Sugito, M.Pd.I
Guru PAI SMP 1 Warungasem
Hakekat pendidikan
Pendidikan memiliki makna yang sangat mendasar, disebutkan dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003
Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
2
Menurut Tilaar ada tiga hal terkait dengan pendidikan yang memerlukan
pengkajian. Pertama, pendidikan tidak dibatasi hanya sebagai schooling belaka.
Rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara
pendidikan formal dan non formal perlu disempurnakan lagi dengan menempatkan
pendidikan informal yang justru akan semakin memegang peranan penting dalam
pembentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Kedua,
pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta
didik. Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi
yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan
penciptaannya (Tilaar, 1999: 16). Pemikiran Tilaar selaras dengan pendapat
Sindhunata yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya menjadi
manusia yang terpelajar tetapi manusia yang berbudaya (Educated and Civized
human being) (Sindhunata, 2000: 14).
Dari dua pendapat tentang pendidikan di atas, dan tentu masih ratusan
bahkan ribuan pendapat tentang pendidikan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
bukan sekedar pengejaran di dalam kelas yang berorientasi hanya untuk
mengembangkan intelegensi akademik atau kognitif semata, malainkan pendidikan
juga harus mengembangkan aspek yang lain pada peserta didik baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Anak harus tumbuh menjadi manusia yang berkembang
setiap potensi dirinya dan menjadi manusia yang baik budi pekertinya.
Kesimpulan
Peserta didik bukanlah robot, yang harus dibentuk potensinya secara
general, sama antara yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Sependapat
dengan pemikiran Gardner, setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda.
Oleh karenanya, setiap mereka harus dikembangkan potensinya dengan cara yang
bervariasi, sesuai dengan tipe masing-masing.
Agar mampu menerapkan pembelajaran Multiple intelligences, seorang
pendidik, baik secara individu maupun berkolaborasi, sangat dituntut untuk
memiliki kemampuan membedakan potensi setiap peserta didik dan juga memilih
metode yang tepat sesuai tipe potensi anak didiknya. Pendidik tidak bisa memaksa
semua muridnya untuk menjadi orang dengan profesi yang memiliki keahlian yang
sama semua, karena setiap individu memiliki potensi yang heterogen. Potensi yang
heterogen itu, seyogyanya diarahkan secara variatif dan dengan bijaksana untuk
berkembang dan berprestasi searah dengan potensi setiap individu itu.
Mengembangkan potensi peserta didik, diperlukan kemampuan pendidik
secara maksimal dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran, dengan
senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan.
9
10
DAFTAR PUSTAKA