Anda di halaman 1dari 45

Petroleum Engineer

MINGGU, 28 JUNI 2015

Tugas Ahir '' Analisis Kontaminasi dan Treatment Lumpur pemboran

SALINAN KETIKAN TUGAS AKHIR MAHASISWA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Aplikasi Komputer

Oleh :
MUHAMMAD IRTIN SYARIEFUDIN
NPM : 1403054

DOSEN PEMBIMBING : AZKA ROBY ANTARI, ST

LABORATORIUM KOMPUTER
PROGRAM STUDI TEKNIK EKPLORASI PRODUKSI MIGAS
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2014 / 2015

ANALISIS KONTRAMINASI DAN TREATMENT LUMPUR PEMBORAN


PADA PEMBORAN SUMUR PANAS BUMI LMB 9.2
PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

TUGAS AKHIR
Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Diploma III
Pada Prngram Stndi Teknik Eksplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang

Oleh:
NURUL ISLAM
NPM: 1103031

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISIS KONTRAMINASI DAN TREATMENT LUMPUR PEMBORAN


PADA PEMBORAN SUMUR PANAS BUMI LMB 9.2
PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY
Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Diploma III
Pada Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang

Oleh:

NURUL ISLAM
NPM: 1103031

Palembang, 15 Juli 2014


Pembimbing I Pembimbing II

Azka Roby Antari, ST Adi Syahputra, Ssi., MSc

Direktur, Ketua Program Studi


Politeknik Akamigas Palembang Teknik Eksplorasi Produksi Migas

H. Muchtar Lutfhie, SH., MM Azka Roby Antari, ST

TELAH DISEMINARKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI PADA :

Judul Tugas Akhir : ANALISIS KONTRAMINASI DAN


TREATMENT LUMPUR PEMBORAN
PADA PEMBORAN SUMUR PANAS BUMI
LMB 9.2 PT. PERTAMINA
GEOTHERMAL ENERGY
Nama Mahasiswa / NPM : NURUL ISLAM/ NPM : 1103031
: Senin
: 21 Juli 2014

Diterima untuk Program Studi Teknik Eksplorasi Poduksi Migas


Politeknik Akamigas Palembang
Oleh Tim Penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Azka roby Antari, ST Ketua (……………….)
2. Adi Syahputra, S.Si., M.Si Sekretaris (……………….)
3. K. Moh Ade Isnaeni, ST Penguji I (……………….)
4. Roni Alida, ST Penguji II (……………….)
5. Hendra Budiman, S,Si Penguji III (……………….)

Palembang, 12 Agustus 2014


Mengetahui, Ka. Prodi Teknik
Eksplorasi Produksi Migas

Azka Roby Antari, ST

ABSTRAK

Analisis Kontaminasi dan treatment Lumpur Pemboran


Pada Pemboran Sumur Panas Bumi LMB 9.2
PT. Pertamina Geothermal Energy proyek Lumut Balai

Pada operasi pemboran sumur directional LMB 9-2. Trayek bit 26 inch dengan
kedalaman 401 mku terjadi kontaminasi cement pada kedalaman 23 mku - 33 mku dan
terjadi kontaminasi clay pada kedalaman 33 mku - 401 mku. Kemudian pada tryek bit
171/2 inch dengan kedalaman 1250 mku terjadi kontaminasi cement pada kedalaman 386
mku - 401 mku dan terjadi kontaminasi clay pada kedalaman 401 mku - 1250 mku. Dari
hasil analisis lab pada kontaminasi cement mengindikasikan naiknya kandungan Ca +
+
sebesar 360 mg/L dimanana kandungan Ca yang ideal <100 mg/I. Kontaminasi tersebut
menyebabkan sifat fisik lumpur berubah seperti viskositas, yield point, gel strength,
filtration loss, dan pH lumpur. Pada kontaminasi clay menyebabkan sifat fisik lumpur
berubah seperti viscositas menjadi 30 sec/quart yang idealnya 55 - 60 sec/quart, treatment
dilakukan dengan dua metode yaitu dengan menggunakan fungsi dan solid control dan
dengan menambahkan zat additif soda ash pada kontaininan cement dengan konsentrasi 0.3
lb/bbl sebagai calcium remover. Dari hasil pengukuran lab terbukti kandungan Ca +
+
berkurang menjadi 60 mg/L. Pada kontaminasi clay dilakukan dilution dengan konsentrasi
0.5 - 2 lb/bbl. Hasil perhitungan volume lumpur diketahui konsumsi material
treatment soda ash sebanyak 7.66 sak.
Kata kunci : Lumpur pemboran, kontaminasi lumpur, treatment lumpur dan soda ash.

ABSTRACT

Analysis Containination and treatment of Drilling Mud


On drilling geothermal well LMB 9.2
PT. Pertamina Geothermal Energy project Lumut Balai

In well directional drilling operatio1z LMB 9-2. trajectory 26” inch to a depth of
401 mku of cement containination occurs at a depth of 23 mku -33 mku and containination
of clay at a depth of 33 mku - 401 mku. Then at trajectory 17 1/2” inch with a depth of
1250 mku containination of cement at a depth of 386 mku - 401 mku and clay
containination occurred at a depth of 401 mku - 1250 mku. From the results of the lab
analysis indicates the increase of cement containination Ca content of 360 mg/L Ca content
where the ideal Ca <100 mg/L. The containination caused physical properties change such
as mud viscosity, yield point, gel strength, filtration loss, and the pH of the mud. In clay
containination caused physical properties such as viscosity mud turned into 30 sec / quart
is ideally 55-60 sec / quart, treatment is done by two methods: by using the function of a
solid control and by adding soda ash additive substances in containinant concentration of
cement with 0.3 lb/bbl as calcium remover. From the results of laboratory measurements
proved Ca content was reduced to 60 mg/L. In clay containination carried dilution with a
concentration of 0.5 - 2 lb / bbl. The results of the calculation of the mud volume of
material consumption treatment known as soda ash Z 66 sacks.

Keywords : Drilling mud, mud containination, mud treatment and soda ash.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
 Ikuti apa kata hatimu. Jika benar, kau akan sukses. Jika salah, kau akan mendapat pelajaran
berharga.
 Saat kau menuliskan sejarah hidupmu, jangan biarkan orang lain memegang pensilnya.
 “Sometime it’s better to be right than to be clever, we don’t need intelligen brain to speak but
patient ear to listen.”
 “Wise shout shout loudly in silence.

Kupersembahkan kepada :
 Allah SWT yang telah meridoi dan memudahkam segala urusan ku dalam keadaaan apapun
 Kedua orang tua tercinta Muhammad Sani & Eriana yang selalu menyayangiku dan terima
kasih atas segala doa dan upaya yang tak ternilai harganya
 Saudari – saudariku ( Rini Yusnita & Nila Sari ) yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada ku
 Paman dan Bibi ku ( Saipul Anwar & Desi Fitri Jaya ) yang selalu memberikan dukungan
kepada ku
 Pacar tersayang ( Septia Reni, Am.Kep. ) yang selalu mendoakan dan menyemangati ku
 Pembimbingku Bapak Azka Roby Antari, ST dan Bapak Adi Syaputra, S.Si., MSc yang
telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Ahir ini
 Teman – temanku ( Rohmat, Ardi, Rendi, Duin, Ginta, Ayi, Muslim, Bislan, Fredy, Fajar,
Riyan, Deo, Reza, Silvi, Rini Jumadi, Ami, Chairul Yogi dan seluruh Teman – teman
T.E.P.M angkatan V )
 Almamater kebanggaan POLTEK AKAMIGAS PALEMBANG.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rabmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir di
PT. Pertamina Geothermal Energy Proyek Lumut Balai dengan judul “Analisa Kontaminasi
dan Treatment Lumpur Pemboran pada Pemboran Sumur LMB 9.2” yang disusun guna
memenuhi syarat kurikulum pada Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas,
Politeknik Akamigas Palembang. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis
dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, dan tak lupa kepada :
1. Bapak H. Muchtar Luthfie, S.H,M.M, selaku Direktur Politeknik Akamigas Palembang.
2. Bapak Azka Roby Antari S.T, selaku Kepala Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi
Migas sekaligus Dosen Pembimbing I.
3. Bapak Adi Syahputra S.Si, MSc. selaku Dosen Pembimbing II di Politeknik Akamigas
Palembang.
4. Bapak Arpi Anwar selaku General Support Manager PT. Pertamina Geothermal Energy
proyek Lumut Balai.
5. Bapak Bintang L Sasongko selaku Site dan Construction Manager PT. Pertamina
Geothermal Energy proyek Lumut Balai.
6. Bapak Meiyono, Ketut Darmana Yasa, Sumanto Zulkarnain, Eko Agustian selaku
Company Man pada operasi pemboran sumur LMB 9.2 PT. Pertamina Geothermal Energy
Proyek Lumut Balai di Rig N110M1/18.
7. Bapak W. A. Patty dan Fiaribowo Susilo selaku Rig Superintendent di Rig N110M1/18 dan
seluruh Crew PT. Pertamina Drilling Service Indonesia dan PT. Petroleum Hidrocarbon
Indonesia.
8. Bapak M. Insan Budiman, Awaludin dan Arie Fandya, selaku Pembimbing Lapangan dan
Seluruh Crew PT. Pertamina Geothermal Energy pada tempat pelaksanaan Tugas Akhir.
9. Kedua Orang Tua dan keluarga saya yang telah memberikan doa, dukungan dan selalu
menantikan keberhasilan saya.
10. Semua Rekan-rekan yang telah membantu dalam upaya menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata, semoga apa yang kita perbuat merupakan suatu amal baik di mata
Allah SWT dan semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi penulis serta bagi mahasiswa Politeknik Akamigas Palembang, khususnya
bagi Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas. Dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan
laporan Tugas Akhir ini.

Palembang, Mei 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 ... LatarBelakang ............................................................................ 1
1.2 ... Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 ... Manfaat ...................................................................................... 2
1.4 ... Batasan Masalah ......................................................................... 2

BAB II DASAR TEORI


2.1 ... Fungsi Lumpur Pemboran .......................................................... 3
2.2 ... Sifat Fisik Lumpur Pemboran .................................................... 7
2.3 ... Jenis-jenis Lumpur Pemboran ..................................................... 8
2.4 ... Mud Additif ................................................................................. 9
2.5 ... Kontaminasi Lumpur Pemboran ................................................. 10
2.6 ... Peralatan Analisa Sifat dan Fisik Lumpur .................................. 11
2.7 ... Treatment Lumpur Pemboran ..................................................... 16
2.8 ... Kalkulasi Volume Lumpur ......................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 ... Tahapan Penelitian ..................................................................... 22
3.2 ... Tahap Pengolahan ...................................................................... 23
3.3 ... Tahap Pembahasan ..................................................................... 23
3.4 ... Tahapan Identifikasi Masalah .................................................... 23
3.5 ... Metode Pengukuran Kandungan Calsium ................................. 24
3.5.l ... Alat dan Bahan ............................................................... 24
3.5.2 .. Prosedur Analisis................................................. 24
3.5.3... Perhitungan ..................................................................... 24
3.6 ... Treatment Lumpur ...................................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 ... Kontaminasi Lumpur .................................................................. 26
4.2 ... Treatment Lumpur ...................................................................... 27
4.3 ... Kalkulasi Kebutuhan Marterial Treatment.................................. 29
BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37

LAMPIRAN ....................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 ... Kedalaman kontaminasi Cement dan Clay .......................................... 27
4.2 ... Konsentrasi soda ash ........................................................................... 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 ... Mud balance ............................................................................................... 11
2.2 ... Marsh funnel and Cup ................................................................................ 12
2.3 .. Fann VG Viscometer .................................................................................. 13
2.4.... Ph Indicator ................................................................................................ 14
2.5 ... Filter press .................................................................................................. 14
2.6 ... Sand Content tube ....................................................................................... 15
2.7 ... Ritort kit ...................................................................................................... 16
2.8 ... Shale saker .................................................................................................. 16
2.9 ... Degasser ..................................................................................................... 17
2.10 . Desander ..................................................................................................... 17
2.11 . Desilter ........................................................................................................ 18
2.12 . Mud cleaner ................................................................................................ 18
2.13 . Cooling tower ............................................................................................. 19
3.1 ... Diagram alir pengolahan data ..................................................................... 25
4.1 ... Alur solid control ........................................................................................ 28
4.2 ... Sketsa trayek II ........................................................................................... 30
4.1 ... Sketsa trayek III ......................................................................................... 32

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
A Profil Sumur LMB 9-2 ................................................................................ A-1
B Mud Program Trayek 26” (inchi) dan 17½“ (inch) .................................... B-1
C Perhitungan volume lubang bor section 1 dan 2 ......................................... C-1
D Perhitungan Volume lubang bor section 3 .................................................. D-1
E Kapasitas tanki lumpur ............................................................................... E- 1
F . Layout Rig N110 M1/18 lokasi pemboran LMB 9.2 .................................. F-1
G Profil Rig N110M1/18 ................................................................................ G-1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran adalah
pada lumpur bor, karena berbagai faktor pemboran yang ada maka lumpur pemboran
mutlak diperlukan pada proses tersebut. Lumpur pemboran adalah suatu campuran fluida
khusus yang disirkulasikan pada operasi pemboran. Pada mulanya orang hanya
menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Seiring dengan
berkembangnya teknologi, lumpur dibuat dari berbagai macam campuran additive dan
digunakan untuk mengangkat cutting kepermukaan untuk mengontrol tekanan formasi,
sebagai media logging dan menahan serpihan serbuk bor saat sirkulasi di hentikan,
sehingga pada penggunaan lumpur bor tidak terlepas dari kontaminasi yang dapat
mempengarui sifat fisik lumpur tersebut. Kontaminasi lumpur adalah masuknya unsur-
unsur yang tidak diinginkan kedalam sistem lumpur yang dapat menimbulkan efek negatif
pada fungsi lumpur tersebut, sehingga treatment mutlak dilakukan untuk menjaga sifat fisik
lumpur, treatment lumpur dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan solid control dan
menambahkan additive pada lumpur.
Dalam laporan tugas akhir ini, penulis membahas tentang analisis kontaminasi
dan treatment lumpur pemboran. Pada operasi pemboran sumur geothermal LMB 9.2
menggunakan lumpur gel polymer yang merupakan jenis lumpur water based mud yang
telah ditentukan pada drilling fluid program dimana pada operasi pemboran terjadi
kontaminasi semen pada lumpur akibat operasi penyemenan yang kurang smpurna atau
setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar dan casing shoe dan terjadi
kontaminasi clay akibat pemboran formasi yang didominasi batuan breksi tufa terubah,
breksi andesit terubah, andesit basalitik, tufa terubah dan andesit terubah. Pengaruh
kontaminasi semen menyebabkan kandungan Ca++ meningkat, treatment dilakukan dengan
cara mengoperasikan fungsi dan solid control dan dengan menambahkan additive soda
ash dengan tujuan mentreatment kandungan Ca++ pada lumpur sedangkan pada
kontaminasi clay meningkatkan viscositas lumpur treatment pada
kontaminasi claydilakukan dengan cara mengoperasikan fungsi dari solid control dan
dilakukan pengenceran (dilution).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Dapat menganalisa kontaminasi lumpur pemboran.
2. Mengetahui treatment pada lumpur pemboran.
3. Dapat memperhitungkan jumlah konsumsi material treatment yang digunakan.
4. Mengetahui hasil treatment yang telah dilakukan pada lumpur pemboran.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Menambah pengetahuan mengenai analisis kontaminasi dan treatment lumpur pemboran.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang lumpur pemboran.
1.4 Batasan Masalah
Dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini, penulis membatasi permasalahan
mengenai analisis kontaminasi dan treatment lumpur pemboran yang terjadi pada operasi
pemboran sumur panas bumi LMB 9.2 pada trayek dua bit 26 inch dengan kedalaman 401
mku dan trayek tiga bit 17½ inch dengan kedalaman 1250 mku pada
kontaminasi cementdan clay.

BAB II
DASAR TEORI

Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang
dapat terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas,
udara, busa maupun deterjen. Di lapangan, fluida dikenal sebagai “lumpur” (mud).
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam
mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi,
keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja lumpur pemboran.

21 Fungsi Lumpur Pemboran


Pada dasarnya lumpur pemboran mempunyai fungsi sehingga membuat lumpur
pemboran sangatlah penting dalam sebuah pemboran. Fungsi lumpur antara lain :
1. Pengangkatan Serpih Bor (Cutting Removal)
Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan dengan adanya
pengaruh gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi thpat diatasi oleh daya sirkulasi dan
kekentalan lumpur. Dalam melakukan pemboran serbuk bor (cutting)dihasilkan dan
pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan dan dalam lubang bor. Hal ini
berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya lumpur untuk mengangkat serbuk bor. Apabila
serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor didasar
lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya pipa oleh serbuk
bor.
Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai kemampuan untuk
mengangkatnya. Kemampuan serbuk bor untuk terangkat hingga kepermukaan
tergantung yield point lumpur itu sendiri. Jika lumpur sudah memiliki yield pointyang
memadai maka dengan melakukan sirkulasi serbuk bor dapat terangkat keluar bersama-
sama dengan lumpur untuk dibuang melalui alat pengontrol solid (solid control
equipment) berupa shale shaker, desander, mud cleaner, dan centrfuge.

2. Mendinginkan dan Melumasi Pahat


Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas
itu harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan.
Semakin besar ukuran pahat, semakin besar juga aliran yang dibutuhkan. Kemampuan
melumasi dan mendinginkan pahat dapat ditingkatkan dengan menambahkan zat-zat
lubrikasi (pelumas) misalnya minyak, detergent, grapite, asphalt dan zat surfaktan khusus,
serbuk batok kelapa bahkan bentonite juga berfungsi sebagai pelincir karena dapat
mengurangi gesekan antara dinding dan rangkaian bor.

3. Membersihkan Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaning)


Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui
corot pahat (bit nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan
ujung-ujung pahat menjadi bersih dan serpih atau serbuk bor ini akan memperpanjang
umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran.
Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur
yang kuat kedasar lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan
kekuatan formasi atau daya kemudahan formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau
laju sembur terlalu besar pada formasi yang lunak, dan akan mengakibatkan pembesaran
lubang (hole enlargement) karena kikisan semburan. Sedangkan pada formasi keras akan
terjadi pengikisan pahat dan menyia-nyiakan horse power.

4. Melindungi Dinding Lubang Supaya Stabil


Lumpur bor harus membentuk deposit dan ampas tapisan (filter cake) pada
dinding lubang bor sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalang-halangi masuknya
fluida (filtrat) ke dalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dan
lumpur bertambah, misalnya dengan menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat
meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan menambahkan zat-zat polimer
yang dapat membantu pendispersian sehingga viskositas dan filtrat (air tapisan) meningkat,
dengan demikian mobilitas filtrat di dalam filter cake dan formasi akan berkurang.

5. Menjaga atau Mengimbangi Tekanan Formasi


Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari
kolom lumpur yang terdiri dari fase air, partikel-partikel padat lainnya cukup memadai
untuk mengimbangi tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai daerah yang bertekanan
abnormal dibutuhkan materi pemberat khusus (misal : XCD-polimer) yang mempunyai
berat jenis tinggi untuk menaikkan tekanan hidrostatis dan kolom lumpur agar dapat
mengimbangi dan menjaga tekanan formasi. Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari
berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi kolom yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp = 0.052 x Mw (ppg) x D = Psi
= 0,00695 x Mw (pcf) x D = Psi
Dimana :
Hp = Tekanan hidrostatic lumpur, psi.
Mw = Densitas lumpur, ppg/pcf
D = Kedalaman, ft.

6. Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat
tidak ada sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strenght). Daya agar adalah
suatu sifat fluidathixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika
didiamkan (static condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk atau digerak-gerakkan.
Sifat pengapungan atau penahan serpih di dalalam lumpur sangat diinginkan untuk
mencegah turunnya serpih ke dasar lubang atau menumpuk dianulus yang akan
memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu
tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal yang terlalu
besar.

7. Sebagai Media Logging


Data-data dan sumur yang diselesaikan sangat penting untuk dasar evaluasi sumur
yang bersangkutan, juga penting untuk dasar pembuatan program dan evaluasi sumur-
sumur yang akan dibor selanjutnya. Data-data tersebut di atas didapat dan
analisa cutting dan pengukuran langsung dengan wire logging. Untuk itu lubang bor harus
bersih dari cutting.

8. Penunjang (Support) Berat Dan Rangkaian Bor dan Selubung


Makin dalam pengeboran, maka berarti makin panjang pula rangkaian pipa
atau casing, sehingga beban yang harus ditahan menara rig akan bertambah besar. Dengan
adanya bouyancy effect dari lumpur akan menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil
sehingga dengan kemampuan yang ada mampu melakukan pengeboran yang lebih dalam.
Faktor yang mempengaruhi dalam hal ini adalah berat jenis dari lumpur.

9. Menghantankan Daya Hidroulic Kepahat


Lumpur pemboran adalah media untuk menghantarkan daya hidroulic dari
permukaan ke dasar lubang. Daya hidroulic lumpur harus ditentukan di dalam membuat
program pengeboran sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan dihitung
sedemikian agar pendayagunaan tenaga (power) menjadi optimal untuk membersihkan
lubang dan mengangkat serpih bor. Kemampuan untuk membersihkan serbuk bor dan bit
itu didapat karena adanya tenaga hidroulic yang harus disalurkan dari permukaan menuju
bit melalui media lumpur yang disebut sebagai bit hydroulic horsepower.

10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi


Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlanut seperti oksigen CO 2, dan
H2S. Juga karena pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam-garam di dalam. Untuk
menghindari hal-hal tersebut masuk ke dalam lumpur dapat ditambahkan bahan-bahan
pencegah korosi atau diusahakan untuk mencegah pencemaran yang terjadi.

2.2. Sifat-Sifat Fisik Lumpur Pemboran


Lumpur pemboran memiliki beberapa sifat fisik yaitu :
1. Berat jenis
Berat jenis lumpur merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena sangat
besar pengaruhnya dalam mengontrol tekanan formasi, sebab dengan naiknya berat jenis
lumpur maka semakin besar tekanan yang dihasilkan.
2. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik lumpur didefenisikan sebagai fungsi tekanan persatuan luas yang
secara matematis pada bidang kedalaman tertentu.
3. Viscositas
Viscositas adalah salah sam sifat lumpur yang menyatakan kekentalan dari lumpur bor,
yang sangat berpengaruh terhadap pengangkatan serbuk bor (cutting) kepermukaan.
semakin kental lumpur, maka pengangkatan cuttingkurang sempurna sehingga dapat
mengakibatkan cutting tertinggal di dalam lubang bor sehingga menyebabkan tenjepitnya
rangkaian pipa pemboran. Akan tetapi bila viscositas lumpur terlalu tinggi dapat
menyebabkan masalah sepertiloss circulation dan kick.
4. Gel strength
Saat sirkulasi bethenti yang memegang peranan adalah gel strength, lumpur akan menjadi
gel saat tidak ada sirkulasi hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik antara partikel-
partikel padatan lumpur saat lumpur berhenti bersirkulasi, lumpur harus mempunyai
sifat gel strength yang dapat menahan cutting dan material pemberat lumpur agar tidak
turun sehingga padatan tidak menumpuk dan mengendap di anulus yang dapat
menyebabkan pipa terjepit, akan tetapi jika gel strength terlalu tinggi akan menyebabkan
pompa lumpur bekeija lebih berat untuk memulai sirkulasi kembali, meskipun pompa
memiliki daya yang kuat pompa tidak boleh memompakan lumpur dengan daya yang besar
karena dapat mengakibatkan formasi akan pecah.
5. Yield Point
Bagian dari resistansi untuk mengalir oleh gaya tarik-menarik antar partikel. Jadiyield
point merupakan angka yang menunjukan shearing stress yang diperlukan untuk
mensirkulasikan lumpur kembali, dengan kata lain lumpur tidak akan dapat bersirkulasi
sebelum diberikan shearing stress sebesar yield point.

6. Filtrasi dan mud cake


Ketika terjadi kontak antara lumpur dan batuan porous batuan tersebut akan bertindak
saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang
hilang ke dalam batuan disebut filtrate, sedangkan partikel-partikel besar tertahan
dipermukaan dan membentuk lapisan batuan disebut mud cake.
7. pH Lumpur
pH dipakai untuk menentukan tingkat keasaman dan kebasaan lumpur bor. pH dan lumpur
yang dipakai berkisar 8.5 - 10, jadi lumpur bor yang digunakan adalah dalam suasana basa.
Lumpur sebaiknya tidak terlalu basa karena akan menaikan viscositas dan gel strength dari
lumpur.

2.3. Jenis-jenis Lumpur Pemboran


Berdasarkan fasa fluida nya lumpur pemboran dibagi menjadi 3 macam :
1. Water Base Mud
Water Base Mud adalah lumpur yang dibuat dengan air sebagai bahan dasarnya
lumpur berjenis water base mud lebih sering digunakan karena selain harganya yang lebih
ekoninis, juga lebih mudah dikelola dan ramah lingkungan.
2. Oil Base Mud
Oil Base Mud adalah lumpur yang dibuat dengan campuran minyak dan air dengan kadar
air di bawah 3-5%, lumpur ini baik dipakai untuk mengebor.

3. Gaseous Drilling Fluid


Gaseous Drilling Fluid adalah lumpur yang dibuat dengan udara atau gas sebagai
fase continue dan air sebagai fase dispersant di bawah 5% volume total. Lumpur ini
digunakan pada pemboran daerah yang memiliki kondisi air yang sangat minim serta pada
pemboran daerah dengan jenis batuan yang sangat keras dan bertemperatur tinggi.

2.4. MudAdditive
Seperti kita ketahui, berbagai additive berupa bahan kimia (baik yang diproduksi
khusus untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral
dibutuhkan untuk memberikan karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. ViscosjfIers (bahan pengental)
Zat kimia pengental lumpur merupakan bahan untuk menaikkan viskositas dari lumpur bor.
Material ini seperti : Bentonite, CMC, Attapulgite, polymer.
2. Weighting Materials (Pemberat)
Material Pemberat Lumpur adalah material yang ditambahkan untuk menaikkan berat jenis
lumpur atau disebut juga dengan weight yaitu : Barite, Calcium , Carbonate.
3. Thinner (Pengencer)
Zat kimia pengencer lumpur ini maksudnya adalah zat kimia yang digunakan untuk
menurunkan viskositas lumpur bor atau disebut juga Thinner. Seperti :Phosphates,
Lignosulfonare, Lignite, Poly Acrylate.
4. Filtrat Reducers
Filtration reducers adalah bahan-bahan untuk mengurangi filtration loss dan
menipiskan mud cake seperti : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, primasol,
Dispersant
5. Lost Circulation Materials
Bahan ini untuk menyumbat bagian yang menimbulkan lost circulation. Jadi bahan untuk
menghentikan lost circulation, seperti : Granular, Flake, Fibrous, Slurries.
6. Aditif Khusus
Aditif khusus merupakan bahan khusus yang biasa digunakan untuk menjaga sifat fisik
lumpur terhadap kontanilnasi pada lumpur pemboran, bahan tersebut seperti Flocculant,
Corrosion Control, Defoamer,pH Control, Lubrican, Soda Ash.

2.5. Kontammasi lumpur Pemboran


Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-
material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke dalam lumpur pada saat
operasi pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering sekali terjadi aclalah sebagai
berikut :
1. Kontaminasi Sodium Chlorida (NaC1)
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam, lapisan garam,
lapisan batuan yang mengandung konsentrasi garam cukup tinggi atau akibat air formasi
yang berkadar garam tinggi dan masuk ke dalam sistem lumpur. Akibatnya dapat
mengubah viskositas, yield point, gel strength, filtration loss, dan menurunkan pH lumpur,
treatment dengan menambah NaOH.
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur saat pemboran menembus formasigypsum.
Lapisan gypsum yang terdapat pada formasi shale atau limestone, akibatnya dapat
mengubah viskositas, yield point, gel strength, dan filtration loss, treatmentdengan
menainbah soda ash.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang smpurna
atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar dan casing shoe, akibat
nya dapat mengubah viskositas, yield point, gel strength, filtration loss, dan pH
lumpur, treatment dengan menambah Soda ash (dan hasil analisa lab, 0.1 Ib/bbl Soda
Ash akan men-treatment kira-kira 100 mg/lt Calsium).
4. Kontaminasi drilled solids (clay)
Kontaminasi clay dapat terjadi pada saat operasi pemboran formasi clayataupun
pada saat pemboran formasi batuan yang mengandung clay pada pori batuan.
Selain dari keempat kontaminasi di atas, bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pemboran adalah :
a. Kontaminasi “hard water”, atau kontaminsi oleh air yang mengandung ion kalsium dan
magnesium cukup tinggi dengan pengukuran total hardness Ca++dan Mg++
b. Kontaminasi karbondioksida
c. Kontaminasi hidrogen sulfide

2.6. Peralatan analisa sifat dan fisik lumpur


Adapun peralatan yang digunakan pada saat menganalisa sifat dan fisik lumpur
pemboran yaitu :
1. Mud Balance
Mud balace adalah Alat yang dipakai untuk mencari berat lumpur suatu jenis
timbangan yang biasa disebut sebagai mud balance. Sebelum alat tersebut digunakan,
sebaiknya dikalibrasi dulu terhadap air suling, yang akan menunjukkan berat : 8.33 ppg
atau 1 gr/cm pada suhu 70° F (21°C).
Gambar 2.1
Mud balance

2. Mars Funnel and Cup


Mars funnel and cup adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas
lumpur, berupa corong plastik dan cup berukuran. pengukuran dilakukan dengan cara
memasukkan sample lumpur ke dalam mars funnel hingga batas volume yang telah
ditetapkan pada bagian teratas mars funnel yang berupa garis dan pengukuran dilakukan
pada Cup penampung lumpur hingga garis yang telah ditetapkan pada bagian
teratas cup yang berupa garis penanda dengan menghitung lama waktu yang dibutuhkan
lumpur untuk memenuhi Cup penampung dengan menggunakan stop watch.

Gambar 2.2
Mars Funnel and Cup

3. Fann VG viscometer
Fann VG viscometer adalah viscometer yang dipakai untuk mengukurplastic
viscosity, yield point dan gel strength. Suatu alat yang bekerja berdasarkan perputaran dua
silinder dengan kecepatan putaran rotor 600 rpm clan 300 rpm, yang digerakkan oleh
tenaga listrik atau diputar dengan tangan (hand crank). Pada prinsipnya, lumpur yang akan
diukur kekentalannya dimasukkan diantara dua sunder. Silinder luar atau disebut rotor
diputar pada kecepatan putaran yang tetap. Perputaran rotor di dalam lumpur akan
menghasilkan torque atau tenaga putaran terhadap silinder dalam atau bob suatu per
menahan gerakan bob tersebut. Suatu lempengan pengukur yang dikaitkan dengan bob akan
menunjukkan jarak perputaran dari bobtersebut, dengan pembacaan dial 300 dan 600 rpm
pada viscometer. Yield pointditentukan secara kuantitatif dengan pengurangan pembacaan
300 rpm dan viscositas plastik. Dan dapat di hitung dengan rumus :
PV =  600- 0300
YP =  300 - PV
Keterangan :
PV = Plastic Viscosity (cp)
YP = Yield Point (lb/100 ft2)

Gambar 2.3
Fann VG Viscometer

4. pH Indicator
pH indicator adalah suatu ukuran yang menyatakan derajat kebasaan dan suatu
cairan. ph dari lumpur pemboran perlu diketahui karena kita semua tahu bahwa kita tidak
menghendaki lumpur yang bersifat asam (korosif) yang dapat menimbulkan efek negatif
pada peralatan pemboran, kertas ph sudah dilengkapi dengan daftar warna untuk ph
tertentu. Tersedia bermacam-macam kertas dengan tipe kegunaan, misalnya kertas ph yang
bisa dipakai untuk mengukur ph larutan mulai dari 0-14.
5. Filter press
Filter press terdiri dari sebuah tabung silindris tempat lumpur yang akan diukur.
Tabung ini terbuat dari bahan yang tahan terhadap larutan alkalis dan dilengkapi dengan
regulator tekanan untuk memberikan dan mengeluarkan tekanan. Di bagian bawah untuk
menempatkan kertas penyaring mud cake, di bawah penyangga ditempatkan gelas ukuran
untuk menampung air tapisan yang keluar. Seluruh peralatan ini disangga oleh sebuah
penyangga. Untuk memperoleh tekanan yang diperlukan dipakai gas CO 2 cartridge. Filter
press adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan kerak lumpur (mud cake) yang
dihasilkan oleh lumpur pemboran pada paper press saat dilakukan pengukuran serta
mengetahui filtratelumpur pada lumpur pemboran yang terukir pada gelas ukur pada alat
tersebut.

Gambar 2.5
Filter press

6. Sand content tube


Kandungan pasir dalam umpur pemboran dapat diperkirakan jumlahnya dengan
menggunakan peralatan Sand Screen Set, peralatan ini terdiri dari saringan berukuran 200
mesh dan bergaris tengah 2½ inci (63.5 mm), terdiri dari corong yang bisa dipasangkan
pada saringan tersebut dan gelas ukuran. Gelas ukuran tersebut diberi tanda sebagai batas
volume lumpur yang harus diukur sehingga hasilnya dapat dibaca langsung berupa % pasir
yang terkandung.
Gambar 2.6
Sand content tube

7. Retort Kit
Retort kit ialah alat yang berfungsi untuk mengukur kandungan solids danwater
content pada lumpur, dengan cara distilasi untuk mengetahui berapa jumlah cairan (air atau
minyak) sejumlah tertentu (10 ml atau 20 ml) dan padatan di dalam lumpur, lumpur
ditempatkan di dalam suatu tempat dan dipanaskan sampai bagian-bagian cairan menguap,
uap tersebut dilewatkan pada suatu alat pendingin (condensor) sehingga mengembun
kembali dan ditampung dengan gelas pengukur, cairan yang mengisi tinggi kolom gelas
ukur menunjukan nilai dan kandungan air pada lumpur sedangkan kolom gelas ukur yang
kosong menunjukan nilai kandungansolids pada lumpur.

Gambar 2.7
Retor kit

2.7. Treatment Lumpur Pemboran


Treatment lumpur dibagi menjadi dua yaitu dengan menggunakan peralatan
pengontrol padatan dan dengan memberikan additive pada lumpur, solid control yaitu
peralatan treatment yang berfungsi untuk memisahkan serbuk bor (cutting) yang terbawa
lumpur saat bersirkulasi selama operasi pemboran yaitu :
1. Shale shaker
Merupakan peralatan mekanis bergetar yang mempunyai tugas menyaring padatan
(cutting) dan dalam lumpur yang pertama kali keluar dari lubang bor padashale shaker ini
menggunakan screen berukuran 80-120 mesh.

Gambar 2.8
Shale shaker
5. Mud Cleaner
Mud Cleaner/conditioner adalah fasa keempat dari proses pengontrol padatan.
Merupakan peralatan ayakan mekanis bergetar, yang mempunyai tugas menyaning padatan
(solid) dari dalam lumpur yang keluar dari desilter. hampir serupa dengan shale
shaker akan tetapi mud cleaner menggunakan mesh yang lebih rapat digunakan untuk
memisahkan kandüngan drill solid yang berukuran 74 - 177micron.

Gambar 2.4
Desilter

6. Cooling Tower
Cooling tower yaitu tower yang berfungsi mengontrol suhu lumpur yang
berlebihan (di atas 60°C) pada saat sirkulasi, sehingga suhu lumpur terjaga.
2.8. Kalkulasi volume lumpur
Untuk menghitung volume lumpur dan jumlah konsumsi material treatmentyang
digunakan dapat diketahui dengan menghitung diameter lubang sumur dan kedalaman
lubang bor dengan formula sebagai berikut :
1. Rumus Volume annulus id casing :

2. Rumus volume annulus Open Hole :

3. Rumus volume drill string :

VMm = diasumsikan sama dengan Vstb


Volume annulus = Vdp + Vdc + Vstb + VMm
Volume Total = Va + V dst
Dimana :
id2 = diameter dalam (inch)
oh = open hole (inch)
h = kedalaman lubang bor (ft)
dp = drill pipe (ft)
dc = drill collar (ft)
stb = stabilizer (ft)
Mm = Mud motor (ft)
1029.4 = Konstanta
Va = Volume annulus (bbl)
Vdst = Volume drill string (bbl)
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui volume lumpur dan dapat dihitung
jumlah penggunaan material treatment sebagai berikut :

Dimana :
M = konsentrasi lumpur (lb/bbl)
V system = Volume lubang bor + volume tanki lumpur (bbl) (Diketahui dari hasil kalkulasi dan
kapasitas mud tank)
1 sak = berat material 1 sak (lb/sak) soda ash 110 lb.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian untuk pembuatan tugas akhir ini dilaksanakan pada tanggal
15 Maret sampai dengan 15 April di PT. Pertamina Geothermal Energy yang merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang panas bumi berlokasi di Kecamatan Semendo,
Sumatera Bagian Selatan. Pada operasi pemboran sumur panas bumi LMB 9.2 pada Rig
N110M1/18 milik PT. PDSI, Sumur pengembangan.

3.1 Tahapan Penelitian


Pada penelitian Tugas Ahir ini, analisa dan pengumpuian data-data yang sesuai
dengan judul pembuatan Tugas Ahir ini penulis menggunakan beberapa metode diantaranya
:
1. Melakukan Studi Literatur
Tahap studi literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber informasi yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas, sehingga data yang ada dapat mempertegas data dan keperluan
analisa.
2. Terjun ke lapangan
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan oleh penulis pada pemboran
Sumur LMB 9.2 di PT. Pertamina Geothermal Energi proyek Lumut Balai.

3. Wawancara
Wawancara yaitu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan berkomunikasi
langsung dengan mud engineer, mud boy, Company man danServices Company.
4. Pengumpulan data tertulis
Pengumpulan data tertulis yaitu pengumpulan data dengan meminta soft copydan hard
copy kepada mud engineer, administration dan services Company.
5. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka penelitian yaitu dengan melakukan observasi lapangan selama kegiatan penelitian
di lapangan berlangsung, dengan cara menganalisa masalah, bertanya, dan memahami
masalah serta menyimpulkan hasil yang didapat yang digunakan sebagai data lapangan
dalam penyusunan tugas akhir ini.

3.2 Tahap Pengolahan


Dari survey yang dilakukan data yang didapat berupa dua bagian penting yaitu
kontaminasi dan treatment lumpur pemboran, pada tahapan ini data yang didapat telah
dikumpulkan dan dianalisa sebagaimana telah disebutkan di atas terkait kontaminasi
dantreatment lumpur pemboran.
3.3 Tahap Pembahasan
Dalam hal ini metodelogi penelitian yang digunakan dalam tahapan pembahasan
laporan Tugas Ahir ini adalah metode analisis pustaka terkait tentang Kontaminasi
dantreatment lumpur pemboran pada operasi pemboran sumur panas bumi LMB 9.2.
Analisa pustaka yang disampaikan mengenai kontaminasi dan treatment lumpur pemboran
pada lokasi tersebut di atas.

3.4 Identifikasi Masalah


Dari hasil penelitian yang dilakukan pada lokasi pemboran sumur panas bumi
LMB 9.2 dengan lumpur gel polymer terjadi beberapa masalah kontaminasi yaitu :
1. Pada trayek ke dua dengan kedalaman (depth) 401 meter terjadi kontaminasi semen pada
lumpur di kedalaman 23 meter hingga 33 meter
2. Pada kedalaman 33 meter hingga 401 meter terjadi kontaminasi clay pada lumpur yang
didominasi oleh batuan andesit.
3. Pada trayek ketiga dengan kedalaman (depth) 1250 meter terjadi terjadi kontaminasi
semen di kedalaman 386 meter hingga 401 meter.
4. Pada kedalaman 401 meter hingga 411 meter terjadi kontaminasi clay.

3.5 Metode Pengukuran Kandungan Kalsium


Pengukuran kandungan Ca dalam lumpur dilakukan untuk mengetahui besar
kandungan Ca dengan tujuan untuk menentukan penggunaan konsentrasi material
treatment soda ash. Adapun pengukuran yang dilakukan yaitu :

3.5.1 Alat dan bahan


a. Alat
1. Bola karet.
2. Pipet ukur.
3. Cawan penampung.

b. Bahan
1. Air filtrasi lumpur.
2. Larutan Hardness Buffer.
3. Larutan Hardness Indicator.
4. Larutan Triethanolaimine.
5. Standard Versenate 400 mg/L.

3.5.2 Prosedur Analisis


1. Siapkan sampel air saringan dan filtrate press sebanyak 1 cc.
2. Tambahkan indicator hardness buffer 2 cc.
3. Tambahkan Hardness indicator 2 - 6 drops.
4. Tambahkan triethanolamine 1 cc.
5. Titrasi dengan larutan Standard Versenate Solution 400 mg/l.
6. Titrasi bingga perubahan warna ungu menjadi biru.
7. Dari hasil pengukuran perubahan warna terjadi pada 0.9 tetes.
8. Concentration Factor (Standard Versenate x 400 mg/l).
9. Prosedur 1 - 8 dilakukan pada sempel sebelum dan setelah treatment.

3.5.3 Perhitungan
Total hardness (mg/L) = Volume titran x 400

3.6 Treatment Lumpur


Treatment lumpur dilakukan dengan beberapa proses yaitu menggunakan solid
control yang meliputi :
1. Shale saker.
2. Degasser.
3. Desander.
4. Desilter.
5. Mud Cleaner.
6. Cooling Tower.
7. Menambahkan zat additif soda ash pada kontaminasi semen dan dilution. pada
kontaminasi Clay.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Operasi pemboran pada sumur LMB 9-2 proyek Lumut Balai merupakan salah
satu sumur pengembangan panas bumi PT. Pertamina Geothermal Energy yang dikerjakan
oleh PT. Pertamina Drilling Services Indonesia menggunakan Rig N110M1/18 dengan
metode directional drilling dengan kedalaman 2700 mku.
Lumpur pemboran merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem sirkulasi
pemboran, berfungsi untuk membantu keberhasilan suatu operasi pemboran, penggunaan
lumpur pada operasi pemboran tidak lepas dari kontaminasi yang dapat mempengarui
kualitas lumpur tersebut pada pemboran sumur LMB 9-2 menggunakan lumpur gel
polymer yang merupakan jenis lumpur water based mud.

4.1. Kontaminasi Lumpur


Kontaminasi lumpur merupakan masalah yang menjadi kendala pada saat operasi
pemboran karena masuknya material-material tidak diinginkan yang dapat merubah sifat
fisik lumpur. Menurunkan kinerja lumpur pemboran yang akhirnya dapat menimbulkan
masalah pada saat operasi pemboran, kontaminasi lumpur terjadi pada saat terjadi kontak
antara lumpur dan formasi pada saat proses pemboran dan pada saat
pengangkatan cuttingmenuju permukaan, sehingga sifat fisik lumpur berubah,
mengakibatkan lumpur pemboran tidak berfungsi secara optimal dan mempengaruhi
keberhasilan suatu opreasi pemboran.
Adapun kronologis yang mengindikasikan terjadinya kontaminasi yang terjadi
pada lumpur pemboran (gel polymer) pada saat operasi pemboran sumur panas bumi PT.
Pertamina Geothermal Energy LMB 9-2 yang didominasi oleh batuan breksi tufa terubah,
breksi andesit terubah, andesit basalitik, tufa terubah dan andesit terubah, terjadi
kontaminasi semen dan clay pada kedalaman yang berbeda-beda. Kontaminasi yang terjadi
perkedalaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Kontaminasi

No Kedalaman ( m ) kontaminan
1 23 – 33 meter semen
2 33 – 401 meter clay
3 386 – 401 meter semen
4 401 – 441 meter clay

Akibat kontaminasi semen dan clay padaTabel 4.1 perubahan yang terjadi pada
fisik lumpur dapat dilibat dari perubahan warna lumpur yang terlihat pada setting tank dan
dapat dilihat cutting yang berupa semen dan clay. Pada kontaminasi semen menyebabkan
perubahan sifat-sifat lumpur seperti viskositas, yield point, gel strength, filtration loss, dan
pH lumpur yang disebabkan naiknya kandungan Ca pada lumpur. Sedangkan
kontaminasi clay menyebabkan sifat-sifat lumpur berubah yang seperti pH,
viscositas, plastic viscosity dan yield point. naiknya viskositas lumpur karena clayberperan
sebagai viscosifier pada lumpur.
Pengaruh kontaminasi cement dan clay terhadap sifat fisik lumpur dapat dianalisa
dan dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan alat-alat laboratorium yaitu mud
balace, mars funnel and cup, fann VG viscometer, pH Indicator, filter press, sand content
tube dan retort kit dengan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (Bab 2.6).
Untuk men-treatment lumpur terhadap kontaminasi tersebut dilakukan pengukuran
kandungan Ca dan Viscositas Sebelum menentukan treatment yang akan dilakukan. Setelah
dilakukan pengukuran pada kontaminasi semen dan hasil pengujian lab diketahui dengan
kandungan Ca 360 mg/l, treatment yang dilakukan yaitu dengan menambahkan soda
ash sebagai Calcium remover yang dapat dilihat pada tabel 4.1 konsentrasi soda
ash sebagai calcium remover dan setelah dilakukan pengukuran lumpur pada
kontaminasi clay menyebabkan viscositas naik dan treatment yang akan dilakukan yaitu
menggunakan solid control.
Tabel 4.2
Konsentrasi soda ash

No Konsentrasi ( lb / bbl ) Fungsi


Mentreatment 100 mg/L
1 0,1
Mentreatment 200 mg/L
2 0,2
Mentreatment 300 mg/L
3 0,3
Mentreatment 400 mg/L
4 0,4
Mentreatment 500 mg/L
5 0,5

4.2. Treatment Lumpur


Kontaminasi yang masuk ke dalam sistem lumpur dapat merubah sifat fisik dan
mempengaruhi kinerja lumpur pemboran yang akhirnya dapat menimbulkan masalah
pemboran. Sehingga treatment harus dilakukan agar sifat fisik lumpur tetap
terjaga,treatment lumpur dilakukan dengan dua metode yaitu dengan cara mengoperasikan
fungsisolid control dan menambahkan aditif lumpur yang dapat membantu mengurangi
pengaruh kontaminasi terhadap sifat fisik lumpur tersebut, penggunaan lumpur gel
polymer pada pemboran sumur panas bumi LMB 9-2. Langkah pertama
pada treatmentyang dilakukan terhadap kontaminasi semen dan clay yaitu dengan cara
mengoperasikan fungsi dari masing-masing kegunaan solid control :
1. Solid Control
Solid control equipment adalah peralatan mekanis yang berfungsi untuk
meinisahkan drill solid secara continue dari lumpur pemboran. Drill solid harus dipisahkan
karena dapat menimbulkan efek-efek yang dapat mempengaruhi sifat fisik lumpur
pemboran, sehingga fungsi lumpur pemboran menjadi tidak optimal. Pada kondisi yang
ideal, solid control equipment harus dapat meinisahkan semua drill solid dari lumpur
pemboran, namun pada perakteknya hal tersebut sangat sulit dilakukan, batas toleransi
kandungan solid dalam lumpur pemboran adalah 6%. Peralatan solid kontrol tersebut
meliputi Shale saker menggunakan ukuran screen 80 - 140 mesh, degasser, desander,
desilter dan mud cleaner yang telah dibahas pada (bab 2.8), alur treatment solid
control dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1
Alur solid control
Setelah dilakukan treatment menggunakan solid control kontaminasi
kandungan solid dalam lumpur dapat dipisahkan dan pada kontaminasi clay dapat
menurunkan viscositas pada lumpur hanya perlu sedikit treatment tambahan
yaitudolution dengan air dengan konsentrasi minimal yang dapat digunakan yaitu 0,5 lb/bbl
dan maksimal 2 lb/bbl, sedangkan pada kontaminasi semen perlu
penambahanadditive lumpur yaitu soda ash yang berfungsi untuk menurunkan kandungan
Ca.

2. Treatment menggunakan Aditive Soda Ash


Di dalam suatu sistem lumpur terdapat material-material tambahan yang berfungsi
mengontrol dan memperbaiki sifat-sifat lumpur. Setelah melewati masa perawatan
pada solid control equipment lumpur yang terkontaminasi diberi perawatan menggunakan
additif lumpur yang dapat membantu mengurangi pengaruh kontaminasi terhadap sifat fisik
lumpur. Kontaminasi semen terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang smpurna atau
setelah pengeboran lapisan semen dalamcasing, float collar dan casing shoe, kontaminasi
semen menyebabkan naiknya kandungan Ca++ pada lumpur yang mempengaruhi sifat dan
fisik lumpur seperti yield point, viscositas, pH, dan API filtrate, berdasarkan data
pengukuran lab, naiknya kandungan Ca++ sebesar 360 mg/l pada lumpur akan menyebabkan
lumpur menggumpal. Treatment dapat dilakukan dengan menambahkan soda
ash sebagaicalcium remover dengan penggunaan konsentrasi sebesar 0,3 lb/bbl. Setiap 0,1
lb/bblsoda ash akan men-treatment 100 mg/l calcium yang dapat dilihat pada tabel 4.2,
sehingga dapat menurunkan kadungan Ca++ di bawah 100 mg/l atau mendekati standar
program yaitu 40 mg/l.
Sedangkan penyembuhan Kontaminasi Clay yang berasal dari suatu formasi
pemboran yang tercampur di dalam lumpur. Kontaminasi clay kedalam sistem lumpur dapat
mempengaruhi sifat fisik lumpur seperti plastic viscosity, yield point, density,
viskositas, water content dan methylene blue capacity. Penyembuhan
kontaminasi clay lebih mudah dan lebih hemat, dengan mengoperasikankan fungsisolid
control yang telah dibahas pada (Bab 2.8) dan pengenceran menggunakan air (dilution)
secara bertahap dengan konsenterasi maksimai 2 lb/bbl sehingga dari hasiltreatment dapat
dilakukan perhitungan guna mengetahui konsumsi matrial treatmentdengan kalkulasi
volume lumpur dan konsentrasi treatment yang digunakan.

4.3. Kalkulasi Kebutuhan Material Treatment


Dalam perhitungan jumlah kebutuhan material treatment yang digunakan terlebih
dahulu harus diketahui dan dilakukan perhitungan volume lumpur dengan cara mengetahui
diameter lubang bor, kedalaman lubang bor dan rangkaian drill string yang digunakan pada
operasi pemboran sehingga volume lumpur dapat diperoleh dan hasil penjumlahan
perhitungan volume annulus setiap section dari volume lumpur pada drill string sesuai
dengan jenis rangkaian pipa bor yang digunakan, karena penggunaan jenis rangkaian drill
string yang berbeda-beda dapat mempengaruhi jumlah volume lumpur pada lubang bor.
Setelah dilakukan perhitungan dan diketahui volume lumpur sehingga perhitungan
kebutuhan material treatment dapat di lakukan. Adapun Profil sumur dan rangkaian drill
string yang di gunakan pada operasi pemboran sumur LMB 9.2 dapat dilihat pada gambar
4.2 sketsa trayek dua dan gambar 4.3 sketsa trayek tiga sebagai berikut :

Gambar 4.2
Sketsa trayek II, 401 mku
Pada operasi pemboran trayek kedua bit 26 inch dengan kedalaman 401 mku.
Menggunakan rangkaian drill string yang berupa bit, mud motor, stabilizer, non magnetic
drill collar dan drill pipe dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada gambar 4.2 sehingga
perhitungan volume lumpur pada section 1 dan 2 dapat dilakukan dengan basil sebagai
berikut (lampiran Cl - C2) :
1. Volume Section I
a) Volume annulus
Va 79.84 bbl
b) Volume drill string
Vdp 1.92 bbl
c) Volume section I = 79.84 + 1.92
= 81.76 bbl

2. Volume Section II
a) Volume annulus
p = 340.24bb1
c = 207.36bb1
tb = 13.83 bbl
Mm = 16.83bb1
me annulus = 340.24 + 207.36 + 13.83 + 16.83
= 578.26bb1
b) Volume drill string
V dp = 4.70 bbl
V dc 1 = 2.59 bb1
c2 = 0.11 bbl
c3 = 0.57 bbI
V Stb = 0.21 bbl
V Mm = 0.21 bbl
ll string = 4.70 + 2.59 + 0.11 + 0.57 + 0.21 + 0.21
= 8.39 bbl
me section II = 578.26 + 8.39
= 586.65 bbl
Gambar 4.3
Sketsa trayek III, 1250 mku
Pada perhitungan volume trayek ketiga Bit 17½ inch dengan kedalaman 1250
mku penggunaan rangkaian drill string tidak jauh berbeda pada operasi pemboran Bit 26
inch, perbedaannya terdapat pada kedalaman dengan menambahkan rangkaian drill
pipe pada drill string dan penggunaan ukuran Bit yang lebih kecil adapun
perhitungan volume section tiga dengan sebagai berikut (lampiran D1 - D2) :

3. Volume Section III


a) Volume annulus

Dp = 651 bbl
Do = 82.08 bbl
Stb = 5.10 bbl
Mm = 6.16 bbl
me annulus = 651 + 82.08 + 5.10 + 6.16
= 744.34 bbl
b) Volume drill string
V dp = 20.83 bbl
V dc 1 = 2.59 bbl
dc 2 = 0.11 bbl
dc 3 = 0.57 bbl
V Stb = 0.21 bbl
V Mm = 0.21 bbl
ll string = 20.83 + 2.59 + 0.11 + 0.57 + 0.21 + 0.21
= 24.52 bbl
lume Section III = 744.34 + 24.52
= 768.86 bbl
Total lubang bor = 81.76 bbl + 586.65 bbl + 768.86 bbl
= 1437.27 bbl
Dan hasil perhitungan di atas dapat diketahui volume lumpur dan dapat dicari
jumlah penggunaan material treatment dengan perhitungan berikut ini :
V tanki = 1373.34 bbl (Lampiran E)
V System = volume total lubang bor + volume tanki lumpur
V System = 1437.27 bbl + 1373.34 bbl
= 2810.61 bbl
Soda ash =

= 7.66 sack soda ash


Dari hasil perhitungan volume lumpur pada operasi pemboran sumur geothermal
LMB 9.2 dapat diketahui konsumsi Soda Ash sebanyak 7.66 sack.
Dan setelah dilakukan treatment menggunakan additif tersebut terbukti kualitas
lumpur bor tetap terjaga dengan hasil pengukuran lab kandungan Ca++ menurun dan 360
mg/l menjadi 60 mg/l sehingga tidak mengganggu proses operasi pemboran sampai selesai.

BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahaasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik


kesimpulan sebagai berikut :
1. Kontaminasi Cement dan Clay dalam lumpur pemboran Gel polymer pada operasi
pemboran sumur LMB 9.2 trayek dua dan tiga menyebabkan sifat fisik lumpur berubah,
sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan operasi pemboran.
2. Treatment yang dilakukan pada kontamiasi tersebut di atas dilakukan dengan dua metode
yaitu dengan menjalankan fungsi dan Solid Control dan dengan menambahkan zat
additif soda ash pada kontaminasi Cement dan pada kontaminasi clay dilakukan dilution.
3. Dari hasil perhitungan volume lumpur dapat diketahui konsumsi materialtreatment Soda
Ash sebanyak 7.66 sak dengan penggunaan konsentrasi 0.3 lb/bbl menetralisir kandungan
Ca++ sebesar 360 mg/l menjadi 60 mg/l.
4. Dari hasil pengukuran lab treatment yang dilakukan pada lumpur bor terhadap
kontaminasi Cement dan Clay terbukti dapat memperbaiki sifat fisik lumpur.

DAFTAR PUSTAKA

Baker Hughes INTEQ. 1995. “Drilling Engineering Workbook Rev. B “. Thorne Houston USA.

Baroid Drilling Fluids, Inc. 1998. “Baroid Fluids Handbook”. Houston Baroid Drilling Fluids.

Elsevier. 2005. “Drilling Fluid Processing Handbook”. Burlington USA Elsevier Inc.

Edition Technip. 1999. “Drilling Data Handbook Seventh Edition”. Paris: Institut Francais du
Petrole Publications.

Field Adm N110M1/18. PT. PDSI. 2013. “Profil Rig dan spek peralatan”. PT. Pertamina
Drilling Services Indonesia Area Sumbagsel.

Field Adm MLU Unit PT. Pancuran Karya Mukti 2014. “BHA Rotary Assy”. PT. Mustika
Petrotech Indonesia.
Gunawan, Ruly. 2011. Perhitungan Pembuatan Lumpur Kcl Polymer Phpa Pada Pemboran Di
Sumur X Lapangan Y Di Trayek Bit 12 ¼, Laporan Tugas Akhir. (tidak dipublikasikan).

“Program Lumpur Pemboraan Sumur LMB 9.2” PT. Pertamina Geothermal Energy Proyek Lumut
Balai”, PHI Drilling Fluids, PT. Petroleum Hidrocarbon Indonesia.

Rubiandini, Rudi. 2004. “Teknik Pemboran dan Praktikum“. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Diposting oleh Muhammad Irtin Syariefudin di 22.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

3 komentar:

1.

Fadhilah Syah20 September 2016 03.25

nice info gan kebetulan saya mau mengambil judl TA ini, klo berkenan boleh minta
soft file nya disent ke email saya fadhilahsyah93@gmail.com :)
Balas

2.

Ahmad Sirojuddin22 September 2016 06.23

Makasih gan atas infonya, saya juga butuh referensi buat judul TA nanti, dan saya
tertarik dengan judul yg agan buat, kalau boleh saya juga ingin minta soft file nya,
kalau boleh di kirim ke email saya ahmadsirojuddin21@gmail.com terima kasih
sebelumnya :)
Balas

3.

Ahmad Sirojuddin22 September 2016 06.39

Makasih gan atas infonya, saya juga butuh referensi buat judul TA nanti, dan saya
tertarik dengan judul yg agan buat, kalau boleh saya juga ingin minta soft file nya,
kalau boleh di kirim ke email saya ahmadsirojuddin21@gmail.com terima kasih
sebelumnya :)
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
MENGENAI SAYA

Muhammad Irtin Syariefudin


Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG
 ▼ 2015 (3)
o ▼ Juni (3)
 <!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fals...
 Tugas Ahir '' Analisis Kontaminasi dan Treatment L...
 Analisa Penanganan Korosi Akibat Air formasi

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai