Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritik

1. Agama Islam

a. Pengertian Agama Islam

Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ajaran,

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.1

Gamal Komandoko memberikan pengertian agama sebagai

berikut:

Agama adalah pegangan atau pedoman hidup kekekalan, tidak


pergi atau tidak berjalan. Makna lain dari agama, yang berasal
dari a yang berarti ‘tidak’ dan gama berarti ‘kacau’ adalah
peraturan atau tata tertib dari Tuhan yang mengatur hidup dan
kehidupan manusia lahir batin, baik hubungan antara manusia
dan manusia atau makhluk lain, maupun antara manusia
terhadap Tuhan, dengan harapan agar selamat di dunia dan di
akhirat.2

Mengenai pengertian Islam dapat diartikan sebagai berikut:

Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan,


kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama
artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam mim (s-
l-m). Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak
tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar
salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari

1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008), hlm. 12.
2
Gamal Komandoko, Ensiklopedia Istilah Islam, (Yogyakarta: Cakrawala, 2009), hlm. 42-
43.
7

akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti
kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri).3

Gamal Komandoko membagi pengertian kata Islam menjadi

empat bagian yaitu:

1) Selamat, yakni suatu peraturan yang bertujuan menyelamatkan


manusia dari kehidupan dunia sampai hidup di akhirat kelak.
2) Damai, yakni suatu peraturan yang diberikan kepada umat
manusia agar manusia berada dalam suasana yang damai secara
menyeluruh.
3) Berserah, yakni menyerahkan diri pada suatu kekuatan gaib
yang segala perbuatannya tidak dapat dilihat atau dirasakan
melalui panca indra.
4) Tangga, yakni suatu peraturan yang memberikan tangga atau
jalan kepada semua umat manusia untuk menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat.4

Menurut para salaf al-shalih sebagaimana yang dikutip oleh

Atiqullah, agama adalah suatu keimanan manusia akan adanya Allah

SWT yang ditetapkan kebenarannya melalui perasaan iman (qalb),

diucapkan dengan kata-kata (lisan), dan melaksanakan dengan

perbuatan.5

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW

berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia

melalui wahyu Allah SWT.6 Islam adalah suatu agama yang berisi

ajaran tentang tata hidup yang diturunkan Allah kepada umat manusia

3
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 49.
4
Gamal Komandoko, Ensiklopedia Istilah Islam, hlm. 192.
5
Solehan Arif, “Manusia dan Agama”, dalam Islamuna, Vol. 2, No. 2, Program Magister
PAI Pascasarjana STAIN Pamekasan, 2015, hlm. 159.
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.
444.
8

melalui para rasul-Nya, sejak dari Nabi Adam sampai kepada Nabi

Muhammad SAW.7

Islam adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan

sepenuh hati kepada kehendak Ilahi. Kehendak Ilahi yang wajib ditaati

dengan sepenuh hati oleh manusia itu, manfaatnya, bukanlah untuk

Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia dan

lingkungan hidupnya.8

Jadi, agama Islam adalah ajaran yang diturunkan oleh Allah

SWT melalui wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang

mengatur tentang keimanan dan peribadatan yang berpedoman pada

Al-Qur’an.

b. Dasar Hukum Agama Islam

Dasar hukum Islam ada empat yaitu:9

1) Al-Qur’an

Sumber utama hukum Islam ialah Al-Qur’an. Al-Qur’an menurut

bahasa berarti bacaan. Menurut istilah, Al-Qur’an adalah himpunan

wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman hidup untuk

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

7
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm. 59.
8
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hlm. 50.
9
Mustofa, Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.
9-15.
9

2) Al-Hadits

Al-Hadits menurut bahasa adalah khabar atau berita. Menurut

istilah, Al-Hadits adalah segala berita yang disandarkan kepada

Nabi Muhammad SAW meliputi: sabda, perbuatan beliau, dan

perbuatan para sahabat yang beliau diamkan dalam arti

membenarkannya (taqrir). Hadits lazim pula disebut Sunnah, atau

Sunnah Rasulullah SAW., sedangkan menurut bahasa Sunnah

berarti kelakuan, perjalanan, pekerjaan, atau cara.

3) Ijma’

Ijmak menurut bahasa artinya kesepakatan. Adapun menurut

istilah, ijmak berarti kebulatan pendapat para mujtahidin pada

suatu masa dalam menetapkan suatu hukum yang tidak ditemukan

dalilnya secara tegas dalam Al-Qur’an atau hadits.

Sudah merupakan sunatullah dalam perkembangan zaman

senantiasa ditemui masalah-masalah baru dalam kehidupan

manusia yang perlu diketahui kedudukan hukumnya. Apabila para

ulama mujtahidin sepakat dalam menetapkan hukumnya, berarti

lahirlah ijmak/kesepakatan (konsensus) para ulama.

4) Qiyas

Qiyas merupakan sumber hukum Islam yang keempat. Qiyas

menurut bahasa artinya ukuran. Menurut istilah qiyas adalah

hukum yang telah tetap dalam suatu benda atau perkara, kemudian

diberikan pula kepada suatu benda atau perkara lain yang


10

dipandang memiliki asal, cabang, sifat, dan hukum yang sama

dengan suatu benda atau perkara yang telah tetap hukumnya.

Dalam proses qiyas, ada 4 faktor (rukun) yang harus dipenuhi,

yakni asalnya, cabangnya, hukumnya, dan sifatnya.

c. Ruang Lingkup Agama Islam


Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam

bukunya Pengantar Ilmu Fiqih mengatakatan bahwa hukum Syar’i

dibagi menjadi tiga yaitu:

5) Hukum taklifi ialah: hukum-hukum yang mengandung tuntutan yang


berupa perintah atau larangan.
6) Hukum takhyieri ialah: hukum-hukum yang mengandung keizinan
antara mengerjakan atau meninggalkan.
Maka perbuatan kita dari segi taklif dan takhyir ini terbagi kepada:
a) Wajib ialah: yang dituntut oleh syara’ kita kerjakan dengan
tuntutan yang keras, dan dicela bila meninggalkannya.
b) Mandub ialah: yang dituntut oleh syara’ kita mengerjakannya
dengan tuntutan yang tidak keras, tidak dicela meninggalkannya.
c) Haram ialah: yang dituntut kita meninggalkannya, dengan
tuntutan yang keras dan dicela mengerjakannya.
d) Makruh ialah: yang dituntut kita meninggalkannya, dengan
tuntutan yang tidak keras, tidak dicela mengerjakannya.
e) Mubah ialah: yang dibolehkan oleh syara’ kita memilih antara
mengerjakannya dan meninggalkannya.
7) Hukum wadl’i ialah: hukum yang dijadikan sebab atau syarat atau
penghalang terhadap sesuatu pekerjaan atau hukum-hukum yang
dijadikan sebagai hasil dari perbuatan itu, seperti sah atau batal,
rukhshah dan azimah.10

Menurut Moh. Fauzan Januri bahwa pembagian fiqh menurut

objeknya adalah sebagai berikut:11

10
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1997), hlm. 11-12.
11
Moh. Fauzan Januri, Pengantar Hukum Islam & Pranata Sosial, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), hlm. 81.
11

1) Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Sang

Pencipta, seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan lainnya yang disebut

sebagai ibadah mahdhah.

2) Hukum-hukum yang mengatur pembentukan dan pembinaan

rumah tangga, seperti masalah perkawinan, talak, rujuk, najfkah,

nasab, dan waris yang disebut al-ahwal asy-syahsiah.

3) Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia satu sama lain,

baik yang menyangkut harta kekayaan maupun hak-hak yang

disebut al-mu’amalah.

4) Hukum-hukum yang mengatur hubungan hakim (penguasa) dan

rakyatnya secara timbal-balik. Hal ini disebut sebagian ulama

sebagai al-ahkam ash-shulthaniyah atau as-siyasah asy-syar’iyah.

5) Hukum-hukum yang mengatur sanksi hukum bagi penjahat

(‘uqubah), yaitu mengatur ketertiban dan ketentraman manusia,

yang tergolong ke dalam kajian Hukum Pidana Islam atau Al-

Jinayah.

6) Hukum-hukum yang mengatur hubungan negara dengan negara,

seperti masalah perjanjian, perdamaian, dan peperangan disebut as-

siyar atau as-siyasah ad-dauliyah, al-huquq ad-dauliyah.

7) Hukum-hukum yang mengatur norma (al-akhlaq), masalah baik-

buruk, dan sebagainya yang disebut al-adab.

Agama Islam merupakan satu sistem akidah dan syari’ah serta

akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai


12

hubungan. Ruang lingkup agama Islam tidak hanya mengatur

hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk

dengan diri manusia itu sendiri tetapi juga dengan alam sekitarnya

yang kini terkenal dengan istilah lingkungan hidup.12

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

1) Perbuatan mendidik itu sendiri


Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh
kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh
pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah
yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing,
memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak
didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam.
2) Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan.
Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan
untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang
kita cita-citakan.
3) Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk
anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah
dan kepribadian muslim.
4) Pendidik
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan.
Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil
pendidikan Islam.

12
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Cet. Ke-
11, hlm. 51
13

5) Materi Pendidikan Islam


Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama
Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.
6) Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak
didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mengolah,
menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah
diterima dan dimiliki oleh anak didik.
7) Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau
penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam
umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses
atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka
pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya
dan berakhir enga terbentuknya kepribadian muslim.
8) Alat-alat Pendidikan Islam
Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan
pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih
berhasil.
9) Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan
serta hasil pendidikan Islam.13

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

agama Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang

menyangkut penyelenggaraan agama Islam.

d. Konsep-konsep Agama Islam

Mengenai konsep-konsep agama Islam, terdapat tidak konsep

yang tidak dimiliki oleh agama lainnya yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Islam mempunyai cara beribadah khusus, semisal shalat, puasa,

upacara hari raya, dan lain sebagainya.

13
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998, Cet. ke-2, hlm.
14-15
14

2) Islam mempunyai kitab suci, yakni Al-Qur’an yang tidak berubah

satu kata atau satu huruf pun dari aslinya.

3) Al-Qur’an selaku mukjizat Rasulullah SAW dapat disaksikan serta

dibuktikan hingga sekarang dan hingga akhir zaman kelak.14

e. Indikator Nilai-nilai Agama Islam

Berkenaan dengan nilai-nilai dalam agama Islam, terdapat

indikator-indikator di dalamnya di antaranya:

1) Aspek iman
2) Aspek Islam
3) Aspek ihsan
4) Aspek ilmu
5) Aspek amal.15

Secara universal, menurut Thontowi sebagaimana dikutip oleh

Muzakkir bahwa terdapat enam komponen religius di antaranya:

1) Ritual, yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sendiri


maupun bersama-sama;
2) Doctrin, yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan
Tuhan;
3) Emotion, yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan
sebagainya;
4) Knowledge, yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-
prinsip suci;
5) Ethics, yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku
interpersonal membedakan yang benar dan yang salah, yang
baik dan yang buruk; dan
6) Community, yaitu penegasan tentang hubungan manusia
dengan makhluk atau individu yang lain.16

14
Gamal Komandoko, Ensiklopedia Istilah Islam, hlm. 193.
15
Muzakkir, “Peranan Nilai-nilai Dasar Keagamaan terhadap Pembinaan Karakter Peserta
Didik di SMK Negeri 2 Kota Parepare (Studi Implementatif dengan Pendekatan Psikologi
Pendidikan)”, dalam Al-Ishlah, Jurnal Studi Pendidikan, Vol. XIV, No. 2, 2016, Jurusan Tarbiyah
dan Adab STAIN Parepare, hlm. 182.
16
Muzakkir, “Peranan Nilai-nilai Dasar Keagamaan terhadap Pembinaan Karakter., hlm.
182.
15

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa indikator nilai-nilai dalam agama Islam di antaranya nilai

atau dimensi ideologi atau keyakinan, nilai atau dimensi peribadatan,

nilai atau penghayatan, nilai atau dimensi pengetahuan, dan nilai atau

dimensi pengamalan.

2. Organisasi Pemuda Adat

a. Pengertian Organisasi

Kata organisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1)

kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian

(orang dan sebagainya) di perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan

tertentu; 2) kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan

untuk mencapai tujuan bersama.17

Banyak para ahli yang menjelaskan mengenai pengertian

organisasi. Di antara pengertian-pengertian tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Fayol dan Drucker: Organisasi merupakan pengelompokan orang-


orang ke dalam aktivitas kerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2) Siagian: Organisasi adalah setiap bentuk-bentuk persekutuan antara
dua orang atau lebih yang bekerjasama secara formal terikat dalam
rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam
ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan
dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan.
3) Prajoedi: Organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan
struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang

17
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.
803.
16

posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama


mencapai suatu tujuan tertentu.18
4) Schein mengatakan bahwa organisasi adalah koordinasi yang
rasional dan aktivitas sejumlah orang dalam mencapai sejumlah
tujuan yang jelas melalui pembagian kerja dan fungsi dan melalui
hirarki kekuasaan dan tanggung jawab.19

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa organisasi merupakan kumpulan manusia yang diintegrasikan

dalam suatu wadah kerjasama untuk menjamin tercapainya tujuan-

tujuan yang ditentukan.

b. Pengertian Organisasi Pemuda Adat

Organisasi kepemudaan pada dasarnya adalah wadah berhimpun

para pemuda yang berkumpul disebabkan adanya persamaan profesi,

ikatan primordialisme, keagamaan dan lainnya. Organisasi itu tumbuh

dan berkembang sebagai lembaga formal dengan mengutamakan

kesadaran dan tanggung jawab sosial dengan semangat dari, oleh dan

untuk pemuda. Kegiatannya sangat beragam baik bersifat politik,

ekonomi, sosial dan budaya yang melibatkan khususnya kalangan

pemuda dan masyarakat secara umum. Mereka bergerak secara kreatif,

dinamis, visioner, inovatif dan produktif sehingga diperlukan

pembinaan agar potensinya dapat berkembang dan bermanfaat secara

luas untuk kemajuan bangsa dan negara.20

18
Engkoswara, Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
140-141.
19
Engkoswara, Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, 142.
20
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, dalam Civic Culture: Jurnal Ilmu
Pendidikan PKn dan Sosial Budaya, Universitas Mercubuana, hlm. 38.
17

c. Tujuan Organisasi Pemuda Adat

Secara umum organisasi kepemudaan mempunyai beberapa

tujuan yaitu mengajak setiap pemuda untuk bersatu berdasarkan

kesamaan tujuan, memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia,

mengembangkan potensi pemuda sehingga pola pikir dan kepekaan

mereka terhadap lingkungan sekitarnya dapat berjalan baik, melatih

dan mempersiapkan skill pemuda sehingga mampu memenangkan

dirinya dalam persaingan global dan memberikan masukan maupun

kritik atas kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat Indonesia.21

d. Tugas dan Kewajiban Organisasi Pemuda Adat

Pelaksanaan dalam kehidupan politik, organisasi kepemudaan

dapat mendorong terciptanya kepemimpinan politik yang sehat,

kompetisi politik yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum.

Dalam level kebijakan, organisasi kepemudaan dapat memberikan

edukasi politik kepada pemuda mengenai pentingnya berpolitik sesuai

kaidah hukum sehingga tercipta negara yang demokratis.22

Dalam kehidupan ekonomi, organisasi kepemudaan harus

mampu memberikan penyadaran bahwa pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya alam Indonesia harus memperhatikan asas keadilan,

kebermanfaatan, efektifitas, efisiensi dan kelestarian alam sehingga

21
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, hlm. 38.
22
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, hlm. 39.
18

kegiatan ekonomi tidak merusak alam yang merugikan kehidupan

generasi yang akan datang.23

e. Peran Organisasi Pemuda Adat

Dengan adanya organisasi kepemudaan, maka diharapkan

pemuda dapat berkomunikasi dan berperan aktif mendorong persatuan

dan kesatuan bangsa. Bagaimanapun pemuda adalah bagian dari

masyarakat yang potensinya dapat bermanfaat dalam mendukung

kepentingan nasional. Beberapa potensi pemuda seperti

kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan harus mendapatkan

pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan yang tepat dalam

rangka persiapan diri sebelum hidup di tengah masyarakat kelak.24

Peran organisasi kepemudaan dalam memberikan pemahaman,

penghayatan dan pengamalan wawasan nusantara dalam kehidupan

sosial dapat dijalankan secara efektif melalui pendidikan dan

pengembangan budaya lokal. Dunia pendidikan dipandang efektif

sebagai ajang proses transfer pengetahuan wawasan nusantara

sekaligus prakteknya secara nyata. Melalui pendidikan, organisasi

kepemudaan dapat mendukung program wajib belajar dengan

menyediakan sekolah gratis, bantuan buku kepada Taman Bacaan

Masyarakat (TBM), pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi,

23
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, hlm. 39.
24
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, hlm. 38.
19

intstruktur upacara bendera, dan menjadi pengajar pada kegiatan

ekstrakurikuler seperti pramuka, paskibra dan lainnya.25

Sebagai wujud dari peran sebuah organisasi pemuda dalam

masyarakat, dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Mengadakan pembinaan kepada pengikut suatu agama itu


sendiri secara berkesinambungan melalui dakwah baik secara
individu maupun secara organisasi dalam hal ini organisasi
masjid.
2) Selalu mengadakan kegiatan-kegiatan peribadatan di masjid
baik ibadah mahdhoh maupun ibadah ghoiru mahdhoh.
3) Sering mengadakan diskusi kelompok tentang kegiatan remaja
dimasjid.
4) Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat, seperti gotong
royong, hadir di acara yasinan dan tahlilan yang diadakan oleh
warga.
5) Mengadakan pendidikan dan pembinaan kepada anggotanya.26

Untuk membekali generasi muda mempunyai wawasan yang

luas tentang dunia kerja maupun dunia kemasyarakatan (mengurangi

pengangguran) semua kecakapan skill tersebut harus dimiliki oleh

generasi muda, utamanya vocational skill. Pengembangan kualitas,

keterampilan, kepribadian dan kecakapan hidup (life skill) kepribadian

generasi muda jelas tidak bisa dicapai hanya dengan mengikuti

pendidikan formal, tetapi dapat dilakukan melalui wadah (lembaga

atau organisasi) yang mempunyai komitmen terhadap pengembangan

generasi muda tersebut.

25
Inggar Saputra, “Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman
Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia”, hlm. 40.
26
Zulmaron, dkk., “Peran Sosial Keagamaan Remaja Masjid di Kelurahan Pipa Reja
Kecamatan Kemuning Palembang”, dalam JSA, Vol. 1, No. 1, 2017, Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang, hlm. 46.
20

B. Kerangka Berpikir

Setiap manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan insting.

Yang dibawa manusia ketika lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan.

Unsur ketuhanan ini di luar ciptaan akal budi manusia dan merupakan sifat

kodrat manusia. Kejadian manusia sebagai makhluk ciptaan Allah telah

dilengkapi dengan unsur-unsur kemanusiaan, keadilan, kebajikan, dan

sebagainya. Hal utama yang perlu dipahami setiap muslim mengenai manusia

adalah bahwa Tuhan menyatakan manusia sebagai khalifah di bumi, yang

bertugas untuk membangun dan mengelola dunia, sesuai dengan kehendak

pencipta-Nya. Dalam melaksanakan tugas kekhalifahan ini, selain dibekali

fitrah agama, manusia juga dibekali dengan berbagai macam potensi lainnya

seperti, potensi naluriyah, inderawi, akal sehingga dengan potensi itu ia dapat

mengembangkan dirinya dan menjalankan tugas kekhalifahan sesuai dengan

yang diamanahkan Allah Swt. Dari potensi inilah yang membedakan manusia

dengan makhluk lainnya.

Manusia dan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat

kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia.

Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur.

Manakala dalam menjalankan kehidupannya, manusia menyimpang dari nilai-

nilai fitrahnya, maka secara psikologis ia akan merasa adanya semacam

“hukuman moral”. Lalu spontan akan muncul rasa bersalah atau rasa berdosa.

Jika manusia dilihat dari hubungannya dengan agama, dapat dikatakan bahwa
21

agama dapat membuat manusia menjadi orang beriman dan mampu

menjalankan semua tanggung jawabnya sebagai manusia.

Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia

mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti

jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang

melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Penulisan proposal ini peneliti menemukan beberapa penelitian yang

dapat dijadikan kajian terdahulu bagi peneliti di antaranya sebagai berikut:

1. Penelitian Abd. Rouf yang berjudul “Potret Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Umum”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan disimpulkan

bahwa aplikasi atau praktik pendidikan agama Islam di sekolah (umum)

amatlah minim atau kurang maksimal. Secara umum, jumlah jam pelajaran

agama di sekolah rata-rata 2 jam per minggu. Dengan alokasi waktu

seperti itu, jelas tidak mungkin untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan agama yang memadai. Oleh karena

itu, harus dilakukan strategi alternatif dalam memenuhi kebutuhan peserta

didik akan pendidikan agama di sekolah umum, antara lain: melalui

kegiatan ekstra kurikuler berbasis keruhanian, tambahan-tambahan materi

kegamaan di luar jam pelajaran, menyisipkan muatan keagamaan kedalam

semua bidang studi umum, dan lain sebagainya. Sumber daya guru agama

Islam juga perlu terus ditingkatkan kualitasnya, baik dari segi content

maupun metodologi. Di samping itu, proses pelaksanaan pendidikan


22

agama Islam harus selalu dilaksanakan dengan baik dan maksimal.

Evaluasinya tidak cukup hanya menilai aspek kognitif siswa, tetapi harus

juga melihat dan menilai aspek afektif dan psikomotoriknya. Ketiga

domain (kognitif, afektif, psikomotorik) pendidikan agama Islam harus

dilihat dalam pelaksanaan penilaian, sehingga penilaiannya bersifat

komprehensif.27

2. Penelitian Ulul Azmi yang berjudul “Nilai Agama dan Budaya dalam

Pantun Nikah Kawin Masyarakat Melayu Bengkalis”. Konsep nilai ini

telah digunakan bersama-sama dengan konsep norma, sebagai sesuatu

yang diinginkan, dikehendaki atau yang dianggap paling ideal oleh

seseorang, komunitas, atau masyarakat. Jadi, seseorang, komunitas, atau

masyarakat yang melakukan penilaian berarti sedang menerapkan konsep

ukuran atas objek yang bernilai; atau sedang melakukan pilihan-pilihan

diantara objek-objek yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Nilai

sebagai konsep ukuran dapat diperoleh dari agama, moral, adat, dan

undang-undang. Hasil penilaian disebut sebagai “pembenaran atas

penelitian.” Unsur nilai yang penting adalah manusia yang mempunyai

nilai dalam hal ini “Masyarakat Melayu Bengkalis.” Merekalah yang akan

melakukan penilaian atas sesuatu yang diinginkan, atau sesuatu yang

diyakini dapat memberi kebahagiaan hidup. Karena itu, ada tiga persoalan

yang akan dibahas, yaitu adat dan Islam sebagai sumber utama nilai, budi

dan orang budiman sebagai orientasi nilai Melayu dan tujuannya, dan

27
Abd. Rouf, “Potret Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum”, dalam Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 03, No. 01, SMPN 41 Surabaya, 2015, hlm. 204-205.
23

pantun budi sebagai medianya. Kajian ini dapat disimpulkan bahwa sangat

erat keterkaitan pantun nikah kahwin dengan agama, adat dan budaya yang

telah mengurat dan mengakar dalam kehidupan orang-orang Melayu.28

28
Ulul Azmi, “Nilai Agama dan Budaya dalam Pantun Nikah Kawin Masyarakat Melayu
Bengkalis”, dalam Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 10, No. 2, Pekanbaru: Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Lancang Kunig, 2014, hlm. 94.

Anda mungkin juga menyukai