:
LEARNING
OUTCOME
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, menggunakan ketrampilan
komunikasi efektif berdasarkan paradigma komunikasi ilmiah untuk
memperoleh riwayat medis pasien secara akurat.
Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk membantu pengelolaan pasien
serta kerja sama yang produktif dengan pasien, keluarganya, masyarakat,
sejawat dan profesi terkait.
Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk menetapkan dan
mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan dokter pasien yang
etikal.
Menggunakan prinsip komunikasi untuk mendapatkan memberikan dan
bertukar informasi. Mahasiswa mampu mengembangkan hubungan
interpersonal dan situasi dinamis dalam hubungan dokter-pasien
PENDAHULUAN
yang dapat disebabkan oleh Disease (penyakitnya), Discomfort (rasa tidak nyaman),
Disability (ketidakmampuan), Dissatisfaction (ketidak puasan) dam Death
(kematian). Mahasiswa harus belajar ketrampilan untuk mendapatkan riwayat medis
dari pasien sebelum menjadi dokter.
Riwayat medis pasien terdiri dari
Identitas pasien : Nama, alamat, nomor telepon, keluarga pasien, umur,
kelamin; ras, pekerjaan dan khusus untuk wanita mengenai riwayat kehamilan.
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sosial dan pekerjaan.
Riwayat alergi
Penelusuran sistem sesuai dengan penyakit pasien. Dalam hal ini
dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
Memperoleh riwayat pasien yang akurat adalah langkah kritis pertama dalam
menentukan etiologi masalah pasien. Nilai kualitas riwayat pasien tentunya akan
bergantung pads kemampuan dalam mengkaji informasi yang relevan. Alasan
pasien datang kepada dokter adalah merupakan keluhan utama (chief complaint).
Meningkatkan hubungan dengan pasien
1. Duduklah di leer kawasan pribadi pasien
2. Pastikan pencahayaan, tempat menulis den tempat duduk soda memadai
3. Mintalah ijin kalau diperlukan untuk mengubah ruangan
4. Kalau mungkin duduklah sedemikian rupa sehingga ketinggian mata sama
atau dibawah ketinggian mata pasien
5. Pasien sedapat mungkin dalam posisi duduk tegak
Memulai wawancara
Selalu perkenalkan diri anda pada pasien. Kemudian coba membuat
lingkungan tetap privacy dan bebas dari berbagai distraksi. Ini mungkin sulit,
tergantung dimana interview dilakukan. Lakukan yang terbaik yang dapat kamu
lakukan dan bebas untuk melakukan kreasi. Jika mungkin, persilahkan pasien untuk
duduk, ketika interview dilakukan.
Idealnya, dengarkan pasien ketika menggambarkan masalah dengan kata-
katanya sendiri. Pertanyaan terbuka (open ended questions) merupakan cara yang
terbaik untuk memperoleh informasi yang lengkap. Tidak ada cara yang terbaik
untuk menanysi pasien. Kesuksesan dalam interview memerlukan pencegahan
dalam penggunaan istilah medis dan gunakan gambaran bahasa yang familier. Ada
beberapa bahasa yang dapat digunakan pada beberapa keluhan, yaitu :
1. Durasi/Iama terjadi
2. Karakter/derajat keparahan
3. Lokasi/penyebaran
4. Apakah sudah mencoba mengobati?
5. Apakah ada gejala penyerta lain?
6. Apa yang anda kira tentang masalah ini?
7. Apakah masalah tambah baik, tetap atau bertambah buruk?
ANAMNESIS
Anamnesis berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang telah terjadi dan
nesa artinya ingatan. Dibedakan 2 anamnesis yaitu :
1. Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi,
penduduk lain. Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut :
Appendix Bladder Left ureter
Lower end of Uterus (in Left
ileum pregnancy) spermatic cord
Right ureter Left ovary
Right
spermatic cord
ALAT DAN BAHAN
PROSEDUR TINDAKAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
1. Penerangan ruang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.
2. Cara komunikasi :
Yakinkan pasien nyaman
Yakinkan pasien siap untuk mendengar
Perkenalkan diri anda
Hormati pasien dengan menyebut nama yang Iengkap.
Fasilitasi bila cerita pasien terhenti.
Perlihatkan rasa empati.
Bangkitkan rasa kasihan terhadap penderitaan pasien.
Timbulkan suasana keheningan
Klarifikasikan cerita pasien bila kuratg jelas.
Ulangi lagi cerita yang didengar untuk menyakinkan.
Pergunakan ringkasan.
Pergunal:an penyataan peralihan
Pergunakan penyataan atau pertanyaan dari kesimpulan seperti "ada lagi
yang bapak mau kemukakan?. " ada hal-hal yang penting yang bapak mau
kemukakan?"
Riwayat obstetric dan aktivitas sexual. Apakah dia pernah melahirkan/ hamil?
Jika ya, berapa kali, bagaimana hasil kehamilannya? Aktivitas sexual merupakan
masalah yang tidak nyaman untuk ditanyakan, tetapi ini dapat memberikan informasi
penting tentang penganiayaan, kemampuan untuk mendapatkan keturunan dan lain-
lain.
ALAT DAN BAHAN
Alat tulis dan kertas
DAFTAR PUSTAKA :
1. Anonim, 2002. History of Present Illness, The School of Medicine, The
University of California, San Diego.
2. Bumside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
3. Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
4. Goldberg, 2001. Practical guide to clinical medicine. University of California, San
Diego.
5. Fletcher SW 2000. Clinical decision making: approach to the patient, In:
Goldman: Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders
Company, 78-9.
6. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination.7th ed. New York.
MacGraw-Hill. l-36.
7. Anonym, Twelve strategies for effective communication and collaboration in
medical teams, BMJ Career Focus.htm
8. Mock, KD. 2001. Effective clinician-patient communication, Published February
2001
9. Lewis, B. 2002. From cradle t o Rocker: Providing Care Across the Human Life
Cycle. Dalam: Sloane P D, Slatt Lisa M, Ebell M H, Jacques LB. Essential of
Family Medicine. Ed 4, Philadelphia, Lippincott William & Willdns, p3-18
Palembang, …………..
Nilai = ( Jumlah/42 ) x 100 = ………
Penguji,
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa.
2. Mengenali gejala dan tanda gangguan jiwa
3. Melakukan anamnesis psikiatri (alloa dan auto) dengan baik dan benar
4. Mendiagnosis gangguan jiwa
TUJUAN PEMBELAJARAN
Gangguan jiwa merupakan gangguan fungsi luhur otak oleh karena faktor
organik atau anorganik dengan gejala klinik nyata dan menimbulkan distress serta
ketidakmampuan dalam fungsi sosial. Gangguan jiwa ditegakkan bilamana terdapat
gejala klinis yang nyata berupa sindroma perilaku dan psikologi (terdapat gangguan
fungsi kognitif, afektif dan psikomotor), ditemukan kondisi penderitaan atau distress
berupa rasa nyeri, tak nyaman, disfungsi organ, dan lainnya serta timbulnya
disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, pekerjaan,
social, dan lainnya). Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang
lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
Anamnesis, merupakan pemeriksaan yang terpenting dalam mendiagnosis
gangguan jiwa. Ada dua jenis anamnesis yaitu :
1. Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan pada keluarga, saudara
atau teman dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tentang :
Gejala gangguan jiwa saat ini
Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
Riwayat perkembangan
Riwayat penyakit dalam keluarga (nuclear dan extended)
Silsilah keluarga
Riwayat pribadi penderita
Stressor psikososial
2. Autoanamnesis, menggali informasi, tanda dan gejala langsung kepada
penderita
Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang
buruk
Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita
non psikotik.
PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN
Kesan Umum
Kesadaran
a. Kualitatif
b. Kuantitatif
Orientasi
a. Waktu
b. Tempat
c. Orang
d. Situasi
Sikap dan tingkah laku
Proses fakir
a. Bentuk fikir
b. Isi fikir
c: Progresi fakir
Roman muka
Afek
Perhubungan jiwa
Perhatian
Gangguan persepsi
Gangguan memori
Gangguan intelegensia
Insight
4. Merencanakan pemeriksaan medis dan atau non medis lainnya bila diperlukan
5. Melakukan diagnosis multiaksial
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R.1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas
dari PPDGJ - III. Jakarta
2. Kaplan dan Sadock, 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh. Binarupa
Aksara. Jakarta
Nama :
NIM :
Skore
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam,
mempersilahkan duduk, mempersiapkan medical record
2 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti,
memahami dan menggunakan bahasa non verbal
3 Menanyakan identitas: nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan dan status keluarga sesuai dengan masalah
4 Menanyakan maksud kedatangan atau keluhan utama
5 Menanyakan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga atau keluhan-keluhan
sistemik sesuai masalah
6 Menanyakan riwayat pribadi yang relevan dengan masalah
atau keluhan utama Misal: tempat lahir, latar belakang
perkembangan mental,perkembangan awal, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, perkembangan seksual sikap
dalam kegiatan moral spiritual, riwayat perkawinan,
kehidupan emosional, hubuugan social, kebiasaan.
7 Menanyakan masalah lain yang relevan, misalnya: berkaitan
dengan kebiasaan hidup/stressor
8 Alloanamnesis untuk mendapatkan gejala penderita
9 Mengajukan pertanyaan terbuka, cross check terhadap gejala
dari keluarga kepada pasien (autoanamnesis).
10 Memberikan alternative penyelesaian masalah.
11 Meringkas hasil Mengemukakan kembali hal yang sudah
dikatakan pasien secara ringkas.
12 Mendiskusikan hasil dengan pasien atau menanyakan
altematif masalah yang dipilih
13 Mengemukakan rencana selanjutnya dan menutup
pembicaraan
14 Melakukan diagnosis menurut aksis yang sesuai
TOTAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum pemeriksaan tanda vital, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan hal-hal yang tercakup dalam tanda vital.
2. Menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan tanda vital.
3. Melakukan prosedur pemeriksaan tanda vital dengan baik dan benar.
4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan tanda vital.
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tanda vital.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah,
denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting
untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.
a. Tekanan Darah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding
arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :
- Lingkungan : suasana bising, kurangnya privasi, suhu ruangan
terlalu panas
- Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff
(manset)
- Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok,opi,
obesitas, olah raga
- Tehnik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan
membaca sfigmomanometer.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan
maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu
tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan
c. Pernafasan :
Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi
pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan
stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh.
Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai
44x/menit pada bayi.
Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk
menilai adanya kelainan:
1. Kecepatan :
a. Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal.
b. Bradipnea : pernafasan lambat.
c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal.
2. Irama :
a. Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea.
c. Pernafasan Biot's (ataksia) : periode apnea yang tiba-tiba diselingi periode
pernafasan konstan dan dalam.
3. Usaha bernafas :
Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis.
Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang
paru.
d. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang
menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan
hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu
tubuh lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis
kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga.
Suhu normal berkisar antara 36,5°C - 37,5°C. Lokasi pengukuran suhu adalah
oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektai tingkat
kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15
menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan
pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum
minuman dingin.
a. Stetoskop
b. Spigmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan dan
terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet
berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang
pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan
pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat. Ada 2
ukuran yaitu dewasa dan anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer
gravitasi air raksa terdiri atas satu tabung kaca yang dihubungkan dengan
reservoir yang berisi air raksa dan manometer aneroid yang memiliki embusan
logam dan menerima tekanan dan manset.
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi :
Jam tangan atau stopwatch
3. Mat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan :
a. Jam tangan atau stopwatch
b. Stetoskop
4. Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu :
a. Termometer
b. Tissue
c. Air bersih
d. Air sabun
e. Vaselin
3. Pemeriksaan pernafasan :
a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan.
b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan
menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).
c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi
serta kesimetrisan gerakan.
d. Menentukan irama pernafasan
e. Menetukan pernafasan dalam cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal.
g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah
selesai.
4. Pemeriksaan Suhu : .
a. Pengukuran di aksila :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1990.
Hal. 67-85.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills lab
pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran
2002/2003. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada; Hal. 11-21
4. Snell S.R. 1991. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran bagian 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80.
5. Soeparman, W. Sarwono. 1990. Ilmu penyakit dalam. EGC. Jakarta: Hal. 210-2.
menghilang.
17 Melepas manset *
18 Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin
Suhu tubuh
19 Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat
20 Menunggu sekitar 5 menit
21 Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar
dari bagian yang bersih .
22 Merapikan kembali baju pasien
23 Membaca hasil pengukuran dengan segera
24 Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas
dengan bersih
25 Keringkan termometer
26 Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat
semula
Denyut Nadi
27 Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba
denyut nadi *
28 Menekan arteri radialis dengan kuat,dengan jari-jari selama
kurang lebih 60 detikjika tidak teraba denyutan jari jari
digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.
29 Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada
tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.
Pernafasan
30 Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan
inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus
ditutup dahulu).
31 Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi
inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.
32 Menentukan irama pernafasan
33 Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan
teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
34 Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.
35 Mencuci tangan
36 Dokumentasi
Total Nilai
Keterangan :
0 : tidak dilakukan sama sekali Palembang, …………..
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna Penguji,
………………………..
LAB. KETRAMPILAN MEDIK / PPD-UMP
* : critical point
Nilai batas lulus : 75%
critical point tidak dilakukan, nilai = 0
PEMERIKSAAN PARU
TUJUAN PEMBELAJARAN
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk Menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang berasal dari
riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan bermacam-macam tes
diagnostik.
Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan benar
istilah yang yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala
adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan menceritakannya kepada
pemeriksaan pada waktu anamnesis. Pada umumnya bersifat subyektit. Tanda
adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa oleh pemeriksa pada penderita
sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi maupun patologis oleh suatu penyakit.
Tanda-tanda penyakit umumnya bersifat objektif dan diketahui pada pemeriksaan
fisik.
Penyakit paru dapat memberi manifestasi sebagai berikut :
1. Manifestasi pulmoner.
a. Manifestasi primer : berasal dari kelainan setempat.
Keluhan/gejala : analisa keluhan dilakukan dengan anamnesis, dapat berupa :
batuk dengan atau tanpa dahak/darah, sesak nafas dengan atau tanpa nafas
bunyi dan nyeri dada. Tanda : perubahan-perubahan jaringan paru, pleura,
dinding dada oleh penyakit, dapat dideteksi dengan inspeksi, palapasi, perkusi
dan auskultasi. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi berupa : Perubahan
BATUK
Batuk adalah salah satu sarana pertahanan tubuh yang secara fisiologis
membersihkan saluran pernafasan dari lendir (mukus) dan bahan/benda asing,
timbulnya pada umumnya secara reflektorik namun adakalanya dilakukan secara
sengaja.
Batuk dapat terjadi oleh karena kelainan pada paru maupun diluar paru.
Walaupun batuk adalah salah satu gejala penyakit paru yang paling sering dan
penting namun relatif tidak spesifik. Adanya batuk bersama-sama dengan gejala-
gejala lain mungkin sangat membantu mengarahkan diagnosis. Jika batuk disertai
dengan stridor inspirasi biasanya disebabkan oleh obstraksi intrinsik atau ekstrinsik
di saluran nafas bagian atas. Batuk yang disertai dengan wheezing yang
menyeluruh merttpakan petunjuk adanya bronkospasme (penyempitan bronkus),
meskilntn kadang-kadang dapat pula disebabkan oleh kelainan endotrakea daerah
carina. Terdapatnya wheezing lokal yang menetap dan terdengar pada saat
ekspirasi disertai batuk mencurigakan adanya kemungkinan suatu karsinoma
bronkogenik.
SESAK NAFAS
Sesak nafas adalah salah satu gejala yang paling sering dan paling
mencemaskan penderita sehingga ia terpaksa pergi ke dokter. Berbagai macam
penjelasan atau definisi mengenai dyspnea ini seperti sukar bernafas atau nafas
tidak enak (kurang lega atau kurang puas) yang biasanya dilukiskan oleh pasien
sebagai sesak nafas (shorthness of breath).
Sesak nafas mungkin merupakan gejala berbagai gangguan patofisiologi :
obstruksi jalan nafas, berkurangnya jaringan paru yang berfungsi, berkurangnya
elastisitas paru, kenaikan kerja pernafasan, gangguan transfer oksigen (difusi),
ventilasi tak seimbang dalam kaitannya dengan perfusi, campuran darah vena
(venous admixture) atau right to left shunting, cardiac output yang tidak memadai,
anemia dan gangguan kapasitas angkut oksigen dari hemoglobin.
Pasien dispneu dapat digolongkan dalam 3 katagori utama yaitu pasien
dengan dispneu akut, pasien dengan dispneu progresif menahun dan pasien dengan
serangan dispneu paroksismal yang berulang.
DISPNEU AKUT
Pada orang dewasa dipsnea akut dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti edema paru, tromboemboli paru akut, pneumonia dan pneumothoraks
spontan. Salah satu penyebab yang paling sering adalah sembab paru (edema paru)
akut oleh karena kegagalan jantung kiri. Ini biasanya terjadi pada pasien jantung
atau hipertensi, yang pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang difus.
Penderita mungkin mengeluarkan dahak kental, berwarna kemerahan dan berbuih.
Dapat pula disertai batuk, wheezing, nyeri kardiovaskuler dan sembab pada kaki.
DISPNEU PROGRESIF MENAHUN
Salah satu sebab yang paling sering dari dispneu ini adalah kegagalan jantung
kongestif. Keluhan ini sering dimulai dengan sesak nafas waktu melakukan
pekerjaan, yang lambat laun menjadi bertambah berat sehingga pasien merasa
sesak nafas walaupun melakukan pekerjaan minimal atau bahkan waktu istirahat.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering terbangun malam
hari karena sesak nafas tetapi biasanya disertai dengan batuk dan pengeluaran
dahak. Orthopnea seringkali didapatkan pada kegagalan jantung kiri yang lanjut,
tetapi gejala ini juga mungkin terjadi pada pasien dengan asma dan bronkitis.
DISPNEU PAROKSISMAL BERULANG
Jenis dispneu ini sering dijumpai pada pasien dengan asma bronkial, dimana
pada waktu serangan disertai dengan wheezing dan batuk. Walaupun asma terjadi
pada semua umur, tetapi seringkali terdapat pada anak dan dewasa muda. Dalam
hal ini perlu ditanyakan tentang alergi dan tes alergen. Keadaan ini perlu dibedakan
dengan asma kardial yang disebabkan oleh kegagalan jantung kiri atau stenosis
mitral.
NYERI DADA
Nyeri dada merupakan gejala yang penting untuk penyakit thoraks (rongga
dada), tetapi dapat pula berasal dari luar paru. Nyeri dada adalah salah satu gejala
yang paling sukar dinilai dan membutuhkan klasifikasi yang sistematis. Untuk semua
nyeri dada harus ditanyakan dalam anamnesis tentang hebatnya, sifat, lokalisasi,
lamanya, menyebar atau menetap, terus menerus atau intermiten dan semua faktor
yang menyebabkan nyeri bertambah atau berkurang. Nyeri dada dapat dibagi dalam
golongan :
1. pleuropulmonal
2. trakeobronkial.
3. kardiovaskuler
4. oesophagial dan mediastinal
5. neuromuskuloskeletal.
Nyeri pkuropnlroonal
Nyai pleuropulmonal biasanya akut, tajam dan lokal (setempat), intermiten dan
diperhebat dengan bernafas serta seringkali juga makin hebat dengan gerakan.
Penyebab paling sering dari nyeri pleuropulmonal adalah pnemonia bakteri terutama
yang disebabkan oleh kokus gram negatif dan Klebsiella. Gejala-gejala lain seperti
batuk, lemoptisis, demam atau malaise dapat menyertai pleuropulmonal.
Nyeri trakeobronkial
Nyeri trakeobronkial seringkali disebabkan oleh tracheitis akut, tracheobronkitis
akut aspirasi benda asing tajam, inhalasi gas iritan atau karsinoma yang menyerang
trachea atau brokus besar. Nyeri berupa rasa terbakar disubaternal dan rasa tidak
enak yang seringkali bertambah hebat dengan pernafasan dalam, batuk dan
terutama bila bernafas di hawa dingin. Bila keradangan meluas ke bronchus utama
nyeri terasa di Parasternal.
Nyeri kardiovaskuler
Nyeri ini biasanya terasa substernal atau pada sisi kiri dan seringkali dirasakan
oleh pasien sebagai menekan, menjepit atau mendesak atau perasaan berat dalam
dada. Kerap kali rasa nyeri menjalar ke bahu kiri dan sepanjang sisi medial lengan
kiri terus ke siku. Nyeri dapat menjalar ke leher atau ke rahang atau ke kedua bahu.
Nyeri seperti ini bersifat paroksismal dan bertambah hebat dengan gerakan /
latihan atau emosi dan cepat mereda bila istirahat atau pemberian nitrogliserin, hal
ini khas pada angina pektoris. Jika nyeri
Inspeksi
1. Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe :
Normal. Rate dewasa 8 - 16 x/menit dan anak maksimal 44 x /menit
Tachypnoea. Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik, penyakit paru
restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai sebab.
Hyperpnoea hiperventilasi. Napas cepat dan dalam, penyebabnya: cemas,
exercise, asidosis metabolik, pada kasus koma ingat gangguan otak
(midbrain/pons).
Pernapasan Kussmaul. Napas dalam dengan asidosis metabolik
Bradypnoea. Napas lambat, karena depresi respirasi karena obat, tekanan
intrakranial meninggi.
Napas Cheyne Stokes. Ada perioda siklik antara napas dalam dan apnoe
bergantian. Gagal jantung, uremi, depresi napas, kerusakan otak. Meskipun
demikian dapat terjadi pada manula dan anak-anak.
Pernapasan Biot. Disebut pernapasan ataxic, iramanya tidak dapat
diramalkan, acap ditemukan pada kerusakan otak di tingkat medulla.
Palpasi
1. Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan pada dinding
dada (tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di tempat tertentu, limfonodi,
posisi trakea serta pergeserannya, fraktur iga, ruang antar iga, fossa
supraklavikuler, dsb) serta gerakan, excursion dinding dada
2. Lingkarkan pita ukur (ukur sampai 0.5 cm ketelitian) sekitar dada dan nilai lingkar
ekspirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang menggambarkan elastisitas paru dan
dada.
3. Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di daerah yang
simetris, kemudian dinilai. Pada waktu pasien bernapas dalam :
- tangan diletakkan di bagian depan dada) maka amati gerakan dada
simetriskah,
- (tangan ditaruh di dada samping) gerakan tangan kita naik turun secara simetris
apa tidak,
- (tangan ditaruh di dada belakang bawah) gerakan tangan ke lateral di bagian
bawah atau tidak. Gerakan dinding dada maksimal terjadi di bagian depan dan
bawah.
4. Pada waktu melakukan palapasi kita gunakan juga untuk memeriksa fremitus
taktil. Dinilai dengan hantaran suara yang dijalarkan ke permukaan dada dan kita
raba dengan tangan kita.
5. Pasien diminta mengucapkan dengan suara dalam, misalnya mengucapkan
sembilan puluh sembilan (99) atau satu-dua-tiga dan rasakan getaran yang
dijalarkan di kedua tangan saudara.
- Fremitus akan meninggi kalau ada konsolidasi paru (misal pneumonia, fibrosis)
- fremitus berkurang atau menghilang apabila ada gangguan hantaran ke dinding
dada (efusi pleura, penebalan pleura, tumor, pneumotltorax)
6. Apabilan jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang udaranya atau padat
suara yang dijalarkan ke dinding dada lewat cabang bronkus yang terbuka ini
melemah. Suara dengan nada tinggi (high-pitched sounds) yang biasanya
tersaring terdengar lebih jelas. Keadaan ini ditemukan di permukaaan dari
jaringan paru abnormal. Perubahan ini dikenal sebagai : suara bronchial,
bronchophonie, egophony dan suara bisikan (whispered picroritoqui). Untuk
mudahnya dikatakan : suara bronchial dan vesikuler mengeras. Hal ini dapat
dirasakan dengan palpasi (fremitus taktil) atau didengar dengan auskultasi
Perkusi
1. Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan
menentukan kualitas jaringan paru-paru.
2. Perkusi dapat cara : direk : langsung mengetuk dada atau iga – cara
klasik Auenbrugger) atau indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai
plessimeter oleh jari kanan
3. Di bagian depan mulai di fossa supraclac. Terus ke bawah, demikian
juga pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah. Makin
keras makin dalam suara dapat ‘tertembus’. Misalnya untuk batas paru bawah
yang jaringan parunya mulai menipis, dengan perkusi keras maka akan terkesan
jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi lemah maka masih terdeteksi
paru yang tipis ini sehingga masih terdengar suara sonor.
4. Dengan perkusi dapat terdengar beberapa kemungkinan suara :
Suara sonor (resonant) : suara perkusi jaringan paru normal (latihlah di paru
anda).
Suara memendek (suara tidak panjang)
Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi pleura.
Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang kembung
Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati misalnya.
Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung, Metallklang
Hipersonor (hyper resonant) disini justru suara lebih keras, contoh pada
bagian paru yang di atas daerah yang ada cairannya , suara antara sonor dan
timpani, karena udara bertambah misalnya pada emfisema pulmonum, juga
pneumothorak.
5. Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas jantung relatif dan
batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi) yang tertutup oleh jaringan paru
lebih tebal dari 5 cm sulit dideteksi dengan perkusi. Kombinasi antara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi banyak mengungkap patologi paru. Perlu diingat
bahwa posisi pasien (misalnya tidur miring) mempengaruhi suara perkusi
meskipun sebenarnya "normal"
6. Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di punggung
sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup, kemudian pasien diminta
inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi sampai redup. Perbedaan ini disebut
peranjakan paru (normal 2 - 3 cm). Peranjakan akan kurang atau hilang pada
emfisema paru, pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan. Untuk menentukan
batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan paru, linea medio
clavicularis kanan.
7. Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada
dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior, medius dan
inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan lobus inferior.
8. Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari inspeksi dan
palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk lebih meyakinkan,
bandingkan dengan bagian yang kontra lateral. Batas-batas kelainan harus
ditentukan.
9. Perkusi untuk menentukan apek paru (Kronig's isthmus) dilakukan dengan cara
melakukan perkusi di pundak mulai dari lateral ke arah medial. Suara perkusi dari
redup sampai sonor, diberi tanda. Kemudian perkusi dari medial (leher) ke lateral
sampai terdengar sonor, beri tanda lagi. Diantara kedua tanda inilah letaknya
apek paru. Pada orang sehat lebarnya 4-6 cm. Pada kelainan di puncak paru
(tuberculosis atau tumor) daerah sonor ini menyempit atau hilang (seluruhnya
redup).
10. Pada perkusi efusi pleura dengan jumlah cairan kira-kira mengisi sebagian
hemitoraks (tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak) akan ditemukan
batas cairan (keredupan) berbentuk garis lengkung yang berjalan dari lateral ke
medial bawah yang disebut garis Ellis-Damoiseau.
11. Pada perkusi di kiri depan bawah akan terdengar suara timpani yang berbentuk
setengah lingkaran yang disebut daerah semilunar dari Traube. Daerah ini
menggambarkan lambung (daerah bulbus) terisi udara.
Auskultasi
1. Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknya yang dapat masuk antara 2 iga
(dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan seperti pada perkusi. Minimal harus
didengar satu siklus pernapasan (inspirasi ekspirasi). Bandingkan kiri-kanan pada
tempat simetris.
2. Umumnya fase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari ekspirasi. Penjelasan
serta perpanjangan fase ekspirasi mempunyai arti penting. Kita mulai dengan
melukiskan suara dasar dahulu kemudian melukiskan suara tambahannya.
Kombinasi ini, bersama dengan palpasi dan perkusi memberikan diagnosis serta
diferensial diagnosis penyakit paru.
3. Suara dasar :
Vesikuler: Suara paru normal, inspirium > ekspirium serta lebih jelas
Vesikuler melemah: Pada bronchostenose, emfisema paru, pneuaiothorak,
eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor:
Vesikuler mengeras: Terdengar lebih keras.
Vesikuler mengeras dan memanjang: Pada radang
Bronchial: Ekspirasi lebih jelas, seperti. suara dekat trachea, dimana paru lebih
padat tetapi bronchus masih terbuka (kompresi, radang)
Amforik: Seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kita meniup diatas mulut botol
kosong sering pada caverne. Eksipirasi Jelas.
4. Suara tambahan :
Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada fase inspirasi maupun
ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan nada rendah (sonorous) = rhonchi,
rogchos berarti 'ngorok'. Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran udara. Dengan
dibatukkan sering hilang atau berubah sifat.
Rhonchi basah (moist rales). Timbul letupan gelembung dari aliran udara yang
lewat cairan. Bunyi di fase inspirasi.
ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli),
ronkhi basah sedang (bronchus sedang),
ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar).
ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat, pneumonia,
tuberculosis.
Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus secara mendadak,
serentak terdengar di fase inspirasi. (contoh : atelectase tekanan)
Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan pleura dan gesek
perikardial sebabnya adalah gesekan dua permukaan yang kasar (mis:
berfibrin)
Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi kering disebut
sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard sebagat pleural dan
pericardial rubs.
Auskultasi suara
Dapat dilaksanakan dengan auskultasi menggunakan dua cara: suara keras
dan suara berbisik (gunakan suara S). Terdengar resonansi suara yang jelas makin
kita auskultasi mendekati hilus. (depan di IC 2 dan 3 dekat sternum dan belakang
interskapula dekat vertebra). Apabila suara tadi dijalarkan membaik. Maka disebut
ada bronchophoni (paling baik digunakan suara bisik). Diatas eksudat yang terlalu
besar didengar egophoni suara ini jarang ditemukan.
Rekapitulasi
Palpasi; Tertinggal di daerah yang ada lesi. Vocal fremitus mengeras kalau
ada infiltrat, atelektase tekanan (kompresi). Vocal fremitus melemah pada emfisema,
eksudat, schwarte, atelektase masif. Trakea tertarik pada fibrosisi paru, schwarte,
atelektase masif. Trakea terdorong pada eksudat, pneumothorak, tumor.
Perkusi;. Sonor pada paru normal. Redup pada infiltrat, atelektase masif atau
tekanan, tumor, eksudat, fibrosis, paru, efusi, schwarte. Hipersonor pada emfisema,
pneumothorak.
Auskultasi; Bronkofoni pada infiltrat, juga egofoni (jarang), suara normal
vaskuler. bronkiial pada infiltrat, atelektase tekanan. Vesikuler melemah pada
obstruksi
bronchus <
hantaran suara,
trakea dapat
tertarik
Keterangan :
COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease / Penyakit Paru
Obstruktif Kronik
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan :
Palembang, ………………
0 = tidak dilakukan Penguji,
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Nilai = (Jumlah/28 ) x 100% =…….%
__________________
TUJUAN
DASAR TEORI
garis tengah. Proyeksi jantung pada permukaan dada dapat terlihat dari gambar
berikut :
a. Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan,
yaitu kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis
ke-3 sampai ke-6.
b. Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding dada.
Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6
dengan apeks jantung.
c. Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada
proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kid -atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis yang menghubungkan apeks
jantung dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah kiri.
d. Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak
terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak, di belakang sendi
kostosternalis kid ke-2.
Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum. Ruang
mediastinum yang sempit itu memisahkan jantung dari dinding toraks depan. Di
belakang jantung terdapat organ-organ mediastinum lainnya. Bagian dada yang
ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu dinamakan
prekordium.
A. Inspeksi jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati. Tanda-tanda itu
adalah (1) bentuk prekordium (2) 4 Denyut pada apeks jantung (3) Denyut nadi pada
dada (4) Denyut vena.
Bentuk prekorditim
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang celkung
dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis
atau kifoskoliosis clan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan
pada dada dalam melakukan pekerjaan (pemahat tukang kayu dsb). Prekordium
yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi
pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis
Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada
prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral
atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel
sebagai kelanjutan infark kordis.
Denyut apeks jantung (iktus kordis)
Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada orang gemuk.
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil
atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus
kordis sangat tergantung pada:
a. Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan terdapat dekat linea
axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan iktus
terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah
dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b. Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke
medial ± 1- 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak
ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal III
atau bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis. Pada ascites juga akan
dijumpai keadaan seperti tersebut di atas,
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae, tapi
seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae
terutama pada wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri.
Maka jika didapatkan iktus terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V
kiri dengan linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di
luar linea midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat
disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal,
maka perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri
atau adanya schwarte pleura kanan.
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga patologis,
dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura
kanan.
Sifat ikius :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a: carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.
Denyutan nadi pada dada.
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik turun seirama
dengan diastolic dan sistolik. Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang
membesar. Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta. Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan
denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. putmonalis dan aneurisma aorta
descenden.
Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan Punggung tidak menunjukkan denyutan.
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.
B. Palpasi jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus
dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari.
Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian
dengan tekanan yang keras. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang
pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan
pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping
kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks. Setelah itu tangan
kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika
denyut apeks sudah ditemukari dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita
palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan
maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka penderiksaan jantung adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat
angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba
iktus. Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri
V, agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak
dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada
orang gemuk atau adanya emfisema, tergantung pada basil pemeriksaan inspeksi
dan perkusi.
Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung
(output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak tangan
atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitralis. Pada keadaan hipertensi dan stenosis aorta denyutan apeks
juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat, kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar
(dilatasi) dan mulai timbul keadaan decomp cordis.
Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan
keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar. Hal ini dapat
terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada stenosis
pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat kelainan
pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga teraba di seluruh permukaan
prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran denyutan menjadi sangat kuat
karena jantung berada dekat sekali pada dada. Namun, harus tetap ditentukan
satu tempat dimana denyutan itu teraba paling keras.
2. Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan
atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan :
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir
lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar
bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di
parastcrnal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan
teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba
getaran sistolik di bagian basis jantung.
3. Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatiken karena anatomi
trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan aorta
menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah
sebagai berikut : Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya
diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea
diangkat ke atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap
kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan laring
tettarik ke bawah.
C. Perkusi jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
1. Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi
sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan
cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale
V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-
hepar. Ini merupakan batas kin bawah dari jantung
Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus, pada ruang
interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum,
kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang
jantung. Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di
linea parasternalis kiri.
2. Batas kanan jantung.
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak.
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan di line
parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan anetuisma aorta. Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup
jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai
ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada
sternumpun menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas
terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.
D. Auskultasi Jantung
Auskultasi Jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dtpakai disini adalah
stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong
pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan
frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat
baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah.
Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahakan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi 1, setelah ada kepastian
barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal, Yaitu :
a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan IT
Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada
saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi
tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi
jantung I. Intensitas dari BJ I tergantung dari :
- Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik.
- Kecepatan naiknya desakan bilik
- Letak katub A - V pada waktu systole ventrikel
- Kondisi anatomis dari katub A - V
Daerah auskultasi untuk BJ I:
1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
2. Pada ruang interkostal IV - V kanan. Pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tcpi sternum, merupakan tempat yang baik
pula untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada :
- stenosis mitral
- Interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
- pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya pada
kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
- shock hebat
- interval PR yang memanjang
- decompensasi hebat.
- perikarditis eksudatif
- penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung.
Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah
palpasi nadi. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari
a. radialis. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi
yang normal pada orang dewasa adalah antara 60-90, biasa 75 – 75. Pada anak-
anak dan wanita frekuensi sedikit lebih cepat. Demikian juga halnya pada waktu
berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi.
Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang
dari 60. Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus frekuensi
sedangkan nadi yang lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus.
Takikardi dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri
dan berbagai jenis penyakit jantung seperti supraventrikuler takikardia
paroksismal. Bradikardi terdapat pada penyakit miksudema, penyakit kuning,
demam enteritis, dan tifoid.
2. Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah.
Cara memeriksa :
Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas
dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari
telujuk, jari tengah dan jari manis. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a.
radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-
lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya
desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghilangkan pulsasi. Untuk ini,
kita harus melatih diri supaya dapat mengetahui tegangan nadi.
3. Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.
Pada orang sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur
belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana
frekuensi nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan melambat pada waktu
ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal. Pada gangguan hantaran
jantung dapat terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan
oleh waktu yang lama, karena satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang.
Nadi semacam ini dinamakan pulsus bigeminus. Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan
oleh waktu yang lama dinamakan pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi
(interval) yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyutan
tambahan yang timbul lebih dini daripada denyutan – denyutan lain yang
menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-sistolik. Nadi yang sama
sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan nadi ini merupakan
gejala dari fibrilasi atrium.
4. Macam – macam denyut nadi
Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu gelombang yang terdiri dari
bagian yang menigkat, bagian yang menurun dan puncaknya. Dengan cara
palpasi kita dapat menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang lemah
mempunyai puncak yang tumpul dan rendah. Denyut nadi itu sifatnya seolah-
olah merangkak. Nadi semacam ini dinamakan pulsus anakrot, yang khas
terdapat pada stenosis aorta. Sebaliknya denyut nadi yang terasa seolah-olah
meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan menurun secara cepat
sekali, adalah khas untuk insufisiensi aorta, nadi semacam ini dinamakan pulsus
seler.
Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut
nadi yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama
sekali pada bagian akhirinspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi
semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva dan efusi perikardium.
Pulsus alternans adalah nadi yang mempunyai denyut yang kuat dan lemah
berganti-ganti. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
5. Isi nadi
Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam
pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus
parvus, isi nadi /pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melewati
bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya
puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang
melakukan palpasi, maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus
magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil, jumlah darah yang melalui
arteri kecil, disebut dengan pulsus parvus.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika
ada demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan
tetapi datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus
parvus dijumpai pada pendarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga
mencerminkan perbedaan antara tekanan sistolik dandiastolik yang dikenal
sebagai tekanan nadi.
6. Bandingkan nadi a. radialis kiri dan kanan
Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus differens). Pulsus differens
disebabkan :
a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil bentuknya, sehingga a. ulnaris
yang membesar. Di sini a. ulnaris harus diperiksa dengan cara meraba
sebelah dalam m.flexor carpi ulnaris
b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia, aorta yaitu aneurisma aorta.
Hal ini menyebabkan desakan antara lengan kanan dan kiri tidak sama
7. Keadaan dinding arteri
Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal keras, kadang-kadang bahkan
seperti pipa kerasnya, sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-gulingkan
kesana kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga akan mengalami
pemanjangan sehingga berkelok-kelok. Keadaan ini dapat terlihat jelas pada
a.brachialis. Pada keadaan normal, dinding arteri akan teraba kenyal.
Pertimbangan umum :
- Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
- Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi
yang adekuat.
- Tetap selakumenjagaprivacypasien
- Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan
Teknik auskultasi :
a. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi
b. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi pasien, ruangan yang
tenang adalah penting.
c. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat sternum (aortic area).
d. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat sternum (pulmonic
area)
e. Auskultasi dengan diafragma pada LICS ke-3, 4, 5 dekat sternum (tricuspid
area)
f. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area)
g. Dengarkan dengan bell pada apeks
h. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 an ke-5 dekat dengan sternum
i. Miringkan pasien ke samping kiri.
j. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk mengkaji S3 dan murmur
mitral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burnside-Mc Glym, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta
2. Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta
Keterangan : Palembang,…………………
0 = tidak dilakukan Penguji,
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
(…………………………….)
Nilai = (Jumlah/44) x 100% =
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN
ABDOMEN
TUJUAN PEMBELAJARAN
TINJAUAN PUSTAKA
Topografi Abdomen
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu :
Kuadran kanan atas / Right Upper Quadrant (RUQ)
Kuadran kanan bawah / Right Lower Quadrant (RLQ)
Kuadran kiri atas / Left Upper Quadrant (LUQ)
Dengan melihat topografi ini kita dapat mengidentifikasi status normal atau patologi
dari abdomen, sperti pada gambar 2.
Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat
dibagi menjai 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama
sepanjang batas bawah dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan
akhirnya 2 garis linea mediana klavikula. Pembagian dan topografi organ dapat
dilihat pada tabel 1.
Anamnesis awal
Identitas pasien merupakan data pokok yang harus dikaji lebih awal. Nama
penderita yang anda periksa, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, tempat tinggal, dokter yang merujuknya harus pula anda catat pada saat
pemeriksaan dilakukan. Jika ini bukan merupakan kunjungan yang pertama, maka
jumlah serta tanggal kunjungan sebelumnya harus juga anda catat. Tambahkan pula
suatu pernyataan yang menerangkan sejauh mana seluruh keterangan yang
diberikan oleh penderita dan pelapor dapat dipercaya. Riwayat maupun
pemeriksaan tersebut harus pula ditandatangani dan diberi keterangan kedudukan
orang yang melakukan pemeriksaan.
Keluhan Utama
Keluhan utama adalah pernyataan dengan bahasa sendiri sebagai penyebab
utama pasien untuk mencari bantuan kesehatan. Keluhan utama dapat berupa nyeri
(seperti nyeri perut), gejala tidak enak (seperti kelelahan), kehilangan fungsi normal
(seperti fungsi kandung kemih), perubahan dari tubuh (seperti bengkak) atau
keluhan kejiwaan (seperti cemas, depresi), yang tidak harus merupakan masalah
sebenarnya.
Keluhan utama yang dinyatakan oleh pasien merupakan dasar utama untuk
memulai evaluasi masalah pasien. Keluhan tersering yang membuat seseorang
datang ke dokter adalah nyeri atau yang erat hubungannya dengan
ketidaknyamanan. Tulislah pernyataan singkat, sejauh mungkin dengan
mempergunakan kalimat yang dipakai oleh penderita itu sendiri, mengenai apa
sebenarnya yang tengah dialaminya, dengan mengemukakkan gejala-gejala atau
tanda-tanda serta berapa lama semua gejala-gejala serta tanda-tanda tersebut
sudah berlangsung. Hindarkan, jika memungkinkan, penggunaan kata-kata atau
INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdimen dari posisi anda berdiri di sebelah
kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya
dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga anda dapat melihat
dinding abdomen secara tangensial.
Perhatikanlah :
1. Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah rash atau lesi-lesi
kulit lainnya
2. Umbilikus : perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda
inflamasi atau hernia.
3. Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal
dan femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung
mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau
kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
4. Simetri dinding abdomen
5. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah
nampak adanyahepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa
6. Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya.
7. Peristaltik. Apakah anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus, amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
8. Pulpasi : Pulpasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.
AUSKULTASI
Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15
atau 20 detik pada seluruh abdomen seperti pada gambar 3.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran
hepar, lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik,
Hepar
Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut :
Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan
daerah paru hasihnya suara sonor dari paru.
Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih
pekak dan perhitungan mulai dari titik ini.
Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan
titik akhir dan kemudian d ukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang
ukuran disebut liver span yang mernpunyai angka normal 6-12 cm.
Lien
Lien yang normal terletak pads lengkung diafragma, disebelah posterior garis
midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor
paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya.
Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti
suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda
mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri
(gambar 7). Daerah ini biasanya timpanik. Kemudian mintalah penderita untuk
menarik papas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak mernbesar
suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti
ada pembesaran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara
redup pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign)
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup
yang luas, berarti terdapat pembesaran lien
PALPASI
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan
otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan
posisi tangan dan lengan; bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung
jari-jari secara bersama-sama, lakukanlan gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Hindarkan suatu yang mengentak. Dengan perlahan, rasakan semua
kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang
tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah
ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba, merelakskan penderita, dan
melakukan palpasi pada waktu ekspirasi. .
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen.
Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalam untuk
mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya,
konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi
dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua
tangan, satu di atas yang lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi
(uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas);
vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau
ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).
Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11. dan ke-12
dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan
tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah
lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah
redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah
dengan lembut kearah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah rnerasakan
sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan
menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda,
dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat
merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar
tergantung pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya,
pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat
juga dilakukan dengan teknik mengait. BerdiriIah di sebelah kanan penderita.
Letakkanlah kedua tangan Anda be belahan di bawah batas bawah redup hepar.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada
inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada posisi teraba.
Lien
Letakkan tangan kiri Anda untuk menyangga dan mengangkat costa bagian bawah
sebelah kiri penderita. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa,
lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah palpasi di daerah yang cukup rendah
untuk dapat meraba. lien yang membesar. Mintalah penderita untuk bernapas
dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung jari Anda.
Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat teraba)
apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas. Perhatikanlah
adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak antara lien
dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.
Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan tungkai
fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan lien
terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.
Ginjal
Ginjal kanan : .
Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah
mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan Anda dengan lembut
pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah
tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan
cobalah untuk "menangkap" ginjal diantara kedua tangan Anda. Mintalah penderita
untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan
tangan kanan Anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada
waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba, tentukan ukurannya, dan ada/tidaknya nyeri
tekan.
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan
kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri
untuk meraba pada kuadran kiri atas: Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan.
Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.
Nyeri ketok ginjal
Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi
periksalah juga pada daerah sudut costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung
jari dapat menimbulkan nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan
untuk menumbuhkan hyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut
kostovertebra, dan pukullah dengan sisi unler kepalan tangan Anda.
Pemeriksaan Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan
rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah
memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.
Pemeriksaan asites
PEMERIKSAAN KHUSUS
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan
mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas.
Tandailah batas antara daerah timpani dan redup.
1. Test suara redup berpindah
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk
miring ke salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas
timpani dan redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan
perubahan posisi.
2. Test undulasi
Mintalah penderita atau asisten untuk Gambar 10. Tes Undulasi
menekan kedua tangan pada midline dari abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi
abdomennya dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan ujung
jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan anda yang lain, adanya
getaran yang diteruskan oleh cairan asites.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldberg C.2001. Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical
Medicine, University of Colorado.
2. Rathe R.2000. Examination of the Abdomen. University of Florida.
3. DeGowin RL, Donald D. Brown. 2000. Diagnostic Examination. McGraw-
Hill.USA.
(…………………………….)