OCD
Pembimbing:
dr. Eliyati R, Sp.KJ(K)
Disusun Oleh
Bangun Said Santoso 03.012.047
Izzati Saidah 03.013.234
Henny Wahyunigtyas 03.013.227
Tiara Larasati Widyaswara 03.013.190
Didza Saraswati 03.012.079
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Bangun Said Santoso 03.012.047
Izzati Saidah 03.013.234
Henny Wahyunigtyas 03.013.227
Tiara Larasati Widyaswara 03.013.190
Didza Saraswati 03.012.079
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengizinkan referat ini
terlaksana, karena berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “OCD”. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas dari syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Jiwa di Universitas Kedokteran Trisakti
Periode 4 Juni 2018 – 20 Juli 2018.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
2.1 Definisi............................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi.................................................................................... 2
2.3 Etiologi ............................................................................................ 3
2.4 Patofisiologi ................................................................................... 4
2.5 Penegakan Diagnosis ...................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan .............................................................................. 12
2.7 Diagnosis Banding........................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Penderita mengetahui bahwa perbuatan dan pikirannya itu tidak masuk akal,
tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak dapat
menghilangkannya dan juga ia juga tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan
yang begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian. Bila tidak menurutinya, maka
akan timbul kecemasan yang hebat. 2
Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan,
pikiran, atau impuls yang sulit untuk dihentikan meskipun mengganggu alam sadar
mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat
diamati ataupun secara mental, yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang
ditimbulkan oleh obsesi. Beberapa penelitian besar menemukan bahwa obsesi yang
tersering adalah pikiran tentang kontaminasi, dan kompulsi tersering adalah tindakan
“memeriksa” sesuatu. Namun, sebagian besar individu dengan gangguan ini memiliki
multipel obsesi dan kompulsi dari waktu ke waktu.5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 100 orang dewasa atau antara 2 hingga 3 juta
orang dewasa di Amerika Serikat saat ini menderita gangguan Obsesif Kompulsif. Ini
kira-kira adalah jumlah yang sama orang yang tinggal di kota Houston, Texas. Ada juga
setidaknya 1 dari 200.000 atau 500.000 - anak-anak dan remaja yang menderita
gangguan Obsesif Kompulsif. Ini adalah jumlah yang sama anak-anak yang menderita
diabetes. Itu berarti ada empat atau lima anak dengan gangguan Obsesif Kompulsif
kemungkinan terdaftar di setiap sekolah dasar. Mulai dari sekolah menengah sedang
sampai besar, mungkin ada 20 siswa yang sedang berjuang dengan tantangan yang
disebabkan oleh Gangguan Obsesif Kompulsif. Gangguan Obsesif kompulsif
menyerang laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua ras dan latar belakang yang
sama. umur rata-rata onset dari gangguan obsesif kompulsif berkisar 22 sampai 36
2
tahun, dengan hanya sekitar 15% dari pasien yang menderita berumur lebih dari 35
tahun.8,9
2.3 Etiologi
1. Aspek Biologis
- Neurotransmitter
a. Sistem serotoninergik
Banyak percobaan yang dilakukan untuk mendukung hipotesis tentang
terlibatnya disregulasi serotonin terhadap munculnya gejala obsesi dan
kompulsif pada penyakit ini. Banyak data yang menunjukkan bahwa obat
serotonergik lebih efektif dibandingkan dengan obat lain yang juga
mempengaruhi sistem neurotransmitter, tetapi apakah serotonin terlibat sebagai
penyebab terjadinya gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Fungsi
serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada
konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia
basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi.10,11
b. Sistem Noradrenergik
Bukti saat ini masih kurang tentang adanya disfungsi sistem
noradrenergik dalam terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun, ada
laporan dari peningkatan dalam OCD gejala dengan clonidine oral.10,11
- Sistem Neuroimunologi
Beberapa pakar berpendapat bahwa ada hubungan positif antara infeksi
streptokokus dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus β-
Hemolitikus grup Adapat menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30%
pasien juga mengalami Syndenham’s chorea dan Gangguan Obsesif Kompulsif.
Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif –
kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar
monozigot dan dizigot.10,11
3
2. Psikologis
3. Faktor Psikososial
2.4 PATOFISIOLOGI12,13
4
spesifik pada gen yang mengkode serotonin transporter (5-HTT) dan serotonin reseptor
(5HT2A), tapi tidak secara konsisten ditemukan. Sistem glutamate dapat juga terganggu
pada gangguan obsesif kompulsif. Penelitian awal mencakup gen glutamate transporter
seperti Sapap3 dan SLC1A1 pada gangguan ini. lagipula sistem dopamine dapat menjadi
abnormal pada gangguan obsesif kompulsif, meskipun hasil yang tidak konsisten
dipercaya dengan gen dopamine yang dihubungkan dengan kelainan ini.12,13
b. Faktor Genetik
Orang dengan gangguan obsesif kompulsif menjadi lebih mungkin terkena hal
serupa pada anggota keluarga tingkat pertama daripada kelompok kontrol yang tidak
mempunyai gangguan ini. Studi serupa pada dewasa menyatakan bahwa gejala obsesif
kompulsif yang heriditer dengan faktor genetic, 27-47% dari score varian dari
pengukuran gejala obsesif kompulsif. 53-73% dari varian dipengaruhi oleh faktor
5
lingkungan. Pada studi gangguan obsesif kompulsif pada anak-anak, faktor genetic
terhitung 45-65% dari varian. Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada faktor herediter.
Meskipun begitu hubungan keluarga dapat menjadi faktor yang kuat pada onset anak-
anak dengan gangguan obsesif kompulsif daripada kasus dengan gangguan yang
berkembang dikemudian hari. Genom pertama yang luas dihubungkan dari gangguan
obsesif kompulsif yang sekarang diteliti oleh Internasional Obsesif Compulsif
Foundation genetic Collaborative. Studi ini mengembangkan lebih lanjut informasi
mengenai kelainan genetic pada gangguan ini.12,13
c. Autoimun
d. Model Biologis
Isu dari berbagai model gangguan obsesif kompulsif adalah heterogenitas gejala
dari gangguan, muncul pertanyaan dimana gangguan ini memperlihatkan etiologi yang
heterogen pula. Sebagai tambahan, perbedaan model dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan gejala obsesif kompulsif. Model biologis dari gangguan ini
mempunyai beberapa dukungan dari penelitian empiris, meskipun model ini sangat jauh
untuk bisa menerangkan kenapa seseorang berkembang pada gangguan ini, contohnya
adanya kontaminasi dari obsesi dan menghilangkan kompulsi, sedangkan yang lain
perkembangannya simetris dan memberikan obsesi dan kompulsi, dan perkembangan
lainnya lagi bergejala dari kedua klasifikasi tersebut. Pelajaran dari pengalaman yang
penting untuk menentukan gejala seseorang dengan abnormalitas biologis. Pada kasus
6
ini, model biologis dibutuhkan untuk menjelaskan peran faktor lingkungan dan system
biologis.12,13
Contohnya, mereka dapat mempunyai gangguan pikiran dari salah satu keluarga
yang meracuni atau pikiran yang tidak diinginkan dari ucapan yang tidak disadari oleh
orang. Penelitian mempelajari perkembangan gangguan menjadi obsesi dimana mereka
menilai penting dirinya, ketidak penerimaan yang tinggi dan immoral atau menjadi
bersikap individual sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Contohnya, pertimbangan
yang tidak dikehendaki, gambaran gangguan dari menikam anaknya dengan pisau.
Pengalaman banyak orang seperti gangguan tentang rasa hormat sebagai
ketidaksenangan tetapi merupakan suatu peristiwa yang tidak berarti dengan tidak
adanya hubungan yang cukup. Sesuai dengan model pendekatan kognitif dan behavior,
seperti gangguan perkembangan ke dalam model obsesi jika seseorang menilainya
menjadi lebih penting dan kuat “mempunyai pikiran menikam anaknya berarti saya
kehilangan control dan membunuhnnya”. Sebagai penilaian yang menimbulkan distress
dan motivasi dari individu yang terpengaruh untuk mencoba mensupresi atau
memindahkan gangguan yang tidak diinginkan (contoh, mencoba untuk mengganti
gambaran yang tidak diinginkan dengan yang disukai), dan menerima untuk mencegah
kejadian berbahaya yang dihubungkan dengan gangguan (contohnya, membuang pisau,
dan melanjutkan pembicaraan dengan orang untuk mengecek keamanan anaknya).12,13
7
Dari persepsi ini, ritual kompulsi berkembang dari usaha untuk memindahkan
gangguan dan mencegah bahaya yang dirasa secara sadar. Model pendekatan kognitif-
behavior bertujuan bahwa kompulsi menjadi persisten dan berlebihan karena mereka
menguatkan dengan segera pengurangan distress dan secara temporer memindahkan
pikiran yang tidak diinginkan (pengurangan negatif) dan karena mereka mencegah
individu belajar dari penilaian yang tidak realistis (contohnya, individu yang gagal
belajar bahwa gambaran bahaya yang tidak diinginkan tidak menunjukkan bahaya).12,13
Kriteria obsesif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 4 kriteria dibawah ini :
8
Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang berlebihan tentang
masalah kehidupan nyata.
Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu atau untuk
menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan.
Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls, atau gambaran
adalah produk dari pikiran sendiri (tidak dipaksakan dari luar, seperti dalam
penyisipan pikiran).
Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui bahwa obsesi atau
kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk akal (walaupun ini tidak berlaku untuk
anak-anak).
Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang memakan waktu
(berlangsung >1 jam/hari), atau secara signifikan mengganggu rutinitas normal
seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau kegiatan sosial biasanya atau
hubungan dengan orang lain.
Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau kompulsi tersebut tidak
terbatas pada itu saja.
9
Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik atau kondisi
medis tertentu.
Spesifikasi tambahan "dengan tilikan rendah" dibuat bagi seorang dengan
gangguan obsesif kompulsif jika, untuk dalam suatu jangka waktu episode, orang
tersebut tidak mengenali bahwa gejala itu berlebihan atau tidak masuk akal.
10
Meskipun pikiran obsesional dan tindakan kompulsif lazimnya terjadi bersama-
sama, akan bermanfaat jika kita dapat menentukan gejala mana yang lebih dominan
pada beberapa individu, karena keadaannya mungkin akan responsif terhadap
pengobatan yang berlainan.
11
spesifik, karena pikiran dan tindakan dapat menunjukkan respon yang berbeda
terhadap pengobatan yang berbeda.
4. Gangguan Obsesif-Kompulsif Lainnya (F42.8)
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif YTT (F42.9)
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
Penanganan psikoterapi untuk gangguan obsesif kompulsif umumnya diberikan
hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi suportif jelas
memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan bosesif kompulsif yang
walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan adalah mampu untuk
bekerja dan membuat penyesuaian sosial.14
Tujuan Psikoterapi Suportif adalah: 15
1. Menguatkan daya mental yang ada
2. Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri
3. Mengembalikan keseimbangan adaptif
12
kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai
bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia
normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat
menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi
bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja.
Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang
dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu
merasa enggan untuk mengikuti terapi.15
2. Psikofarmaka
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja
terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali
serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan
obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik,
sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan
dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih
lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik, perilaku
melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif
dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alasan utama pemilihan obat-obat
penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.15,16
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah
nausea, disfungsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang
relatif baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak
banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal
dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi
ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan
fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata
dijumpai pada gangguan obsesif dan gejala cemas.16
13
Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat-
obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs.
Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis
obat ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan
mengantuk.16
14
2.6 DIAGNOSIS BANDING16
1. Ritual-ritual yang sesuai dengan perkembangan anak dalam bermain & berperilaku.
4. Gangguan Psikotik
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
11. Sadock VA. Kaplan dan Sadock Synopsis Sciences/ Clinical. Tenth Edition. New York:
Lippincott Williams dan Wilkins. 2007. p 604
12. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT
Nuh Jaya;2001.p.76-77.
13. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.2009.h
290-6.
14. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh
Jaya ; 2000. P.47-51
15. Laurenc B, Keith P, Donald B, Iain B. Pharmacotherapy of Asthma. Goodman & Gilman’s
Manual of Pharmacology and Therapeutics. United States of America : The McGraw-Hills
Company. 2008. p 286-295
17
16. Sa’adi Y. PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif. Madiun : Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
PGRI. 2010.
18