Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH, INFORMED CHOICE DAN


INFORMED CONSENT”

Dosen : Ibu Els Kulas,SST,M.Kes


Mata kuliah : Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan

Disusun oleh:

P Kelompok 15

1. Yunika R Dangir ( Npm: 17119054 )


2. Sintia Masloman ( Npm: 17119068 )
3. Greyfi Ladi ( Npm : 171119091)

AKADEMI KEBIDANAN TRINITA MANADO


T.A 217/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas berkatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “LANGKAH
PENYELESAIAN MASALAH, INFORMED CHOICE DAN INFORMED
CONSENT”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini kiranya bisa bermanfaat untuk para
pembaca.

Manado, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………… i


Kata Pengantar ………………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………………. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………........... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..
2
C. C.Tujuan Pembahasan …………………………………..........
2
BAB II. PEMBAHASAN
3
1. Langkah penyelesaian masalah dalam Etik Kebidanan ………..
2. Informed Choice ……………………………………………… 8
3. Informed Consent ………………………………........................
12
BAB III. PENUTUP
16
1. Kesimpulan …………………………………………………….
2. Saran ……………………………………………………............ 16

Daftar Pustaka ……………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan yang
dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi mulia,
seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur hukum. Salah
satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau
apapun namanya, adalah untuk melindungi kepentingan pasien disamping
mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga kesehatan. Keserasian antara
kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan, merupakan salah satu penunjang
keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus, salah
satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak asasi manusia
memperoleh kesehatan. Masing-masing pihak, yaitu yang memberi pelayanan dan yang
menerima pelayanan mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin
membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang
enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan.
Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau
mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit
karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan
pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan
yang tersedia.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa yang
dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed
consent (persetujuan penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah ?


2. Permasalahan etik dalam praktik kebidanan?
3. Apa yang dimaksdud dengan informed choice ?
4. Apa tujuan informed choice?
5. Apa yang dimaksud informed consent?
6. Fungsi dan tujuan informed consent?
7. Bagaimana bentuk informed consent?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui langkah penyelesaian masalah.
 Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai informed choice.
 Untuk mengetahui dan memahami pentingnya informed choice dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada klien
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Etika diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan
didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik
adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia. Etika
Merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak

1. Pengertian Penyelesaian Masalah Etik Kebidanan


Penyelesaian masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap
merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini
terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana
untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.

 Faktor terjadinya masalah

1. Faktor Ekonomi
Masalah sosial dalam masalah ekonomi yang biasanya berupa masalah pengangguran,
kemiskinan dan yang lainnya. Di dalam masalah ini pada biasanya yang harus
bertanggung jawab ialah pemerintah, dikarenakan pemerintah kurang di dalam
menyediakan sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
2. Faktor Budaya
Dalam faktor kali ini mempunyai maksud ialah kebudayaan yang semakin berkembang
pada sebuah masyarakat yang memiliki sebuah peran yang bisa memicu timbulnya sebuah
masalah sosial. Misalkan seperti pernikahan pada usia dini, kawin cerai, dan masih
banyak yang lainnya.
3. Faktor Biologis
Faktor ini bisa menyebabkan timbulnya sebuah masalah sosial misalnya seperti kurang
gizi, penyakit menular dan lain sebagainya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya
sebuah fasilitas-fasilitas kesehatan yang layak dan juga bisa terjadi juga karena sebuah
kondisi ekonomi atau juga pendidikan masyarakat yang tidak mencukupi.
4. Faktor Psikologis
Masalah seperti ini bisa muncul apa bila psikologis sebuah masyarakat sangat lemah.
Faktor psikologis juga bisa muncul apa bila beban hidup yang sangat berat yang juga
dirasakan oleh masyarakat yang khususnya ada pada daerah perkotaan, pekerjaan yang
menumpuk yang menimbulkan stress dan kemudian bisa menimbulkan sebuah luapan
emosi yang nantinya mampu memicu sebuah konflik di antara anggota masyarakat.

 Kewajiban dalam pekerjaan

Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan dalam
melaksanakan peran dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua pasiennya
(ibu dan bayi), termasuk orang lain yang secara langsung juga memberikan asuhan
kepada pasien tersebut misalnya orang tua/keluarga pasien.
1) Kewajiban bidan yang antara lain:
o Memberikan informasi kepada klien dan keluarganya.
o Memberikan penjelasan tentang resiko tertentu yang mungkin terjadi dalam
memberikan asuhan atau prosedur kebidanan.
Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang merupakan
pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesinya secara baik, juga dalam kode etik maupun standar profesi yang
disusun oleh profesi.

 Beberapa permasalahan pembahasan etik dalam kehidupan sehari – hari :

1) Persetujuan dalam proses melahirkan.


2) Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan.
3) Kegagalan dalam proses persalinan misalnya memberikan epidural anestasi.
4) Pelaksanaan USG dalam kehamilan.
5) Konsep normal pelayanan kebidanan.
6) Bidan dan pendidikan seks.
 Masalah etik yang berhubungan dengan tehnologi

1. ABORSI
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mencapai viabilitas dengan
usia kehamilan < 22 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi dan Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan permasalahan yang
terabaikan dibanyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagai tenaga kesehatan
yang menyatu dengan masyarakat, bidan sering didatangi oleh perempuan dengan
masalah ini. Penyebab terjadinya aborsi dan KTD : korban perkosaan, pengetahuan yang
kurang tentang kesehatan reproduksi, hingga kegagalan kontrasepsi.
Menghadapi masalah tersebut bidan harus berperang antara keinginan menolong dengan
hati nurani yang bertentangan, belum lagi hukum yang melarang tindakan aborsi.
Menolak atau tidak peduli pada perempuan yang mengalami permasalahan dengan
KTD seringkali berdampak fatal. Banyak kejadian yang menyebabkan perempuan cari
jalan pintas dengan melakukan aborsi tidak aman. Aborsi tidak aman bisa dilakukan oleh
perempuan itu sendiri, orang lain yang tidak memiliki keterampilan medis, tenaga
kesehatan yang tidak memenuhi standar kemampuan dan kewenangan.

2. EUTHANASIA
Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

3. ADOPSI / Pengangkatan anak


Adopsi Menurut kasus hukum berarti “Pengangkatan seorang anak untuk anak
kandungnya sendiri”.
Sistim Hukum yang Mengatur Adopsi / Pengangkatan Anak:
1) Hukum Barat (BW)
Dalam kitab UU Hukum Perdata (KUHP) tidak ditentukan satu ketentuan yang
mengatur masalah adopsi atau anak angkat yang ada hanyalah ketentuan tentang
pengangkatan anak di luar kawin, seperti yang diatur dalam buku BW hal XII bagian
ketiga, pasal 280-289, tentang pengakuan anak diluar kawin. Karena tuntutan masyarakat,
maka dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda : Staats Blad no : 124/1917, khusus
pasal 5-15, yg mengatur masalah adopsi anak / anak angkat.
2) Pasal 8 menyebutkan bahwa ada 4 syarat untuk pengangkatan anak :
o Persetujuan orang yang mengangkat anak.
o Jika anak diangkat adalah anak syah dari orangtuanya, diperlukan izin dari
orangtuanya itu. Jika bapaknya sudah wafat dan ibunya kawin lagi, kasus
ada persetujuan dari walinya.
o Jika anak yang diangkat lahir di luar perkawinan, izin diperlukan dari
orangtua yang mengakui sebagai anaknya. Jika anak tidak diakui harus ada
persetujuan dari walinya.
o Jika anak yang akan diangkat sudah berusia 14 tahun, maka persetujuan
adalah dari anak sendiri.

4. TRANSPLANTASI
Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau
sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang
lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang
rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari
donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
Teknik transplantasi dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan tubuh
manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal ke tubuh manusia lain.
Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transplantasi tidak dapat
dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik
transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya
keterampilan dokter – dokter dalam melakukan transplantasi.

5. BAYI TABUNG
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel
telur diluar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil tersebut
dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh
menjadi janin sebagaimana layaknya kehamilan biasa. Status bayi tabung ada 3 macam :
1. Inseminasi buatan dengan sperma suami.
2. Inseminasi buatan dengan sperma donor.
3. Inseminasi bautan dengan model titipan.
Beberapa Negara memperbolehkan donor sperma bukan suami, dan diakui secara
legal. Kerahasiaan identitas donor yang bukan suami senantiasa dijaga, untuk
menghindarkan masalah dikemudian hari.
 Masalah etik yang berhubungan dengan profesi
1) Pengambilan keputusan dan penggunaan etik
2) Otonomi bidan dan kode etik professional
3) Etik dalam penelitian kebidanan
4) Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif

 Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi


Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu :
1) Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna.
2) Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan
Kesulitan dalam mengatasi situasi :
1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
2) Pengertian kita terhadap situasi sering diperbaruhi oleh kepentingan, prasangka,
dan faktor-faktor subyektif lain

 Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan

1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :


– Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
– Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
– Pengetahuan klinik yang baik
– Pengetahuan yang Up to date
– Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan

3. Harapan Bidan dimasa depan :


– Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan
praktik kebidanan.
– Dengan memahami peran bidan à tanggung jawab profesionalisme terhadap
pasien atau klien akan meningkat
– Bidan berada dalam posisi baik à memfasilitasi klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik
kebidanan

 Langkah penyelesaian masalah :

 kenali masalah secara umum/mendefinisikan masalah,


 temukan bukti dari permasalahan,
 carilah penyebab munculnya masalah,
 pertimbangkan berbagai kemungkinan untuk menemukan jalan keluar dari
masalah,
 pilihlah jalan keluar dengan mudah,
 laksanakan penyelasaian,
 periksa kembali dengan penyelesaian yang dilakukan.
2. Pengertian Informed Choice.

pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan


tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan
yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi:
informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko,
manfaat, keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan
wanita harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan
sungkan baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan
klien. Ini bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib
dan bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan
tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya.
Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai
pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika
wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil
tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun
persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin
membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan
memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita
dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau
mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit
karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan
pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang
tersedia.

Sebagai seorang bidan dalam memberikan informed choise kepada klien harus:
 Memperlakukan klien dengan baik.
 Berinteraksi dengan nyaman
 Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
 Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
 Tujuan Informed Choice
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak
hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa
hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode
etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati
hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.

 Rekomendasi yang Dianjurkan untuk Bidan

1) Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek
agar dapat membuat keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan
yang aman dan memuaskan kliennya.
2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan penterjemah kalau
perlu, begitu juga tatap muka langsung.
3) Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional
kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan asuhan
yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan informasi yang lengkap
tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab
moral mereka.
4) Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5) Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.
 Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:
1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Klisma dan cukur daerah pubis
6. Metoda monitor denyut jantung janin
7. Percepatan persalinan atau augmentasi
8. Diet selama proses persalinan
9. Mobilisasi selama proses persalinan
10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
11. Pemecahan ketuban
12. Posisi ketika melahirkan
13. Episiotomi
14. Penolong persalinan
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran.
16. Pemotongan tali pusat
17. Metode kontrasepsi

 Perbedaan Pilihan (choice) dengan Persetujuan (consent)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan
dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya
dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri.
Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti
perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Pengertian Informed consent

Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan,


seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap
tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Informed consent merupakan
kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi
dalam istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan.
Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti
narkotika.
Secara harfiah informed consent adalah persetujuan bebas yang didasarkan atas
informasi yang diperlukan untuk membuat persetujuan tersebut. Dilihat dari pihak-pihak
yang terlibat, dalam praktek dan penelitian medis, pengertian “informed consent” memuat
dua unsur pokok, yakni:
 Hak pasien (atau subjek manusiawi yang akan dijadikan kelinci percobaanmedis)
untuk dimintai persetujuannya bebasnya oleh dokter (tenaga medis) dalam melakukan
kegiatan medis pada pasien tersebut, khususnya apabila kegiiatan ini memuat
kemungkinan resiko yang akan ditanggung oleh pasien.
 Kewajiban tenaga medis untuk menghormati hak tersebut dan untuk memberikan
informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan rasional dapat diberikan kapada
pasien.
Dalam pengertian persetujuan bebas terkandung kemungkinan bagi pasien untuk
menerima atau menolak apa yang ditawarkan dengan disertai penjelasan atau pemberian
informasi seperlunya oleh tenaga medis (Sudarminta, J. 2001).
Dilihat dari hal-hal yang perlu ada agar informed consent dapat diberikan oleh pasien
maka, seperti yang dikemukakan oleh Tom L. Beauchamp dan James F. Childress, dalam
pengertian informed consent terkandung empat unsur, dua menyangkut pengertian
informasi yang perlu diberikan dan dua lainnya menyangkut perngertian persetujuan yang
perlu diminta. Empat unsur itu adalah: pembeberan informasi, pemahaman informasi,
persetujuan bebas, dan kompetensi untuk membuat perjanjian. Mengenai unsur pertama,
pertanyaan pokok yang biasanya muncul adalah seberapa jauh pembeberan informasi itu
perlu dilakukan. Dengan kata lain, seberapa jauh seorang dokter atau tenaga kesehata
lainnya memberikan informasi yang diperlukan agar persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau subyek riset medis dapat disebut suatu persetujuan informed.
Dalam menjawab pertanyaan ini dikemukakan beberapa standar pembeberan, yakni:
a. Standar praktek profesional (the professional practice standard)
b. Standar pertimbangan akal sehat (the reasonable person standard)
c. Standar subyektif atau orang perorang (the subjective standard)
Munurut Permenkes No.585/Menkes/Per/IX/1989, PTM berarti ”persetujuanyang
diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakanmedik yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut”. Dari pengertian diatas PTM adalah persetujuan
yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan atau tindakan medik apapun
yang akan dilakukan.
Persetujuan tersebut disebut dengan Informed Consent Informed. Consent hakikatnya
adalah hukum perikatan, ketentuan perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan
dengan tanggung jawab profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian
terapeutik. Aspek perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan yang
di dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu perjanjjian yaitu:
 Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan penipuan.
 Para pihak cakap untuk membuat perikatan
 Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh peraturan
perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk dipenuhi.

 Fungsi dan Tujuan Informed Consent

1. Promosi dari hak otonomi perorangan;


2. Proteksi dari pasien dan subyek;
3. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
4. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
5. introspeksi terhadap diri sendiri;
6. Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
7. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai
8. suatu nilai social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan
9. biomedik.

 Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan / tujuannya dibagi tiga, yaitu:

1. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek penelitian).
2. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis.
3. Yang bertujuan untuk terapi.
 Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :

1. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan


tanpa sepengetahuan pasien;
2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak terduga
dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment
3. yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan
4. semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.

 Bentuk Informed Consent


Ada dua bentuk informed consent yaitu:
o Implied constructive Consent (Keadaan Biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan , telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum,
sehingga tidak perlu lagi di buat tertulis misalnya pengambilan darah untuk laboratorium,
suntikan, atau hecting luka terbuka.
o Implied Emergency Consent (keadaan Gawat Darurat)
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis (pasien)
kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan tindakan medis
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir
3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien
memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko
yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)
2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang
akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya
sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Tujuan
Informed Consent:
- Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasiennya.
- Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).

 Perlindungan Pasien

Perlindungan pasien tentang hak memperoleh Informed Consent dan Rekam Medis dapat
dijabarkan seperti dibawah ini: UU N0 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 56
1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap
2. Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
pada:
- Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas
- keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
- gangguan mental berat
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Penyelesaian masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan
proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan
kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar.
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.
Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.

SARAN
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi masalah
secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Ratih Kusuma Wardhani. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: FH
Universitas Diponegoro.
Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
Informed Consent dan Informed Refusal, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2003.

Anda mungkin juga menyukai