Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan
dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan
merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan
pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain:
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?
2. Apa Manajemen dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Mengetahui bagaimana manajemen dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Mengetahui tentang K3 dalam Kantor dan Perkantoran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Definisi Keselamatan dan kesehatan kerja dilihat dari konsep filosofisnya
adalah konsep berfikir dan berupaya untuk menjamin kelestarian jasmaniah dan
rohaniah tenaga kerja khususnya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Ditinjau secara ilmiah, K3 adalah suatu ilmu yang penerapannya adalah mencegah
kemungkinan terjdinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerja atau
lingkungan.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang dikenal dengan sebutan K3 sangat
diperlukan pada setiap pola kehidupan sehari-hari. Makna K3 sangat dirasakan
manfaatnya jikalau diaplikasikan dalam suatu proses produksi dalam proses kerja
khususnya dalam perindustrian yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan serta
bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan sewaktu-waktu. Istilah
dalam K3 antara lain :

1. Bahaya : Keadaan dan kegiatan yang berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan.


2. Kecelakaan : Kejadian yang tidak dikehendaki yang datang tak terduga dan tiba-tiba.
3. Sebab kecelakaan : Faktor-faktor yang dapat menimbulkan atau menyumbangkan
adanya bahaya.
4. Akibat kecelakaan : Pengaruh yang ditimbulkan oleh bahaya atau sebab bahaya yang
terjadi.
5. Pencegahan kecelakaan : Daya upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan.
6. Resiko : Kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan waktu
yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap
kegiatan atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akibat yang dinyatakan
dalam kerugian dalam setiap kejadian.
7. Pengendalian rugi : Pengendalian atau pengelolaan setiap sumber yang dapat
mengakibatkan kerugian melalui eliminasi resiko.
Hakekat dari keselamatan kerja adalah upaya perlindungan guna melindungi
tenaga kerja atau keselamatan selama melakukan tugas pekerjaan ditempat kerja demi
kesejahteraan hidup, peningkatan produksi dan produktivitas, menjaga keselamatan
orang lain di tempat kerja, keselamatan pemakaian alat-alat kerja, dan semua asset

3
perusahaan, pemakaian dan penggunaan sumber-sumber produksi secara aman dan
efisien, serta menjaga lingkungan hidup.
Kesehatan kerja bertujuan agara tenaga kerja memperoleh derajat yang setinggi-
tingginya dalam kesehatannya. Tingkat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan
produktivitas yang tinggi pula.
Dasar hukum pelaksanaan K3 di Indonesia :
1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2, tentang penghidupan dan pekerjaan
yang layak bagi kemanusiaan.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja serta pembentukan
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja)
3. Undang-undang no. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian.
4. Permen Tenaga kerja no.1/PERMEN/1982 tentang bejana bertekanan.
5. Surat Edaran menteri tenaga kerja no.SE.06/Men/1980 tentang Pewarnaan Botol
Baja.
6. Himpunan Peraturan-peraturan K3 s/d tahun 1969
7. Surat Keputusan Menteri Perindustrian no.148/SK-4/1989
Peraturan-Peraturan di atas pada konsepnya dibuat untuk menjamin:
1. Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.
4. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Kondisi tidak aman (berbahaya) dapat digolongkan berdasarkan :
1. Mesin, peralatan, pesawat, bahan dan lain-lain.
2. Lingkungan
3. Proses
4. Sifat pekerjaan
5. Cara kerja

4
Dari faktor-faktor tersebut akan benar-benar menimbulkan bahaya kecelakaan jikalau
perbuatan berbahaya seperti tersebut di bawah ini dilakukan. Perbuatan berbahaya
tersebut adalah :
1. Cacat tubuh yang tidak kentara
2. Keletihan dan kelesuan
3. Sikap dan tingkah yang tidak sempurna
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pekerja
Kecelakaan timbul juga disebakan oleh fungsi manajemen yang tidak peduli
akan arti pentingnya pelaksanaan K3 di perusahaannya. Pelaksanaan K3 dianggap
menambah biaya produksi. Faktor-faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran
dan pengetahuan dari pucuk pimpinan terhadap peran pentingnya K3 meliputi:
1. Sifat manajemen yang tidak memperhatikan K3 di tempat kerja.
2. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan
pelimpahan wewenang bidang K3 secara jelas.
3. Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
4. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang baik.
Kelemahan manajemen berperan penting karena system inilah yang mengatur unsur-
unsur produksi.

B. Manajemen K3 dan Perlengkapannya


Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain. Manajemen berarti proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Dari
penjelasan di atas terdapatlah suatu keterbatasan, misalnya tenaga, dana dan failitas
lainnya baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Manajemen mempunyai sumber kelengkapan-kelengkapannya seperti manusia
(tenaga kerja), uang (modal), peralatan, bahan dan metode kerja. Semua unsur-unsur
tadi tidak bisa melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatannya, melainkan mengatur
tindakan-tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut bawahan.
Perusahaan yang bertujuan untuk maksimasi profit dan minimasi biaya produksi agar
lebih efektif dan efisien seringkali melalaikan pelaksanaan K3 di dalam proses
produksinya, sehingga banyak terjadi kasus kecelakaan kerja. Untuk mencegah hal
itulah sangat perlu untuk digalakkan manajemen khusus K3. Disamping mewujudkan

5
proses produksi yang aman, efektif dan efisien manajemen K3 juga bermanfaat bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Unsur Manajemen K3 yang merupakan input digunakan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai. Manusia, mesin, uang, material dan bahan serta metode merupakan
unsur-unsur manajemen dapat menjadi sumber bahaya apabila tidak memenuhi
persyaratan yang diterapkan. Berbagai macam upaya pencegahan bahaya yang
ditimbulkan dari unsur manajemen :
1. Manusia = harus mempunyai keterampilan serta pengetahuan yang cukup dalam
melaksanakan pekerjaan serta jumlah tenaga kerja yang menangani pekerjaan secara
tepat.
2. Material = harus sesuai dengan unsur-unsur yang diterapkan demikian pula harus
dilengkapi dengan alat-alat pengaman yang memadai selama pengerjaan.
3. Dana = Harus cukup dalam menunjang segala aktivitas manajemen dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4. Metode = harus sesuai dengan tujuan upaya K3 dan didukung oleh seluruh unsur
manajemen dan merupakan metode yang terbaik.
Selain unsur-unsur di atas terdapat unsur yang lain seperti lingkungan di luar
sistem manajemen itu sendiri.
Fungsi-fungsi manajemen K3 akan terlaksana dengan baik, mencapai tujuan dan
sasarannya apabila kebijakan K3 diterapakan dengan baik oleh manajemen perusahaan.
Untuk kebijakan K3 nasional tertinggi dipegang oleh Menteri Tenaga Kerja, sedangkan
di perusahaan ditetapkan oleh manajemen puncak.
Kebijakan K3 merupakan statement terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip
operasional yang melandasi organisasi, bertujuan untuk mengubah perilaku manusia
agar bertindak secara aman dan selamat. Inti dari kebijakan K3 :
1. Dukungan dari pucuk pimpinan
2. Penemuan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan
3. Penerapan instruksi, penjelasan tentang keadaan dimaksud dan keharusan membuat
laporan K3.
Organisasi K3 dalam perusahaan terkelompokkan menjadi dua unsur yaitu
unsur lini yang berhubungan langsung dengan proses produksi dan unsur staf yang
mendukung kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Pembagian tanggung jawab antar
fungsi dan kaitannya dengan maslah K3 dibagi berdasarkanjenjang jabatannya. Pada
unsur lini pembagian tanggung jawab K3 antara supervisor dan manajemen tidaklah

6
sama besarnya namun mempunyai ciri khas masing-masing. Dalam memudahkan
manajemen mencapai tujuan dan melaksanakan program K3 nya dapat digunakan
perlengkapan manajemen seperti :
1. Inspeksi teknis yang digunakan untuk mengetahui kondisi dan riwayat dari
peralatan dan bahan melalui sistem pencatatan guna memperoleh gambran akan
adanya kerusakan dan dapat segera melakukan tindakan koreksi, maintenance dan
sebagainya.
2. Supervisi K3 itujikan untuk mengetahui adanya penyebab kecelakaan (unsafe
action dan unsafe condition)
3. Audit K3, cara pemeriksaan dan penilaian secara menyeluruh, mendalam,
sistematis, dan berkala terhadap seluruh aspek dan sistem pengendalian bahaya
yang ditujukan untuk mengetahui kelemahan unsur sedini mungkin lalu segera
diambil tindakan koreksi. Aspek yang dinilai :
a. Kondisi tempat kerja seperti tata letak, bangunan, peralatan, lingkungan kerja.
b. Faktor manusia dengan mengadakan wawancara langsung dengan karyawan
dan melakukan sampling.
c. Sistem manajemen dengan mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap
keterlibatan manajemen, kebijaksanaan manajemen, organisasi K3, manual dan
prosedur kerja.
4. Pengendalian K3 merupakan upaya K3 dalam rangka mengendalikan rugi
organisasi melalui pengelolaan resiko, antara lain :
a. Pengeliminasian resiko dengan cara merubah perancangan atau proses kegiatan
guna meniadakan resiko yang ada.
b. Pengurangan resiko dapat dilakukan dengan cara melakukan pengurangan salah
satu atau kedua-duanya dari unsur kombinasi resiko.
c. Pemindahan resiko
d. Penerima Resiko
5. Latihan K3 oleh ahli K3 yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan praktis
kepada seluruh peserta agar memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu K3 nya
di dalam proses kerja. Dari sini maka diharapkan dapat meminimasi kasus
kecelakaan yang ada.
6. Pembinaan K3 yang berupa :

7
a. Praktek K3 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktis dalam
melaksanakan pekerjaan secara aman selamat dan terhindar dari kecelakaan
serta penyakit.
b. Supervisi K3
c. Penilaian K3
Manajemen K3 yang merupakan bagian dari manajemen secara keseluruhan dan
mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Peranan ini
seharusnya ditunjukkan oleh fungsi manajemen sebagai penentu langkah-langkah
dalam menentukan kegiatan organisasi.

C. Kantor dan Perkantoran


1. Pengertian Kantor
Menurut J.C Denyer dalam Moekijat (2002:16). Kantor adalah setiap tempat,
dimana biasanya pekerjaan kantor dilakukan khususnya kegiatan tulis menulis.
Kantor adalah tempat untuk bekerja seseorang dengan mnggunakan peralatan
seperti mesin tulis, mesin hitung, pensil, pena dan alat – alat tulis lain serta
perlengkapan kerja seperti meja dan kursi (Moenir A.S 2011).
Sedangkan menurut Prajudi Atmosudirjo (2002:17) kantor adalah unit
organisasi yang terdiri atas tempat, staff personil dan ketatausahaan guna membantu
pimpinan. Dari beberapa penjelasan mengenai kantor dapat disimpulkan bahwa
kantor sebagai tempat diselenggarakannya tatausaha dimana terdapat
ketergantungan sistem antara orang, teknologi dan prosedur untuk menangani data
dan informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan sampai
menyalurkannya. Sedangkan pengertian perkantoran menurut beberapa ahli
diantaranya, Evert M Rogers dalam Suranto (2005:28) menjelaskan bahwa
perkantoran adalah suatu sistem yang terdiri dari sumberdaya manusia yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu sistem pembagian tugas.
Menurut Bernard Reosenblatt dalam Suranto (2005:29) perkantoran adalah suatu
sarana untuk mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia
berdasarkan tugas dan kewenangan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut
Suranto AW (2005:29) menjelaskan hakikatnya perkantoran adalah sebagai sebuah
sistem kerjasama yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Dari
beberapa penjelasan mengenai perkantoran dapat disimpulkan bahwa perkantoran
adalah suatu sarana yang didalamnya terdapat beberapa orang saling berkomunikasi

8
dan bekerjasama dalam pembagian tugas dan kewenangan untuk mencapai tujuan
tertentu.

2. Pekerjaan Kantor
Menurut Charles dalam The Liang Gie (2000:5) menyebutkan bahwa kegiatan
pokok di kantor terdapat 7 macam. Adapun kegiatan pokok tersebut adalah 1)
mengetik, 2) menghitung, 3) memeriksa, 4) menyimpan warkat, 5) menelpon, 6)
menggandakan, 7) mengirim surat.
Menurut William dan Edwin Robinson dalam Moekijat (2002) menyebutkan
pekerjaan kantor adalah sebagai berikut :
1. Menerima, mengirim dan mengangkut pesanan – pesanan dengan kapal
2. Surat menyurat, mendikte, mengetik
3. Menyimpan warkat
4. Mengurus, membagi dan mengirimkan surat – surat pos.
5. Menelpon, menerima tamu dan pekerjaan pesuruh.
Moekijat (2002:18) menjelaskan bahwa pekerjaan kantor yaitu menulis,
menggandakan wawancara yang mengandung warkat, menghitung dan
menggolongkan serta menyimpan warkat. Sementara The Liang Gie (2000:16)
menyatakan bahwa pekerjaan kantor sebagai tugas pelayanan, yang berwujud 6
pola perbuatan yaitu :
1. Menghimpun Menghimpun adalah kegiatan mencari keterangan yang sudah ada
atau berserakan dimana – mana sehingga siap untuk dipergunakan sebelumnya.
2. Mencatat Mencatat adalah kegiatan membubuhkan dengan peralatan tulis
keterangan – keterangan yang diperlukan sehingga berwujud tulisan dapat dibaca,
dikirim dan disimpan.
3. Mengolah Mengolah adalah kegiatan mengerjakan keterangan – keterangan
dengan maksud menyajikannya dalam bentuk berguna.
4. Mengganda Mengganda adalah kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara
dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
5. Mengirim Mengirim adalah kegiatan menyampaikan dengan pelbagai cara dan
alat dari satu pihak kepada pihak lain.
6. Menyimpan Menyimpan adalah kegiatan menaruh pelbagai cara dan alat di
tempat tertentu yang aman.

9
3. Hal-hal Berhubungan Pelaksanaan K3 Perkantoran
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan
dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2
(dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap
bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
a. Jaringan elektrik dan komunikasi.
b. kualitas udara.
c. Kualitas pencahayaan.
d. Kebisingan.
e. Display unit (tata ruang dan alat).
f. Hygiene dan sanitasi.
g. Psikososial.
h. Pemeliharaan.
i. Penggunaan Komputer.

4. Permasalahn dan Rekomendasi


a. Konstruksi gedung :
Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan). Seleksi
material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti
asbes dll. Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya
penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tanda khusus dengan
pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat
pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap
ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat
menuju exit door).
b. Kualitas Udara :
Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan.
Kontrol terhadap polusi Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap
kelembaban udara). Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”. Sistim
ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi
udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal
setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan

10
penyakit “Legionairre Diseases “. Kontrol terhadap linkungan (kontrol di
dalam/diluar kantor).
Misalnya untuk indoor:
Penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll.
Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan
dan keselamatan, dll.
Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
Pemasangan fan di dalam lift.
c. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :
Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk
membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala
diukur dengan Luxs Meter). Membantu penampilan visual melalui kesesuaian
warna, dekorasi dll. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja
dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang
digunakan. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
d. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
1) Internal
2) Over voltage
3) Hubungan pendek
4) Induksi
5) Arus berlebih
6) Korosif kabel
7) Kebocoran instalasi
8) Campuran gas eksplosif
9) Eksternal
10) Faktor mekanik.
11) Faktor fisik dan kimia.
Angin dan pencahayaan (cuaca) Binatang pengerat bisa menyebabkan
kerusakan sehingga terjadi hubungan pendek.
Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP. Bencana alam atau buatan
manusia.
12) Rekomendasi

11
Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)
hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan
beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja. Perlindungan
terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
e. Kontrol terhadap kebisingan :
Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada rapat “. Dinding
isolator khusus untuk ruang genset. Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam
perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang.
f. Display unit (tata ruang dan letak) :
Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan
posisi, pemeliharaan dan adaptasi. Konsep disain dan dan letak furniture (1
orang/2 m²). Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik.
Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk
istirahat dan shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat
penampungan arsip sementara. Workshop station (bengkel kerja).
g. Hygiene dan Sanitasi :
1) Ruang kerja
Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
2) Toilet/Kamar mandi disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair. Membuat
petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa
gambar dll. Penyediaan bak sampah yang tertutup. Lantai kamar mandi
diusahakan tidak licin.
3) Kantin
Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala,
celemek, sarung tangan dll). Penyediaan air mengalir dan sabun cair. Lantai
tetap terpelihara. Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
Penyediaan bak sampah yang tertutup. Secara umum di setiap unit kerja

12
dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan
lingkungan kerja.
4) Psikososial
Petugas keamanan ditiap lantai. Reporting system (komunikasi) ke satuan
pengamanan. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan
oleh :
Budaya nrimo. Sistem pelaporan macet. Ketakutan melaporkan. Tidak
tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar. Semua hal diatas dapat diatasi
melalui pembinaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan
sekali. Penegakan disiplin ditempat kerja. Olah raga di tempat kerja, sebelum
memulai kerja. Menggalakkan olah raga setiap jumat.
5) Pemeliharaan
Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester, dengan
memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi, pajanan dan
kemungkinan terjadinya. Melakukan corrective action apabila ada hal-hal
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pelatihan tanggap darurat secara
periodik bagi pegawai. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya
bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat
dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan
dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-


9-msdm-10-11.ppt)

15

Anda mungkin juga menyukai