Anda di halaman 1dari 8

2.

7 Kabel Listrik

Didalam Peraturan Umum Instalasi Listrik PUIL (1987:10), disebutkan pengertian kabel

yaitu rakitan satu penghantar atau lebih , baik penghantar itu pejal ataupun berupa pintalan,

masing-masing dilindungi dengan isolasi dan keseluruhannya dilengkapi dengan selubung

pelindung bersama. Selain itu Kabel dalam bahasa Inggris disebut cable merupakan sebuah alat

yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain. Jadi Kabel listrik

adalah suatu penghantar untuk menyalurkan arus listrik yang umumnya terbuat dari bahan

isolator dan konduktor. Konduktor dapat terbuat dari logam tembaga, aluminiun, atau logam lain

yang berfungsi sebagai media penyalur (conductor) energi listrik, sedangkan isolator berfungsi

untuk melindungi kabel bersentuhan dengan kabel lain atau dengan manusia yang umumnya

terbuat dari karet atau plastic.

Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan hantar arus)

yang dimilikinya dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh luas

penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.

Jenis-jenis kabel listrik :

KABEL N.Y.A

Kabel N.Y.A biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam

instalasi rumah digunakan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Berinti tunggal, berlapis bahan isolasi

PVC, dan seringnya untuk instalasi kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning,

biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif

murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan mudah digigit

tikus.
KABEL N.Y.M

Kabel N.Y.M ini digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan sistem

tenaga. Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau

abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga

tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini

dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

KABEL N.Y.Y

Kabel N.Y.Y ini memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti

2, 3 atau 4. Kabel NYY dieprgunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki

lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY

memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

Fungsi Kabel……………………………..

2.8 Susut Tegangan

Menurut Muhaimin (1995;124), menyatakan bahwa rugi tegangan atau disebut juga susut

tegangan atau tegangan jatuh adalah pengurangan tegangan masukan yang terjadi pada suatu

pengantar atau gawai yang dilalui arus. Rugi tegangan menyebabkan timbulnya rugi daya, yang

selanjutnya diubah menjadi bentuk panas.

Menurut SPLN 72 (1987;6) over voltage yang terjadi tidak boleh melebihi 5% dan susut

tegangan tidak boleh kurang 10% dari tegangan pengenal pada konsumen bila semua penghantar

dari instansi dialiri arus listrik, dengan perincian susut tegangan adalah sebagai berikut :
 Turun tegangan pada tranformator distribusi dibolehkan 3% dari tegangan kerja.

 Turun tegangan pada STR dibolehkan sampai 4% dari tegangan kerja tergantung

kepadatan beban.

 Turun tegangan pada SR dibolehkan 1% dari tegangan nominal

Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang

saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh

tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah

ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada

batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan,

namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah masalah indukstansi dan

kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti (PT.PLN (Persero),2010: hal 20).

Persamaan untuk menentukan rugi tegangan pada saluran udara, dapat dihitung dengan rumus:

Untuk 3 fasa :

∆𝑉 = √3 . 𝐼 . 𝑍 dengan 𝑍 = 𝑅 + 𝑗𝑋 (𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑧𝑖)

Maka : ∆𝑉 = √3 . 𝐼 . √𝑅 2 + 𝑋 2 ……………………………………………

Untuk 1 fasa :

∆𝑉 = 𝐼. 𝑍 dengan 𝑍 = 𝑅 + 𝑗𝑋 (𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑧𝑖)

Maka : ∆𝑉 = 𝐼. √𝑅 2 + 𝑋 2 ………………………………….……………..

Keterangan :
∆𝑉 = Susut Tegangan (Volt) R = Resistansi Saluran (ohm)

I = Arus beban ( Ampere) X = Reaktansi Saluran (ohm)

Z = Impedansi saluran (ohm)

Susut tegangan dapat juga dinyatakan dalam bentuk presentasi berikut:

∆𝑉
∆𝑉 % = 𝑥 100% ………………………………………………………………………..
𝑉𝑠

𝑉𝑠−𝑉𝑅𝑏
∆𝑉 % = x 100% ……………………………………………………………………
𝑉𝑠

Keterangan :

∆𝑉 = Susut Tegangan (Volt)

Vs = Tegangan sumber (Volt)

VRb = Tegangan pada beban (Volt)

2.9. Daya Listrik

Daya listrik diartikan sebagai besar energi listrik yang dihasilkan setiap detik. Pada setiap

alat listrik selalu tercantum besarnya daya listrik tersebut. Misalkan pada sebuah lampu pijar

tertulis 60 W/220 V, artinya bila lampu tersebut dipasang pada tegangan listrik 220 V akan

dihasilkan daya listrik sebesar 60 W. Berdasarkan pengertian daya listrik tersebut, rumus daya

listrik dapat dituliskan sebagai berikut:

P=W/t
Keterangan :

P = Daya (W)

W = Usaha (J)

t = Waktu (s)

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah jumlah

energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti

Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung dengannya

akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi

energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik.

Jenis-jenis daya:

1. Daya Aktif (P)

Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya aktif

adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik Wattmeter.

Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak mengandung induktor

grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya sebagai perkalian tegangan

dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya bernilai positif. besarnya daya aktif adalah

P. Sisa puncak dibagi menjadi dua untuk mengisi celah-celah kosong sehingga kedua rongga terisi

oleh dua puncak yang mengisinya.

Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

Keterangan :
P = Daya Aktif (W)

V = Tegangan listrik (V)

I = Arus listrik (A)

Persamaan daya aktif (P) pada beban yang bersifat impedansi :

Kerangan :

P = Daya aktif (W)

V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

cos φ = Faktor daya

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet atau daya

yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah VAR (Volt.Amper

Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan dengan memasang kapasitor pada

rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif. Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik

yang mengunakan motor banyak menggunakan beban berupa motor-motor listrik.

Persamaan daya reaktif :

Keterangan :

Q = Daya Reaktif (VAR)


V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

sin φ = Faktor reaktif

3. Daya Semu (S)

Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik. Daya

nyata merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya nyata

adalah VA (Volt.Ampere).

Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R), contoh : lampu

pijar, setrika listrik, kompor listrik dan lain sebagainya. Peralatan listrik atau beban pada rangkaian

listrik yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat karena tegangan dan arus listrik se fasa

perbedaan sudut fasa adalah 0o dan memiliki nilai faktor daya adalah 1. Berikut ini persamaan

daya semu :

Keterangan :

S = Daya semu (VA)

V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

B. Segitiga Daya
Gambar segitiga Daya

(daya semu aktif, daya reaktif, dan daya semu)

Daya aktif (P) digambarkan dengan garis horizontal yang lurus. Daya reaktif (Q) berbeda sudut

sebesar 90o dari daya aktif. Sedangkan daya semu (S) adalah hasil penjumlahan secara vektor

antara daya aktif dengan daya reaktif. Jika mengetahui dua dari ketiga daya maka dapat

menghitung salah satu daya yang belum diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

Keterangan :

P = Daya aktif

Q = Daya reaktif

S = Daya semu

Anda mungkin juga menyukai