Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

MERAWAT NKRI DARI ANCAMAN RADIKALISME

DI KOTA BENGKULU

OLEH:
_____________

BENGKULU, 2018

6
PROPOSAL SEMINAR DAN DIALOG INTERAKTIF
DENGAN JUDUL

MERAWAT NKRI DARI ANCAMAN RADIKALISME


DI KOTA BENGKULU

A. Pendahuluan
Pada zaman kemerdekaan, pahlawan adalah sosok yang ikut berperang mengusir
penjajah. Namun sekarang, pahlawan sejati bisa diwujudkan dengan menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman radikalisme. Sikap radikalisme seseorang
maupun kelompok merupakan ancaman bagi setiap bangsa, karena radikalisme tanpa
disadari akan menciptakan aspek sosial yang terkungkung oleh rasa ketakutan dan
ketidakpercayaan antara satu orang atau kelompok dengan yang lainnya.
Saat ini radikalisme menjadi suatu gerakan yang masif dengan berkedok agama,
sehingga Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam, mendapatkan penilaian jelek
terhadap agama Islam itu sendiri atas perilaku segelintir orang yang tidak ertanggunjawab.
Namun sejatinya radikalisme tidak mempersonifikasikan agama tertentu, karena dilain
tempat, tindakan radikal juga dilakukan oleh segelintir orang dari agama-agama selain Islam.
Munculnya radikalisme, ekstremis maupun terorisme dalam percaturan politik
internasional telah ada seagai fenomena yang eksistensinya muncul pada dekade 1960-an,
yang mana saat itu terorisme telah banyak terjadi diberagai belahan dunia. Kelompok-
kelompok yang mimiliki motivasi untuk menentang status quo politik dengan jalan
kekerasan dan mengorganisis upaya mereka secara transnasional, melampaui batas-batas
wilayah Negara.
Sehingga radikalisme muncul sebagai bagian dari fenomena yang dihasilkan oleh
sistem internasional. Ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan organisasi
internasional, seperti halnya PBB yang dalam sudut pandang kelompok teroris lebih
6
cenderung sebagai representasi kepentingan Negara-negara barat telah membuat mereka
tidak percaya dan frustasi terhadap efektifitas dari lembaga-lembaga tersebut dalam
mengatasi isu-isu global. Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya
dengan teroris.Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara keduanya.
Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut. defenisi
Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada
tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan
menggantinya dengan gagasan baru.Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai
pemahaman negatif dan bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan.
Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutu-sekutunya
dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat Palestina, Revolusi
Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi
ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim
Sudan yang anti-AS, merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara
yang tertindas dan sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam
mengkapanyekan label radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam
perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan
kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan paham keagamaannya
secara kaku yang dalam bahasa peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam.
Sedangkan menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja,
radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi tersebut
bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda paham, juga
keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu melakukan perlawanan.
Lain halnya dengan Litbang Kompas edisi Senin 9 Mei 2011 yang telah mengadakan dialog
tentang Jalan Memupus Radikalisme mengadakan jajak pendapat dengan mengajukan
pertanyaan "Menurut Anda, hal apa yang paling mendorong berkembangnya radikal
bernuansa agama di Indonesia?". Hasilnya ialah; Pertama, Lemahnya penegakan hukum
mencapai 28,0%; Kedua, Rendahnya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mencapai 25,2
%; Ketiga, Lemahnya pemahaman ideologi Pancasila mencapai 14,6%; Keempat, Kurangnya

6
dialog antar umat beragama mencapai 13,9%; Kelima, Kurangnya pemahaman agama
mencapai 4,9%; Keenam, Ketidakpuasan terhadap pemerintah mencapai 2,3%;Ketujuh,
Kesenjangan ekonomi mencapai 1,6%; Kedelapan, Lainnya mencapai 3,1%; Kesembilan,
Tidak tahu/tidak jawab mencapai 6,4%.
Untuk menutup pendahuluan ini, maka kita dapat menyimpulkan sementara
bahwasannya merawat NKRI perlu menguatkan peran pacasila. Pancasila sebagai ideologi
berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah
masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia, oleh karena
itu Pancasila dalam pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan hidup bangsa
atau falsafah hidup bangsa (Rukiyati, M.Hum.,dkk, : 2008). Sebagai masyarakat plural/
beragam bangsa Indonesia telah disatukan oleh Bhineka Tunggal Ika, bukan oleh satu agama
saja, bangsa ini mulai memperbincangkan kembali kesadaran untuk memahami dan
mengamalkan nilai Pancasila. Masyarakat seperti tercerahkan bahwa selama ini Pancasila
telah mati, merapuhkan NKRI dan membuka celah bagi mereka yang ingin bertindak makar.
Pancasila harus kembali menjadi philosophische grondsag, falsafah dan pandangan hidup
bangsa seperti yang dicita-citakan oleh Ir. Soekarno. Oleh karena itu, segenap warga negara
Indonesia wajib menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup kesehariannya.
Sudah saatnya semua pihak mulai mengesampingkan ego pribadi, kelompok,
maupun kedaerahan. Oleh karena semua yang dimiliki bangsa indonesia ini merupakan aset
bersama yang menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaganya. Adapun yang lebih
penting lagi, jiwa nasionalisme yang mulai pudar harus kita pupuk kembali demi keutuhan
NKRI. Upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat diperlukan,
sekarang marilah kita bersama-sama belajar dari sejarah bangsa ini agar kita tidak lagi
tergelincir di masa depan.

B. Bentuk Kegiatan

6
Kegiatan ini diinisiasi oleh ………………………….., dalam pelaksanaannya, kegiatan ini
berbentuk seminar dan dialog interaktif, dengan tema “Merawat NKRI dari Ancaman
Radikalisme di Kota Bengkulu”.

C. Tujuan Kegiatan
Diselenggarakannya kegiatan seminar dan dialog interaktif ini adalah dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan radikalisme di Indonesia, khususnya di Kota
Bengkulu;
2. Untuk meningkatkan pengetahun masyarakat terhadap bahayanya paham radikalisme
yang mengakibatkan tumbuh kembangnya gerakan-gerakan terorisme; dan
3. Mendorong segenap warga negara untuk turut berpartisipasi dalam mencegah paham
radikalisme ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

D. Unsur Kegiatan
Kegiatan ini dilengkapi dengan kepanitiaan, pengisi acara serta fasilitas pendukung.
Adapun kepanitiaan dan pengisi acara merupakan unsur utama dalam berhasil tidaknya
kegiatan ini. Susunan kepanitiaan dalam kegiatan ini adalah …………………………………….,
dengan rincian tugas sebagai berikut:
1. Steering Committee
a. …………………………….
b. …………………………….
c. dst
2. Organizing Committee
a. Ketua : …………………………….
b. Sekretaris : …………………………….
c. Bendahara : …………………………….
d. Seksi Humas dan Dokumentasi
1) …………………………….

6
2) dst
e. Seksi Konsumsi, Transportasi dan Akomodasi
1) …………………………….
2) dst
f. Seksi Perlengkapan dan Administrasi
1) …………………………….
2) dst
Adapun pengisi acara yang dimaksud diatas adalah narasumber dan moderator yang
ditunjuk panitia dengan latar belakang profesi maupun pendidikan seseorang yang relevan
dengan tema kegiatan. Narasumber kegiatan ini akan mengembangkan sub tema dari tema
besar yang ada, dimana rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Sejarah dan Akar Masalah Munculnya Paham Radikalisme dan Gerakan Terorisme, sub
tema ini dikembangkan oleh panitia untuk disandingkan kepada narasumber yang
merepresentasikan unsur aparat yang konsren terhadap masalah radikalisme,
ekstremisme maupun terorisme, yaitu BNPT Bengkulu.
2. Mencegah Paham Radikalisme Melalui Penguatan Peran Tokoh Agama di Kota
Bengkulu , sub tema ini ditentukan panitia untuk disandingkan kepada narasumber yang
memiliki kapabilitas serta kewenagannya terhadap pendidikan agama beserta
naungannya dalam menghimpun para ulama, ustadz dll, yaitu Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Provinsi Bengkulu.
3. Aktualisasi Nilai-Nilai Keberagaman dan Menumbuhkembangkan Sikap Optimisme
Warga Negara dalam Mewujudkan Modal Sosial yang Tangguh, sub tema ini panitia
peruntukkan untuk unsur Akademis.
Disamping beberapa narasumber diatas, maka lancarnya kegiatan ini dipandu oleh
seorang moderator yang mampu membawa suasana seminar dan dialog interaktif menjadi
menarik. Peserta kegiatan seminar dan dialog interaktif ini adalah berbagai unsur dilapisan
masyarakat, dimana setiap peserta akan mendapatkan fasilitas seminar dan dialog interaktif
ini berupa:
1. Snack

6
2. Makan Siang
3. Sertifikat

E. Waktu, Tempat dan Susunan Acara


Kegiatan Seminar dan Dialog Interaktif yang bertemakan “Merawat NKRI dari
Ancaman Radikalisme di Kota Bengkulu”, akan dilaksanakan pada:
1. Hari/ Tanggal : ……………………………., ……… …….. 2018
2. Waktu : 08.30 s.d. Selesai
3. Tempat : …………………………….
Adapun susunan acara dalam kegiatan seminar dan dialog interaktif “Merawat NKRI
dari Ancaman Radikalisme di Kota Bengkulu”, adalah sebagai berikut:

No Waktu Kegiatan
1 08.30-09.00 Registrasi peserta
2 09.00-09.05 Pembukaan MC
3 09.05-09.10 Menyanyikan Indonesia Raya & Pancasila
4 09.10-09.20 Sambutan-sambutan
5 09.20-12.00 Seminar dan Dialog Interaktif
6 12.00-12.10 Clossing statement
7 12.10 Penutup

F. Penutup
Atas nama …………………………………………………….., kami selaku panitia mengharapkan
dukungan moril maupun materiil untuk suksesnya kegiatan ini. Selanjutnya kami berharap,
bahwa kegiatan ini terselenggara sesuai dengan harapan dan keinginan kita bersama,
semoga Allah SWT berkenan meridhoi kita, Aamiin. Untuk perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih, sampai jumpa di acara.

Bengkulu, ……. ……….. 2018


Ketua Panitia, Sekretaris,

______________________ ______________________

Anda mungkin juga menyukai