Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu
hamil, sebuah waktu yang menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal
yang paling mendebarkan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu.
Pada pengeluaran bayi ini terjadi pada kala II yang juga disebut kala
pengeluaran bayi. Kala ini dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti pada kala II
ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah
pembukaan serviks telah lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina. Dalam menolong persalinan tentu harus bersih dan aman
serta mencegah terjadinya komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Oleh karena itu makalah ini disusun untuk membahas mengenai
menolong persalinan normal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menolong persalinan sesuai dengan Asuhan Persalinan
Normal?
2. Bagaimana manuver tangan dengan langkah-langkah dalam melahirkan?
3. Bagaimana membantu kelahiran bahu?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum : Untuk menyelesaikan salah satu tugas Asuhan
Kebidanan II tentang Mengidentifikasi Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
sesuai dengan Kala Persalinan.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui persalinan sesuai dengan asuhan persalinan
normal.
b. Untuk mengetahui manuver tangan dengan langkah-langkah dalam
melahirkan.
c. Untuk mengetahui cara membantu kelahiran bahu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Persalinan Normal
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigm
dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan berarti bahwa
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan Asuhan Persalinan Normal
harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin
disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal
tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah sakit.
Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau
spesialis obstreti. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat memenuhi
kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.

B. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran


Bayi
Ada lima dasar atau lima Benang Merah yang penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang
merah ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan, mulai dari
kala satu hingga kala empat, termasuk penatalaksanaannya bayi baru lahir.
Lima benang merah tersebut yaitu :
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian
proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari
oleh kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan
intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampialan dan
pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis
dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus
pada pasien (Varney, 1997)
Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan
perilaku yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam
menjalankan tugas dan pengalaman ilmunyakepada pasien atau klien.
Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan
atau pertolongfan yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal atau
memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak
disertai dengan perilaku yang terpuji.
Tujuh Langkah dalam Membuat Keputusan Klinik :
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
b. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
c. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah
f. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi.
Keputusan Klinik terdiri dari :
a. Pengumpulan Data
Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam
setiap langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama
(misalnya , riwayat persalinan), data subjektif yang diperoleh dari
anamnesis (misalnya, keluhan pasien), dan data obyektif dari
pemeriksaan fisik (misalnya tekanan darah) diperoleh melalui
serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi data
akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis
yang pada akhirnya, akan menghasilkan keputusan klinik yang tepat.
Data subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa
yang dirasakannya, apa yang sedang telah dialaminya. Data
subyektif juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh
anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat
nyeri atau sangat sakit. Data obyektif adalah informasi yang
dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan /pengamatan terhadap ibu
atau bayi baru lahir.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
1) Anamnesis dan observasi langsung : Berbicara dengan ibu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi dan
mencatat riwayat kesehatan ibu. Termasuk juga mengamati
perilaku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit, merasa
nyaman atau nyeri.
2) Pemeriksaan fisik : Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
3) Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium, USG,
Rontgen, dsb
4) Catatan medik
b. Interpretaasi Data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi
masalah
Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis
untuk mendukung alur algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis
data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses yang
linier (berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler
(melingkar) yang berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja
diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan
pengumpulan data secara terus-menerus. Untuk membuat diagnosis
dan identifikasi masalah, diperlukan :
1) Data lengkap dan akurat
2) Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data
3) Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalamn yang relevan
dengan masalah yang ada.
Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik
kebidanan yang mengacu pada data utama, analisis data subyektif
dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis menunjukkan variasi kondis
yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya
korektif untuk menyelesaikannya. Masalah dapat memiliki dimensi
yang luas dan mungkin berada diluar konteks sehingga keterkaitan
atau batasannya menjadi tidak jelas untuk diagnosis yang akan
dibuat sehingga sulit untuk segera diselesaikan. Masalah obstetrik
merupakan bagian dari diagnosis sehingga selain upaya korektif
dalam penatalaksanaan, juga diperlukan upaya penyerta untuk
mengatasi masalah.
Contoh :
Diagnosis : G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jam
Masalah : Kehamilan yang tidak diinginkan atau takut untuk
menghadapi persalinan.
c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah
Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja
setelah mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis lain
(diagnosis banding). Rumusan masalah mungkin saja terkait
langsung maupun tidak langsung terhadap diagnosis tetapi dapat
pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan bebrapa
masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi dalam
terjadinya masalah utama.
Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah
mengetahui bahwa seorang pasien adalah primigravida dalam
persalinan fase aktif persalinan (diagnosis). Selain dalam proses
trsebut, sang ibu juga mengalami anemia (masalah) dimana hal ini
belum jelas apakah akibat dari defisiensi zat besi (nutrisi) yang ini
merupakan data tambahan untuk membuat diagnosis baru atau
akibat budaya setempat (faktor sosial yang kontributornya adalah
rendahnya pendidikan) yang melarang ibu hamil mengkonsumsi
makanan bergizi. Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan
diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak ada masalah lain
yang dapat menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang
akan diberikan oleh seorang penolong persalinan.
Contoh :
Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia,kehamilan ganda
yang jelas secara diagnosi tetapi masih dibarengi dengan masalah
lanjutan walaupun kasus utamanya diselesaikan. Bayi besar yang
mungkin dapat dengan selamat dilahirkan oleh seorang penolong
persalinan harus tetap diwaspadai sebagai faktor yang potensial
untuk menimbulkan masalah, misalnya: bayi tadi mengalami
hipoglikemia karena makrosomia diakibatkan oleh ibu dengan
diabetes mellitus atau terjadi pendarahan pascapersalinan karena
makrosomia merupakan faktor predisposisi untuk atonia uteri.
d. Menilai Adanya Kebutuhan dan Kesiapan Intervensi untuk
Menghadapi Masalah.
Petugas kesehatan di lini depan atau bidan di desa, tidak hanya
diharapkan terampil membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang
dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang
dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk
mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi
klinik dan budaya masyarakat setempat sehingga mereka tanggap
dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai
langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situasi gawatdarurat
memang terjaadi.
Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi persalinan dan
tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi (birt
preparedness and complication readiness). Dalam uraian-uraian
berikutnya, petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah
rencana rujukan yang harus selalu disiapkan dan didiskusikan
diantara ibu, suami dan penolong persalinan.
Contoh:
Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklamsia beratdan tekanan
darah yang cenderung selalu meningkat maka seseorang bidan harus
berkonsultasi dengan tenaga ahli dirumah sakit atau spesialis
obstetric terdekat untuk menyiapakan tindakan yang dapat dilakukan
bila sang ibu mulai menunjukan gejala dan tanda gawat darurat.Pada
keadaan tertentu,mungkin saja seseorang bidan bidan harus
menangani kasus distosia bahu tanpa bantuan siapapun. Apabila ia
tidak pernah dilihat untuk mengatasi hal ituatau ia tidak mengetahui
tanda-tanda distosia bahu maka ia tidak pernah tahu bahwa perlu
disiapakan sesuatu(pengetahuan,keterampilan,dan rujukan)untuk
mengatsi hal tersebu.hal yang paling buruk dan mungkin saja terjadi
adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan kemudian meninggalkan
dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak
pernah tau bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
e. Menyusun Rencana Asuhan atau Interval
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan
memalui kajian data yang telah diperoleh,identifikasi kebutuhan atau
kesiapan asuhan dan intervasi dan mengukur sumber daya atau
kemampuan yang dimiliki.Hal ini diakukan untuk membuat ibu
bersalin dapat ditangani secara baik dan melindunginya dari berbagai
masalah atau penyulit pontensial dapat menggangu kualitas
pelayanan,kenyamanan ibu ataupun mengancam keselamatan ibu
dan bayi.
Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan
keluaraga agar mereka mengerti manfaat yang diharapakan dan
bagaimana uapaya penolongan untuk menghindarkan ibu dan
bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat mengancam
keselamatan jiwa atau kulaitas hidup mereka.
Contoh :
Rencana asuhan kala 1 :
1) Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2) Frukensi dana lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
3) Nadi setiap ½ jam
4) Penurunan serviks setiap 4 jam
5) Penurunan bagain tebawah janin setiap 4 jam
6) Tejana darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7) Produksi uri,aseton dan protein setiap 2 samapai 4
Rencana asuhan pada khasus tali pusat menumbung
1) Pemeberian oksigem nasal 6L/menit
2) Mengatur posisi ibu untuk mencegah kompressi tali pusat oleh
bagian tubuh bayi
3) Menghubungi rumah sakit rujukan untuk tindakan lanjutkan
4) Stabilisasi kondisi ibu dan bayi yang dikandung
5) Pemantauan DJJ
f. Melaksanakan Asuhan
Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut
secara tepat waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya
penyulit dan memastikan bahwa ibu dan/atau bayinya yang baru
lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang beberapa intervensi yang
dapat dijadikan pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan apa yang
sedang dihadapi sehingga mereka dapat membuat pilihan yang baik
dan benar. Pada beberapa keadaan, penolong sering dihadapkan pada
pilihan yang sulit karena ibu dan keluarga meminta penolong yang
menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka. Penjelasan bahwa
hal tersebut tidak sesuai dengan hak klien, memerlukan pengertian
dan kerjasama yang baik dari ibbu dan keluarganya. Jelaskan bahwa
kewajiban petugas adalah memberikan konseling, penjelasan
obyektif dan mudah dimengerti agar klien dan keluarga memahami
situasi yang dihadapi dan mampu membuat keputusan untuk
memperoleh hasil yang terbaik bagi ibu, bayi dan keluarga.
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah:
1) Bukti-bukti ilmiah
2) Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan
3) Pengalaman saudara atau kerabat untuk kasus yang serupa
4) Biaya yang diperlukan
5) Akses ke tempat rujukan
6) Luaran dari system dan sumberdaya yang ada
g. Memantau dan Mengevaluasi Efektifitas Asuhan atau Intervensi
Solusi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi
untuk menilai efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang
atau diteruskan untuk menilai efektivitasnya. Tentukan apakah perlu
dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat
itu. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih
intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan asuhan atau
intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkur). Lanjutkan
evaluasi asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika
pada saat evaluasi ditemukan status ibu atau bayi baru lahir telah
berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk memenuhi
perubahan kebutuhan tersebut.
Asuhan atau intervensi dianggap membawa manfaat dan teruji
efektivitasnya apabila masalah yang dihadapi dapat diselesaikan atau
membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang
telah diberikan. Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang
diberikan harus efisien, efektif, dan dapat diaplikasikan pada kasus
serupa dimasa datang. Bila asuhan atau intervensi tidak membawa
hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya
dilakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan
hingga pada akhirnya dapat member dampak seperti yang
diharapkan.
2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya,kepercayaan dan keinginan sang ibu, cara yang paling mudah
membayangakan mengenai asuhan yang sayang ibu adalah dengan
menanyakan pada diri kita sendiri,’’seperti ini kah asuhan yang ingin
saya dapatkah?”atau” Apakah asuahan yang seperti ini yang saya
inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”
Beberapa prinsif dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut
seratakan suami dan keluarga selam proses persalinan dan kelahiran
bayi.banyak hasil penelitian menunjukaan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi
serta mengetahuai dengan baik mengenai proses persalina dan asuhan
yang akan mereka terima ,mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil
yang lebih baik (Enkin,et al,2000). Disebutkan pula bahwa hal tersebut
diatas dapat mengurangi terjadinya persalina dengan vakum,cunam,dan
seksio sesar,dan persalinan berlangsung lebih cepat(Enkin,et al 2000)
a. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
1) Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga
martabatnya
2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan
khawatir
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6) Berikan dukungan, besarkan dan tenteramkan hatinya serta
anggota-anggota keluarganya
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga
lain selama persalinan keluarganya
8) Anjurkan suami dan anggota-anggota keluarganya tentang
bagaimana mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya
9) Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan
sepanjang ia menginginkannya
13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu
14) Hindari tindakan berlebihan dan merugikan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk
melakukan kontak kulit ibu-bayi, Inisiasi Menyusui Dini dan
membangun hubungan psikologis.
16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir
17) Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siapkan untuk
melakukan resusitasi bayi baru lahirpada tiap kelahiran
b. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pascapersalinan
1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat
gabung)
2) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan
ASI sesuai dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang
ASI esklusif.
3) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang
cukup setelah melahirkan
4) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi
5) Anjurkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika timbul masalah atau kekhawatira
3. Pencegahan Infeksi
a. Tujuan Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri,
virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko
penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan
HIV/AIDS.
Tujuan tindakan-tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan:
1) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
2) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
seperti Hepatitis dan HIV/AIDS
b. Definisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi
1) Asepsis atau teknikaseptik adalah istilah umum yang biasa
digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Teknik aseptic membuat prosedur lebih
aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan
cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh
(eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan dan
instrument/peralatan hingga tingkat yang aman.
2) Antispsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
3) Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara
aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya
debu, kotoran) dari kulit atau instrument/peralatan.
4) Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab
penyakit yang mencemari benda-benda mati atau instrument.
5) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora
bakteri dengan cara merebus ata kimiawi.
6) Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, virus) termasuk
endospora bakteri pada benda-benda mati atai instrument.
c. Prinsip pencegahan infeksi
PI yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus
dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat
bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda
lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan
kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus
dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus
diproses secara benar
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peratan atau benda
lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus
diaanggap masih terkontaminasi
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan PI secara benar dan konsisten
d. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi
Ada beberapa praktek PI yang dapat mencegah mikroorganisme
berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir
dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai
penyebaran infeksi.
Tindakan-tindakan PI termasuk hal-hal berikut :
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
4) Memproses alat bekas pakai
5) Menangani peralatan tajam dengan aman
6) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk
pengelolaan sampah secara benar
4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
Catat semua asuhan yang telah diberikan pada ibu/bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Mengkaji ulag catatan memungkinkan untuk menganalisa
data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam meumuskan
suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu
dan bayinya. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan.
Pencatatan rutin adalah penting karena :
a. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik
dan mngevaluasi apakah asuhan atau perawatan sesuai dan efektif,
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk
membuat perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan
b. Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses membuat
klinik. Dari aspek metode keperawatan, informasi tentang intervensi
atau asuhan yang bermanfaat dapat dibagikan atau diteruskan kepada
tenaga kesehatan lainnya.
c. Merupakan catatan permanen tentang asuhn, perawatan dan obat
yang diberikan.
d. Dapat dibagikan diantara para pnolong persalinan. Hal ini menjadi
penting jika ternyata rujukan memang diperlukan karena hal ini
berarti lebih dari satu penlong persalinan akan memberikan perhatian
dan asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.
e. Dapat mempermudah kelngsungan asuhan dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong
persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya. Melalui pencatatan rutin, penolong persalinan
akan mendapat informasi yang relefan dari setiap ibu atau bayi baru
lahir yang diasuhnya.
f. Dapat digunakan sebagai penelitian atau studi kasus
g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan
daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu/bayi baru lahir.
Aspek-aspek penting dalam pencatatan :
a. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
b. Identifikasi penolong persalinan
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan
jelas dan dapat dibaca
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap
tersedia
f. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
Ibu harus diberikan salinan catatannya (catatan klinik antenatal,
dokumen-dokumen rujukan, dll) beserta paduan yang jelas:
a. Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
b. Kapan harus dibawa
c. Kepada siapa harus diberikan
d. Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik dirumah atau
selama perjalanan ke tempat rujukan
INGAT!!
1. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat-obat,
asuhan/perawatan dll
2. Jika tidak dicatat, dapat dianggap bahwa asuhan tersebut
tidak dilakukan
3. Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien telah diisi
dengan lengkap dan benar
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana yang lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru ahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal namun sekitar 10-15%
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinandan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan
rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi
syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan
harus mengetehui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk
menatalaksana kasus gawatdarurat obstertri dan bayi baru lahir seperti :
a. Pembedahan, termasuk bedah sesar
b. Transfusi darah
c. Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau cunam
d. Pemberian antibiotik intravena
e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,
ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta
jarak tempuh ketempat rujukan adalah wsajib untuk diketahui oleh setiap
penolong. Jika penyulit terjadi, rujukan akan mellui jalur yang singkat
dan jelas. Jika ibu bersalin atau bayi baru lahir dirujuk ke tempat yang
tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga
untuk menangani penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan jiw mereka.
Pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal, jelaskan bahwa
penolong akan selalu berupaya dan meminta kerjasama yang baik dari
suami atau keluarga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan
bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya, termasuk kemungkinan
perlunya rujukan. Pada waktu terjadi penyulit, seringkali tidak cukup
waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidak-siapan ini dapat
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk
membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan
keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang
perlunya rencanarjukan aabila diperlukan.
Melakukan persiapan-persiapan dan informasi berikut dalam rencana
rujukan:
a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir
b. Tempat-tempat rujukan mana yang yang disukai ibu dan keluarga
c. Sarana transpotasi yang akan digunakan dan siapa yang
mengendarainya. Ingat transportasi harus tersedia baik siang maupun
malam
d. Orang yang ditunjuk untuk donor darah, jika tranfusi diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obat
dan bahan-bahan
f. Siapa yang akan tinggal menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya. Jika timbul
masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan,
maka seringkali sulit untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara
cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu
dalam mendukung keselamatan ibu an bayi baru lahir.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-
hal penting dalam mempersiapkan rujukan ibu dan bayi.
B (bidan) : pastikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir
didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat
darurat obstetri dan bayi baru
lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, massa nifas
dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat
resusitasi dll) Mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (keluarga) : beritahu ibu dan keluarga kondisi terakhir ibu dan
atau bayinya dan alasan mengapa perlu dirujuk. Suam
dan keluarga yang lain harus menemani ibu dan atau
bayi baru lahir ke fasilitas rujukan
S (surat) : berikan surat ketempat rujukan, untuk memberikan
identifikasi ibu dan atau bayi baru lahir, cantumkan
alasan rujukan dan hasil pemeriksaan, asuhan atau
obat-obatan yang diterima ibu dan tau bayi baru lahir.
Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat
keputusan klinik
O (obat) : bawa obat-obat esensial pada saat rujukan, mungkin
diperlukan selama perjalanan
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang paling memungkinkan intuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Dan
pastikan kendaraan cuku baik untuk mencapai tujuan
pada waktu yang tepat
U (uang) : ingatkan pada keluarg agar membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang
diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama rujukan
C. Menolong Persalinan sesuai APN (Asuhan Persalinan Normal)
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala
dua
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat
pada rectum dan vagina

c. Parineum tampak menonjol

d. Vulva dan sfingter ani membuka


II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia tempat datar dank eras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi
a. Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi
dan ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik
steril sekali pakai di dalam partus set

Gambar Menyiapkan oksitosin


3. Pakai celemek plastic

4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang di pakai,


cuci tanagan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa
dalam

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan


tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril,
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN


JANIN BAIK
7. Memastikan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kassa yang di basahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkmontaminasi trinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang

b. Buang kapas atau kassa pembersih


(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi


(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% langkah#9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tanagan dengan cara


mencelupkan tangan yang masik memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0.5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan din lepaskan.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi


/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahbwa DJJ
dalam batas normal (120-160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,


lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksaan fase
aktif) dan dokumentasikansemua temuan yang
ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang
bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang di inginkan ibu dan
pastikan ibu merasa nyaman)

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu


merasa ada dorongan kuat untuk meneran:

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar


dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran
dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama)

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara


kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral(minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan


segera lahir setelah 120menit (2jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah


bokong ibu
. 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dnegan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang di lapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan
dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil


tindakan yang sesuai jika hal itu bterjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali


pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.

Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke ara bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkkan arah atas dan distal utnuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan Dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunankan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas


berlanjut ke panggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-
jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?

 Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-


megap segera lakukan tindakan resusitasi ( langkah
25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi
bayi baru lahir dengan asfeksia)

26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu


 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali
 bagian tangan.
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal)

28. Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan


menyuntikkan oksitosin ( agar uterus berkontraksi baik)
29. Dalam 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit (intramuskular)di 1/3paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin

30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit


setelah bayi lahir) pada sekitar 3cm dari pusat
( umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan
kedua pada 2cm distal dari klem pertama

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat


1. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah
dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (
lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut

2. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi


kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
dengan simpul kunci

3. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang


telah disediakan
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibu
ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap
diatas dada ibu,. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payuda ibu.

33. Selimutkan ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi dikepala bayi

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva

35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah


bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang – atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.

a. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau


anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu.

Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan (dorso-kranial)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem


hingga berjaraksekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat :
1. Beri dosis ulang oksitoksin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih
penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT


atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DDT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
Rangasangan Taktil (Massase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan
lakukan massase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak


berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/massase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat
khusus.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada dan perineum.


Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan

X. MELAKUKAN ASUHAN PASCA PERSALINAN


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam

43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi


(di dada ibu paling sedikit 1 jam)
 Sebagian besar akan berhasil melakukan inisiasi
meyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
44. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam
kontak kulit ibu-bayi

45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam


pemberian vitamin K1) dipaha kanan anterolateral
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa di susukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu
EVALUASI
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setelah 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan

 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam


selam 2 jam pertama pascapersalinan

 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang


tidak normal
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5)
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
bilas peralatnan setelah di dekontaminasi

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang


sesuai

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan


sisa airan ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin


0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutarn klorin
0,5% balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dengan
larutan klorin 0,5% selam 10 menit

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang kering dan bersih
DOKUMENTASI
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV

D. Manuver Tangan Dan Langkah-Langkah Dalam Melahirkan


Janin
Tujuan manuver tangan adalah untuk :
1. Mengusahakan proses kelahiran janin yang aman mengurangi resiko
trauma persalinan seperti kejadian sepal hematum.
2. Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalammengalami trauma
persalinan
3. Memberi rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong ibu dan
janin.
Manuver tangan dan langkah-langkah melahirkan janin, sebagai berikut :
1. Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakan kain yang bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan kain
atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera
setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain
kering dan bersih) ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada
sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi, hal ini
berfungsi untuk menempatkan tekanan tambahan pada perinium dan
untuk memperjelas penglihatan anda terhadap perinium. Penggunaan
handuk bersih untuk mencegah tangan anda terkontaminasi akibat
gerakan menggosok yang tidak disengaja pada orifisium vagina. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum, hal ini untuk
menghindari setiap kemungkinan cedera intra kranial

Gambar 1.2 Melindungi Perineum


Sumber : Depkes, 2008
Alasan : Melindungi Perineum dan mengendalikan keluarnya kepala
bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan
berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan
hidung bayi sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir
tersebut secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat
lahir. Pada pengisapan lendir terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat
menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarfan parasimfatis
sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini menyebabkan
perlambatan denyut jantung (bradikardi) dan / henti nafas (apneu)
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi. Dengan alasan itu
maka pengisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap hidungnya.
Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan
terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan
masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pad mulut atau
hidung bayi. Hisap lendir pada bayi dengan lembut, hindari pengisapan
yang dalam dan agresif.
2. Periksa Tali Pusat Pada Leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit tali pusat. Jika ada lilitan
di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan
melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali
pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong
tali pusat diantara 2 klem tersebut.

Gambar 1.3 Memeriksa Lilitan Tali Pusat


Sumber : Varney, 1997
3. Melahirkan Bahu Janin :
a. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat,
tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara
spontan
b. Letakan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu
meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh
bayi hingga bahu depan melewati simfisis. Tidak perlu tergesa-gesa
atau mengintervensi dengan merotasi bahu secara manual. Sesuaikan
posisi anda dengan bergeser sedikit kekiri atau kekanan sesuai
kebutuhan. Untuk menghindari cedera flexus saraf brakialis.
c. Setelah bahu lahir, gerakan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.

Gambar 1.4 Melahirkan bahu bayi


Sumber : Varney, 1997
Melahirkan seluruh tubuh bayi :
a. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah ke arah perineum dan
sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
b. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan
tangan posterior saat melewati perineum.
c. Tangan dibawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
d. Secara simultan, tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku
dan lengan bagian anterior.
e. Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung bokong dan kaki
f. Dari arah belakang sisipan jari telunjuk tangan atas diantara kedua
kaki, Bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari
lainnya.
g. Letakan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada
perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya.
h. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh
bayi dengan kain atau selimut diatas perut ibu. Pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dengan baik

Gambar 1.5 Melahirkan Tubuh Bayi


Sumber : Varney, 1997
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin dari tubuh ibu.
Dalam menolong persalinan tentu harus bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan asuhan persalinan normal adalah
menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

B. Saran
Diharapkan dengan Asuhan Persalinan Normal ini dapat menurunkan
Kematian Ibu dan Kematian Bayi

Anda mungkin juga menyukai