Anda di halaman 1dari 64

LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

PEMASANGAN INFUS

 LEARNING OUTCOME
Mahasiswa mampu melakukan keterampilan pemasangan infus.
Tujuan pemberian terapi intra vena melalui infus yaitu :
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan ketika diistirahatkan.

 TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan
intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan
dalam penanganan dan perawatan pasien.
Berbagai cairan mempunyai manfaat dan tujuan yang berbeda-beda. Terapi
awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan
isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik
untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan
darah pada pasien kombustio 18-24 jam sesudah cedera luka bakar. Larutan
parenteral pada syok bipovolemilc diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid, dan
darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan
cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak
menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid
pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian
berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCI isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik
dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah
larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan
dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti
hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCI 0,45%
dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti
kehilangan cairan insensibel. .

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 1


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Ringer asetat memiliki profit serupa dengan Ringer Laktat. Tempat


metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan
asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai
tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan
asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien
sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk
mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian.
Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan dan jenis kelamin. Lemak
tubuh juga berpengaruh terhadap cairan, semakin banyak lemak, semakin kurang
cairannya. Ada dua bahan yang terlarut di dalam cairan tubuh yaitu elektrolit dan
non-elektrolit.

Tempat insersi jarum infus


Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada
pemasangan infus yaitu :
a. Venapunctur perifer
1. vena mediana kubiti
2. vena sefalika
3. vena basilika
4. vena dorsalis pedis
b. Venapunctur central
1. vena femoralis
2 vena jugularis internal
3. vena subklavia.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 2


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Cara mengatur kecepatan tetesan


Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya untuk
mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk tiap jam
-dapat digunakan rumus :
ml per jam = tetesan x faktor tetesan
Faktor tetesan dihitung dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh
infus set untuk mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1
ml cairan dalam 15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set
tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan
diberikan cairan sebanyak 25x4 = 100 ml perjam.

Tipe-tipe cairan:
1. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan yang ada di
dalam plasma
a. NaCI normal 0,9 %
b. Ringer laktat
c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)
d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)

2. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil daripada yang ada
di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel-sel tersebut akan
membesar atau membengkak.
a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %
b. NaCl 0,45%
c. NaCl 0,2 %

3. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada yang ada
di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan
osmotik, sel kemudian akan menyusut.
a. Dextrose 5% dalam NaCI 0,9 %
b. Dextrose 5% dalam NaCI 0,45 % (hanya sedikit hipertonis karena dextrose

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 3


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan


osmotik).
c. Dextrose 10% dalam air
d. Dextrose 20% dalam air
e. NaC13% dan 5%
f. Larutan hiperalimentasi
g. Dextrose 5% dalam ringer laktat
h. Albumin 25

Kegagalan pemberian infus


Beberapa keadaali yang mengakibatkan kegagalan dalam pemberian cairan
perinfus antara lain :
1. jarum infus tidak tepat masuk vena (ekstravasasi)
2. pipa infus tersumbat (karena jendalan darah atau terlipat)
3. pipa penyalur udara tak berfungsi.
4. jarum infus atau vena terjepit karena posisi lengan fleksi
5. jarum infus bergeser atau menusuk ke luar vena

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 4


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Komposisi Cairan

a. Larutan NaCI, berisi air dan elektrolit (Na+, Cl-)


b. Larutan Dextrose, berisi air atau garam dan kalori

c. Ringer laktat, berisi air dan elektrolit (Na-, K-. CI -, Ca+ , laktat)
d. Balans isotonik, isi bervariasi : air, elekirolit, kalori ( Na','. K Mg Cl-.HCO
3
.glukonat).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma S% plasmanat),
hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotik, menarik cairan dari
interstisiall ke dalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperalimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).

Hal-hal yang harus diperhatikan dengan tipe-tipe infus tersebut:


1. D3 W (Dektrose 5% in Water)
a. Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan
suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau
berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus
tersebut.
b. Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma
pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan
dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian pansfusi (darah atau
komponen darah).
2. NaCl 0,9%
a. Digunakan untuk menggantikan garam (cairan isotonik) yang hilang, diberikan
dengan komponen darah atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik.
b. Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misal: gagal jantung, gagal
ginjal).
3. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan
untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.

Tipe - tipe pemberian terapi intravena:


A. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum sunfik secara langsung ke
dalarn saluran /jalan infus. .

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 5


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Indikasi
1. Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian
obat langsung ke dalam intravena.
2. Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid,
digoksin).
3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus
melalui infus (lidocain. xylocain).
4. Untuk menurunkan ketidaknyaman pasien dengan mengurangi kebutuhan
akan injeksi intramuskuler
5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat
dicampur dalam satu botol
6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (misal: pada
pasien koma) atau intramuskuler (misal: pasien dengan gangguan koagulasi)

Hal-hal yang harus diperhatikan dan direkomendasikan


1. Sebelum pemberian obat:
a. Pastikan bahwa obat sesuai dengan standar medik.
b. Larutkan obat sesuai indikasi. Banyak obat -yang dapat mengiritasi vena dan
memerlukan pengeceran yang sesuai.
c. Pastikan kecepatan pemberiannya dengan benar,
d. Jika akan memberikan obat melalui selang infus yang sama, akan lebih baik
jika dilakukan pembilasan terlebih dahulu dengan cairan fisiologis (Na Cl
0,9%).

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 6


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

e. Kaji kondisi pasien dan toleransinya terhadap obat yang diberikan.


f. Kaji kepatenan jalan infus dengan mengetahut keberadaan dari aliran darah.
1. Perlahankan kecepatan infus.
2. Lakukan aspirasi dengan jarum suntik sebelum memasukkan obat.
3. Tekan selang infus secara perlahan.
g. Perhatikan waktu pemasangan infus. Ganti tempat pemasangan infus apabila
terdapat tanda-tanda komplikasi (misalnya: plebitis, ektravasasi, dll)
2. Perhatikan respon pasien terhadap obat.
a. Adakah efek samping mayor yang timbul (anaphilaksis, respiratory distress,
takhikardi, bradikardi, atau kejang)
b. Adakah efek samping minor yang timbul (mual, pucat, kulit kemerahan, atau
bingung)
c. Hentikan pengobatan dan konsultasikan ke dokter apabila terjadi hal-hal
tersebut.

b. Continous Infusion (infus berlanjut) menggunakan alat kontrol.


Continous Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang
digantung, dengan atau. tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena,
intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan
pompa khusus yang ditanam maupun yang eksternal. •

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan :


A. Keuntungan
1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan
akurat.
2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang
infus atau adanya penyubatan.
3. Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.
B. Kerugian
1. Memerlukan selang khusus.
2. Biaya lebih mahal.
3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi.

c. Infus sementara (intermittent infusions)


Infus sementara dapat diberikan melalui" heparin lock", "piggybag" untuk infus
yang kontinu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 7


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

 ALAT DAN BAHAN


1. Infus set
2. Abocath
3. Cairan infus
4. Tornikuet/tensimeter
5. Kapas alkohol
6. Kasa steril
7. Betadin salep
8. plester, gunting,
9. spalk dan pembalut kalau perlu
10. tiang infus
11. perlak kecil dan alasnya

Pemasangan selang intravena :


1. Pertama lakukan verifikasi order yang ada untuk terapi IV.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
3. Pilih vena yang layak untuk dilakukan venipuncture.
a. Bagian belakang tangan - vena metakarpal. Jika memungkinkan jangan
lakukan pada vena digitalis.
1. Keuntungan dilakukannya venipuncture diisi ini adalah memungkinkan
lengan bergerak bebas.
2. Jika kemudianlinibul masalah pada sisi ini, gunakan vena lain diatasnya.
b. Lengan bawah - vena basilka atau cephalica.
c. Siku bagian dalam - fossa antecubitai - median basilic dan median cephalic
untuk infus jangka pendek.
d. Ekstermitas bawah.
1. Kaki - vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, vena medikal marginalis.
2. Mata kaki - vena saphena magma.
e. Vena sentralis digunakan:
1. Jika obat dan infus hipertonik atau sangat mengiritasi, membutuhkan
kecepatan, dilusi volume yang tinggi untuk mencegah reaksi sistemik dan
kerusakan vena lokal ( misal: kemoterapi, hiperalimentasi).
2. Jika aliran darah perifer dikurangi atau jika pembuluh darah perifer tidak
dapat dimasuki (misal pada pasien obersitas).
3. Jika diinginkan monitor CVP.
4. Jika diinginkan terapi.cairan jangka sedang atau jangka panjang.

Cara memunculkan vena:


1. Palpasi daerah yang akan dipasang infus.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 8


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

2. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya (jika yang akan digunakan


lengan).
3. Pijattempat yang akan diinfus.
4. Gunakan torniket sedikitnya 5 -15 cm diatas tempatyang akan diinsersi,
kencangkan torniket.
5. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tensimeter, pasang tensimeter
sedikit dibawah tekanan sistolik.
6. Raba vena tersebut, untuk meyakinkan keadaan vena
7. Biarkan ekstremitas tersebut selama beberapa menit.
8. Gunakan handuk hangat untuk melembabkan tempat yang akan diinsersi.

Komplikasi yang dapat timbul dari terapi IV:


1. Infiltrasi (ektravasasi)
2. Trombophlebitis
3. Bakteremia
4. Emboli udara
5. Perdarahan
6. Trombosis
7. Imbalance elektroli
8. Hematom, dll.

 DAFTAR PUSTAKA
1. Cummins, R.O. 1997. Advanced Cardiac Life Support. American Hearth
Association. USA.
2. Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan pasien di Intensive Care Unit. Bagian
Anestesiologi, FKUI. Jakarta. Daftar Pustaka.
3. Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.
4. DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7h ed. Mc Graw-
Hill Co. New York.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 9


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

PENILAIAN PEMASANGAN INFUS


NAMA :
NIM :
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Cek program terapi cairan/review keputusan pemberian
terapi cairan
2 Menanyakan keluhan utama / memeriksa adanya tanda
kegawatan
3 Cuci tangan
4 Siapkan alat – alat
5 Berikan salam panggil klien dengan sopan
6 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakannya
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
8 Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika
tidak memungkinkan.
9 Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
10 Letakkan manset 5-15 cm diatas tempat tusukkan
11 Letakkan alas plastik dibawah lengan klien
12 Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang
akan diberikan
13 Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan
14 Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada
udara di dalamnya
15 Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan
pertahankan kesterilan.
16 Kencangkan tournikuet/manset tensi meter (tekanan
dibawah tekanan sistolik).
17 Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya
beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan
ditusuk
18 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas
alkohol. lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin.
Arah melingkar dari daiam keluar lokasi tusukkan.*
19 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena - 5 cm
dibawah tusukkan.
20 Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan
ditusuk. Setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan
pasli.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 10


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

21 Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum


sedikit lalu teruskan plastik iv catheter kedalam vena
22 Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter
23 Tarik jarum infus keluar
24 Sambungkan plastik iv catheter dengan ujung selang infus
25 lepaskan manset*
26 Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar
27 Oleskan dengan salep betadin diatas penusukkan.
Kemudian Ditutup dengan kassa steril
28 Fiksasi posisi plastik iv catheter dengan plester.
29 Atur tetesan infus sesuai ketentuan. pasang stiker yang
sudah diberi tanggal.
30 Evaluasi hasil kegiatan
31 Bereskan alat-alat
32 Cuci tangan
33 Dokumentasi
TOTAL SKORE
keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi kurang sempurna
2 = disebut/dilakukan dengan sempurna
* = Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, ……………….
(......)
Nilai  Total Skor x 100%
66 Penguji,
 ...............

…………………………

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 11


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

KATETER URIN

 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul kateter urin, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan macam-macam kateter urin
2. Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
3. Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar

 TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARIA
Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing
fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh,
elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya
sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea,
kreatinin dan asarn urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi,
ginjal juga mersekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan eritropoetin. (Hall, 2003);
Price and Wilson, 1995)
Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal
kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta
keduabelas, sedangkan kutup atas ginjaj kiri terletak setinggi kosta sebelas.

Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:

 Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
 Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai
sistem filtrasi.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 12


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari satu juta
nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian
pekerjaan ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron
tersebut. Setiap nefron tersusun dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler
glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan tubulus kontortus distal
yang berlanjut sebagai duktus pengumpul. Struktur inilah yang membuang sisa hasil
metabolisme dari darah dan membentuk urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama
nefron dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.
2. Ikut mengatur pH darah.
3. Membuang sisa metabolisme darah.

Medula ginjal
Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid, tampak
bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom
bertini.

Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 13


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.


Kaliks
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal
berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu
membentuk kaliks mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal
merupakan reservoir utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis
ginjal dengan kandung kemih.
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci. terbentang dari
ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke
kandung kemih. Urin mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik
ureter. Sebuah membrane yang terletak pada sambungan ureter dan kandung kemih
berfungsi sebagai katup untuk mencegah aliran balik urin.
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak
di belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter
dan satu muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah :(1) sebagai tempat
penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra,
kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar tubuh. Kandung kemih dapat
menampung sampai dengan 1000 ml urin. Ketika mencapai 250 ml urin dalam
kandung kemih, pesan berkemih terkirim melalui corda spinal, sehingga seseorang
merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin dikontrol oleh spingter interna dan
eksterna. .
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1,5 inci mulai dari dinding
anterior vagina dan keluar diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya
sekitar 8 inci, melewati prostate sampai glands penis. Muara uretra keluar tubuh
disebut meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price and Wilson, 1995)

KARAKTERISTIK URIN NORMAL DAN ABNORMAL


1. Karakteristik urin normal
 95 % terdiri dari air
 Urin berisi produk akhir metabolisme protein, seperti urea,
asam urat dan kreatinin.
 Membuang mineral yang diambil dari makanan yang sudah
tidak dibutuhkan seperti natrium, kalium, calsium, sulfat, dan fosfat.
 Berisi toksin
 Berisi hormon
 Pigmen kuning dari berasal dari bilirubin
2. Karakteristik urin abnormal
Urin abnormal mungkin mrngandung satu atau lebih hal-hal dibawah ini:
 Albumin /protein : merupakan indikasi adanya penyakit pada

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 14


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

ginjal, infeksi atau trauma.


 Glukosa : dapat menjadi indikasi adanya diabetes mellitus,
syok atau cedera kepala.
 Eritrosit : sebagai indikasi adanya infeksi, kanker/ tumor,
penyakit ginjal
 Leukosit : sebagai indikasi infeksi traktus urinaria
 Benda keton : sebagai indikasi adanya diabetes mellitus,
kelaparan/ dehidrasi atau kondisi lain dimana terjadi katabolisme lemak
dengan cepat.
 Nilai pH urin : nilai abnormal mengindikasikan gout, batu
traktus urinaria, infeksi
 Bilirubin : Mengindikasikan gangguan fungsi hepar, obstruksi
traktus biliaris, hepatitis.
 Nilai berat jenis urin : nilai abnormal mengindikasikan adanya
penyakit ginjal, ketidak seimbangan elektrolit, gangguan fungsi hati dan luka
bakar. (Hall, 2005)

KATETER URIN
Definisi:
Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh
manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung
kemih (No name, 2005)
Jenis-jenis kateter urin
Jenis jenis kateter urin yang dikenal antara lain:
1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang
berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini
mempunyai bermacam-macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin
besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.
2. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter
yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas
hama, dapat digunakan untuk waktu lebih lama (± 5 hari). Kateter ini terbuat dari
karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu
balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/
menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu
cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan
urin dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari
kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai
fungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang ketiga berfungsi untuk
disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi yang steril dapat masuk ke
kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi.
Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 15


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia no date)
3. Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru
yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak
mengandung antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai
terapi antimikroba belum sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun
masih terbatas dan belum jelas keakuratannya. Pemasangan kateter,
sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi dalam kamar operasi
sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)

UKURAN KATETER
 Wanita dewasa Kateter no 14/16
 Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
 Anak-anak Kateter no 8/10

Wanita Laki-laki
Panjang urethra 3,7 - 6 cm 14 - 20 cm
Kateter yang masuk 5- 7,5 cm 15 - 22,5 cm
Yang diberi jelly 3 - 4 cm 5 - 7,5 cm

TUJUAN DILAKUKAN KATETERISASI ADALAH:

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 16


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih,


terutama pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat,
terbatas pergerakannya atau pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan
beberapa infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung
kemih tidak boleh tegang sehingga menekan unsur lain.
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin (urin terkumpul di
kandung kemih karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian
perineumnya, sehingga kulit tetap utuh dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih
secara normal.

 ALAT DAN BAHAN


1. Kateter urin
2. Urin bag
3. Sarung tangan steril
4. Set bengkok dan pinset steril
5. Kapas dan cairan sublimate
6. Jelly
7. Plester
8. Perban
9. Spuit dan Steril water aquadest
10. Bengkok tidak steril
11. Alas/ Perlak kecil
12. Handuk kecil + Waskom isi air hangat + sabun
13. Sampiran
14. Lampu

D. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 17


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi
a. Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
b. Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut
fleksi
c. Pasien dewasa/ laki- laki : Posisi supine dan kaki abduksi
4. Pasang urin bag
5. Pasang perlak atau alas pada klien
6. Tuangkan cairan antiseptic
7. Sediakan spuit isi aquadest
8. Cuci tangan dengan cara furbringer
9. Pasang sarung tangan
10. Lakukan vulva/perineum hygiene
11. Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter
12. Masukkan kateter sampai urin mengalir
13. Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominant dari labia atau dari
penis ke kateter.
1. Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter ± 2,5
cm
2. Fiksasi kateter
3. Bantu pasien pada posisi yang nyaman
4. Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang
bukan sekali pakai
5. Cuci tangan

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 18


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

 DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.2002. The Indwelling Urynary Cathether. (On Line) http://www
snihc.com/patient Education. Diakses 4 Februari 2005.

2. Anonim.2005. Urinary Catheter. (Online).


Http://www nlm. nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm. Diakses 1 februari
2005
3. DeCapite,T.,A.Richards.No Date.Nosocomial Urinary tract Infection
Http://www Hopkins.heic.org/Infectious diseases/Urinary tract.htm Diakses 20
Desember 2004.
4. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line).
Http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap 15a.htm. Diakses 3 Januari 2005.
5. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line).
Http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chapl5b.htm. Diakses 3 Januari 2005...
6. Hall,J.2003. Catheterization Basics. (On line)
Http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 1 februari 2005

7. Senat Mahasisa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 1988.


Penurunan Tindakan Medik bagi Dokter Umum. Andi Ofset, Yogyakarta. Hal. 1-2
8. Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2000. Panduan Praktek
Profesi Keperawatan. Jakarta

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 19


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

PENILAIAN KETRAMPILAN KATETERISASI


Nama :
NIM :
Skore
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Cek catatan medik / identifikasi pasien
2 Siapkan alat dan bahan
3 Berikan salam, panggil pasien dengan namanya
4 Menanyakan keluhan utama/memeriksa adanya tanda
kegawatan
5 Jelaskan prosedur kepada pasien
6 Jaga privacy pasien
7 Bantu pasien mengatur posisi tidur
a. Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
b. Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent
dengan lutut fleksi
c. Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki
abduksi
8 Pasang urin bag
9 Pasang perlak atau alas pada bokong pasien
10 Tuangkan cairan antiseptic
11 Cuci tangan dengan cara fubringer
12 Pasang sarung tangan
13 Lakukan vulva/perineum hygiene
14 Buka set kateter dan berikan,jelly di ujung kateter

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 20


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

15 Masukkan kateter sampai urin mengalir


a. pada laki-laki tegakkan penis 45°, masukkan kateter
perlahan-lahan 6-9 inchi, sambil pasien dianjurkan tarik
nafas.
b. pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3
inchi
16 Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak
dominan dari labia atau dari penis ke kateter
17 Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian
tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan
18 Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada
paha depan untuk wanita
19 Bantu pasien pada posisi yang nyaman
20 Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai,
bersihkan alat alat yang bukan sekali pakai
21 Cuci tangan
22 Dokumentasi
TOTAL SKORE
Keterangan:
4 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = diIakukan tapi kurang sempurna
2 = disebutl dilakukan dengan sempurna
* = Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

(........) Palembang, …………………


Nilai  Total slor x 100%
44
 .............. Penguji,

……………………….

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 21


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

HECTING
 LEARNING OUTCOME
Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan jahit luka:
 menentukan jenis luka
 memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan
medik
 melakukan cuci tangan secara foerbringer
 melakukan tindakan aseptik anti septik
 melakukan anestesi lokal
 melakukan debridemen luka
 melakukan jahit luka/ suture interuptus
 melakukan jahit luka/ suture jelujur
 melakukan jahit luka/ suture jelujur terkunci
 melakukan jahit luka/ suture matras horisontal
 melakukan jahit luka/ suture matras vertikal
 melakukan dressing

 TINJAUAN PUSTAKA
Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (diskontinuitas
jaringan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses
yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang
dapat dibagi dalam tiga face, yaitu face inflamasi, poliferasi dan penyudahan yang

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 22


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan.

Klasifikasi penyembuhan luka :


Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, berjalan secara alami.
Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel.
Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder (sanatio per secundam) cara ini
biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik,
terutama kalau lukanya menganga lebar.
Jenis.penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer (sanatio per
primam) yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan
jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun penjahitan luka
tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak
berbatas tegas. Luka yang compang-camping seperti luka tembak sering
meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama
sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka
langsung dijahit. Luka yang demikian sebaikmya dibersihkan dan dieksisi
(dedridemen) dahulu dan kemudiam dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya
dijahit dan akan sembuh secara primer. Cara ini umumnya.disebut penyembuhan
primer tertunda. Terjadinya infeksi pada luka pasca eksisi umumnya terjadi karena
eksisi luka tidak cukup luas dan teliti. Jika setelah debridemen luka langsung dijahit,
dapat diharapkan terjadi penyembuhan primer.
Pada manusia, penyembuhan luka dengan cara reorganisasi dan regenerasi
hanya terjadi pada epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuh alami tanpa
meninggalkan bekas. Organ lain, termasuk kulit mengalami penyembuhan secara
epimorfis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak sama
dengan jaringan semula.

Fase penyembuhan luka


Fase Proses Gejala dan tanda
I Inflamasi Reaksi radang Dolor, rubor, kalor, tumor, gangguan
II Proliferasi Regenerasi/ fibroplasia fungsi Jaringangranulasi/ kalus tulang
menutup: Epitel/endotel/ mesatel
III Penyudahan Pematangan dan Jaringan parut/ fibrosis
perupaan kembali

Gangguan penyembuhan luka


Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh
{endogen} atau oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen
terpenting adalah gangguan koagulasi yang disebut koagulopati dan gangguan
sistem imun. Semua gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan
luka sebab hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguari
sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian
jaringan, kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik humorat maupun selular

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 23


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

tenganggu, pembersihan kontaminasi dan jaringan mati serta penanahan infeksi


tidak berjalan baik.
Gangguan sistem imun dapat terjadi terjadi pada infeksi virus, terutama HIV,
keganasan tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberkulosis, hipoksia
setempat seperti ditemukan pada arteriosklerosis, diabetes melitus, morbus
Raynoud. morbus Burger, kelainan pendarahan (hemangioma, fistel arteriovena),
atau fibrosis. Sistem imun juga dipengaruhi oleh gizi kurang akibat kelaparan,
malabsorbsi, juga oleh kekurangan asam amino esensial, mineral maupun vitamin,
serta oleh gangguan dalam metabolisme makanan, misalnya pada penyakit hati.
Selain itu fungsi sistem imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti
pada usia lanjut dan penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan penyakit
Addison.
Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu
mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik,
obat penekan reaksi imun, misalnya setelah transplantasi organ, kortikosteroid juga
akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat seperti infeksi,
hematom, benda asing, serta jaringan mati sangat menghambat penyembuhan luka.

Diagnosis
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah
ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau
tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya
luka.

Tindakan
Pertama dilakukan anestesia setempat atau umum, tergantung berat dan letak
luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik,
kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja
ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari
kontaminan secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting
atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACI.
Akhirnya lakukan penjahitan denganrapi. Bila diperkirakan akan terbentuk atau
dikeluarkan cairan yang berlebihan perlu dibuat penyaliran. Luka ditutup dengan
bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung vaselin,
ditambah dengan kasa penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elastis.

Penyulit
1. Penyulit dini
Hematom harus dicegah dengan mengerjakan hemostasis secara teliti.
Hematom yang mengganggu atau terlalu besar sebaiknya dibuka dan
dikeluarkan.. Seroma adalah penumpukan cairan luka dilapangan bedah. Jika
seroma mengganggu atau terlalu besar dapat dilakukan pungsi. Jika seroma

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 24


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

kambuh sebaiknya dibuka dan dipasang penyalir. lnfeksi luka terjadi jika luka
yang terkontaminasi dijahit tanpa pembilasan dan eksisi yang memadai. Pada
keadaan demikian luka harus dibuka kembali, dibiarkan terbuka dan penderita
diberi antibiotik sesuai dengan hasil biakan dari cairan luka atau nanah.
2. Penyulit lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertropik timbul karena reaksi serat kolagen yang
berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam
teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya
menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

Persetujuan tindakan medik


Penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam bidang kedokteran atau
patient rights, sebagai salah satu kewajiban etik yang harus dipatuhi oleh setiap
warga profesi kedokteran. Selanjutnya persetujuan tindakan medik berkembang
menjadi kewajiban administrasi dan hukum. Persetujuan tindakan medik adalah
adanya persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap dirinya. Persetujuan diberikan setelah pasien .memperoleh penjelasan
yang lengkap dan obyektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan
dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. Dalam tindakan medis penjahitan luka
penderita memperoleh penjelasan kondisi luka, kemungkinan penyembuhan secara
primer dan sekunder, cacat yang mungkin timbul, keuntungan dan kerugian jahit
luka, anestesi lokal.

Anestesia
1. Anestesia infiltrasi
Anestesia infiltrasi dilakukan dengan menyuntikkan anestetik lokal langsung
ke jaringan tanpa mempertimbangkan persarafannya. Anestetik berdifusi dan
khasiatnya dicapai melalui penghambatan ujung saraf perasa di jaringan subkutan.
Jika penyuntikan anestetik menimbulkan nyeri, berarti tehnik penyuntikan tidak
memenuhi syarat. Infiltrasi dimulai dengan penyuntikan kecil intrakutan yang
memang menimbulkan sedikit nyeri. Tempat penyuntikan intrakutan digunakan
sebagai pintu masuk selanjutnya untuk anestetik. Penyuntikannya harus dilakukan
secara teliti, sedikit demi sedikit supaya tidak menyebabkan nyeri.
2. Anestesi lapangan
Merupakan penyuntikan anestetik subkutan sedemikian rupa sehingga terjadi
anestesia di distal penyuntikan.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 25


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Peringatan yang berhubungan dengan anestetik lokal


 Tanyakan dalam anamnesis apakah penderita pernah menerima suntikan
anestetik lokal
 Jangan tinggalkan penderita setelah dilakukan anestetik lokal
 Sewaktu penyuntikan anestetik lokal, sebaiknya penderita dibaringkan
 Perhatikan tindak asepsis
 Ingat kontraindikasi penggunaan vasokonstriktor
 Pakai vasokonstriktor bila ada kemungkinan penyerapan cepat
 Pakai vasokonstriktor bila diperlukan anestesia untuk waktu lama
 Pakai persentase obat anestesia serendah mungkin
 Berikan dosis yang memadai
 Berikan pada tempat yang tepat
 Cegah iskemia kompresi
 Hindari penyuntikan intravaskuler

Sediaan lidokain
Mula kerja Lama kerja
Anestetik % Dosis maksimal (ml)
Lidokain 2% 10 5 menit
Lidokain+adrenalin 2% 25 5 menit 70 menit

Penjahitan luka

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 26


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis
bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamennya. Benang
yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai
Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga
bulan bergantung pada jenis benang dan kondisi jaringan yang dijahit.
Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus
domba (catgut) dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa campuran dan catgut
kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat. Catgut murni cepat diserap,
kira-kira dalam waktu satu minggu, sedangkan catgut cromik diserap lebih lama,
kira-kira 2-3 minggu.
Disamping itu, ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam
poliglikolik maupun dari poliglaktin dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini
dapat dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap
menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau
infiltrat jaringan yang mungkin ditandai indurasi. Benang yang tidak dapat diserap
oleh tubuh umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan
bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutra yang sangat kuat dan liat, dari
kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari poliester yang merupakan
bahan sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi teflon. Selain itu terdapat pula benang
nilon yang berdaya tegang besar, yang dibuat dari polipropilen, dan baja yang
terbuat dari baja tahan karat.
Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan
tubuh. Benang jenis ini biasanya dipakai pada jaringan yang sukar sembuh. Bila
terjadi infeksi akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang
bersifat benda asing dikeluarkan:
Benang alami terbuat dari bahan sutra atau kapas. Kedua bahan alami ini
dapat bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga
bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih
dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan.
Benang sintetik terbuat dari poliester, nilon, atau polipropilen yang umumnya
dilapisi oleh bahan pelapis teflon atau dakron. Dengan lapisan ini permukaannya
lebih mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang ini mempunyai
daya tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan kekuatan
penyatuan yang besar.
Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilamen bila
hanya terdiri atas satu serat saja dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang
diuntai menjadi satu. Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan
kekuatan jahitan. Oleh karena itu, pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka
bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan mempertimbangkan
faktor kosmetik. Sedangkan kekuatan jaringan ini ditentukan oleh jumlah jahitan
yang dibuat, jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada daerah wajah digunakan
ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 27


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan


Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran
Fasia Semua 2.0-1
Otot Semua 3.0-0
Kulit Tak terserap 2.0-6.0
Lemak Terserap 2.0-3.0
Hepar Kromik catgut 2.0-0
Ginjal Semua catgut 4.0
Pankreas Sutera, kapas 3.0
Usus halus Catgut,sutera, 2.0-3-0
Usus besar Kapas 4.0-0
Tendo Kromik catgut 5.0-30
Kapsul sendi Tak terserap 3.0-20
Peritoneum Tak terserap 3.0-20
Bedah mikro Kromik catgut 7.0-11-0
Tak terserap

Table SUTURE SELECTION


SUTURE* CHARACTERISTICS AND FREQUENT USES
Vicryl Absorbable; 60-90 days. Ligate or suture tissues where
dexon an absorbable suture is desirable.
PDS Absorbable; 6 months: Ligate or suture tissues.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 28


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Maxon especially where an absorbable suture and extended wound


support is desirable
Prolene Nonabsorbable, Inert. .
Nylon Nonabsorbable. Inert. General closure.
Silk Nonabsorbable. (Caution: Tissue reactive and may wick
microorganisms into the wound). Excellent handling. Preferred
for cardiovascular procedures.
Chromic Gut Absorbable. Versatile material.
Stainless Steel Nonabsorbable. Requires instrument for skin removal.
Wound Clips,
Staples

 The use of common brand names as examples does not indicate a product
endorsement. Suture gauge selection: Use the smallest gauge suture material
that will perform adequatel

Jarum jahit bedah


Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang lengkung, berbeda-beda
bentuknya. Perbedaan bentuk ini pada penampang batang jarum yang bulat atau
bersegi tajam, dan bermata atau tidak bermata. Panjang jarum pun beragam dari 2-
60 mm.
Masing-masing berbeda kegunaannya, berbeda cara mempersiapkan dan
memasang benangnya. kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan
yang berbeda, sedangkan penampang batang jarum dipilih berdasarkan lunak
kerasnya jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka yang dalam dan
penampang yang bulat untuk jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum
yang bermata akan membuat lubang tusukan lebih besar, sedangkan jarum yang

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 29


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

tidak bermata yang disebut atraumatik akan membuat lubang yang lebih halus.

Jenis jahitan
Jenis jahitan yang umum dipakai adalah:
 Jahitan tunggal/ terputus/ interuptus
 Jahitan jelujur/ kontinyu
 Jahitan jelujur/ kontinyu terkunci
 Jahitan matras vertikal
 Jahitan matras horisontal.

Perawatan luka bedah:


Biasanya luka bedah yang selesai dijahit ditutup dengan alasan untuk
melindungi dari infeksi, di samping agar cairan luka yang keluar terserap, luka tidak
kekeringan, dan luka tidak tergaruk oleh penderita. Selain itu, perdarahan dihentikan
dengan memberi sedikit tekanan pada luka. Jenis penutup luka dapat berupa kasa
yang diolesi vaselin atau salep antibiotik, atau kasa kering.
Sebenarnya luka operasi yang kering yang ditutup primer lebih baik dibiarkan
terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun
keluarganya.
Penutup luka yang sudah basah oleh darah atau cairan luka harus diganti.
Penggantiannya harus dilakukan dengan tehnik aseptik. Pada kesempatan
mengganti balutan ini, sekaligus dicari kemungkinan asal perdarahan atau
kebocoran cairan luka tersebut. Kemudian sumber kebocoran harus ditangani,
misalnya dengan tindakan hemostasis. Bila tidak dipasang penyalir pada luka
bedah, penutup luka dapat dibiarkan sampai 48 jam pasca bedah agar tujuan
penutupan luka dapat dicapai.
Luka bedah perlu diawasi pada masa pascabedah. Luka tidak perlu dilihat
setiap hari dengan membuka penutup luka, kecuali jika ada gejala atau tanda
gangguan penyembuhan luka atau radang. Bila luka sudah kuat dan sembuh primer,
jahitan atau benangnya dapat diangkat. Saat pengambilan benang tergantung pada
kondisi luka waktu diperiksa. Umumnya luka di daerah wajah memerlukan waktu 3-4
hari, di daerah lain 7-10 hari. Salah satu faktor penting dalam menentukan saat
pencabutan jahitan adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi luka yang searah
dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak
lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit setelah banyak bagian kulit diambil, akan
menyebabkan ketegangan tepi luka yang besar. Dalam hal ini pengambilan jahitan
harus ditunda lebih lama sampai dicapai kekuatan jaringan yang cukup sehingga
bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi.

Saat .pengangkatanjahitan
Daerah jahitan Saat pengangkatan (hari ke-)

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 30


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Wajah (termasuk kelopak 4


mata dan lidah) 5
Skrotum 6-7
Kulit kepala 7
Tangan dan jari
Dinding perut 7-9
• Sayatan lintang 9-11
• Sayatan vertikal 11-12
Pinggang dan bahu

 ALAT DAN BAHAN


Bahan:
 NaCl fisiologis
 Povidon Iodine 10 %
 Perhidrol 3 %
 Lidocain 2 %
 Klorin 0,5 %
 Kasa steril
 Plester
 Spuit 3cc
 Benang side no. 3.0
 Benang catgut 3.0

Alat:
Minor set steril terdiri:
Jenis alat Jumlah

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 31


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

wadah dari logam 1 B uah


needle holder/ pemegang jarum 1 Buah
jarum dengan ujung segi tiga 1 Buah
jarum dengan ujung bulat 1 Buah
Pinset anatomi 1 Buah
Pinset chirrurgis 1 buah
Gunting Benang 1 buah
Gunting jaringan 1 buah
Klem arteria berujung lurus/ bengkok 3 buah
Kain steril 1 buah

 PROSEDUR TINDAKAN / PELAKSANAAN


1. Menentukan jenis luka
menilai bentuk luka : teratur/tidak
menilai tepi luka : teratur/tidak, jembatan jaringan
menilai luas luka : panjang dan lebar dalam cm
menilai kedalaman luka : dalam cm
2. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik:
a. menjelaskan kondisi luka
b. menjelaskan prosedure tindakan
c. menjelaskan tujuan tindakan, keuntungan dan kerugian.
d. meminta persetujuan tindakan
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam keadaan steril
4. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan
5. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan
6. Melakukan cuci tangan secara foerbringer
7. Memakai sarung tangan steril
8. Melakukan tindakan aseptik anti septik
- dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal
- menggunakan kasa dan povidon iodine
9. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapangan)
Cara : menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka
teranestesi dengan baik. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung
jarum tidak masuk pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam spuit).
infiltrasikan lidokain bersamaan waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung
luas luka)
10. Melakukan debridemen luka

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 32


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

cara : Setelah luka teranestesi dengan baik, desinfeksi luka menggunakan


perhidrol 3%, agar kotoran yang menempel terangkat. Untuk mengangkat
tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat halus. Lanjutkan
dengan irigasi menggunakan NaCI fisiologis sampai semua kotoran terangkat.
11. Pasang kain steril.
12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan-jaringan mati/
rusak. Perdarahan dari vena cukup dihentikan dengan penekanan
menggunakan kasa steril beberapa detik. Perdarahan arterial dihentikan dengan
jahitan ligasi. Jaringan mati/ rusak dibuang menggunakan gunting jaringan.
Lakukan aproksimasi tepi luka. Buang tepi luka yang mati, tidak teratur. Passing
the needle through the vessel before securing the tie around the vessel.
Place a second free tie below the suture ligature.

13. Desinfeksi menggunakan povidon Iodine


14. Menjahit luka
a. Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung
pemegang jarum pada pertengahan atau seperfiga ekor jarum. Jika
penjepitan kurang dari setengah jarum, akan sulti dalam menjahit. Pegang
needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan
dapat melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
b. masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1 cm,
membentuk sudut 90°
c. dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.
d. Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus
baik.
e. Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap
atau monofilament.
f. Jarak tiap jahitan sekitar 1 cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang
menutup dengan baik. Bila terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan
reaksi inflamasi.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 33


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

melakukan jahit luka/ suture interuptus

melakukan jahit luka/ suture jelujur

melakukan jahit luka/ suture jelujur terkunci

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 34


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

melakukan jahit luka/ suture matras vertika

melakukan jahit luka/ suture matras horisontal

15. Melakukan dressing


Setelah, penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terketat kendor
diganti. Desinfeksi luka dengan povidone iodine. T dengan kasa steril beberapa
lapis untuk menyerap discharge ; mungkin terbentuk. Dan diplester
16. Melakukan dekontaminasi:
Untuk menghindari penularan penyakit yang menular lewat serum/ cairan tubuh.
Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
17. Memberikan edukasi perawatan luka
Berikan edukasi tentang makanan, cara merawat luka, mengganti kasa. Waktu

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 35


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

kontrol.
18. Menentukan prognosis penyembuhan
Menjelaskan lama penyembuhan, waktu pengangkatan jahitan, hasil jahitan,
penyuli- perryulit yang mempengaruhi penyembuhan luka.

 DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88
2. Saefudin Abdul Bari. Adriaansz george, Wiknjosastro Gulardi Hanifa, Waspodo
Djoko, ed. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Ed. l. Jakarta: JNPKKR-POGI. 2000: 45-54
3. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264
4. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Pembedahan, dalam: Syamsuhidajat R. Wim de Jong,
ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 265-288
5. Karnadihardja Warko. Ed: Penyulit pascabedah, dalam: Syamsuhidajat R, Wim
de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 293-303
6. Surgical Care at the District Hospital.htm
7. ResidentNet-Wound Closure-clinical update.htm

PENILAIAN KETRAMPILAN HECTING


NAMA :
NIM :
Nilai
No Aspek dinilai
0 1 2
1 Persiapan alat dan bahan yang diperlukan : wadah stenlis
tertutup, jarum segi tiga, needle holder, pinset anatomi,

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 36


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

pinset chirrurgis, klem arteri, gunting jaringan, gunting


benang spuit 3 cc, lidocain 2%, benang plain catgut dan
side no. 3.0, kasa steril, wadah + povidon lodin, wadah +
perhidrol 3%, NaCI fisiologis, doek steril, sarung tangan
steril
2 Memberi salam dan melakukan anamnesis seperlunya
3 Memeriksa kegawatan medis
4 Memeriksa luka (lokasi, luas, jenis: robek/ sayat/ lccet,
fraktur, tanda infeksi)*
5 Persetujuan tindakan medik
6 Persiapan pasien (menenangkan pasien, posisi)
7 Mendekatkan alat
8 Mempersiapkan anestesi
9 Mencuci tangan (kuku, cincin, jam, cara foerbringer)*
10 Memakai sarung tangan
11 Melakukan aseptik antiseptic*
12 Melakukan anestesi lokal ( infiltrasi)
13 Melakukan debridemen (perhidrol, irigasi NaCI, Povidon)
14 Memasang dock steril
15 Eksporasi luka hentikan perdarahan (dept ligasi)
16 Aproksimasi tepi luka
17 Jahit lapis demi lapis*
18 Jahit kulit terputus/ jelujur/ matras
19 Bersihkan luka dengan kasa povidon
20 Menutup luka, dengan kasa povidon & kasa steril
keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi kurang sempurna
2 = disebut/ dilakukan dengan sempurna
* = Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, …………………
(........)
Nilai  Total skor x 100%
46 Penguji,
 ...................

……………………….
MODUL SKILL LAB B-JILID 1 37
LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

ANALISA GAS DARAH DAN INJEKSI

 LEARNING OUTCOME
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa dapat :
- Menjelaskan tujuan pengambilan darah arteri
- Melakukan pengambilan darah arteri secara cermat dan akurat

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 38


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

A. Analisa Gas Darah Arteri


Analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi tentang status
asam-basa klien. Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik, seperti pada terapi
trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
 pH darah
 Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)
-
 Bikarbonat (HCO3 )
 Base excess/deficit
 Tekanan Oksigen (PO2)
 Kandungan Oksigen (O2)
 Saturasi Oksigen (SO2)

Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah yang


abnormal
- Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
- Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan
nilai PaCO yang rendah dan nilai PaO meningkat
2 2
- Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO : aldosterone, ethacrynic
2
acid, hydrocortisone, rnetolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
- Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO , acetazolamide, dimercaprol,
2
methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracyclinec, triamterene.
-
- Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO ;" : alkaline salts, diuretics
3
-
- Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO : acid salts.
3
- Saturasi oksigen dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen dalam darah,
suhu tubuh, pH darah, dan struktur hemoglobin.
B. Analisa Darah Vena
Tujuan dilakukan analisa darah vena antara lain untuk menganalisa kandungan
komponen darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, angka leukosit, dan
angka trombosit. Darah vena juga dapat digunakan untuk analisa gas darah jika
darah arteri tidak dapat diperoleh, namun hanya berguna untuk mengevaluasi pH,
PaCO2, dan base excess.

 ALAT DAN BAHAN

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 39


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :


- Antiseptik (kapas alkohol)
- Kassa steril
- Spuit yang steril ukuran 3 cc
- Heparin
- Kontainer atau es
- Label spesimen
- Sarung tangan
- Pengalas
- Bengkok
- Plester dan gunting

 PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH ARTERI


Persiapan :
- Cek catatan medik.
Meliputi:
- Alasan pengambilan spesimen darah. Rasional mengidentifikasi tipe darah
yang dibutuhkan dan bagaimana mengumpulkannya.
- Riwayat faktor risiko perdarahan : terapi antikoagulan, gangguan
perdarahan, jumlah trombosit yang rendah. Rasional mengingatkan untuk
menyiapkan peralatan tambahan untuk penekanan pada daerah penusukan
setelah dilakukannya tindakan.
- Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : infus
intra vena atau keadaan setelah radikal mastektomi. Rasional
mengidentifikasi daerah yang tidak dapat digunakan sebagai tempat
dilakukannya prosedur tindakan.
- Siapkan formulir laboratorium.
- Cuci tangan.
- Siapkan alat dan bahan.
Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin dengan
perbandingan 1:1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha agar heparin
menyentuh semua dinding bagian dalam spuit. Rasional mencegah pembekuan
darah. Ini perlu untuk keakuratan analisa darah.

Pelaksanaan
- Beri salam, panggil pasien dengun namanya.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 40


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

- Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
Rasional memberikan informasi pada klien. Penjelasan pada pasien tantang
tujuan dari test ini dan pemberitahuan bahwa tindakan ini dapat merimbukan
rasa sakit nyeri. (catatan : beberapa institusi mengijinkan diberikan anastesi di
area penusukan dengan 1% lidocaine (Xilocaine) akan mempersiapkan diri
pasien, atau pada bayi dioleskan anestesi semprot/salep.
- Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
- Menanyakan keluhan utama klien.
- Memulai tindakan dengan cara yang baik.
- Jaga privacy klien.
- Dekatkan peralatan pada klien.
- Atur posisi klien agar nyaman.
- Identifikasi tempat penusukan.
- Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
- Letakkan pengalas.
- Pakai sarung tangan.
- Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi
maksimal. Rasional mengidentiflikasi dimana letak arteri yang paling dekat
dengan permukaan kulit.
- Lakukan test Allen. Rasional untuk mengkaji keadekuatan sirkulasi kolateral
pada arteri ulnaris. Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri radialis terobstruksi
oteh trombus setelah dilakukan tindakan penusukan.
Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis
dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutannya
hilang. Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan
tekanan pada arteri ulnaris. Jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan
akan kemerahan dalam 10 detik), hasil test dinyatakan negatif dan penusukan
arteri dapat dilakukan pada pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan
pelepasan tekanan pada arteri ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi
ulnaris tidak adekuat. Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang
lain harus di-test. Bila hasil test pada kedua pergelangan tangan adalah positif,
arteri femoralis harus dieksplorasi.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 41


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

- Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan


tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku.
Rasional mencegah agar arteri tidak "menghilang" ketika jarum ditusukkan.
- Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas
alkohol dengah gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu
arah. Rasional mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam arteri dan sistem
vaskular
- Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi. Pertahankan
jari tangan di daerah proksimal dan daerah penusukan. Rasional memastikan
keakuratan insersi jarum, mencegah masuknya mikrooganisme dalam darah:
- Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung
ke dalam arteri. Rasional sudut ini mengoptimalkan curah darah ke dalam
jarum.
- Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti "denyutan".
Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat "denyutan" ini. Rasional
mengindikasikan keakuratan penempatan jarum dalam arteri, pergerakan lebih
jauh dapat menempatkan ujung jarum pada dinding arteri atau ke luar dari arteri.
Sampel darah arteri yang baik sebaiknya menggunakan tekanan hisap minimal,
dan secara normal, darah naik ke dalam spuit dengan sendirinya.
- Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2-4 ml (atau sesuai
kebutuhan) darah ke dalam spuit.
- Letakkan kapas akohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum : lakukan
penekanan sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut.
Rasional membatasi jumlah perdarahan dari daerah penusukan.
- Pelihara kontinuitas penekanan selama 5' (atau selama 10' bila klien menerima
antikoagulan). Rasional memastikan waktu yang cukup untuk pembentukan
formasi pembekuan; penekanan ini lebih lama dibandingkan ketika dilakukan
pengambilan darah vena karena faktor curah darah dalam arteri.
- Keluarkan udara dari spuit.
- Ujung jarum ditusukkan ke dalam gabus.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 42


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

- Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat
pengambilan, ruangan) dispuit. Pastikan sampel dianalisis dalam waktu 5-10
menit, atau ditransport dalam freezer.
- Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
- Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan
inspeksi; Dan palpasi. Rasional mengidentifikasi hematoma atau perdarahan.
Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut.
- Bereskan peralatan.
- Lepaskan sarung tangan.
- Evaluasi hasil yang dicapai. (subyektif dan obyektif)
- Beri reinforcement positif pada klien.
- Mengakhiri pertemuan dengan baik.
- Cuci tangan.
- Dokumentasi. Dokunientasikan tindakan yang sudah dilakukan. Yang perlu
didokumentasikan meliputi:
 Waktu dilakukannya prosedur.
 Jenis pemeriksaan yang dilakukan
 Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan)

Persiepia hasil pengambilan darah untuk analisa laboratorium:


l. Keluarkan udara dan spuit; lepaskan jarum dan buang. Rasional mencegah
accidental sticks dengan jarum yang terkontaminasi.
2. Pasang label identifikasi ke spuit. Rasional memastikan dokumentasi yang
akurat
3. (Lepas sarung tangan) dan cuci tangan. Rasional menghindari segala
kemungkinan terpapar darah dengan melepas sarung tangan hanya setelah
tangan tidak lagi menyentuh spuit
4. Dokumentasikan informasi yang dibutuhkan pada formulir untuk pemeriksaan
laboratorium yang telah ditentukan. Rasional memastikan keakuratan. Analisa
gas darah membutuhkan informasi tentang konsumsi oksigen klien.
5. Kirimkan spesimen ke laboratorium secepatnya. Rasional mencegah
metabolisme sel darah yang dapat mempengaruhi hasil test
Masalah Yang Mungkin Timbul Selama Prosedur
 Selama pengambilan darah vena, tidak ada darah yang ke luar. Solusi : jarum
tidak ada di dalam vena. Tarik jarum perlahan-lahan. Jika tidak ada darah yang
ke luar, gerakkan ujung jarum sesuai dengan arah vena. Jika tetap tidak
berhasil, tarik jarum. Lakukan penekanan 1- 2'. Coba lagi pada vena yang lain.
 Terbentuk hematoma pada tempat penusukan. Solusi: tarik jarum. Lakukan

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 43


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

penekanan sampai darah berhenti.


 Tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri terus berdarah. Solusi:
lakukan penekanan l- 2' untuk pengambilan darah vena dan 5 - 10 ' untuk
pengambilan darah arteri. Cek tempat penusukan dan jika perdarahan terus
berianjut, tekan lebih lama. .
 Hematoma pada tempat penusukan arteri. Solusi: lakukan penekanan dan
laporkan.

 DAFTAR PUSTAKA
1. Turner, R and Blackwood, R,. 2000. Clinical Skills, 3rd ed. Blackwell Science.
UK.
2. Gupte, S. 2003. Neonatal Emergency, Recent Advances in Pediatrics, volume
12, Jaypee Brothers, New Delhi.

PENILAIAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH ARTERI

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 44


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Nama :
NIM :
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Cek catatan medik
2 Siapkan formulir laboratorium
3 Cuci tangan
4 Siapkan alat dan bahan
5 Beri salam, panggil pasien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan dan prosedur
7 Beri kesempatan pasien bertanya
Dekatkan peralatan
8 Atur posisi pasien agar nyaman
9 Pakai sarung tangan
10 Palpasi arteri radial atau brachial dengan jari tangan.
Tentukan daerah pulsasi maksimal
11 Lakukan test Allen.*
12 Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi
pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan
melakukan hiperekstensi siku.
13 Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal
dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke
luar atau dengan usapan satu arah
14 Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi
lagi. Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dari daerah
penusukan.
15 Masukkan jarum, dengan sudut 45 derajat - 90 derajat (sesuai
dengan lokasi). langsung ke dalam arteri.
16 Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang teriihat
seperti "denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila
terlihat "denyutan" ini.
17 Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 sampai 3
ml (atau sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit.
18 Letakkan kapas alkohol di atas daerah penusukan dan tank
jarum: lakukan penekanan sesegera mungkin dengan
menggunakan kapas alkohol tersebut
19 Keluarkan udara dari spuit; lepaskan jarum dan buang.
20 Ujung jarum ditusukkan ke dalam gabus.
21 Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 45


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

saat pengambilan, ruangan) di spuit


22 Pelihara kontinuitas penekanan selama 5 menit (atau selama
10 menit bila klien menerima antikoagulan).
23 Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
24 Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan
dengan melakukan inspeksi dan palpasi.
25 Lakukan balutan tekan (pressure dressing) ,jika perdarahan
berlanjut
26 Bereskan peralatan
27 Lepas sarung tangan
28 Evaluasi
29 Cuci-tangan
30 Dokumentasi
TOTAL SKOR
Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi kurang sempurna
2 = disebut/ dilakukan dengan sempurna
* = Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, ……………….
(.......)
Nilai  Total skor x 100%
60 Penguji,
 ..........................

……………………………..

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 46


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan


menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral
dapat dilakukan dengan cara:
- Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada
dibawah lapisan dermis.
- lntradermal (ID) yaitu men-yuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah
epidermis
- lntramuscular (IM) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
- Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena
Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara
intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular
untuk pemberian obat perenteral ini.

Pemberian obat harus sesuai dengan prinsip 5 benar:


 Benar Klien : Periksa nama klien. nomer RM. ruang. nama dokter yang
meresepkan pada catatan pemberian obat, catatan pemberian obat, kartu obat
dan gelang identitas pasien
 Benar Obat : Memastikan bahwa obat generik sesuai dengan nama dagang
obat, klien tidak alergi pada kandungan obat yang didapat. Memeriksa label
obat dengan catatan pemberian obat
 Benar Dosis : Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang
pemberian dosis untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien;
periksa dosis pada label obat untuk membandingkan dengan dosis yang tercatat
pada catatan pemberian obat; lakukan penghitungan dosis secara akurat.
 Benar Waktu : periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang tertera
pada catatan pemberian obat (misalnya obat yang diberikan 2 kali sehari, maka
pada catatan pemberian obat akan tertera waktu pemberian jam 6 pagi, dan 6
sore)
 Benar Cara : memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat tersebut
dapat diberikan sesuai cara yang diinstruksikan, dan periksa cara pemberian
pada catatan pemberian obat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat:


- Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin. Digoxin lakukan
pemeriksaan ulang.
- Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum
diberikan pada klien.
- Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus
obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya
sesuai.
- Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian
letakkan pada tempat obat.

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 47


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

- Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang
pada dasar meniscus.
- Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal. seperti tanda
vital.
- Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.

Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, obat disiapkan


dan diberikan dengan menggunakan prinsip steril. Larutan obat, jarum dan spuit
yang telah terkontaminasi, akan menyebabkan terjadinya infeksi. Obat-obat yang
diberikan melalui parenteral ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat yang
diberikan melalui sistem gastrointestinal, karena obat tidak perlu melewati barier
jaringan epitel pada organ gastrointestinal sebelum akhirnya masuk ke dalam
sirkulasi darah. Obat intra muscular diabsorbsi lebih cepat daripada obat
subcutaneous atau ontradermal, karena otot memiliki jaringan pembuluh darah yang
lebih banyak daripada kulit atau jaringan subkutan. Obat intradermal merupakan
obat yang diabsorbsi paling lambat karena obat harus melalui beberapa jaringan
epitel sebelum akhirnya masuk kedalam pembuluh darah. Karena itu cara
intradermal digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk mengetahui reaksi organ
dan jaringan terhadap adanya alergi, yang biasa disebut skin test. Absorbsi melalui
subcutaneos relatif lambat tetapi efektif untuk absobsi sejumlah obat yang tidak
diabsorbsi melalui sistem gastointestinal.
Keuntungan pemberian obat melalui parenteral adalah obat dapat diabsorbsi
dengan cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat
tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan
olehnya. Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang
tidak dapat atau tidak mau menelan obat oral. Disamping keuntungan diatas,
terdapat beberapa kerugian pada pemberian obat melalui parenteral ini. Klien,
terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk. Penyuntikan akan
menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Iritasi atau reaksi
lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat melalui parenteral
juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan
tehnik steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini. Pemberian obat perenteral
ini kontraindikasi untuk klien yang mengalami masalah perdarahan atau sedang
mendapatkan terapi antikoagulan.
Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau
suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible.
Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya
bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml jarang digunakan
untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk
menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 - 1 ml dan dikalibrasi
dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit
tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml.
Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik
dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi
larutan (kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan
label) serta tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 48


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial:


 Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial
 Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya.
 Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini.
 Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas
tissue

 PROSEDUR:
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
3. Periksa label obat dengan catatan pemberian obat atau kartu obat sesuai
prinsip 5 benar
4. Lakukan perhitungan dosis sesuai yang diperlukan
5. Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan menjentikkan
leher ampul atau putarkan dengan cara merotasikan pergelangan tangan
6. Usapkan kapas alkohol di sekeliling leher ampul dengan tangan dominan,
tempatkan jari tangan non dominan di sekeliling bagian bawah ampul dengan
ibu jari melawan sudut
7 Patahkan tutup ampul dengan menjauhi diri dan orang yang ada di dekat anda
8. Tempatkan tutup ampul pada kertas atau buang di tempat khusus
9. Buka tutup jarum
10. Tekan plunger hingga habis, jangan aspirasi udara ke dalam spuit

Hal-hal yang harus diperhatikan :


- Alergen yang digunakan untuk test dapat menyebabkan reaksi sensitivitas atau

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 49


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

alergi.
- Yakinkan tersedianya obat antidot (epinephrine hydrochloride, bronchodilator
dan antihistamin) di unit sebelum dimulai
- Reaksi alergi atau sensitivitas ini dapat FATAL

Pengkajian sebelum injeksi dilakukan, difokuskan pada:


 Program pemberian obat dari dokter
 Tempat penusukan terakhir, alergi dan respon Klien pada penyuntikan
sebelumnya, yang tercatat pada catatan keperawatan klien.
 Tanda-tanda pada tempat tusukan (memar, kemerahan, kerusakan kulit, nodul
atau edema)
 Faktor yang menentukan ukuran jarum yang sesuai (umur dan ukuran tubuh
klien, tempat injeksi, viskositas dan efek sisa dan obat)

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Jika obat mual atau nyeri diberikan dalam bentuk yang berbeda (oral, parenteral
atau rektal), biarkan Klien memilih sebelum menyiapkan obat.
 Jika klien confuse, diperlukan bantuan untuk menstabilkan tempat tusukan dan
mencegah kerusakan jaringan dari jarum Tempat injeksi IM

PENILAIAN KETERAMPILAN INJEKSI

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 50


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

NAMA :
NlM :
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Cek indikasi medis
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar*
4 Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya
5 Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada
klien/keluarga
6 Beri kesempatan klien untuk bertanya
7 Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi
8 Jaga privasi klien
9 Gunakan sarung tangan
10 Pilih tempat penusukan
11 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan
mudah untuk perawat melihat tempat penusukan

Injeksi intradermal
12 Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan
tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit
dengan sudut 10-15 derajat*
13 Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan terlihat masukkan
lagi sekitar 1/8 inci
14 Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disuntikkan.Jika
terdapat darah, usap dengan lembut menggunakan kapas
alkohol lain.
15 Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. jika test
alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit
bernafas, berkeringat, pingsan, berkurangnya tekanan darah,
mual, muntah. sianosis)
16 Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15
menit dan selanjutnva secara periodik
17 Buat lingkaran 1 inci di sekeliling jendalan dan instruksikan
klien untuk tidak menggosok daerah itu

lnjeksi intramuskular
18 Bebaskan pakaian dari tempat penusukan
19 Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas
alkohol

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 51


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

20 Buka tutup jarum


21 Regangkan kulit di tempat penusukan dengan cara:
Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan di
atas tempat penusukan (hati-hati jangan sampai mengenai
daerah yang telah dibersihkan) hingga membentuk V
22 Regangkan ibu jari dan jari telunjuk dengan arah berlawanan,
memisahkan,jari sepanjang 3 inci
23 Cepat masukkan jarum dengan sudut 90° dengan tangan
yang dominan
24 Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kulit
untuk mendukung barrel spuit, jari sebaiknya ditempatkan
pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat
barel dengan jelas.
25 Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
26 Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan, berikan tekanan
pada tempat tusukan dan ulangi langkah ke C6 hingga C 14
Jika tidak ada darah. dorong plunger dengan perlahan, ajak
klien berbicara*
27 Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan
28 Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas
alkohol, lain (Jika kontra indikasi untuk obat, berikan
penekanan yang lambat saja)

injeksi subcutan
29 Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen. Jika
kedua tempat tersebut tidak memungkinkan pilih tempat
altematif lainnya (lihat gambar 3). Rotasikan tempat
penusukan.
30 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai
tempat yang dipilih
31 Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan
terapi intravena
32 Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas
alkohol
33 Buka tutup jarum
34 Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan
non dominan
35 Dengan tangan yang dominan, masukkan jarum dengan
sudut 45° dan untuk orang gemuk dengan sudut 90°
36 Lepaskan tarikan tangan non dominan
37 Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
38 Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 52


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Jika ada darah: Tarik kembali jarum dari kulit.


Biarkan tempat penusukan selama 2 menit
Observasi adanya hematoma atau memar
Jika perlu berikan plester*
Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah awal, pilih
tempat yang baru
39 Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan
40 Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain,
tekan dengan lembut. Setelah injeksi heparin jangan di tekan
41 Jika perlu. berikan plester

Intravena
42 Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika
tidak memungkinkan
43 Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di lakukan
tindakan terapi intravena
44 Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja
45 Letakkan tourniquet 5 cm di atas tempat tusukan
46 Kencangkan tourniquet
47 Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan
membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan
yang akan ditusuk.
48 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol,
lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah
melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan.
49 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm
dibawah tempat tusukan
50 Pegang Jarum dalam posisi 30 derajat sejajar vena yang
akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti
51 Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke
dalam vena
52 Lakukan aspirasi
53 Lepaskan tourniquet
54 Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan-lahan
55 Keluarkan jarum dari pembuluh vena
56 Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin
57 Cuci tangan
58 Dokumentasi
TOTAL SKORE

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 53


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Keterangan:
0= tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna
* =Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, ……………….
Total skor (.......)
Nilai  x 100%
2 x jumlah aitem Penguji,
 .......... .............................

……………………………..

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE

 TUJUAN

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 54


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan


pipa lambung/NGT.
Tujuan pemasangan pipa lambung adalah
- Dekompresi lambung
- Mengambil sekret lambung
- Pemberian obat, makanan dan minuman
- Mencuci lambunu dari zat-zat toksik atau iritan Menghentikan
perdarahan pada oesofagus, lambung atau usus

 TINJAUAN TEORI
Pipa lambung secara umum ada dua bentuk yaitu lumen tunggal dan lumen ganda.
Ukuran tube untuk dewasa berkisar 14-18 French. Macammacam pipa NGT :
 Pipa Levin, terbuat dari karet dengan lumen tunggal untuk intubasi
lambung, dimasukan melalui hidung
 Variasi dari pipa levin : nasogastrik plastik dan salem sump tube,
mempunyai lumen ganda, untuk drainase dan utnuk melindungi lambung dari
tekanan negatif yang besar
 Pipa Ewald
 Pipa Miller-Abbort, dengan lumen ganda, lumen pertama untuk
aspirasi cairan dan gas, lumen kedua dengan kantong udara di ujung
distalnya untuk memacu motilitas usus.

KOMPLIKASI AKIBAT PEMASANGAN NGT:


 Aspirasi
 Erosi nasal
 Sinusitis
 Refluks Esofagitis
 Ulkus gaster
 Aspirasi paru

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :


1. Kaji indikasi pemasangan: gangguan menelan, operasi kepala atau leher,
penurunan tingkat kesadaran, operasi saluran -cema, trauma wajah
2. Kaji cara pemasangan selang, cek kepatenan jalan nafas
3. Kaji riwayat medis klien : perdarahan, operasi nasal, deviasi septum
4. Kaji kemampuan reflek muntah
5. Kaji status kesadaran pasien

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 55


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

 ALAT DAN BAHAN


Alat yang diperlukan pada pemasangan pipa lambung adalah :
 Naso gastrik tube
 Lubrikan
 Kateter tip
 Stetoskop
 Plester
 Segelas air dan sedotan
 Sarung tangan
 Pinset
 Semprit irigasi berukuran 20ml - 50 ml

CARA KERJA :
 Cek identitas penderita dan jelaskan prosedur pelaksanaan
 Siapkan alat-alat
 Tempatkan pasien dalam posisi duduk atau fowler tinggi dengan leher
hiperekstensi jika klien koma, tempatkan dengan posisi semi fowler
 Lakukan pengukuran.
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Lubrikasi selang 10 - 20 cm
 Masukkan selang secara lembut hingga ke posterior nasotaring
 Fleksikan kepala setelah melewati. posterior nasofaring, elaksasikan pasien
 Dorong klien unruk menelan
 Jangan paksakan untuk masukkan (cfek)

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 56


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

 Lepaskan sarung tangan dan pasang plester


 Cek pemasangan dengan auskultasi lambung (pemasangan benar terdengar
suara udara) dan aspirasi isi lambung

Catatan :
 Jika penderita tersedak atau muntah di sekitar pipa, pikirkan
terjadinya pipa buntu atau lilitan pipa di orofaring atau esofagus
 Jika penderita sianotik atau sesak nafas, kemungkinan pipa
masuk ke paru-paru
 Perhatikan airway dengan penghisapan yang teratur jika sekresi
oral tetap ada
 Pertahankan agar pipa tidak buntu dengan irigasi dan reposisi
 Catat cairan yang masuk dan keluar

 DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
2004: 66-88
2. Surgical Care at the District Hospital.htm
3. ResidentNet-Wound Closure-clinical update.htm

PENILAIAN PEMASANGAN NGT

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 57


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

NAMA :…………………..
NIM : ……………….
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Panggil pasien dengan namanya
2 Jelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT pada klien
3 Membantu klien untuk posisi high fowler*
4 Bersama dengan klien menentukan kode yang akan digunakan
misalnya mengangkat telunjuk untuk mengatakan tunggu sejenak
karena rasa tidak enak
5 Menyiapkan alat disamping tempat tidur klien dan memasang
handuk pada dada klien, meletakan tissue dan bengkok pads
jangkauan klien
6 Mencuci tangan
7 Memasang sarung tangan (prinsip bersih)
8 Menganjurkan klien untuk relaks dan bernapas normal dengan
menutup sebelah hidung kemudian mengulangi dengan menutup
hidung yang Iainnya untuk menentukan insersi NGT
9 Mengukur panjang tube yang akan dimasukan dengan
mengunakan:
a. metode Tradisional: ukur jarak dari puncak lubang hidung ke
daun telinga bawah dan ke prosesus xifoideus di sternum
b. metode Hanson: mula-mula tandai 50 cm pada tube
kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Tube yang akan dimasukan pertengahan antara 50 cm dan
tanda tradisional.
10 Memberi jelly pada tube sepanjang 10-20 cm
11 Mengingatkan klien bahwa tube segera akan dimasukan dengan
posisi kepala ekstensi, masukan tube melalui lubang hidung
yang telah dtentukan
12 Menekuk kepala pasien ke dada (fleksi) setelah tube melewati
nasopharynx. Mempersilahkan klien untuk relaks sebentar dan
berikan tissue
13 Menekankan perlunya bernapas dengan mulut dan menelan
selama prosedur berlangsung
14 Menganjurkan klien untuk menelan dengan memberikan air
minum (dengan sedotan) jika perlu; mendorong tube sampai
sepanjang yang diinginkan dengan memutarnya pelan-pelan
bersamaan pada saat klien menelan
15 Tidak memaksakan tube masuk bila ada hambatan;
menghentikan mendorong tube dan segera menarik tube;
mencek posisi tube mengunakan spatel lidah (tongue blade) dan

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 58


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

senter
16 Menchek letak tube:
a. memasang spuit pada ujung NGT; memasang stetoscope
pada perut bagian kiri atas klien (daerah gaster), kemudian
suntikan 10-20 cc udara bersamaan dengan auskultasi
abdomen
b. aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
c. bila tube tidak dilambung, masukan lagi 2,5-5 cm tubenya.
17 Fiksasi tube dengan plester
a. memotong 5-7,5 cm plester; membelah menjadi 2 salah satu
ujungnya sepanjang 3,5 cm; memasang ujung yang lainya di
batang hidung klien; lingkarkanl silangkan plester pada tube
yang keluar dari hidung dan tempelkan pada batang hidung.
b. tempelkan ujung NGT pata baju klien dengan memasang
plester pada ujungnya dan penitikan pada baju.
18 Evaluasi dan cuci tangan
19 Dokumentasi
TOTAL SKORE
Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi kurang sempurna
2 = disebut/dilakukan dengan sempurna .
* = Critical point ( item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, ……………….
(.......)
Nilai  Total skor x 100%
50 Penguji,
 .......... .................... .

……………………………..

SIRKUMSISI

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 59


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis
2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi
3. Melakukan sirkumsisi dengan benar

 TINJAUAN PUSTAKA
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat,
atau dalam budaya jawa dikenal dengan istilah "sumpit" pada dasarnya adalah
pemotongan sebagian dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan
corona radiata terlihat jelas. Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh
uretra. Penis berfungsi sebagai saluran kencing dan saluran untuk menyalurkan
semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan seksual.
Penis dibagi menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans
penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis
pubis. Korpus penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran,
sedangkan glans penis adalah bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra
eksterna. Corona radiata merupakan bagian "leher" yang terletak antara korpus
penis dan glans penis.
Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot
polos dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak
struktur dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena
dan pembuluh limfe superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan
jaringan elastis yang merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus
penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan corpus spongiosum
Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium. Preputium
melekat di sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans. Kelenjar-kelenjar
preputium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan
waxy material yang dinamakan smegma. Sayangnya, smegma merupakan media
yang sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di
daerah ini, khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara
untuk mengatasi problem ini adalah dengan sirkumsisi.
Prosedur sirkumsisi di barat khususnya USA umum dilakukan segera pada
bayi baru lahir. Dari sisi agama, budaya dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi
dianggap memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatan reproduksi walaupun hal ini
masih menjadi perdebatan di kalangan ahli.
Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi. Bukti
epidemiologi yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah
disirkumsisi (dewasa dan neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi
saluran kemih, penyakit genitalia ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV
dibandingkan dengan pria yang tidak disirkumsisi.
Walaupun demikian, sirkumsisi pada neonatus tetap menjadi perdebatan.
Sirkumsisi dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan,
trauma penis, dan infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa
prosedur sirkumsisi pada neonatus memiliki efek negative yang lebih besar

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 60


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

dibandingkan bila dilakukan pada pria dewasa. American Academy of Pediatrics dan
Canadian Paediatrics Society tidak menjadikan sirkumsisi sebagai prosedur rutin
pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja melakukannya dengan dukungan dan
persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi medis individu dengan melihat
keuntungan dan kerugiannya.

 ALAT DAN BAHAN


Alat yang dibutuhkan dalam-sirkumsisi adalah :
1. Sirkumsisi set
2. Spuit 3 cc
3. Jarum jahit jaringan
4. Duk steril
5. Obat anestesi local (lidokain, prokain, bupivakain)
6. Povidon Iodine
7. Kasa steril
8. Catgut plain
9. Plester
10. Handscoen

 PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan `
2. Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilahkan pasien

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 61


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

untuk berbaring)
4. Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka,
perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia) .
S. Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan
sopan
6. Melakukan cuci tangan furbringer
7. Memakai handscoen steril
8. Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
9. Memasang duk steril dengan benar
10. Melakukan anestesi blok n.pudendus
11. Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
12. Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
13. Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma
menggunakan kasa betadin sampai corona glandis terlihat.
14. Kembalikan preputium pada posisi semula
15. Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6
16. Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17. Lakukan jahit kendali mukosa - kulit pada jam 12
18. Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan
frenulum pada klem jam 6
19. Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan
jahitan melingkar)
20. Jahit angka 8 pada frenulum
21. Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan .
22. Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
23. Balut luka dengan kasa steril
24. Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
25. Pemberian obat dan edukasi pasien

 DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta:
EGC.

PENILAIAN KETRAMPILAN SIRKUMSISI

Nama :
NIM :

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 62


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang
diperlukan
2 Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah
dijangkau
3 Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan
mempersilahkan pasien untuk berbaring)
4 Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit,
riwayat luka, perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan
epispadia dan hipospadia)
5 Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan
pasien dengan sopan Melakukan cuci tangan furbringer
6 Melakukancuci tangan furbringer
7 Memakai handscoen steril
8 Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis
secara sentrifugal
9 Memasang duk steril dengan benar
10 Melakukan anestesi blok n.pudendus
11 Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke
arah proximal
12 Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
13 Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari
smegma menggunakan kasa betadin sampai corona glandis
terlihat.
14 Kembalikan preputium pada posisi semula
15 Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6
16 Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17 Lakukan jahit kendali mukosa - kulit pada jam 12
18 Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan
menyisakan frenulum pada klem jam 6
19 Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem
arteri/vena, ligasi dengan jahitan melingkar)
20 Jahit angka 8 pada frenulum
21 Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
22 Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling
luka jahitan
23 Balut luka dengan kasa steril
24 Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 63


LAB KETRAMPILAN MEDIK /PPD-UMP

semua peralatan
25 Pemberian obat dan edukasi pasien
TOTAL
Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi kurang sempurna .
2 = disebut/ dilakukan dengan sempurna
* = Critical point (item yang harus dilakukan)
Batas lulus. 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, ……………….
(.......)
Nilai  Total skor x 100%
50 Penguji,
 ...............................

……………………………..

MODUL SKILL LAB B-JILID 1 64

Anda mungkin juga menyukai