Anda di halaman 1dari 66

LAB.

KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN ANAMNESIS

 :
 LEARNING
OUTCOME
 Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, menggunakan ketrampilan
komunikasi efektif berdasarkan paradigma komunikasi ilmiah untuk
memperoleh riwayat medis pasien secara akurat.
 Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk membantu pengelolaan pasien
serta kerja sama yang produktif dengan pasien, keluarganya, masyarakat,
sejawat dan profesi terkait.
 Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk menetapkan dan
mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan dokter pasien yang
etikal.
 Menggunakan prinsip komunikasi untuk mendapatkan memberikan dan
bertukar informasi. Mahasiswa mampu mengembangkan hubungan
interpersonal dan situasi dinamis dalam hubungan dokter-pasien

 PENDAHULUAN

Komunikasi efektif merupakan kompetensi yang hares dikuasai oleh seorang


dokter. Dokter harus menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk menetapkan dan
mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan dokter pasien yang etikal.
Juga menerapkan prinsip kerahasiaan, otonomi pasien, reaksi positif dan aspek
pengobatan dalam hubungan pasien dokter, dalam hal anamnesis, konseling,
penjelasan berbagai prosedur, negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga
dan pendidikan pasien. Hubungan dokter-pasien dan keluarga yang baik sangat
menunjang prows terapeutik. Pasien dan keluarga dengan senang hati
menyampaikan keluhan kepada dokter tanpa perasaan curiga. Dokter perlu
memahami spiritulitas, kondisi kejiwaan dan budaya yang mempengaruhi konsep
sehat, sakit keinginan untuk hidup penderita. Pasien yang berbeda memerlukan
pendekatan yang berbeda. Pemahaman tentang hubungan interpersonal
meningkatkan sensitifitas dokter dalam memandang penderitaan dari sudut pandang
penderita dan mengembangkan sikap empati.
Anamnesis atau wawancara merupakan langkah pertama dalam tata cara
kerja yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Mengumpulkan riwayat
penyakit yang lengkap merupakan langkah panting untuk mengerti dan memahami
penderita yang sedang dihadapi. Mengambil riwayat merupakan bagian yang dapat
dimengerti serta difahami oleh setiap penderita. Langkah tersebut perlu ditempuh
untuk menegakkan diagnosis, tetapi mempunyai arti yang berbeda-beda dalam
proses diagnostik.
Pasien datang ke dokter untuk meminta bantuan dalam mengatasi masalah

Modal Skill Lab A JILID 1 1


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

yang dapat disebabkan oleh Disease (penyakitnya), Discomfort (rasa tidak nyaman),
Disability (ketidakmampuan), Dissatisfaction (ketidak puasan) dam Death
(kematian). Mahasiswa harus belajar ketrampilan untuk mendapatkan riwayat medis
dari pasien sebelum menjadi dokter.
Riwayat medis pasien terdiri dari
 Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur,
kelamin; ras, pekerjaan dan khusus untuk wanita mengenai riwayat kehamilan.
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang.
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat sosial dan pekerjaan.
 Riwayat alergi
 Penelusuran sistem sesuai dengan penyakit pasien. Dalam hal ini
dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

 PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF DAN ANAMNESIS


Komunikasi yang tidak efektif sering menurunkan ketepatan diagnosis dokter.
Penelitian menunjukkan bahwa dokter menyediakan waktu bagi pasien hanya 18
menit untuk memperoleh riwayat penderita. Biasanya hanya 2% pasien yang
memperoleh kesempatan menyelesaikan riwayatnya. Kemampuan untuk
mencurahkan perhatian penuh kepada setiap pasien akan sangat mempengaruhi
keberhasilan seorang dokter. Perhatian terhadap kepribadian pasien akan
mencegah dokter melukai perasaannya. Pasien berharap agar seorang dokter
bersikap tidak berlebihan dan peka terhadap hal-hal yang menakutkan dan
mengganggunya. Komunikasi efektif sangat diperlukan pada saat wawancara
dengan pasien. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum memulai interaksi
dengan pasien. Persiapan ini merupakan aspek penting untuk dapat memperoleh
informasi tentang kondisi pasien yang sesungguhnya.
Persiapan untuk melakukan wawancara adalah
1 . Tunjukkan perhatian anda, merupakan kunci untuk menjalin hubungan
2. Pelajari teknik-teknik melakukan wawancara
3. Pelajarilah rekaman medis dan persiapkan peralatan .
4. Selalu, perkenalkan diri anda pada pasien
5. Dengarkanlah pasien anda
6. Mulailah pertemuan dengan cara yang tenang dan tidak tergesa-gesa, dengan
senyum dan sikap berdiri yang seimbang
7. Adakan kontak mata segera

Modal Skill Lab A JILID 1 2


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

8. Perkenalkan diri anda dengan memberikan jabatan tangan yang erat


9. Jelaskan peran anda dalam tim yang merawat kesehatan pasien
10. Jelaskan tujuan anda dan uraikan tanggung jawab pasien dalam mencapai
tujuan anda

Memperoleh riwayat pasien yang akurat adalah langkah kritis pertama dalam
menentukan etiologi masalah pasien. Nilai kualitas riwayat pasien tentunya akan
bergantung pads kemampuan dalam mengkaji informasi yang relevan. Alasan
pasien datang kepada dokter adalah merupakan keluhan utama (chief complaint).
Meningkatkan hubungan dengan pasien
1. Duduklah di leer kawasan pribadi pasien
2. Pastikan pencahayaan, tempat menulis den tempat duduk soda memadai
3. Mintalah ijin kalau diperlukan untuk mengubah ruangan
4. Kalau mungkin duduklah sedemikian rupa sehingga ketinggian mata sama
atau dibawah ketinggian mata pasien
5. Pasien sedapat mungkin dalam posisi duduk tegak

Hal yang harus diperhatikan saat wawancara :


1. Perhatikanlah petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal
2. Semua komunikasi harus dijaga kerahasiaannya
3. Jangan memberikan pertimbangan moral
4. Bersikaplah jujur dan bertindak dengan semestinya
5. Hargailah sikap pasien terhadap penyakitnya

Cara mengendalikan wawancara :


1. Hindarilah percakapan yang kurang penting dan menyimpang
2. Kendalikan pertanyaan dan jawaban
3. Mulailah dengan pertanyaan yang tidak terbatas dan singkat
4. Batasilah jumlah pertanyaan langsung
5. Pakailah lebih banyak pertanyaan tidak langsung
6. Perlihatkanlah respon yang tegas
7. Pakailah pernyataan-pernyataan peralihan untuk mengendalikan pasien yang
berbicara bertele-tele
8. Mintalah izin untuk menyelidiki persoalan yang sensitif
9. Berikanlah respon singkat kalau pasien mengungkapkan emosinya
10. Hindarilah memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi

Modal Skill Lab A JILID 1 3


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Memulai wawancara
Selalu perkenalkan diri anda pada pasien. Kemudian coba membuat
lingkungan tetap privacy dan bebas dari berbagai distraksi. Ini mungkin sulit,
tergantung dimana interview dilakukan. Lakukan yang terbaik yang dapat kamu
lakukan dan bebas untuk melakukan kreasi. Jika mungkin, persilahkan pasien untuk
duduk, ketika interview dilakukan.
Idealnya, dengarkan pasien ketika menggambarkan masalah dengan kata-
katanya sendiri. Pertanyaan terbuka (open ended questions) merupakan cara yang
terbaik untuk memperoleh informasi yang lengkap. Tidak ada cara yang terbaik
untuk menanysi pasien. Kesuksesan dalam interview memerlukan pencegahan
dalam penggunaan istilah medis dan gunakan gambaran bahasa yang familier. Ada
beberapa bahasa yang dapat digunakan pada beberapa keluhan, yaitu :
1. Durasi/Iama terjadi
2. Karakter/derajat keparahan
3. Lokasi/penyebaran
4. Apakah sudah mencoba mengobati?
5. Apakah ada gejala penyerta lain?
6. Apa yang anda kira tentang masalah ini?
7. Apakah masalah tambah baik, tetap atau bertambah buruk?

 ANAMNESIS
Anamnesis berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang telah terjadi dan
nesa artinya ingatan. Dibedakan 2 anamnesis yaitu :
1. Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi,
penduduk lain. Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut :
 Appendix  Bladder  Left ureter
 Lower end of  Uterus (in  Left
ileum pregnancy) spermatic cord
 Right ureter  Left ovary
 Right
spermatic cord

Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang


terlindung oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari
hepar, ventrikuli, dan seluruh bagian dari lien yang normal. Organ-organ pada
daerah terlindung tersebut tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi

Modal Skill Lab A JILID 1 4


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

dapat diperkirakan adanya organ-organ tersebut. Sebagian besar dari kandung


empedu normal terletak disebelah dalam dari hepar, sehingga hampir tidak dapat
dibedakan. Duodenum dan pancreas terletak di bagian dalam kuadran atas
abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba. Ginjal adalah organ yang
terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut costovertebral (sudut
yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan processus transverses
vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya nyeri ginjal.


 ALAT DAN BAHAN
 PROSEDUR TINDAKAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
1. Penerangan ruang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.

Untuk memudahkan relaksasi :


1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada
dada. Tangan yang diletakkan di alas kepala akan membuat dinding abdomen
teregang dan mengeras, sehingga menyulitkan palpasi

Perkembangan gejala-gejala berkaitan erat dengan lamanya penyakit. Apakah


gangguan berkembang cepat atau lambat? Apakah gejala bertambah baik pada
waktu-waktu tertentu, sedangkan waktu lain malah bertambah buruk? Perhatikan
sifat rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman yang dikeluhkan oleh pasien. Apakah
rasa nyeri bersifat tajam atau tumpul? Apakah yang dikeluhkan benar-benar rasa
nyeri atau perasaan tidak nyaman belaka. Tetapkan dengan pasti pengaruh
kegiatan-kegiatan normal terhadap gejala. Apakah pengaruh sikap tubuh terhadap
gejala tersebut? Tidur, makan dan istirahat apakah mempengaruhi rasa sakit/
ketidaknyamanan tersebut?

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


RPS adalah rincian gambaran dari keluhan utama pasien dengan sasaran
untuk mendapatkan hubungan dan gambaran umum bagaimana keluhan utama
pasien terjadi. Yang paling penting adalah fungsinya sebagai sumber informasi yang
hakiki untuk membuat diagnosis.

Modal Skill Lab A JILID 1 5


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Bila, mengapa dan bagaimana penderita sampai menjadi sakit? Rinci


kronologis yang disusun secara ringkas, semua keterangan yang berhasil
dikumpulkan yang mempunyai kaitan dengan permulaan timbulnya penyakit,
maupun perjalanan penyakit. Bila mungkin, pancing serta korek pengertian serta
pemahaman yang dimiliki oleh penderita tentang penyakit yang tengah dialaminya
tersebut serta harapan-harapan yang terkandung dalam dirinya mengenai kunjungan
ini. Untuk membuat RPS ada 7 dimensi dari gejala klinik yang harus ditanyakan
dalam anamnesa, yaitu :
1. Lokasi : Dimana lokasi masalah tersebut? Apakah ada penjalaran? Contoh :
Tolong tunjukkan dengan satu jari dimana lokasi nyeri yang tepat?
2 Kualitas : Seperti apa keluhan tersebut dan bagamana rasanya ? Apakah tajam
atau tumpul, hilang timbul atau menetap?
3. Kuantitas/beratnya : Seberapa berat penyakitnya?. Misalnya beratnya nyeri
dengan skala 1 sampai 10 dimana skala 1 tidak nyeri sedangkan 10 sangat
nyeri.
4. Kronologis/waktu : Kapan gejala atau masalah mulai?. Bagaimana
kejadiannya? Misalnya pada nyeri dada perlu ditanyakan pertama kali terjadi
atau sebelumnya pernah terjadi. Pada diare ditanyakan berapa kali mencretnya.
5. Kejadian yang memperberat keluhan : Misalnya pada ulkus ventrikuli
diperberat dengan makan pedas, nyeri dada bertambah pada saat bekerja dan
sebagainya
6. Kejadian yang memiperingan keluhan : Misalnya pada gastritis nyeri uluhati
berkurang dengan makan dan sebagainya
7. Gejala klinik yang menyertai : Misalnya kolik ureter disertai dengan kesulitan
defekasi

Teknik untuk mendapatkan Riwayat Penyakit Sekarang


1. Tipe pertanyaan :
 Open ended, umumnya dipergunakan pada saat mulai wawancara sampai
selesai.
 Direct artinya langsung menuju apa yang ditanyakan. Misalnya "kapan nyeri itu
dimulai", " Betapa kali beraknya?
 Design, merancang informasi spesifik tentang sesuatu yang khusus.
 Multiple. hindari pertanyaan yang banyak namun tidak berhubungan. Misalnya
"apakah ada perubahan dalam kencing atau berak. darah dalam tinja atau
nyeri perut?". Karena kita bisa lupa tentang apa yang ditanyakan
 Laundry List, hindari pertanyaan seperti pada multipel sehingga pasien sulit
untuk menjelaskan gejala yang dialami. Misalnya "apakah nyeri tajam atau
tumpul". Seharusnya ditanyakan seperti" seperti apa nyeri yang diderita ?"

Modal Skill Lab A JILID 1 6


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

2. Cara komunikasi :
 Yakinkan pasien nyaman
 Yakinkan pasien siap untuk mendengar
 Perkenalkan diri anda
 Hormati pasien dengan menyebut nama yang Iengkap.
 Fasilitasi bila cerita pasien terhenti.
 Perlihatkan rasa empati.
 Bangkitkan rasa kasihan terhadap penderitaan pasien.
 Timbulkan suasana keheningan
 Klarifikasikan cerita pasien bila kuratg jelas.
 Ulangi lagi cerita yang didengar untuk menyakinkan.
 Pergunakan ringkasan.
 Pergunal:an penyataan peralihan
 Pergunakan penyataan atau pertanyaan dari kesimpulan seperti "ada lagi
yang bapak mau kemukakan?. " ada hal-hal yang penting yang bapak mau
kemukakan?"

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


RPD adalah catatan tentang penyakit dan pengobatan yang dialami pasien
pada masa lalu, merupakan informasi yang dapat menambah keterangan penyakit
sekarang dan atau yang berpengaruh terhadap pengelolaan pasien.
Elemen inti dari RPD adalah :
1. Kelahiran dan perkembangan dini. Buatlah ikhtisar mengenai apa yang
diketahui penderita tentang kelahiran, makanan, pertumbuhan, tingkah laku dan
lingkungannya, dengan menekankan hubungan antar pribadi serta peristiwa-
peristiwa penting pada masa kanak-kanaknya.
2. Penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya (masa kanak-kanak dan lain-lain).
Catatlah penyakit-penyakit menular serta gejala-gejala sisa yang dialaminya,
Imunisasi, reaksi-reaksi alergi dan hipersenstiivitas dan reaksi-reaksi yang
ditimbulkan oleh obat-obatan.
3. Pembedahan, cedera, kecelakaan dan masuk rumah sakit. Berikan tanggal-
tanggal peristiwa terjadinya dengan keadaan yang menyertai; pancing serta
koreklah ulasan-ulasan penderita mengenai anestesia, reaksi-reaksi obat dan
hasil dari pengobatan yang diberikan kepadanya.
4. Obat-obatan, pengobatan dan kebiasaan. Tanyakan kepada penderita
mengenai penggunaan teh, kopi, alkohol, tembakau, obat-obat pencahar atau
pengobatan lain yang dipergunakan secara teratur.

Modal Skill Lab A JILID 1 7


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

5. Kesehatan/keadaan umum. Catatlah penilaian penderita anda tentang


kesehatannya sebagai baik, sedang ataupun buruk.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


RPK adalah riwayat penyakit yang diderita keluarga sebagai informasi apakah
merupakan penyakit yang ditularkan atau penyakit keturunan.
Elemen inti RPK adalah :
1. Latar belakang keluarga. Usia kedua orangtuanya, keadaan kesehatan mereka,
penyakit-penyakit fisik dan emosional yang pernah mereka derita di masa lalu,
kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan umur penderita pada saat
peristiwa itu tetjadi. Cakup juga pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kakek
serta neneknya dan anggota keluarga lainnya.
2. Saudara kandung. Jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibunya; jumlah
saudara laki-laki dan saudara perempuannya, keadaan kesehatan mereka
semua, penyakit-penyakit yang pernah mereka derita.
3. Riwayat perkawinan. Suatu pernyataan tentang istri/suami serta anak-anak
penderita, termasuk umur mereka masing-masing, keadaan kesehatan mereka,
penyakit-penyakit ataupun persoalan-persoalan yang pernah dialami serta
hubungan emosional yang terdapat antara mereka.
4. Riwayat keturunan. insiden penyakit penyakit tulang dan sendi, alergi, kanker,
diabetes melitus, gangguan perdarahan, hipertensi, epilepsi, penyakit ginjal,
migren, gangguan saraf dan jiwa, demam rematik, tukak lambung dan lain-lain
pola penyakit yang dominan yang terdapat di lingkungan keluarga penderita.

Riwayat obstetric dan aktivitas sexual. Apakah dia pernah melahirkan/ hamil?
Jika ya, berapa kali, bagaimana hasil kehamilannya? Aktivitas sexual merupakan
masalah yang tidak nyaman untuk ditanyakan, tetapi ini dapat memberikan informasi
penting tentang penganiayaan, kemampuan untuk mendapatkan keturunan dan lain-
lain.

Riwayat Sosial dan Lingkungan


1. Pendidikan, dinas kemiliteran dan kegiatan keagamaan. Uraikan bila ada
hubungannya.
2. Riwayat pekerjaan. Uraikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan penderita, baik di
dalam, maupun di luar rumah, termasuk contoh kegiatan sehari-hari yang khas.
3. Pengaturan kehidupan. Uraikan aspek-aspek fisik dan sosial rumah penderita.
4. Masalah-masalah yang mempunyai hubungan dengan penyakit yang diderita
sekarang ini. Perhatikan serta pertimbangkan masalah-masalah keuangan,
perubahan-perubahan dalam pekerjaan serta di rumah, penyaluran seksual
yang dilakukannya serta penggunaan alkohol, obat-obatan dan tembakau.
Lakukan penilaian terutama mengenai reaksi emosional penderita terhadap

Modal Skill Lab A JILID 1 8


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

penyakit yang sekarang ini.

Tinjauan Sistem. Bagaimanakah cara anda melakukan tinjauan berbagai sistem?


Bilakah hal itu anda lakukan? Lakukan hal itu ketika anda sedang memeriksa
penderita. Pada waktu anda tengah memeriksa kepalanya, tanyakan apakah ia
menderita sakit kepala. Ketika anda sedang melihat matanya, tanyakan apakah
penderita mengalami kesukaran dengan penglihatannya, konjungtivitis dan
gangguan-gangguan lainnya. Anda melihat tubuh penderita di hadapan anda.
Catatlah semua tanda, gejala dan nilai-nilai yang berhubungan. Gunakan tinjauan
sistem-sistem ini untuk memperoleh keterangan yang mungkin terabaikan
sebelumnya.
1. Umum. Keletihan, penurunan berat badan, demam, dingin, menggigil,
berkeringat, berat badan waktu berusia 18 tahun, berat badan maksimal waktu
dewasa.
2. Kulit. Ruam, gatal-gatal, tahi lalat, borok, kanker, rambut, pigmentasi.
3. Kepala dan leher. Sakit kepala, trauma, perasaan nyeri, kekaku,
pembengkakan.
 Mata: kaca mata yang dipakai, perasaan nyeri, diplopia. skotoma, gatal-gatal,
kekeringan, infeksi, kemerahan.
 Telinga: Penurunan atau hilangnya pendengaran, infeksi, perasaan nyeri,
tinitus, vertigo.
 Hidung: Kekeringan, perdarahan. perasaan nyeri, kotoran yang
 dikeluarkan, penyumbatan, penciuman, bersin-bersin.
 Mulut: Luka-luka; perasaan nyeri, infeksi; ulkus. suara serak, kekeringan,
keadaan gusi, lidah, gigi dan gigi palsu; menelan.
4. Buah dada. Pengeluarannya, bongkol yang terdapat, perasaan nyeri,
perdarahan, infeksi.
5. Penafasan. Batuk, perasaan nyeri, sputum, asma, dispnea, hemoptisis,
sianosis, kontai? akibat pekerjaan, tuberkulosis, pneumonia, pleuritis.
6. Jantung. Angina, dispnea, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea, udema,
palpitasi, bising, kegagalan, infark, hipertensi, penyakit-penyakit jantung yang
diketahui, demam rematik, keterbatasan gerak badan.
7. Pembuluh darah. Klaudikasio, flebitis, ulkus, keadaan vena dan arteri.
8. Saluran cema. Nafsu makan, menelan, anoreksia, mual, muntah, serdawa,
darah, melena, perasaan nyeri abdomen, diare, konstipasi, perubahan
kebiasaan buang air besar, hemoroid, hernia, pemakaian obat-obat pencahar
atau antasida, ikterus, gangguan hati, hepatitis.
9. Ginjal dan saluran kemih. Disuria, hematuria, inkontinensia, nokturia, berapa kali
berkemih, batu, nefritis, infeksi.
10. Ginekologik. Sediaan hapus pap (tanggal pembuatan dan hasilnya), menarche

Modal Skill Lab A JILID 1 9


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

(usia berapa), siklus, menopause (usia), menoragia, metroragia, bercak-bercak,


pengeluaran, gatal, disparenia, penggunaan kontrasepsi, penyakit kelamin,
tumor, jumlah kehamilan yang telah dialami, kelahiran hidup, abortus.
11. Genitalia pria. Perasaan nyeri, pembengkakan, pengeluaran, penyakit kelamin,
kemampuan seksual, tumor, ulkus. .`
12. Muskuloskeletal. Perasaan nyeri, kepekaan yang berlebihan, kekejangan,
kelemahan, trauma, terkilir, patah tulang, nyeri pada persendian,
pembengkakan, kekakuan, nyeri punggung.
13. Hematologik. Anemia, perdarahan, kelebaman, keganasan, transfusi-transfusi
yang pernah diterima.
14. Endokrin dan metabolisme. Perubahan berat badan, diabetes, toleransi terhadap
suhu, polidipsia, perubahan pada rambut.
15. Susunan saraf. Sinkop, kejang, pusing, stroke, termor, gangguan koordinasi,
gangguan sensoris, perasaan nyeri, gangguan motoris, daya ingat.
16. Emosi. Kccemasan, tidur, depresi, keinginan bunuh diri, gambaran mengenai diri
sendiri, kepuasan dalarn kehidupan.


 ALAT DAN BAHAN
Alat tulis dan kertas

 DAFTAR PUSTAKA :
1. Anonim, 2002. History of Present Illness, The School of Medicine, The
University of California, San Diego.
2. Bumside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
3. Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
4. Goldberg, 2001. Practical guide to clinical medicine. University of California, San
Diego.
5. Fletcher SW 2000. Clinical decision making: approach to the patient, In:
Goldman: Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders
Company, 78-9.
6. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination.7th ed. New York.
MacGraw-Hill. l-36.
7. Anonym, Twelve strategies for effective communication and collaboration in
medical teams, BMJ Career Focus.htm
8. Mock, KD. 2001. Effective clinician-patient communication, Published February
2001

Modal Skill Lab A JILID 1 10


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

9. Lewis, B. 2002. From cradle t o Rocker: Providing Care Across the Human Life
Cycle. Dalam: Sloane P D, Slatt Lisa M, Ebell M H, Jacques LB. Essential of
Family Medicine. Ed 4, Philadelphia, Lippincott William & Willdns, p3-18

PENILAIAN KETRAMPILAN ANAMNESIS


Nama :
NIM :
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Persiapan diri, ruangan dan alat yang diperlukan
2 Memberikan salam dan tersenyum pada pasien
3 Memperkenalkan diri
4 Menanyakan nama panggilan kesukaan
5 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
6 Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
7 Keluhan utama
8 Riwayat penyakit sekarang
9 Riwayat penyakit dahulu
10 Riwayat penyakit keluarga
11 Riwayat social dan lingkungan
12 Riwayat obstetric dan sexual
13 Meminta persetujuan jika ingin memeriksa lebih detail
14 Pertanyaan berkaitan secara runtut
15 Melakukan wawancara sesuai rencana
16 Berhadapan, mempertahankan kontak mata
17 Membungkuk ke arah pasien dan mempertahankan sikap terbuka
TOTAL SKOR
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
* = Critical point ( item yang harus dilakukan)
Batas lulus 75%, dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

Palembang, …………..
Nilai = ( Jumlah/42 ) x 100 = ………
Penguji,

Modal Skill Lab A JILID 1


……………………….. 11
LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa.
2. Mengenali gejala dan tanda gangguan jiwa
3. Melakukan anamnesis psikiatri (alloa dan auto) dengan baik dan benar
4. Mendiagnosis gangguan jiwa

 TUJUAN PEMBELAJARAN
Gangguan jiwa merupakan gangguan fungsi luhur otak oleh karena faktor
organik atau anorganik dengan gejala klinik nyata dan menimbulkan distress serta
ketidakmampuan dalam fungsi sosial. Gangguan jiwa ditegakkan bilamana terdapat
gejala klinis yang nyata berupa sindroma perilaku dan psikologi (terdapat gangguan
fungsi kognitif, afektif dan psikomotor), ditemukan kondisi penderitaan atau distress
berupa rasa nyeri, tak nyaman, disfungsi organ, dan lainnya serta timbulnya
disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, pekerjaan,
social, dan lainnya). Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang
lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
Anamnesis, merupakan pemeriksaan yang terpenting dalam mendiagnosis
gangguan jiwa. Ada dua jenis anamnesis yaitu :
1. Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan pada keluarga, saudara
atau teman dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tentang :
 Gejala gangguan jiwa saat ini
 Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
 Riwayat perkembangan
 Riwayat penyakit dalam keluarga (nuclear dan extended)
 Silsilah keluarga
 Riwayat pribadi penderita

Modal Skill Lab A JILID 1 12


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

 Stressor psikososial
2. Autoanamnesis, menggali informasi, tanda dan gejala langsung kepada
penderita
 Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang
buruk
 Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
 Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita
non psikotik.

Pemeriksaan, terdiri dari fisik diagnostic, status mentalis, laboratorium, radiologik,


evaluasi psikologik, dan lainnya.
Diagnosis, pada pemeriksaan psikiatri diagnosis dibagi kedalam lima aksis sebagai
berikut :
1. Aksis I : a. Gangguan klinis
b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
2. Aksis II : a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
3. Aksis III : Kondisi medik umum
4. Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
5. Aksis V : Penilaian fungsi, secara global (GAF)

Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapat diberikan berupa farmakoterapi,


psikoterapi, terapi social, terapi okupasional, dan lainnya. Berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan
jiwa dibagi tnenjadi :
1. Gangguan mental organic
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
4. Gangguan mood/afektif
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan factor
fisik
8. Retardasi mental
9. Gangguan perkembangan psikologis
10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja

Modal Skill Lab A JILID 1 13


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Tidak diperlukan alat dan bahan

 PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

1. Mempersiapkan lembar catatan medik


2. Melakukan alloanamnesis
 Identitas penderita
 Identitas sumber informasi (keluarga, saudara, teman dekat, dll)
 Sebab dibawa ke dokter
a. Gejala yang ditunjukkan
b. Lama sakit
c. Riwayat penyakit jiwa sebelumnya
d. Factor predisposisi (yang memicu timbulnya gangguan jiwa)
e. Kepribadian sebelum sakit
 Riwayat penyakit dalam keluarga
 Silsilah keluarga
 Riwayat pribadi
a. Riwayat hamil dan kelahiran
b. Latar belakang perkembangan mental
c. Perkembangan awal
d. Riwayat pendidikan
e. Riwayat pekerjaan
f. Perkembangan seksual
g. Sikap dan kegiatan moral spriritual
h. Riwayat perkawinan
i. Kehidupan emosional
j. Hubungan social
k. Kebiasaan
l. lainnya
3. Melakukan autoanamnesis (mengenai istilah psikiatri dan pengertiannya, silahkan
merujuk pada modul simtomatologi)

Modal Skill Lab A JILID 1 14


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

 Kesan Umum
 Kesadaran
a. Kualitatif
b. Kuantitatif
 Orientasi
a. Waktu
b. Tempat
c. Orang
d. Situasi
 Sikap dan tingkah laku
 Proses fakir
a. Bentuk fikir
b. Isi fikir
c: Progresi fakir
 Roman muka
 Afek
 Perhubungan jiwa
 Perhatian
 Gangguan persepsi
 Gangguan memori
 Gangguan intelegensia
 Insight
4. Merencanakan pemeriksaan medis dan atau non medis lainnya bila diperlukan
5. Melakukan diagnosis multiaksial

 DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R.1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas
dari PPDGJ - III. Jakarta
2. Kaplan dan Sadock, 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh. Binarupa
Aksara. Jakarta

Modal Skill Lab A JILID 1 15


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

PENILAIAN KETRAMPILAN ANAMNESIS JIWA

Nama :
NIM :
Skore
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam,
mempersilahkan duduk, mempersiapkan medical record
2 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti,
memahami dan menggunakan bahasa non verbal
3 Menanyakan identitas: nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan dan status keluarga sesuai dengan masalah
4 Menanyakan maksud kedatangan atau keluhan utama
5 Menanyakan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga atau keluhan-keluhan
sistemik sesuai masalah
6 Menanyakan riwayat pribadi yang relevan dengan masalah
atau keluhan utama Misal: tempat lahir, latar belakang
perkembangan mental,perkembangan awal, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, perkembangan seksual sikap
dalam kegiatan moral spiritual, riwayat perkawinan,
kehidupan emosional, hubuugan social, kebiasaan.
7 Menanyakan masalah lain yang relevan, misalnya: berkaitan
dengan kebiasaan hidup/stressor
8 Alloanamnesis untuk mendapatkan gejala penderita
9 Mengajukan pertanyaan terbuka, cross check terhadap gejala
dari keluarga kepada pasien (autoanamnesis).
10 Memberikan alternative penyelesaian masalah.
11 Meringkas hasil Mengemukakan kembali hal yang sudah
dikatakan pasien secara ringkas.
12 Mendiskusikan hasil dengan pasien atau menanyakan
altematif masalah yang dipilih
13 Mengemukakan rencana selanjutnya dan menutup
pembicaraan
14 Melakukan diagnosis menurut aksis yang sesuai

Modal Skill Lab A JILID 1 16


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

TOTAL

Keterangan : Palembang, …………..


0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi tidak sempurna Penguji,
2 : dilakukan dengan sempurna
* : critical point
Nilai batas lulus : 70 %
critical point tidak dilakukan, nilai = 0
Nilai : jumlah/28 X 100% = ………………………..
Prosentase nilai : OSCA 40 %
Penulisan Status 10%

Modal Skill Lab A JILID 1 17


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

PEMERIKSAAN TANDA VITAL

 TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum pemeriksaan tanda vital, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan hal-hal yang tercakup dalam tanda vital.
2. Menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan tanda vital.
3. Melakukan prosedur pemeriksaan tanda vital dengan baik dan benar.
4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan tanda vital.
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tanda vital.

 TINJAUAN PUSTAKA
Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah,
denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting
untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.
a. Tekanan Darah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding
arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :
- Lingkungan : suasana bising, kurangnya privasi, suhu ruangan
terlalu panas
- Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff
(manset)
- Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok,opi,
obesitas, olah raga
- Tehnik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan
membaca sfigmomanometer.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan
maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu
tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan

Modal Skill Lab A JILID 1 18


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat syok).


Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara
vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase
yaitu:
1. Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu
bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik.
2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi
dari fase I.
3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari
fase I.
4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.
5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali, disebut sebagai tekanan diastolik.

Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National


Committee VII adalah sebagai berikut :
Klasifikasi tekanan darah pada usia
a. Bradikardia : denyut jantung lambat (<60x/menit), didapatkan pada atlet yang
sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan tonus vagus,
hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat.
b. Takikardia : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi pada pasien
dengan demam, feokromositoma, congestif heart failure, syok hipovolemik,
aritmia kordis, pecandu kopi dan perokok.
c. Normal : 60 - 100x/menit pada dewasa.
2. Irama
a. Reguler
b. Regularly irregular : dijumpai pola dalam iregularitasnya.
c. Irregularly irregular : tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya, terdapat pada
fibrilasi atrium.
3. Volume nadi
a. Volume nadi kecil : tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah yang
dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardial, stenosis katup mitral,
payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik).
b. Volume nadi yang berkurang secara lokal : peningkatan tahanan setempat.
c. Volume nadi besar : volume darah yang dipompakan terlalu banyak, tahanan
terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil, hipertiroidisme).

c. Pernafasan :
Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi

Modal Skill Lab A JILID 1 19


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan
stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh.
Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai
44x/menit pada bayi.
Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk
menilai adanya kelainan:
1. Kecepatan :
a. Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal.
b. Bradipnea : pernafasan lambat.
c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal.
2. Irama :
a. Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea.
c. Pernafasan Biot's (ataksia) : periode apnea yang tiba-tiba diselingi periode
pernafasan konstan dan dalam.
3. Usaha bernafas :
Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis.
Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang
paru.

d. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang
menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan
hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu
tubuh lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis
kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga.
Suhu normal berkisar antara 36,5°C - 37,5°C. Lokasi pengukuran suhu adalah
oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektai tingkat
kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15
menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan
pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum
minuman dingin.

ALAT DAN BAHAN


1. Alat dan bahan untuk pemeriksaan tekanan darah :

Modal Skill Lab A JILID 1 20


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

a. Stetoskop
b. Spigmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan dan
terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet
berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang
pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan
pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat. Ada 2
ukuran yaitu dewasa dan anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer
gravitasi air raksa terdiri atas satu tabung kaca yang dihubungkan dengan
reservoir yang berisi air raksa dan manometer aneroid yang memiliki embusan
logam dan menerima tekanan dan manset.
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi :
Jam tangan atau stopwatch
3. Mat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan :
a. Jam tangan atau stopwatch
b. Stetoskop
4. Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu :
a. Termometer
b. Tissue
c. Air bersih
d. Air sabun
e. Vaselin

PROSEDUR TINDAKAN / PELAKSANAAN :


1. Pemeriksaan tekanan darah :
a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.
b. Memberitahu posisi pasien.
c. Posisi lengan setinggi jantung.
d. Menyingsingkan lengan baju ke atas.
e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien.
f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.
g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.
h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) yaitu
menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon
manset, membuka kunci reservoir.
i. Meraba arteri brachialis.
j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan.

Modal Skill Lab A JILID 1 21


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya.


l. Kempiskan perlahan
m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.
n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang.
o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.
p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan pemeriksaan dalam
keadaan berdiri dan tiduran terlentang.
q. Melepas manset.
r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi :


a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.
b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi.
c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60
detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser kanan dan kiri sampai
ketemu.
d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan
denyut nadi lainnya.

3. Pemeriksaan pernafasan :
a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan.
b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan
menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).
c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi
serta kesimetrisan gerakan.
d. Menentukan irama pernafasan
e. Menetukan pernafasan dalam cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal.
g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah
selesai.

4. Pemeriksaan Suhu : .
a. Pengukuran di aksila :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan

Modal Skill Lab A JILID 1 22


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar


- Menurunkan air raksabila perlu
- Mengatur posisi pasien
- Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat Menunggu sekitar 5
menit
- Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang
bersih
- Merapikan kembali baju pasien
- Membaca hasil pengukuran dengan segera
- Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih
- Keringkan termometer
- Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula
- Mencuci tangan
b. Pengukuran oral :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan
- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
- Menurunkan air raksa bila perlu
- Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit
- Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung ternpat raksa
(mercury chamber) masuk dibawah lidah.
- Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit
- Menunggu selama 5 menit
- Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut
- Mengelap termometer
- Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkannya
- Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula.
- Mencuci tangan
c. Pengukuran di rektal :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan
- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu

Modal Skill Lab A JILID 1 23


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

- Mengatur posisi pasien


- Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan
- Membuka bagian rektal pasien
- Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa
- Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum
- Memasang termometer selama 5 menit
- Mengambil termometer dari anus
- Mengelap termometer secara perlahan
- Membersihkan rektum dengan kertas tissue
- Menolong pasien kembali ke posisi semula
- Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih,
dan mengeringkannya
- Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula
- Mencuci tangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1990.
Hal. 67-85.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills lab
pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran
2002/2003. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada; Hal. 11-21
4. Snell S.R. 1991. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran bagian 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80.
5. Soeparman, W. Sarwono. 1990. Ilmu penyakit dalam. EGC. Jakarta: Hal. 210-2.

Modal Skill Lab A JILID 1 24


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Tanda Vital


Nama :
NIM :
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Memberi salam pada pasien dan. memanggil pasien dengan
nama yang disukai
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Menanyakan keluhan utama saat ini
Tekanan darah
6 Memberitatw posisi pasien dan lengan pasien setinggi
jantung
7 Menyingsingkan lengan baju ke atas *
8 Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter
lengan pasien*
9 Memasang manset kira-kira l inci (2,5 cm) dari siku
10 Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien
sebelumnya
11 Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air
raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci
reservoir *
12 Meraba arteri brachialis dan meletakkan diafragma
stetoskop di atas tempat denyut nadi arteri brachialis tanpa
menekan
13 Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil
pemeriksaan sebelumnya.
14 Kempiskan manset perlahan
15 Mencatat bunyi korotkoff I dan V*
16 Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir

Modal Skill Lab A JILID 1 25


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

menghilang.
17 Melepas manset *
18 Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin
Suhu tubuh
19 Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat
20 Menunggu sekitar 5 menit
21 Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar
dari bagian yang bersih .
22 Merapikan kembali baju pasien
23 Membaca hasil pengukuran dengan segera
24 Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas
dengan bersih
25 Keringkan termometer
26 Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat
semula
Denyut Nadi
27 Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba
denyut nadi *
28 Menekan arteri radialis dengan kuat,dengan jari-jari selama
kurang lebih 60 detikjika tidak teraba denyutan jari jari
digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.
29 Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada
tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.
Pernafasan
30 Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan
inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus
ditutup dahulu).
31 Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi
inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.
32 Menentukan irama pernafasan
33 Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan
teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
34 Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.
35 Mencuci tangan
36 Dokumentasi
Total Nilai
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali Palembang, …………..
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna Penguji,

Modal Skill Lab A JILID 1 26

………………………..
LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

* : critical point
Nilai batas lulus : 75%
critical point tidak dilakukan, nilai = 0

PEMERIKSAAN PARU

 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menjalani praktikum fisik diagnostik paru, mahasiswa diharapkan mampu :


1. Melakukan ketrampilan inspeksi pada pemeriksaan paru
2. Melakukan ketrampilan palpasi pada Pemeriksaan paru
3. Melakukan ketrampilan perkusi pada pemeriksaan paru
4. Melakukan ketrampilan auskultasi pada pemeriksaan paru


 TINJAUAN PUSTAKA

Untuk Menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang berasal dari
riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan bermacam-macam tes
diagnostik.
Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan benar
istilah yang yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala
adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan menceritakannya kepada
pemeriksaan pada waktu anamnesis. Pada umumnya bersifat subyektit. Tanda
adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa oleh pemeriksa pada penderita
sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi maupun patologis oleh suatu penyakit.
Tanda-tanda penyakit umumnya bersifat objektif dan diketahui pada pemeriksaan
fisik.
Penyakit paru dapat memberi manifestasi sebagai berikut :
1. Manifestasi pulmoner.
a. Manifestasi primer : berasal dari kelainan setempat.
Keluhan/gejala : analisa keluhan dilakukan dengan anamnesis, dapat berupa :
batuk dengan atau tanpa dahak/darah, sesak nafas dengan atau tanpa nafas
bunyi dan nyeri dada. Tanda : perubahan-perubahan jaringan paru, pleura,
dinding dada oleh penyakit, dapat dideteksi dengan inspeksi, palapasi, perkusi
dan auskultasi. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi berupa : Perubahan

Modal Skill Lab A JILID 1 27


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

bentuk / ukuran thoraks, Perubahan pergerakan dan Perubahan pengantaran


getaran.
b. Manifestasi sekunder : akibat penyakit terhadap fungsi paru : Gangguan
pertukaran gas dan Peningkatan tahanan pembuluh darah paru
2. Manifestasi ekstra pulmoner : perubahan-perubahan kelainan yang terjadi diluar
paru.
a. Non metastase.
Gejala umum : panas badan, tidak suka makan, rasa capai dan lain-lain;
Adanya ginekomasti : pembesaran kelenjar mamma pada pria; Jari tabuh;
Osteoartropati : berupa nyeri sendi dan tulang; Beberapa kelainan hormonal
b. Metastase.
Penyebaran keganasan paru keluar paru; Penyebaran infeksi paru (abses)
keluar paru. ,
Pada penyakit patu ada 3 keluhan yang sering dijumpai yaitu batuk, sesak nafas dan
nyeri dada.

BATUK
Batuk adalah salah satu sarana pertahanan tubuh yang secara fisiologis
membersihkan saluran pernafasan dari lendir (mukus) dan bahan/benda asing,
timbulnya pada umumnya secara reflektorik namun adakalanya dilakukan secara
sengaja.
Batuk dapat terjadi oleh karena kelainan pada paru maupun diluar paru.
Walaupun batuk adalah salah satu gejala penyakit paru yang paling sering dan
penting namun relatif tidak spesifik. Adanya batuk bersama-sama dengan gejala-
gejala lain mungkin sangat membantu mengarahkan diagnosis. Jika batuk disertai
dengan stridor inspirasi biasanya disebabkan oleh obstraksi intrinsik atau ekstrinsik
di saluran nafas bagian atas. Batuk yang disertai dengan wheezing yang
menyeluruh merttpakan petunjuk adanya bronkospasme (penyempitan bronkus),
meskilntn kadang-kadang dapat pula disebabkan oleh kelainan endotrakea daerah
carina. Terdapatnya wheezing lokal yang menetap dan terdengar pada saat
ekspirasi disertai batuk mencurigakan adanya kemungkinan suatu karsinoma
bronkogenik.
SESAK NAFAS
Sesak nafas adalah salah satu gejala yang paling sering dan paling
mencemaskan penderita sehingga ia terpaksa pergi ke dokter. Berbagai macam
penjelasan atau definisi mengenai dyspnea ini seperti sukar bernafas atau nafas
tidak enak (kurang lega atau kurang puas) yang biasanya dilukiskan oleh pasien
sebagai sesak nafas (shorthness of breath).
Sesak nafas mungkin merupakan gejala berbagai gangguan patofisiologi :
obstruksi jalan nafas, berkurangnya jaringan paru yang berfungsi, berkurangnya
elastisitas paru, kenaikan kerja pernafasan, gangguan transfer oksigen (difusi),
ventilasi tak seimbang dalam kaitannya dengan perfusi, campuran darah vena

Modal Skill Lab A JILID 1 28


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

(venous admixture) atau right to left shunting, cardiac output yang tidak memadai,
anemia dan gangguan kapasitas angkut oksigen dari hemoglobin.
Pasien dispneu dapat digolongkan dalam 3 katagori utama yaitu pasien
dengan dispneu akut, pasien dengan dispneu progresif menahun dan pasien dengan
serangan dispneu paroksismal yang berulang.

DISPNEU AKUT
Pada orang dewasa dipsnea akut dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti edema paru, tromboemboli paru akut, pneumonia dan pneumothoraks
spontan. Salah satu penyebab yang paling sering adalah sembab paru (edema paru)
akut oleh karena kegagalan jantung kiri. Ini biasanya terjadi pada pasien jantung
atau hipertensi, yang pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang difus.
Penderita mungkin mengeluarkan dahak kental, berwarna kemerahan dan berbuih.
Dapat pula disertai batuk, wheezing, nyeri kardiovaskuler dan sembab pada kaki.
DISPNEU PROGRESIF MENAHUN
Salah satu sebab yang paling sering dari dispneu ini adalah kegagalan jantung
kongestif. Keluhan ini sering dimulai dengan sesak nafas waktu melakukan
pekerjaan, yang lambat laun menjadi bertambah berat sehingga pasien merasa
sesak nafas walaupun melakukan pekerjaan minimal atau bahkan waktu istirahat.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering terbangun malam
hari karena sesak nafas tetapi biasanya disertai dengan batuk dan pengeluaran
dahak. Orthopnea seringkali didapatkan pada kegagalan jantung kiri yang lanjut,
tetapi gejala ini juga mungkin terjadi pada pasien dengan asma dan bronkitis.
DISPNEU PAROKSISMAL BERULANG
Jenis dispneu ini sering dijumpai pada pasien dengan asma bronkial, dimana
pada waktu serangan disertai dengan wheezing dan batuk. Walaupun asma terjadi
pada semua umur, tetapi seringkali terdapat pada anak dan dewasa muda. Dalam
hal ini perlu ditanyakan tentang alergi dan tes alergen. Keadaan ini perlu dibedakan
dengan asma kardial yang disebabkan oleh kegagalan jantung kiri atau stenosis
mitral.
NYERI DADA
Nyeri dada merupakan gejala yang penting untuk penyakit thoraks (rongga
dada), tetapi dapat pula berasal dari luar paru. Nyeri dada adalah salah satu gejala
yang paling sukar dinilai dan membutuhkan klasifikasi yang sistematis. Untuk semua
nyeri dada harus ditanyakan dalam anamnesis tentang hebatnya, sifat, lokalisasi,
lamanya, menyebar atau menetap, terus menerus atau intermiten dan semua faktor
yang menyebabkan nyeri bertambah atau berkurang. Nyeri dada dapat dibagi dalam
golongan :
1. pleuropulmonal
2. trakeobronkial.
3. kardiovaskuler
4. oesophagial dan mediastinal

Modal Skill Lab A JILID 1 29


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

5. neuromuskuloskeletal.

Nyeri pkuropnlroonal
Nyai pleuropulmonal biasanya akut, tajam dan lokal (setempat), intermiten dan
diperhebat dengan bernafas serta seringkali juga makin hebat dengan gerakan.
Penyebab paling sering dari nyeri pleuropulmonal adalah pnemonia bakteri terutama
yang disebabkan oleh kokus gram negatif dan Klebsiella. Gejala-gejala lain seperti
batuk, lemoptisis, demam atau malaise dapat menyertai pleuropulmonal.
Nyeri trakeobronkial
Nyeri trakeobronkial seringkali disebabkan oleh tracheitis akut, tracheobronkitis
akut aspirasi benda asing tajam, inhalasi gas iritan atau karsinoma yang menyerang
trachea atau brokus besar. Nyeri berupa rasa terbakar disubaternal dan rasa tidak
enak yang seringkali bertambah hebat dengan pernafasan dalam, batuk dan
terutama bila bernafas di hawa dingin. Bila keradangan meluas ke bronchus utama
nyeri terasa di Parasternal.
Nyeri kardiovaskuler
Nyeri ini biasanya terasa substernal atau pada sisi kiri dan seringkali dirasakan
oleh pasien sebagai menekan, menjepit atau mendesak atau perasaan berat dalam
dada. Kerap kali rasa nyeri menjalar ke bahu kiri dan sepanjang sisi medial lengan
kiri terus ke siku. Nyeri dapat menjalar ke leher atau ke rahang atau ke kedua bahu.
Nyeri seperti ini bersifat paroksismal dan bertambah hebat dengan gerakan /
latihan atau emosi dan cepat mereda bila istirahat atau pemberian nitrogliserin, hal
ini khas pada angina pektoris. Jika nyeri

Inspeksi
1. Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe :
 Normal. Rate dewasa 8 - 16 x/menit dan anak maksimal 44 x /menit
 Tachypnoea. Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik, penyakit paru
restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai sebab.
 Hyperpnoea hiperventilasi. Napas cepat dan dalam, penyebabnya: cemas,
exercise, asidosis metabolik, pada kasus koma ingat gangguan otak
(midbrain/pons).
 Pernapasan Kussmaul. Napas dalam dengan asidosis metabolik
 Bradypnoea. Napas lambat, karena depresi respirasi karena obat, tekanan
intrakranial meninggi.
 Napas Cheyne Stokes. Ada perioda siklik antara napas dalam dan apnoe
bergantian. Gagal jantung, uremi, depresi napas, kerusakan otak. Meskipun
demikian dapat terjadi pada manula dan anak-anak.
 Pernapasan Biot. Disebut pernapasan ataxic, iramanya tidak dapat
diramalkan, acap ditemukan pada kerusakan otak di tingkat medulla.

Modal Skill Lab A JILID 1 30


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

 Sighing. "Unjal ambegan", menggambarkan sindrom hiperventilasi yang


dapat berakibat pusing dan sensasi 'sesak napas', psikologik juga.
 Ekspirasi diperpanjang. Ini terjadi pada penyakit paru obstruktif, karena
resistensi jalan napas yang meningkat.
2. Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat lapang dada dari
kaki penderita, tertinggal, umumnya menggambarkan adanya gangguan di
daerah dimana ada gerakan dada yang tertinggal. (tertinggal = abnormal)
3. Dada yang lebih tertarik ke dalam dapat karena paru mengkerut (atelectasis,
fibrosis) pleura mengkerut (schwarte) sedangkan dada mencembung karena paru
mengembung (emfisema pulmo) pleura berisi cairan (efusi pleura)

Deformitas dan bentuk dada


Dada normal anak.
Dada normal dewasa
Dada bentuk tong. Diameter antero-post memanjang - usila, kifosis, emfisema
paru disebut juga barrel chest
Dada bentuk corong. Funnel chest, pectus excavatun:, lekuk di sternum bawah
yang dapat membuat kompresi jantung dan vasa besar --- bising
Dada Burung. pigeon chest, pectus carinatum,dada menjorok ke depan
Dada kifoskoliosis. Dada mengikuti deformitas punggung, terjadi distorsi alat
dalam yang sering mengganggu interpretasi dapatan diagnosis fisik.

Palpasi
1. Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan pada dinding
dada (tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di tempat tertentu, limfonodi,
posisi trakea serta pergeserannya, fraktur iga, ruang antar iga, fossa
supraklavikuler, dsb) serta gerakan, excursion dinding dada
2. Lingkarkan pita ukur (ukur sampai 0.5 cm ketelitian) sekitar dada dan nilai lingkar
ekspirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang menggambarkan elastisitas paru dan
dada.
3. Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di daerah yang
simetris, kemudian dinilai. Pada waktu pasien bernapas dalam :
- tangan diletakkan di bagian depan dada) maka amati gerakan dada
simetriskah,
- (tangan ditaruh di dada samping) gerakan tangan kita naik turun secara simetris
apa tidak,
- (tangan ditaruh di dada belakang bawah) gerakan tangan ke lateral di bagian
bawah atau tidak. Gerakan dinding dada maksimal terjadi di bagian depan dan
bawah.

Modal Skill Lab A JILID 1 31


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

4. Pada waktu melakukan palapasi kita gunakan juga untuk memeriksa fremitus
taktil. Dinilai dengan hantaran suara yang dijalarkan ke permukaan dada dan kita
raba dengan tangan kita.
5. Pasien diminta mengucapkan dengan suara dalam, misalnya mengucapkan
sembilan puluh sembilan (99) atau satu-dua-tiga dan rasakan getaran yang
dijalarkan di kedua tangan saudara.
- Fremitus akan meninggi kalau ada konsolidasi paru (misal pneumonia, fibrosis)
- fremitus berkurang atau menghilang apabila ada gangguan hantaran ke dinding
dada (efusi pleura, penebalan pleura, tumor, pneumotltorax)
6. Apabilan jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang udaranya atau padat
suara yang dijalarkan ke dinding dada lewat cabang bronkus yang terbuka ini
melemah. Suara dengan nada tinggi (high-pitched sounds) yang biasanya
tersaring terdengar lebih jelas. Keadaan ini ditemukan di permukaaan dari
jaringan paru abnormal. Perubahan ini dikenal sebagai : suara bronchial,
bronchophonie, egophony dan suara bisikan (whispered picroritoqui). Untuk
mudahnya dikatakan : suara bronchial dan vesikuler mengeras. Hal ini dapat
dirasakan dengan palpasi (fremitus taktil) atau didengar dengan auskultasi

Perkusi
1. Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan
menentukan kualitas jaringan paru-paru.
2. Perkusi dapat cara : direk : langsung mengetuk dada atau iga – cara

Modal Skill Lab A JILID 1 32


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

klasik Auenbrugger) atau indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai
plessimeter oleh jari kanan
3. Di bagian depan mulai di fossa supraclac. Terus ke bawah, demikian
juga pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah. Makin
keras makin dalam suara dapat ‘tertembus’. Misalnya untuk batas paru bawah
yang jaringan parunya mulai menipis, dengan perkusi keras maka akan terkesan
jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi lemah maka masih terdeteksi
paru yang tipis ini sehingga masih terdengar suara sonor.
4. Dengan perkusi dapat terdengar beberapa kemungkinan suara :
 Suara sonor (resonant) : suara perkusi jaringan paru normal (latihlah di paru
anda).
 Suara memendek (suara tidak panjang)
 Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi pleura.
 Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang kembung
 Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati misalnya.
 Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung, Metallklang
 Hipersonor (hyper resonant) disini justru suara lebih keras, contoh pada
bagian paru yang di atas daerah yang ada cairannya , suara antara sonor dan
timpani, karena udara bertambah misalnya pada emfisema pulmonum, juga
pneumothorak.

5. Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas jantung relatif dan
batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi) yang tertutup oleh jaringan paru
lebih tebal dari 5 cm sulit dideteksi dengan perkusi. Kombinasi antara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi banyak mengungkap patologi paru. Perlu diingat
bahwa posisi pasien (misalnya tidur miring) mempengaruhi suara perkusi
meskipun sebenarnya "normal"
6. Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di punggung
sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup, kemudian pasien diminta
inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi sampai redup. Perbedaan ini disebut
peranjakan paru (normal 2 - 3 cm). Peranjakan akan kurang atau hilang pada
emfisema paru, pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan. Untuk menentukan
batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan paru, linea medio
clavicularis kanan.
7. Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada
dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior, medius dan
inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan lobus inferior.
8. Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari inspeksi dan
palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk lebih meyakinkan,
bandingkan dengan bagian yang kontra lateral. Batas-batas kelainan harus
ditentukan.

Modal Skill Lab A JILID 1 33


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

9. Perkusi untuk menentukan apek paru (Kronig's isthmus) dilakukan dengan cara
melakukan perkusi di pundak mulai dari lateral ke arah medial. Suara perkusi dari
redup sampai sonor, diberi tanda. Kemudian perkusi dari medial (leher) ke lateral
sampai terdengar sonor, beri tanda lagi. Diantara kedua tanda inilah letaknya
apek paru. Pada orang sehat lebarnya 4-6 cm. Pada kelainan di puncak paru
(tuberculosis atau tumor) daerah sonor ini menyempit atau hilang (seluruhnya
redup).
10. Pada perkusi efusi pleura dengan jumlah cairan kira-kira mengisi sebagian
hemitoraks (tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak) akan ditemukan
batas cairan (keredupan) berbentuk garis lengkung yang berjalan dari lateral ke
medial bawah yang disebut garis Ellis-Damoiseau.
11. Pada perkusi di kiri depan bawah akan terdengar suara timpani yang berbentuk
setengah lingkaran yang disebut daerah semilunar dari Traube. Daerah ini
menggambarkan lambung (daerah bulbus) terisi udara.

Auskultasi
1. Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknya yang dapat masuk antara 2 iga
(dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan seperti pada perkusi. Minimal harus
didengar satu siklus pernapasan (inspirasi ekspirasi). Bandingkan kiri-kanan pada
tempat simetris.
2. Umumnya fase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari ekspirasi. Penjelasan
serta perpanjangan fase ekspirasi mempunyai arti penting. Kita mulai dengan
melukiskan suara dasar dahulu kemudian melukiskan suara tambahannya.
Kombinasi ini, bersama dengan palpasi dan perkusi memberikan diagnosis serta
diferensial diagnosis penyakit paru.
3. Suara dasar :
Vesikuler: Suara paru normal, inspirium > ekspirium serta lebih jelas
Vesikuler melemah: Pada bronchostenose, emfisema paru, pneuaiothorak,
eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor:
Vesikuler mengeras: Terdengar lebih keras.
Vesikuler mengeras dan memanjang: Pada radang
Bronchial: Ekspirasi lebih jelas, seperti. suara dekat trachea, dimana paru lebih
padat tetapi bronchus masih terbuka (kompresi, radang)

Modal Skill Lab A JILID 1 34


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Amforik: Seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kita meniup diatas mulut botol
kosong sering pada caverne. Eksipirasi Jelas.
4. Suara tambahan :
Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada fase inspirasi maupun
ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan nada rendah (sonorous) = rhonchi,
rogchos berarti 'ngorok'. Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran udara. Dengan
dibatukkan sering hilang atau berubah sifat.
Rhonchi basah (moist rales). Timbul letupan gelembung dari aliran udara yang
lewat cairan. Bunyi di fase inspirasi.
 ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli),
 ronkhi basah sedang (bronchus sedang),
 ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar).
 ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat, pneumonia,
tuberculosis.
 Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus secara mendadak,
serentak terdengar di fase inspirasi. (contoh : atelectase tekanan)
 Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan pleura dan gesek
perikardial sebabnya adalah gesekan dua permukaan yang kasar (mis:
berfibrin)
Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi kering disebut
sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard sebagat pleural dan
pericardial rubs.

Auskultasi suara
Dapat dilaksanakan dengan auskultasi menggunakan dua cara: suara keras
dan suara berbisik (gunakan suara S). Terdengar resonansi suara yang jelas makin
kita auskultasi mendekati hilus. (depan di IC 2 dan 3 dekat sternum dan belakang
interskapula dekat vertebra). Apabila suara tadi dijalarkan membaik. Maka disebut
ada bronchophoni (paling baik digunakan suara bisik). Diatas eksudat yang terlalu
besar didengar egophoni suara ini jarang ditemukan.
Rekapitulasi
Palpasi; Tertinggal di daerah yang ada lesi. Vocal fremitus mengeras kalau
ada infiltrat, atelektase tekanan (kompresi). Vocal fremitus melemah pada emfisema,
eksudat, schwarte, atelektase masif. Trakea tertarik pada fibrosisi paru, schwarte,
atelektase masif. Trakea terdorong pada eksudat, pneumothorak, tumor.
Perkusi;. Sonor pada paru normal. Redup pada infiltrat, atelektase masif atau
tekanan, tumor, eksudat, fibrosis, paru, efusi, schwarte. Hipersonor pada emfisema,
pneumothorak.
Auskultasi; Bronkofoni pada infiltrat, juga egofoni (jarang), suara normal
vaskuler. bronkiial pada infiltrat, atelektase tekanan. Vesikuler melemah pada

Modal Skill Lab A JILID 1 35


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

emfisema, pneumothorak, atelektasi masif, efusi. Schwarte, fibrosis. Amforik pada


caverne. Ronkhi basah pada infiltrat, rhonchi kering pada bronchitis. gesek pleura
(dengan gerak napas) dan gesek perikardium (irama jantung).

Tanda diagnosis fisik pada beberapa gangguan paru


Suara
Kelainan Deskripsi Perkusi Fremitus Suara Dasar
Tambahan
Normal Alveolus dan Sonor Normal Vesikuler, Tidak ada
trakeobronhus kecuali dekat
bersih, pleura Bronchus
baik besar
Gagal Selama ekspirasi Sonor Normal Normal atau Rhonchi
Jantung kiri basal paru exp basah
mengembang, diperpanjang crepitui
mukosa bronch basal
udem
Pleuritis Nyeri napas, ada Sonor Normal atau Vesikuler Gesek
Sicca fibrin sebab LE, agak lemah Pleura
rheuma, viral sering gesek
plera
Penebalan Terjadi pada Redup Lemah, Lemah / Tidak ada
Pleura pleritis lama pus sampai intercostal hilang
(schwarte) napas tertinggal Pekak akan terasa
menyempit
Efusi Efusi sereus. Redup Lemah – Vesikuler Tidak ada,
pleura darah, pus, jar sampai hilang, lemah-/hilang kecuali ada
(pleuritis ikat nyeri napas pekak, bronkofoni, bronchial kelainan
exudativa) dapat terjadi Skodaic egofoni dapat pada
napas tertinggal resonan cc dapat dipuncak penyakit
terdengar pada efusi dasar, pada
pada eff >> gesek pleura fase awal
gesek pleura +/- gesek
+/- pleura
Pneumonia Meski redup, tapi Redup Meningkat Bronchial Rhinchi
(konsolidas selama jalan dengan basah mulai
i) napas besar bronchofoni, crepitasi
terbuka, fremitus egofonic indux- tak
dan suara seperti ada suara
keluar dari crepitasi
trakea/laring redux
sputa rufa (tergantung
fase
hepatisasi)
Bronchitis Dapat terjadi Sonor Normal Dapat normal Bervariasi

Modal Skill Lab A JILID 1 36


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

1 Obstruksi tetapi dari tanpa


bronchus parsial seringkah ke rh. Bas
karena sekresi exp atau
atau obsruksi. Memanjang expiratoir
Sering ada deflasi ada
abn. Polyphonic
wheezes,
masih baru
hilang dgn
batuk, lama
menetap
Bronchiec Batuk, sutum Normal Normal Atau Variabel. Rhonchi
tasis pagi, foul sput, sampai mengeras Dapat Basah
clubbing, sputum timpani, bronchofo ni
3 lapis, faktor dapat Ada sampai
obstruksi dan unsur amforik
infeksi fibrosis
Emfisema Sering bcrsama Normal ke Mengurang Vesikuler Normal atau
pulmonum dengan bronchitis Hiper sonor, lemah dengan
Adanya ventilasi sering mengurang. tanda
kurang dan menutupi Seringkali bronchitis
hiperventilasi keredupan dengan
mengarah ke sini jantung dan komponen
diafrag ma ekspirasi
letak rendah memanjang

Pneumoth Udara bebas ini Normal Berkurang Berkurang Tidak ada


orax serupa COPD sampai hingga hingga hilang
tetapi unilateral hipersonor hilang
trakea terdesak.
Udara banyak
hipersanor, suara
napas lemah
Fibrosis Infiltrat lama Redup/pekak Dapat Bronchovcsic Tidak pasti
paru berubah fibrosis Kalau ada mengeras lemah, atau tergantung
berkerut menarik Udara agak dapat bronchial lesi awal
trakea, timpani melemah
mediastinum,
dada
Tumor Sulit, masif atau Tergantung Melemah Melemah dan Tidak ada
Paru tidak, di besar dan daerah yang atau
permukaan atau jarak dari tertekan akan crepitasi
tidak permukaan seperti
sulit kecuali atelektase
dengan efusi tekanan
pleura
Atelektasis Paru kolaps redup Berkurang Vesikuler Tidak ada
atelekiasis hingga berkurang
perkusi redup hilang atau hilang

Modal Skill Lab A JILID 1 37


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

obstruksi
bronchus <
hantaran suara,
trakea dapat
tertarik
Keterangan :
COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease / Penyakit Paru
Obstruktif Kronik

 DAFTAR PUSTAKA

1. Bates B. A Guide to Physical Examination and History Taking. 1987.


2. Delp dan Manning. Major Diagnosis Fisik edisi IX, EGC, terjemahan Adji
Dharma,1986.
3. Djokomoeljanto. Diagnosis Fisik. Kuliah PPS Undip. 1998.
4. Rai IB, Mukty A, Alsagaff H, Widjaja A. Diagnostik Fisik Paru. Kuliah Clerkship
Unair. 1986.
5. Talley NJ, O'Connor S. Clinical Examination. APAC Publishers Service Pte Ltd,
Singapore.

Modal Skill Lab A JILID 1 38


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PARU


Nama :
NIM :
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1 Memberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
2 Meminta penderita untuk berbaring terlentang
3 Meminta penderita untuk mtembuka baju seperlunya agar
daerah pemeriksaan terbuka
4 Memperhatikan dan menghitung frekuensi pernafasan
5 Melakukan inspeksi dari depan dan belakang penderita untuk
menentukan bentuk thorak penderita
6 Meletakkan kedua telapak tangan pada bagian dada dan
punggung Penderita kiri dan kanan untuk merasakan
perbandingan gerak nafas
7 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan
meletakkan kedua telapak tangan pada punggung penderita
dan meminta penderita untuk mengucapkan "sembilan puluh
sembilan"
8 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
depan dan belakang, membandingkan kiri dan kanan
9 Melakukan perkusi dalam di daerah supra klavikula
10 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru - hepar
11 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru - jantung
12 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
13 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah,
depan dan belakang, membandingkan kanan dan kiri
14 Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang
diperiksa
Jumlah

Modal Skill Lab A JILID 1 39


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Keterangan :
Palembang, ………………
0 = tidak dilakukan Penguji,
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Nilai = (Jumlah/28 ) x 100% =…….%

__________________

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM


KARDIOVASKULER


 TUJUAN

Dengan mempelajari fisik diagnostik sistem kardiovaskuler secara umum


diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler,
baik itu pemeriksaan fisik jantung, maupun pembuluh darah perifer.
Tujuan khusus, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu melakukan inspeksi jantung
2. Mampu melakukan palpasi jantung, pemeriksaan iktus cordis, dan pemeriksaan
getaran / thrill.
3. Mampu melakukan perkusi jantung clan menentukan batas-batas jantung
4. Mampu melakukan auskultasi jantung dan menentukan bunyi jantung I dan II,
serta bising jantung.
5. Mampu melakukan palpasi nadi
6. Dapat menentukan frekuensi, tegangan, irama, macam denyut, isi, perbedaan
arteri kanan dan kiri, clan keadaan pembuluh arteri.

 DASAR TEORI

Pemeriksaan susunan kardiovaskuler dalam pemeriksaan klinis umum terdiri


dari pemeriksaan jantung dan aorta serta pemeriksaan pembuluh darah perifer.

I. FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN AORTA


Jantung terletak agak melintang di dalam rongga toraks. Dua per tiga
bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan sepertiganya di sebelah kanan

Modal Skill Lab A JILID 1 40


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

garis tengah. Proyeksi jantung pada permukaan dada dapat terlihat dari gambar
berikut :
a. Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan,
yaitu kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis
ke-3 sampai ke-6.
b. Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding dada.
Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6
dengan apeks jantung.
c. Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada
proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kid -atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis yang menghubungkan apeks
jantung dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah kiri.
d. Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak
terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak, di belakang sendi
kostosternalis kid ke-2.
Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum. Ruang
mediastinum yang sempit itu memisahkan jantung dari dinding toraks depan. Di
belakang jantung terdapat organ-organ mediastinum lainnya. Bagian dada yang
ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu dinamakan
prekordium.

A. Inspeksi jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati. Tanda-tanda itu
adalah (1) bentuk prekordium (2) 4 Denyut pada apeks jantung (3) Denyut nadi pada
dada (4) Denyut vena.
Bentuk prekorditim
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang celkung
dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis
atau kifoskoliosis clan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan
pada dada dalam melakukan pekerjaan (pemahat tukang kayu dsb). Prekordium
yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi
pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis
Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada
prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral
atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel
sebagai kelanjutan infark kordis.
Denyut apeks jantung (iktus kordis)
Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada orang gemuk.
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil

Modal Skill Lab A JILID 1 41


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus
kordis sangat tergantung pada:
a. Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan terdapat dekat linea
axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan iktus
terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah
dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b. Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke
medial ± 1- 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak
ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal III
atau bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis. Pada ascites juga akan
dijumpai keadaan seperti tersebut di atas,
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae, tapi
seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae
terutama pada wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri.
Maka jika didapatkan iktus terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V
kiri dengan linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di
luar linea midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat
disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal,
maka perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri
atau adanya schwarte pleura kanan.
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga patologis,
dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura
kanan.
Sifat ikius :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a: carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.
Denyutan nadi pada dada.
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik turun seirama
dengan diastolic dan sistolik. Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang
membesar. Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta. Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan
denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. putmonalis dan aneurisma aorta
descenden.
Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan Punggung tidak menunjukkan denyutan.
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.

Modal Skill Lab A JILID 1 42


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

B. Palpasi jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus
dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari.
Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian
dengan tekanan yang keras. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang
pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan
pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping
kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks. Setelah itu tangan
kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika
denyut apeks sudah ditemukari dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita
palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan
maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka penderiksaan jantung adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat
angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba
iktus. Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri
V, agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak
dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada
orang gemuk atau adanya emfisema, tergantung pada basil pemeriksaan inspeksi
dan perkusi.
Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung
(output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak tangan
atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitralis. Pada keadaan hipertensi dan stenosis aorta denyutan apeks
juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat, kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar
(dilatasi) dan mulai timbul keadaan decomp cordis.
Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan
keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar. Hal ini dapat
terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada stenosis
pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat kelainan
pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga teraba di seluruh permukaan
prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran denyutan menjadi sangat kuat
karena jantung berada dekat sekali pada dada. Namun, harus tetap ditentukan
satu tempat dimana denyutan itu teraba paling keras.
2. Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan
atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan :
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole

Modal Skill Lab A JILID 1 43


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir
lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar
bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di
parastcrnal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan
teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba
getaran sistolik di bagian basis jantung.
3. Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatiken karena anatomi
trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan aorta
menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah
sebagai berikut : Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya
diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea
diangkat ke atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap
kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan laring
tettarik ke bawah.

C. Perkusi jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
1. Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi
sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan
cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale
V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-
hepar. Ini merupakan batas kin bawah dari jantung
Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus, pada ruang
interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum,
kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang
jantung. Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di
linea parasternalis kiri.
2. Batas kanan jantung.
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak.
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan di line
parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan anetuisma aorta. Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup
jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai

Modal Skill Lab A JILID 1 44


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada
sternumpun menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas
terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.

D. Auskultasi Jantung
Auskultasi Jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dtpakai disini adalah
stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong
pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan
frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat
baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah.
Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahakan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi 1, setelah ada kepastian
barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal, Yaitu :
a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan IT
Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada
saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi
tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi
jantung I. Intensitas dari BJ I tergantung dari :
- Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik.
- Kecepatan naiknya desakan bilik
- Letak katub A - V pada waktu systole ventrikel
- Kondisi anatomis dari katub A - V
Daerah auskultasi untuk BJ I:
1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
2. Pada ruang interkostal IV - V kanan. Pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tcpi sternum, merupakan tempat yang baik
pula untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada :
- stenosis mitral
- Interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
- pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya pada
kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
- shock hebat
- interval PR yang memanjang

Modal Skill Lab A JILID 1 45


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP
Aatic

- decompensasi hebat.

Gambar 1. Lokasi auskultasi


Bunyi jantung II
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis
pada dinding toraks. lni terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu
lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan didengarkan BJ
II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ II
aortal lebih keras daripada BJ H pulmonal.
Intensitas BJ II aorta akan bertambah Pada :
- hipertensi
- artesisklerosis aorta yang sangat.
Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
- kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis
mitralis, cor pulmonal kronik. kelainan cor congenital.
BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dan katub aorta
dan putmonal. terdengar jelas pada basis jantung BJ I dan II akan melemah pada :
- orang yang gemuk
- emfisema paru-paru

Modal Skill Lab A JILID 1 46


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

- perikarditis eksudatif
- penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung.

b. Bising jantung / cardiac murmur


Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada auskultasi bising adalah :
1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah bising
terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah untuk
menentukan bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis, maka
bising itu adalah bising systole.
2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.
3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke
semua araj tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising yang
keras akan dijalarkan lebih dulu.
4. Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.
Ada 6 derajat bising :
(1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar. Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah benar-benar
merupakan suara bising.
(2) Bising lemah, yang dapat kita dengar dengan segera
(3) dan (4) adalah bising yang demikian rupakan sehingga mempunyai
intensitas diantara (2) dan (5)
(5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada.
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.
5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang
meniup, bising yang melagu.

Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi :


1. Bising fisiologis.
Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis, dan jarang patologis.

Modal Skill Lab A JILID 1 47


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Tetapi bising diatolic selalu merupakan hal yang patologis.


Sifat-sifat bising fisiologis adalah sebagai berikut :
a. biasanya bersifat meniup
b. tak pernahdisertaigetaran
c. biasanya tidak begitu terasa tetapi lebih dari derajat II
d. pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentang danpada waktu ekspirasi
e. dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II – III kiri pada tempat konus
pulmonalis
2. Bising patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis, sedang bising
sistolik bias fisiologis, bila patologis. Bising sistolik yang terdapat pada apeks
biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tak tentu, lamanya juga tak
tentu. Keadaan-keadaan ini sering dijumpai bising sistolik pada apeks:
a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena reuma.
b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis relatif lebih besar
daripada valvula mitralis. Jadi disini ada insufisiensi mitral relatif. Hal ini
terdapat pada miodegenerasi dan hipertensi hebat.
c. Anemia dan hipertiroid atau demam. Bising disini terjadi karena darah mengalir
lebih cepat.
d. Stenosis aorto. Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada aorta, yang
kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga pada apeks akan terdengar
bunyi yang lebih lemah daripada aorta .

II. PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH PERIFER

Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah
palpasi nadi. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari
a. radialis. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi
yang normal pada orang dewasa adalah antara 60-90, biasa 75 – 75. Pada anak-
anak dan wanita frekuensi sedikit lebih cepat. Demikian juga halnya pada waktu
berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi.
Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang
dari 60. Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus frekuensi
sedangkan nadi yang lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus.
Takikardi dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri
dan berbagai jenis penyakit jantung seperti supraventrikuler takikardia
paroksismal. Bradikardi terdapat pada penyakit miksudema, penyakit kuning,
demam enteritis, dan tifoid.

Modal Skill Lab A JILID 1 48


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

2. Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah.
Cara memeriksa :
Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas
dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari
telujuk, jari tengah dan jari manis. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a.
radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-
lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya
desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghilangkan pulsasi. Untuk ini,
kita harus melatih diri supaya dapat mengetahui tegangan nadi.
3. Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.
Pada orang sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur
belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana
frekuensi nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan melambat pada waktu
ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal. Pada gangguan hantaran
jantung dapat terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan
oleh waktu yang lama, karena satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang.
Nadi semacam ini dinamakan pulsus bigeminus. Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan
oleh waktu yang lama dinamakan pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi
(interval) yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyutan
tambahan yang timbul lebih dini daripada denyutan – denyutan lain yang
menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-sistolik. Nadi yang sama
sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan nadi ini merupakan
gejala dari fibrilasi atrium.
4. Macam – macam denyut nadi
Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu gelombang yang terdiri dari
bagian yang menigkat, bagian yang menurun dan puncaknya. Dengan cara
palpasi kita dapat menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang lemah
mempunyai puncak yang tumpul dan rendah. Denyut nadi itu sifatnya seolah-
olah merangkak. Nadi semacam ini dinamakan pulsus anakrot, yang khas
terdapat pada stenosis aorta. Sebaliknya denyut nadi yang terasa seolah-olah
meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan menurun secara cepat
sekali, adalah khas untuk insufisiensi aorta, nadi semacam ini dinamakan pulsus
seler.
Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut
nadi yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama
sekali pada bagian akhirinspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi
semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva dan efusi perikardium.
Pulsus alternans adalah nadi yang mempunyai denyut yang kuat dan lemah
berganti-ganti. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
5. Isi nadi

Modal Skill Lab A JILID 1 49


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam
pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus
parvus, isi nadi /pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melewati
bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya
puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang
melakukan palpasi, maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus
magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil, jumlah darah yang melalui
arteri kecil, disebut dengan pulsus parvus.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika
ada demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan
tetapi datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus
parvus dijumpai pada pendarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga
mencerminkan perbedaan antara tekanan sistolik dandiastolik yang dikenal
sebagai tekanan nadi.
6. Bandingkan nadi a. radialis kiri dan kanan
Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus differens). Pulsus differens
disebabkan :
a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil bentuknya, sehingga a. ulnaris
yang membesar. Di sini a. ulnaris harus diperiksa dengan cara meraba
sebelah dalam m.flexor carpi ulnaris
b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia, aorta yaitu aneurisma aorta.
Hal ini menyebabkan desakan antara lengan kanan dan kiri tidak sama
7. Keadaan dinding arteri
Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal keras, kadang-kadang bahkan
seperti pipa kerasnya, sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-gulingkan
kesana kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga akan mengalami
pemanjangan sehingga berkelok-kelok. Keadaan ini dapat terlihat jelas pada
a.brachialis. Pada keadaan normal, dinding arteri akan teraba kenyal.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. DoubleLumen Stetoskop
2. Timer

Pertimbangan umum :
- Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
- Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi
yang adekuat.
- Tetap selakumenjagaprivacypasien
- Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan

Modal Skill Lab A JILID 1 50


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Teknik auskultasi :
a. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi
b. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi pasien, ruangan yang
tenang adalah penting.
c. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat sternum (aortic area).
d. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat sternum (pulmonic
area)
e. Auskultasi dengan diafragma pada LICS ke-3, 4, 5 dekat sternum (tricuspid
area)
f. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area)
g. Dengarkan dengan bell pada apeks
h. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 an ke-5 dekat dengan sternum
i. Miringkan pasien ke samping kiri.
j. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk mengkaji S3 dan murmur
mitral.

DAFTAR PUSTAKA
1. Burnside-Mc Glym, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta
2. Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta

Modal Skill Lab A JILID 1 51


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

PENILAIAN KETRAMPILANPEMERIKSAAN JANTUNG


Nama :
NIM :
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
2 Menyiapkan penderita (diminta berbaring dan membuka baju)
3 Mencari pulsasi iktus kordis
4 Meraba ikius kordis
5 Melakukan perkusi dengan teknik yang benar
6 Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi
dari sisi lateral kiri ke medial
7 Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan perkusi
dari sisi kanan ke kiri
8 Menentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi
dari atas (fossa supraklavikula) ke bawah
9 Selama perkusi dapat menghasilkan perubahan suara dari
sonor ke redup jantung
10 Dapat menyebutkan batas-batas jantung sesuai dengan
perneriksaan di atas
11 Pendetita diminta bernapas biasa dalam suasana rileks
12 Melakukan auskultasi jantung pada sela iga II kanan
13 Melakukan auskultasi jantung pada sela iga III-IV sepanjang
garis Parasterna) kanan
14 Melakukan auskultasi apek jantung

Modal Skill Lab A JILID 1 52


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

15 Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru


perhatian pada suara tambahan
16 Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
17 Bedakan antara sistolik dan diastolik
18 Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
19 Perhatikan adanya suara tambahan/suara yang pecah
20 Tentukan suara tambahan/bising sistolik atau diastolik
21 Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik
maksimumnya
22 Catat hasil auskultasi
Total skor

Keterangan : Palembang,…………………
0 = tidak dilakukan Penguji,
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

(…………………………….)
Nilai = (Jumlah/44) x 100% =

Modal Skill Lab A JILID 1 53


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN
ABDOMEN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada akhirpraktikum keterampilan pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa


diharapkan mampu ;
1. Menjelaskan prinsip-prinsip pemeriksaan fisik abdomen
2. Melakukan inspeksi abdomen
3. Melakukan auskultasi abdomen
4. Melakukan palpasi abdomen
5. Melakukan perkusi abdomen
6. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus abdomen

TINJAUAN PUSTAKA
Topografi Abdomen
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu :
 Kuadran kanan atas / Right Upper Quadrant (RUQ)
 Kuadran kanan bawah / Right Lower Quadrant (RLQ)
 Kuadran kiri atas / Left Upper Quadrant (LUQ)

Modal Skill Lab A JILID 1 54


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

 Kuadran kiri atas / Right Lower Quadrant (LLQ)


 Garis tengah / Midline yang terdiri dari :
 Epigastrik
 Periumbilikal
 Suprapublik

Dengan melihat topografi ini kita dapat mengidentifikasi status normal atau patologi
dari abdomen, sperti pada gambar 2.

Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat
dibagi menjai 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama
sepanjang batas bawah dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan
akhirnya 2 garis linea mediana klavikula. Pembagian dan topografi organ dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Topografi abdomen


Hipokhondraka kanan Epigastrium Hipokhandrriaka kiri
 Right lobe of liver  Pyloric end of  Stomach
stomach
 Gallbladder  Spleen
 Duodenum
 Portion of duodenum  Tail of pancreas
 Pancreas
 Hepatic flexure of  Splenic flexure of
colon  Portion of liver colon
 Portion of right  Upper pole of left
kidney kidney
 Suprarenal gland  Suprarenal gland

Modal Skill Lab A JILID 1 55


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Lumbal kanan Umbilikal Lumbal Kiri


 Ascending colon  Omentum  Descending colon
 Lower half of right  Mesentery  Lower half of left
kidney kidney
 Lower part of
 Portion of duodenum  Portion of jejunum
duodenum and jejunum and ileum
 Jejunum and ileum
Inguinal kanan Hipogastrik (publik) Inguinal kiri
 Cecum  Ileum  Sigmoid colon

 Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran


 Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua
 Untuk konfirmasi auto anamnesis

Anamnesis awal
Identitas pasien merupakan data pokok yang harus dikaji lebih awal. Nama
penderita yang anda periksa, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, dokter yang merujuknya harus pula anda catat pada saat
pemeriksaan dilakukan. Jika ini bukan merupakan kunjungan yang pertama, maka
jumlah serta tanggal kunjungan sebelumnya harus juga anda catat. Tambahkan pula
suatu pernyataan yang menerangkan sejauh mana seluruh keterangan yang
diberikan oleh penderita dan pelapor dapat dipercaya. Riwayat maupun
pemeriksaan tersebut harus pula ditandatangani dan diberi keterangan kedudukan
orang yang melakukan pemeriksaan.

Keluhan Utama
Keluhan utama adalah pernyataan dengan bahasa sendiri sebagai penyebab
utama pasien untuk mencari bantuan kesehatan. Keluhan utama dapat berupa nyeri
(seperti nyeri perut), gejala tidak enak (seperti kelelahan), kehilangan fungsi normal
(seperti fungsi kandung kemih), perubahan dari tubuh (seperti bengkak) atau
keluhan kejiwaan (seperti cemas, depresi), yang tidak harus merupakan masalah
sebenarnya.
Keluhan utama yang dinyatakan oleh pasien merupakan dasar utama untuk
memulai evaluasi masalah pasien. Keluhan tersering yang membuat seseorang
datang ke dokter adalah nyeri atau yang erat hubungannya dengan
ketidaknyamanan. Tulislah pernyataan singkat, sejauh mungkin dengan
mempergunakan kalimat yang dipakai oleh penderita itu sendiri, mengenai apa
sebenarnya yang tengah dialaminya, dengan mengemukakkan gejala-gejala atau
tanda-tanda serta berapa lama semua gejala-gejala serta tanda-tanda tersebut
sudah berlangsung. Hindarkan, jika memungkinkan, penggunaan kata-kata atau

Modal Skill Lab A JILID 1 56


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

ungkapan-ungkapan yang menggambarkan suatu diagnosis atau yang mempunyai


kaitan diagnostik murni.
Lama waktu terjadinya keluhanutama harus ditanyakan. Apakah gangguan
yang dialaminya bersifat akut atau kronis? Beberapa penyakit timbul dan berakhir
secara mendadak, sedangkan penyakit lain mulai secara perlahan dan tidak nyata.
Sudah pasti penting untuk mengetahui dengan baik lokasi rasa nyeri atau perasaan
tidak nyaman tersebut. Lokalisasi rasa nyeri atau ketidaknyamanan akan membantu
memusatkan perhatian kita kepada atau daerah tertentu. Apakah rasa nyeri tersebut
tetap terlokalisir ataukah merambat atau memancar ke daerah yang lain.

Biasakanlah untuk mengetahui keadaandi tiap bagian yang anda periksa.


Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan: inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi.

INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdimen dari posisi anda berdiri di sebelah
kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya
dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga anda dapat melihat
dinding abdomen secara tangensial.
Perhatikanlah :
1. Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah rash atau lesi-lesi
kulit lainnya
2. Umbilikus : perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda
inflamasi atau hernia.
3. Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal
dan femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung
mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau
kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
4. Simetri dinding abdomen
5. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah
nampak adanyahepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa
6. Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya.
7. Peristaltik. Apakah anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus, amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
8. Pulpasi : Pulpasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.

Modal Skill Lab A JILID 1 57


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

AUSKULTASI
Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15
atau 20 detik pada seluruh abdomen seperti pada gambar 3.

Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :


 Apakah suara usus ada ?
 Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)
 Perkiraan asal dari suara (kualias)
Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada
proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama
sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan
isinya melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus
yang sering disebut “rushes”. Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus
gemerincing yang disebut “tinkles”, dan kembali menghilang. Pada pasca operasi
didapatkan periode bunyi usus menghilang. Kemudian dengarkan bising arteri
renalis pada beberapa sentimeter di atas umbilikus sepanjang tepi lateral otot rektus
dan bila ada penyempitan akan terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau
pada hipertensi akibat stenosisarteri renalis.
Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya
seperti pada gambar 4

PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran
hepar, lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik,

Modal Skill Lab A JILID 1 58


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.


Orientasi
Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien. Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah
yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung
jari tengah kanan seperti pada gambar 5

Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran, untuk memperkirakan distribusi


suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya
gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara
redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah
menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung
kencing yang teregang atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costs, Anda akan
mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri
karena gelembung udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup
pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.

Hepar
Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut :
 Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan
daerah paru hasihnya suara sonor dari paru.
 Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih
pekak dan perhitungan mulai dari titik ini.
 Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan
titik akhir dan kemudian d ukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang
ukuran disebut liver span yang mernpunyai angka normal 6-12 cm.

Lien

Modal Skill Lab A JILID 1 59


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Lien yang normal terletak pads lengkung diafragma, disebelah posterior garis
midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor
paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya.
Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti
suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda
mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri
(gambar 7). Daerah ini biasanya timpanik. Kemudian mintalah penderita untuk
menarik papas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak mernbesar
suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti
ada pembesaran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara
redup pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign)
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup
yang luas, berarti terdapat pembesaran lien

Gambar 7. Perkusi Limpa


Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu
oleh berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan
adanya pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.

PALPASI
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan
otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan
posisi tangan dan lengan; bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung
jari-jari secara bersama-sama, lakukanlan gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Hindarkan suatu yang mengentak. Dengan perlahan, rasakan semua
kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang
tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah
ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba, merelakskan penderita, dan
melakukan palpasi pada waktu ekspirasi. .
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen.
Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalam untuk
mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya,
konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi

Modal Skill Lab A JILID 1 60


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua
tangan, satu di atas yang lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi
(uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas);
vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau
ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Mengetahui adanya iritasi peritoneal


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot,.
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini
setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan
temukanlah rasa sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu
jari untuk menentukan daerah nyeri, atau lakukanlah. pemeriksaan untuk
mengetahui adanya nyeri lepas. Tekan jari Anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian
tiba-tiba lepaskan tekanan Anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa
sakit (tidak hanya pada penekanan), dikatakan bahwa nyeri Iepas tekan positif.

Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11. dan ke-12
dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan
tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah
lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah
redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah
dengan lembut kearah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah rnerasakan
sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan
menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda,
dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat
merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar
tergantung pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya,
pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat
juga dilakukan dengan teknik mengait. BerdiriIah di sebelah kanan penderita.
Letakkanlah kedua tangan Anda be belahan di bawah batas bawah redup hepar.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada
inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada posisi teraba.

Modal Skill Lab A JILID 1 61


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Lien
Letakkan tangan kiri Anda untuk menyangga dan mengangkat costa bagian bawah
sebelah kiri penderita. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa,
lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah palpasi di daerah yang cukup rendah
untuk dapat meraba. lien yang membesar. Mintalah penderita untuk bernapas
dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung jari Anda.
Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat teraba)
apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas. Perhatikanlah
adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak antara lien
dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.
Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan tungkai
fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan lien
terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.
Ginjal
Ginjal kanan : .
Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah
mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan Anda dengan lembut
pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah
tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan
cobalah untuk "menangkap" ginjal diantara kedua tangan Anda. Mintalah penderita
untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan
tangan kanan Anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada
waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba, tentukan ukurannya, dan ada/tidaknya nyeri
tekan.

Gambar.9. Lokasi ginjal dengan pandangan Posterior


Ginjal kiri

Modal Skill Lab A JILID 1 62


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan
kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri
untuk meraba pada kuadran kiri atas: Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan.
Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.
Nyeri ketok ginjal
Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi
periksalah juga pada daerah sudut costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung
jari dapat menimbulkan nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan
untuk menumbuhkan hyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut
kostovertebra, dan pukullah dengan sisi unler kepalan tangan Anda.

Pemeriksaan Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan
rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah
memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

Pemeriksaan asites
PEMERIKSAAN KHUSUS
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan
mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas.
Tandailah batas antara daerah timpani dan redup.
1. Test suara redup berpindah
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk
miring ke salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas
timpani dan redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan
perubahan posisi.
2. Test undulasi
Mintalah penderita atau asisten untuk Gambar 10. Tes Undulasi

menekan kedua tangan pada midline dari abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi
abdomennya dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan ujung

Modal Skill Lab A JILID 1 63


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan anda yang lain, adanya
getaran yang diteruskan oleh cairan asites.

Tes untuk apendisitis


1. Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit dan tempat yang
sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul
rasa sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar umbilicus
dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.
2. Cari dengan teliti daerah nyeri tekan. Rasa sakit daerah kuadran kanan bawah
mungkin menunjukkan apendisitas.
3. Rasakan dengan spasme otot
4. Lakukan pemeriksaan rektal. Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks
normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah mungkin
berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks.

Beberapa pemeriksaan lain :


1. Lakukan pemeriksaan nyeri lepas tekan pada daerah yang nyeri tekan. Nyeri
tekan lepas menunjukan adanya peradangan peritoneum, misalnya pada
apendisitis.
2. Lakukanlah pemeriksaan tanda Rovsing dan penjalaran nyeri lepas tekan. Tekan
dalam-dalam pada kuadran kanan bawah, kemudian lepaskan secara mendadak.
Rasa sakit pada kuadran kanan bawah pada waktu kiri bawah ditekan
menunjukan Rosving positif. Rasa sakit pada kanan bawah pada waktu tekanan
dilepas menunjukkan perjalaran nyeri tekan lepas positif.
3. Lakukan pemeriksaan tanda Psoas. Letakkan tangan Anda di atas lutut kanan
penderita, dan mintalah penderita untuk mengangkat lututnya melawan tangan
Anda. Cara lain, penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada
sendi paha. Timbulnya / bertambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas
positif, berarti ada iritasi otot psoas oleh apendiks yang meradang.
4. Periksalah tanda obturator. Tekuk tungkai penderita pada sendi paha dengan lutut
menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan
menunjukkan tanda obturotor posistif, berarti terdapat iritasi otot obturator.
5. Carilah adanya daerah kulit yang hyperetesi, dengan mencubit pelahan beberapa
tempat. Dalam keadaan normal, tindakan ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akuta :


Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah
pemeriksaan Murphy's sign. Kaitkan ibU jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah
tepi costa dimana batas lateral muskulus rektus menyilang kosta. Mintalah penderita
untuk napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya. Penambahan
rasa sakit yang tajam yang ditandai dengan Murphy's sign yang positif.

Modal Skill Lab A JILID 1 64


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

DAFTAR PUSTAKA
1. Goldberg C.2001. Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical
Medicine, University of Colorado.
2. Rathe R.2000. Examination of the Abdomen. University of Florida.
3. DeGowin RL, Donald D. Brown. 2000. Diagnostic Examination. McGraw-
Hill.USA.

CHECK LIST PEMERlKSAAN FISIK ABDOMEN


NAMA : …………………………………………………………………..
NIM : …………………………………………………………………….
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Mempersilakan penderita untuk berbaring telentang
2 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar
daerah pemeriksaan terbuka
3 Berusaha membuat penderita rileks dengan menekuk lutut
dan mengajak berbicara
4 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap
pemeriksaan (rasa sakit)
5 Berdiri atau duduk di sebelah kanan penderita
INSPEKSI
1 Melakukan inspeksi abdomen dengan posisi berdiri
2 Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan
membungkuk atau duduk
AUSKULTASI
1 Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi
2 Melakukan auskultasi pada tempat-tempat yang benar
PERKUSI

Modal Skill Lab A JILID 1 65


LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP

1 Melakukan perkusi sebagai orientasi pada keempat kuadran


abdomen
2 Melakukan perkusi untuk menentukan batas atas dan batas
bawah hepar pada garis midklavikula
3 Melakukan perkusi lien di spatium interkosta di bawah garis
axilaris anterior kiri
4 Meminta penderita menarik napas, kemudian mengulangi
perkusi yang sama
5 Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya ascites
PALPASI
1 Melakukan palpasi superficial secara menveluruh
2 Melakukan pemeriksaan untuk nyeri tekan dan nyeri lepas
tekan
3 Melakukan palpasi hepar
4 Melakukan palpasi lien
5 Melakukan palpasi ginjal
6 Melakukan palpasi kandung kemih dan aorta
Keterangan :
0 : tidak dilakukan Palembang,…………………
1 : dilakukan, tetapi tidak sempurna Penguji,
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai = ___________ x 100 % = ………………..

(…………………………….)

Modal Skill Lab A JILID 1 66

Anda mungkin juga menyukai