Petunjuk Budidaya Udang Windu PDF
Petunjuk Budidaya Udang Windu PDF
I. Pendahuluan
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai
puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu
merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi
udang windu mulai mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu
lingkungan dan serangan penyakit.
Melihat kondisi tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk
membantu mengatasi permasalahan tersebut dengan produk-produk yang berprinsip
kepada Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).
2.3. Benur
. Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya
adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik
hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji
kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam
wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3
menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang
melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.
2.7. Pemeliharaan.
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau
hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan
perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang
diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan
dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan
dosis 1 - 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta
menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui
pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size
(jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali.
Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup
tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari
sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap
diberi perlakuan TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan
kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai
dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan
TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi,
menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang
mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-
sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.
2.8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena
terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur
kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50. Sedang panen emergency
dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya
SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit
keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan
udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil
dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena
panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
IV. Penyakit.
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
1. Bintik Putih.
Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya
udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal
Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh
populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih
hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung
mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap
perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar lewat inang,
yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk
penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada
kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem
tambak juga harus dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi.
Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai
cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga kestabilan ekosistem tambak
tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
2. Bintik Hitam/Black Spot.
Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu
terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi
bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh
udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan
dasar tambak.
3. Kotoran Putih/mencret.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam
tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok
tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan
sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah
: jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon
secara rutin.
4. Insang Merah.
Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan
tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran
kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan
kualitasnya.
5. Nekrosis.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang
nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh,
terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air
sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada
udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan
pemberian saponen atau dengan pengapuran.
Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam
budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat
pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
Cara pemesanan :
A. Untuk Konsumen.
1. Jika menjadi konsumen, maka akan digunakan harga sesuai dengan Price List untuk
konsumen.
2. Untuk pemesanan dibawah 2 juta, akan dikenakan biaya pengiriman barang yang
akan diperhitungkan sesuai dengan pemesanan.
3. Untuk pemesanan diatas 2 juta, akan diberikan GRATIS biaya pengiriman sampai
tujuan.
B. Untuk Distributor
1. Mendaftar sebagai anggota distributor dengan biaya Rp. 130.000,- dan akan
mendapatkan daftar harga+brosur lengkap+Starter Kit
2. Bebas biaya kirim untuk pengiriman minimal 1 juta.
3. Mendapatkan berbagai macam fasilitas dari perusahaan seperti : potongan harga,
bonus menarik(dari laptop sampai motor) untuk distributor yang berhasil.
4. Mendapatkan harga yang menarik jika ada promosi dari perusahaan.
5. Update terbaru dari produk-produk PT. Natural Nusantara.
C. Cara Pemesanan :
1. SMS/Telp untuk konfirmasi pemesanan.
2. Kemudian akan dihitung jumlah biaya yang harus di transfer.
3. Transfer biaya pembelian sesuai dengan pemesanan.
4. Konfirmasi pengiriman ke kami. (08170429050)
5. Kami akan cek pengiriman biaya. Setelah biaya diterima, maka barang akan segera
dikirim ke alamat yang telah ditentukan.
6. Pengiriman barang dengan menggunakan POS Indonesia atau Jasa Paket yang
telah disepakati.