PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan
dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan
merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan
pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain:
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?
2. Apa Manajemen dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Mengetahui bagaimana manajemen dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Mengetahui tentang K3 dalam Kantor dan Perkantoran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perusahaan, pemakaian dan penggunaan sumber-sumber produksi secara aman dan
efisien, serta menjaga lingkungan hidup.
Kesehatan kerja bertujuan agara tenaga kerja memperoleh derajat yang setinggi-
tingginya dalam kesehatannya. Tingkat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan
produktivitas yang tinggi pula.
Dasar hukum pelaksanaan K3 di Indonesia :
1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2, tentang penghidupan dan pekerjaan
yang layak bagi kemanusiaan.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja serta pembentukan
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja)
3. Undang-undang no. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian.
4. Permen Tenaga kerja no.1/PERMEN/1982 tentang bejana bertekanan.
5. Surat Edaran menteri tenaga kerja no.SE.06/Men/1980 tentang Pewarnaan Botol
Baja.
6. Himpunan Peraturan-peraturan K3 s/d tahun 1969
7. Surat Keputusan Menteri Perindustrian no.148/SK-4/1989
Peraturan-Peraturan di atas pada konsepnya dibuat untuk menjamin:
1. Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.
4. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
4
Dari faktor-faktor tersebut akan benar-benar menimbulkan bahaya kecelakaan jikalau
perbuatan berbahaya seperti tersebut di bawah ini dilakukan. Perbuatan berbahaya
tersebut adalah :
1. Cacat tubuh yang tidak kentara
2. Keletihan dan kelesuan
3. Sikap dan tingkah yang tidak sempurna
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pekerja
Kecelakaan timbul juga disebakan oleh fungsi manajemen yang tidak peduli
akan arti pentingnya pelaksanaan K3 di perusahaannya. Pelaksanaan K3 dianggap
menambah biaya produksi. Faktor-faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran
dan pengetahuan dari pucuk pimpinan terhadap peran pentingnya K3 meliputi:
1. Sifat manajemen yang tidak memperhatikan K3 di tempat kerja.
2. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan
pelimpahan wewenang bidang K3 secara jelas.
3. Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
4. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang baik.
Kelemahan manajemen berperan penting karena system inilah yang mengatur unsur-
unsur produksi.
5
proses produksi yang aman, efektif dan efisien manajemen K3 juga bermanfaat bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Unsur Manajemen K3 yang merupakan input digunakan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai. Manusia, mesin, uang, material dan bahan serta metode merupakan
unsur-unsur manajemen dapat menjadi sumber bahaya apabila tidak memenuhi
persyaratan yang diterapkan. Berbagai macam upaya pencegahan bahaya yang
ditimbulkan dari unsur manajemen :
1. Manusia = harus mempunyai keterampilan serta pengetahuan yang cukup dalam
melaksanakan pekerjaan serta jumlah tenaga kerja yang menangani pekerjaan secara
tepat.
2. Material = harus sesuai dengan unsur-unsur yang diterapkan demikian pula harus
dilengkapi dengan alat-alat pengaman yang memadai selama pengerjaan.
3. Dana = Harus cukup dalam menunjang segala aktivitas manajemen dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4. Metode = harus sesuai dengan tujuan upaya K3 dan didukung oleh seluruh unsur
manajemen dan merupakan metode yang terbaik.
Selain unsur-unsur di atas terdapat unsur yang lain seperti lingkungan di luar
sistem manajemen itu sendiri.
Fungsi-fungsi manajemen K3 akan terlaksana dengan baik, mencapai tujuan dan
sasarannya apabila kebijakan K3 diterapakan dengan baik oleh manajemen perusahaan.
Untuk kebijakan K3 nasional tertinggi dipegang oleh Menteri Tenaga Kerja, sedangkan
di perusahaan ditetapkan oleh manajemen puncak.
Kebijakan K3 merupakan statement terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip
operasional yang melandasi organisasi, bertujuan untuk mengubah perilaku manusia
agar bertindak secara aman dan selamat. Inti dari kebijakan K3 :
1. Dukungan dari pucuk pimpinan
2. Penemuan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan
3. Penerapan instruksi, penjelasan tentang keadaan dimaksud dan keharusan membuat
laporan K3.
Organisasi K3 dalam perusahaan terkelompokkan menjadi dua unsur yaitu
unsur lini yang berhubungan langsung dengan proses produksi dan unsur staf yang
mendukung kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Pembagian tanggung jawab antar
fungsi dan kaitannya dengan maslah K3 dibagi berdasarkanjenjang jabatannya. Pada
unsur lini pembagian tanggung jawab K3 antara supervisor dan manajemen tidaklah
6
sama besarnya namun mempunyai ciri khas masing-masing. Dalam memudahkan
manajemen mencapai tujuan dan melaksanakan program K3 nya dapat digunakan
perlengkapan manajemen seperti :
1. Inspeksi teknis yang digunakan untuk mengetahui kondisi dan riwayat dari
peralatan dan bahan melalui sistem pencatatan guna memperoleh gambran akan
adanya kerusakan dan dapat segera melakukan tindakan koreksi, maintenance dan
sebagainya.
2. Supervisi K3 itujikan untuk mengetahui adanya penyebab kecelakaan (unsafe
action dan unsafe condition)
3. Audit K3, cara pemeriksaan dan penilaian secara menyeluruh, mendalam,
sistematis, dan berkala terhadap seluruh aspek dan sistem pengendalian bahaya
yang ditujukan untuk mengetahui kelemahan unsur sedini mungkin lalu segera
diambil tindakan koreksi. Aspek yang dinilai :
a. Kondisi tempat kerja seperti tata letak, bangunan, peralatan, lingkungan kerja.
b. Faktor manusia dengan mengadakan wawancara langsung dengan karyawan
dan melakukan sampling.
c. Sistem manajemen dengan mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap
keterlibatan manajemen, kebijaksanaan manajemen, organisasi K3, manual dan
prosedur kerja.
4. Pengendalian K3 merupakan upaya K3 dalam rangka mengendalikan rugi
organisasi melalui pengelolaan resiko, antara lain :
a. Pengeliminasian resiko dengan cara merubah perancangan atau proses kegiatan
guna meniadakan resiko yang ada.
b. Pengurangan resiko dapat dilakukan dengan cara melakukan pengurangan salah
satu atau kedua-duanya dari unsur kombinasi resiko.
c. Pemindahan resiko
d. Penerima Resiko
5. Latihan K3 oleh ahli K3 yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan praktis
kepada seluruh peserta agar memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu K3 nya
di dalam proses kerja. Dari sini maka diharapkan dapat meminimasi kasus
kecelakaan yang ada.
6. Pembinaan K3 yang berupa :
7
a. Praktek K3 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktis dalam
melaksanakan pekerjaan secara aman selamat dan terhindar dari kecelakaan
serta penyakit.
b. Supervisi K3
c. Penilaian K3
Manajemen K3 yang merupakan bagian dari manajemen secara keseluruhan dan
mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Peranan ini
seharusnya ditunjukkan oleh fungsi manajemen sebagai penentu langkah-langkah
dalam menentukan kegiatan organisasi.
8
dan bekerjasama dalam pembagian tugas dan kewenangan untuk mencapai tujuan
tertentu.
2. Pekerjaan Kantor
Menurut Charles dalam The Liang Gie (2000:5) menyebutkan bahwa kegiatan
pokok di kantor terdapat 7 macam. Adapun kegiatan pokok tersebut adalah 1)
mengetik, 2) menghitung, 3) memeriksa, 4) menyimpan warkat, 5) menelpon, 6)
menggandakan, 7) mengirim surat.
Menurut William dan Edwin Robinson dalam Moekijat (2002) menyebutkan
pekerjaan kantor adalah sebagai berikut :
1. Menerima, mengirim dan mengangkut pesanan – pesanan dengan kapal
2. Surat menyurat, mendikte, mengetik
3. Menyimpan warkat
4. Mengurus, membagi dan mengirimkan surat – surat pos.
5. Menelpon, menerima tamu dan pekerjaan pesuruh.
Moekijat (2002:18) menjelaskan bahwa pekerjaan kantor yaitu menulis,
menggandakan wawancara yang mengandung warkat, menghitung dan
menggolongkan serta menyimpan warkat. Sementara The Liang Gie (2000:16)
menyatakan bahwa pekerjaan kantor sebagai tugas pelayanan, yang berwujud 6
pola perbuatan yaitu :
1. Menghimpun Menghimpun adalah kegiatan mencari keterangan yang sudah ada
atau berserakan dimana – mana sehingga siap untuk dipergunakan sebelumnya.
2. Mencatat Mencatat adalah kegiatan membubuhkan dengan peralatan tulis
keterangan – keterangan yang diperlukan sehingga berwujud tulisan dapat dibaca,
dikirim dan disimpan.
3. Mengolah Mengolah adalah kegiatan mengerjakan keterangan – keterangan
dengan maksud menyajikannya dalam bentuk berguna.
4. Mengganda Mengganda adalah kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara
dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
5. Mengirim Mengirim adalah kegiatan menyampaikan dengan pelbagai cara dan
alat dari satu pihak kepada pihak lain.
6. Menyimpan Menyimpan adalah kegiatan menaruh pelbagai cara dan alat di
tempat tertentu yang aman.
9
3. Hal-hal Berhubungan Pelaksanaan K3 Perkantoran
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan
dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2
(dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap
bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
a. Jaringan elektrik dan komunikasi.
b. kualitas udara.
c. Kualitas pencahayaan.
d. Kebisingan.
e. Display unit (tata ruang dan alat).
f. Hygiene dan sanitasi.
g. Psikososial.
h. Pemeliharaan.
i. Penggunaan Komputer.
10
penyakit “Legionairre Diseases “. Kontrol terhadap linkungan (kontrol di
dalam/diluar kantor).
Misalnya untuk indoor:
Penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll.
Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan
dan keselamatan, dll.
Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
Pemasangan fan di dalam lift.
c. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :
Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk
membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala
diukur dengan Luxs Meter). Membantu penampilan visual melalui kesesuaian
warna, dekorasi dll. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja
dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang
digunakan. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
d. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
1) Internal
2) Over voltage
3) Hubungan pendek
4) Induksi
5) Arus berlebih
6) Korosif kabel
7) Kebocoran instalasi
8) Campuran gas eksplosif
9) Eksternal
10) Faktor mekanik.
11) Faktor fisik dan kimia.
Angin dan pencahayaan (cuaca) Binatang pengerat bisa menyebabkan
kerusakan sehingga terjadi hubungan pendek.
Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP. Bencana alam atau buatan
manusia.
12) Rekomendasi
11
Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)
hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan
beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja. Perlindungan
terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
e. Kontrol terhadap kebisingan :
Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada rapat “. Dinding
isolator khusus untuk ruang genset. Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam
perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang.
f. Display unit (tata ruang dan letak) :
Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan
posisi, pemeliharaan dan adaptasi. Konsep disain dan dan letak furniture (1
orang/2 m²). Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik.
Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk
istirahat dan shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat
penampungan arsip sementara. Workshop station (bengkel kerja).
g. Hygiene dan Sanitasi :
1) Ruang kerja
Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
2) Toilet/Kamar mandi disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair. Membuat
petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa
gambar dll. Penyediaan bak sampah yang tertutup. Lantai kamar mandi
diusahakan tidak licin.
3) Kantin
Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala,
celemek, sarung tangan dll). Penyediaan air mengalir dan sabun cair. Lantai
tetap terpelihara. Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
Penyediaan bak sampah yang tertutup. Secara umum di setiap unit kerja
12
dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan
lingkungan kerja.
4) Psikososial
Petugas keamanan ditiap lantai. Reporting system (komunikasi) ke satuan
pengamanan. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan
oleh :
Budaya nrimo. Sistem pelaporan macet. Ketakutan melaporkan. Tidak
tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar. Semua hal diatas dapat diatasi
melalui pembinaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan
sekali. Penegakan disiplin ditempat kerja. Olah raga di tempat kerja, sebelum
memulai kerja. Menggalakkan olah raga setiap jumat.
5) Pemeliharaan
Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester, dengan
memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi, pajanan dan
kemungkinan terjadinya. Melakukan corrective action apabila ada hal-hal
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pelatihan tanggap darurat secara
periodik bagi pegawai. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya
bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat
dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan
dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga
15