahas mengenai proses penerbitan buku, dengan trik dan tips yang
disampaikan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan. Sebelum materi ini beliau sudah menjelaskan barbagai
tahapan/ proses di dalam membuat buku, dimulai dengan pra penulisan, pelaksanaan penulisan
naskah, editing sebuah buku, hingga bagaimana kita menerbitkan sebuah naskah menjadi buku.
Proses membuat buku pada zaman modern seperti saat ini sangat dimudahkan dengan hadirnya
teknologi yang canggih serta banyaknya sarana (tool) yang memudahkan setiap orang untuk
membuat buku, dan dalam ini, kita sangat terbantukan dalam menerbitkan sebuah buku yang proses
pelaksanaannya menjadi sangat efisien dan efektif.
Ustadz Cahyadi Takariawan dalam sesi mengenai penerbitan buku ini mengulas dengan membagi
materi menjadi tiga bagian, yang mana kita boleh memilih satu diantara tiga bagian tersebut, yakni:
1. Menerbitkan buku sendiri (self publishing)
Dalam metode self publishing yang ada hanya kita sebagai penulis dengan pihak percetakan
buku, dimana tidak adanya pihak penerbit disini. Ustadz Cahyadi Takariawan menjelaskan bahwa
kita harus tahu dan membedakan istilah antara pihak percetakan dan pihak penerbitan, yang
mana keduanya dipahami sebagai berikut:
a. Percetakan merupakan unit yang memiliki izin usaha sebagai badan usaha yang hanya
menjalankan usaha barang cetakan atau kegiatan cetak mencetak.
b. Penerbit merupakan unit yang memiliki izin untuk menerbitkan buku-buku.
Jadi tidak semua percetakan adalah penerbit, dan tidak semua penerbit adalah percetakan,
karena keduanya merupakan dua istilah yang berbeda, dimana dapat menjadi satu unit usaha
antara keduanya, atau berbeda antara satu dan lainnya.
Metode self publishing ini merupakan pendekatan dalam menerbikan buku tanpa kehadiran
pihak penerbit, maka prosesnya hanya ada penulis dan pihak percetakan. Sehingga penulis
memberikan naskah sekaligus dalam bentuk desain buku yang lengkap, karena dalam hal ini
percetakan tidak menyediakan jasa settting layout, desain, cover dan seterusnya.
Ustadz Cahyadi Takariawan bersama Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Jogjakarta, membagi
pengalamannya bahwa pernah menjalankan metode self publishing, dimana mereka membentuk
tim kerja dalam menerbitkan buku hasil karya bersama komunitas RKI. Tim tersebut berjumlah 4
orang yang terdiri dari desainer, layouter dan pekerjaan lainnya dalam menerbitkan buku.
Adapun tim yang akan dibentuk dapat berupa pekerja voulenteer atau profesional, dimana
apabila menggunakan jasa voulenteer kita akan terkendala dengan target, karena mengerjakan
disaat sela waktu kosong mereka. Namun apabila tim yang kita gunakan jasanya adalah orang-
orang profesional, maka kita perlu menetapkannya dalam kontrak kerja pada setiap bagian kerja
mereka, sampai tugas mereka selesai sesuai target.
2. Penerbit Indie
Pengalaman Ustadz Cahyadi Takariawan menjelaskan bahwa dijaman awal beliau menulis belum
ada bentuk penerbit indie ini. Penerbit merupakan unit penerbit yang bekerja secara
independen, sesuai namanya yang kependekan dari independen tersebut.
Perbedaan dari penerbit indie dan penerbit mayor adalah terletak dari bagaimana persyaratan
dalam penerbitan buku dari masing-masing, dimana penerbit indie tidak menetapkan banyak
persyaratan yang rumit bagi penulis, salah satunya mengenai persyaratan berapa ekslemplar
buku akan dicetak.
Penerbit indie pada dasarnya memiliki izin penerbitan dan mampu melayani kita dalam
pengurusan ISBN buku milik kita. Sedangkan penerbit mayor tidak bisa ditentukan oleh kita,
berapa banyak akan menerbitkan buku, karena memiliki standar. Hal ini diketahui pula
bagaimana pola kerja penerbit mayor yang menetapkan berapa banyak ekslemplar cetakan
pertama, hingga cetakan-cetakan berikutnya. Lalu perbedaan selanjutnya, bahwa penerbit indie
memiliki perbedaan dengan self publishing, yang terletak dari adanya nama dan logo yang
tercantum didalam buku yang diterbitkan.
Fungsi tercantumnya nama penerbit didalam buku adalah untuk memberikan kesan bahwa buku
tersebut memiliki kredibilitas, terlebih lagi penerbitnya adalah penerbitan populer yang memiliki
citra publik, barang tentu akan memberikan keyakinan kepada pembeli bahwa buku tersebut
memiliki kualitas yang telah memasuki tahap proses penerbitan yang ketat.
Selanjutnya penerbitan indie memliki kesamaan dengan self publishing, dimana kita dihadapkan
pada tawaran, apakah buku ini dikerjakan sendiri atau menggunakan jasa tim yang menangani
aspek-aspek teknis dan estetik sebuah buku tersebut.
3. Penerbit mayor
Penerbit mayor merupakan penerbitan yang memiliki nama yang dikenal luas oleh masyarakat
umum. Penerbit mayor merupakan penerbit yang memiliki izin usaha dan jaringan pemasaran
yang relatif bercorak nasional.
Pola kerja penerbitan mayor banyak menggunakan pendekatan bisnis yang matang, seperti
penulis harus menunggu apakan buku itu layak diterbutkan atau tidak, karena hal ini menyangkut
aspek bisnis dari penerbitan tersebut untuk memperoleh standar profit yang harus dicapainya
dari setiap terbitannya. Biasanya bagi penulis pemula yang ingin menerbitkan bukunya di
penerbit mayor, harus menyertakan proposal berikut lamiran naskah. Sedangkan kalau kita
sebagai orang yang dikenal, maka akan terjadi sebaliknya, dimana para penerbit akan berebutan
mengirimkan kita proposal kerjasama dalam mencetak buku kita.
Penerbit mayor biasanya menekankan pada kontrak yang mendetail, apabila kita sudah
mencapai sebuah kesepakatan kerjasama dalam menerbitkan buku. Kita sebagai penulis harus
mengikuti dan memantau setiap proses penerbitan buku.
Penjelasan diatas merupakan bagian terpenting didalam penerbitan, yang mana coraknya akan kita
tentukan sendiri, mana yang terbaik untuk menerbitkan buku kita. Adapun semua metode tersebut
barang tentu memiliki sisi positif dan negatifnya, hal ini tergantung akan tujuan kita dari menerbitkan
buku.

Materi Vidoe 11 (Membuat Buku Bagian Pemasaran)


Pemasaran buku merupakan bagian akhir dari proses membuat buku, dimana pemasaran ini memiliki
banyak ragam jenis. Ustadz Cahyadi dalam hal ini membagi jenis pemasaran tersebut ke dalam tiga
bagian berikut:
1. Memasarkan buku secara offline
Yang dimaksud dengan pemasaran offline adalah betuk pemasaran langsung, dari penjual
ketemu langsung dengan pembelinya. Hal ini dapat kita jumpai, bagaimana buku kita di display di
toko buku atau di pameran buku. Pemasaran langsung dapat juga dilakukan dengan cara door to
door menawarkan buku.
2. Memasarkan buku secara online
Dijual dan dipasarkan secara online, dimana ini memanfaatkan media-media online, seperti
memasarkannya melalui gurp-grup chatting seperti whatsapp, telegram, line, atau juga melalui
facebook, twiter, instagram maupun weblog yang ada.
Memanfaatkan media online dapat melakukan publikasi dan sekaligus melakukan transaksi jual
beli, jadi bukan hanya sekedar memasarkannya saja.
3. Penggabungan dari keduanya dalamm memasarkan buku
Metode pemasaran penggabungan, baik secara online maupun offline, saat ini sedang banyak
dilakukan oleh beberapa pihak. Karena metode ini sangat menguntungkan dari segi penjualan
buku ini.
Konteks pemasaran ini dapat dilihat bagaimana cara kita menerbitkan buku, kalau menggunakan self
publishing kita akan dapat memasarkan buku dengan bebas, tanpa ada batasan. Namun apabila
bekerjasama dengan penerbit mayor, barang tentu kita harus berbagi royalti dengan penerbit, karena
proses pembuatan buku dihandle secara keseluruhan oleh penerbit.

Anda mungkin juga menyukai