BAB I
DEFINISI
A. HAK
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Hak adalah Kebebasan untuk berbuat sesuatu menurut hukum dan
merupakan sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Macam-macam Hak
1. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu
bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial.
2. Hak Positif dan Hak Negatif
Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk
melakukan sesuatu atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak
boleh menghindari saya untuk melakukan atau memilki hal itu.
1
3. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia
atau karena fungsi khusus yang dimiliki orang satu terhadap orang lain.
4. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang
dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh
menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak
yang ia miliki.
B. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan
(sesuatu hal yang harus dilaksanakan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Kewajiban adalah (sesuatu) yg diwajibkan; sesuatu yg harus
dilaksanakan; keharusan (http://artikata.com/arti-383536-kewajiban.html)
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Dari kewajiban inilah kita bisa mendapatkan hak kita
karena hak dan kewajiban memiliki hubungan timbal balik.
(http://arlanwidiantara.blogspot.com/2012/03/kewajiban-warga-negara-
indonesia.html)
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah
Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
(http://milalanasution.wordpress.com/2013/04/22/pengertian-hak-
kewajiban-dan-warga-negara/)
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila
hak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi
manusia.
Jenis-jenis Kewajiban :
a. Kewajiban hukum
b. Kewajiban alamiah
2
c. Kewajiban sosial
d. Kewajiban moral
3
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di
luar Rumah Sakit
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II. Kewajiban Pasien berdasarkan Undang undang No 44 Tahun 2004
Tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien :
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Rumah Sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan pasiennya. Dokter tidak bisa
menjamin bahwa ia pasti akan dapat menyembuhkan penyakit pasiennya,
karena hasil suatu pengobatan sangat tergantung kepada banyak faktor yang
berkaitan (usia, tingkat keseriusan penyakit, macam penyakit, komplikasi dan
lain-lain). Sedangkan segala peraturan yang mengatur tentang perjanjian
tetaplah harus tunduk pada peraturan dan ketentuan dalam KUH Perdata.
Ketentuan mengenai perjanjian dalam KUH Perdata itu diatur dalam buku III
yang mempunyai sifat terbuka, dimana dengan sifatnya yang terbuka itu akan
memberikan kebebasan berkontrak kepada para pihaknya, dengan adanya asas
kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap orang dapat membuat
segala macam perjanjian.
Segala bentuk perjanjian harus tunduk pada ketentuan umum Hukum
perdata Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi “Semua Perjanjian, baik yang
mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu
nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam
bab ini dan bab yang lalu”.
Di dalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal
sahnya suatu perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka setelah
perjanjian tersebut disepakati oleh para pihak, maka perjanjian itu akan berlaku
sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya hal itu diatur
dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi : “ Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya”.
Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus dimiliki
oleh para pihak yaitu adanya suatu i’tikad baik dari masing-masing pihak untuk
melaksanakan perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur didalam Pasal
1338 ayat 3 KUH Perdata yang berbunyi : “ Suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan i’tikad baik”.
2. Berdasarkan Undang-Undang
Di Indonesia hal ini diatur didalam KUH Perdata Pasal 1365 tentang
perbuatan melanggar hukum yang berbunyi : Setiap perbuatan yang melanggar
hukum sehingga membawa kerugian kepada orang lain, maka sipelaku yang
7
menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian
tersebut.
Perbuatan melanggar hukum "sebagai suatu tindakan atau non-tindakan
yang atau bertentangan dengan kewajiban si pelaku atau bertentangan dengan
susila baik, atau kurang hati-hati dan ketelitian yang seharusnya dilakukan di
dalam masyarakat terhadap seseorang atau barang orang lain".
Jika seorang dokter tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di
atas, maka ia dapat dianggap telah melakukan pelanggaran hukum, melanggar
ketentuan yang ditentukan oleh Undang-Undang karena tindakannya
bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta sikap hati-hati yang
seharusnya dapat diharapkan daripadanya dalam pergaulan sesama warga
masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan "kepatutan, ketelitian dan hati-hati"
tersebut adalah standar-standar dan prosedur profesi medis di dalam melakukan
suatu tindakan medis tertentu. Namun standar-standar tersebut juga bukan
sesuatu yang tetap karena pada waktu-waktu tertentu, haruslah diadakan
evaluasi untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun tidak saja terhadap suatu perbuatan yang dilakukan, tetapi
juga terhadap suatu kelalaian yang menyebabkan kerugian kepada orang lain
dapat pula dimintakan penggantian kerugian. Hal ini dirumuskan di dalam
Pasal 1366 yang berbunyi : “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
terhadap kerugian yang ditimbulkan karena suatu tindakan, tetapi juga yang
diakibatkan oleh suatu kelalaian atau kurang hati-hati.”
Selain itu seseorang juga bertanggung jawab terhadap tindakan atau
kelalaian/kurang hati-hati dari orang-orang yang berada di bawah perintahnya.
Hal ini dirumuskan di dalarn Pasal 1367 yang berbunyi : “Seseorang tidak saja
bertanggung jawab terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri,
tetapi juga bertanggung jawab terhadap tindakan dari orang-orang yang berada
di bawah tanggung jawabnya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada
di bawah pengawasannya.”
8
Hubungan dokter dan pasien berakhir manakala pasien dirujuk ke dokter
lain yang diteruskan dengan perawatan lanjutan. Pendek kata dokter harus
memiliki kecerdasan moral, kearifan intelektual dan kesadaran spiritual.
9
BAB III
TATA LAKSANA
10
2. Penyampaian informasi pada pasien rawat inap
Rumah sakit akan memberikan penyampaian informasi hak dan
kewajiban pasien, dimana saat pasien dinyatakan harus MRS maka
petugas Admision akan menjelaskan kepada pasien atau keluarga.
Penyampaian informasi tersebut menggunakan Formulir Persetujuan
Umum (RMK 1).
Selain itu, rumah sakit mempunyai prosedur untuk menjelaskan
kepada pasien tentang hak dan tanggung jawabnya secara lisan tidak efektif
dan tidak sesuai yaitu dengan memberikan leaflet kepada pasien dan atau
keluarga.
Penjelasan yang akan disampaikan kepada pasien dan keluarga yaitu
meliputi:
1. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak dan
kewajiban sebagai pasien.
2. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang
persetujuan pelayanan kesehatan.
3. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang privasi.
4. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang rahasia
kedokteran
5. Rumah Sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang membuka
rahasia kedokteran.
6. Rumah Sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang barang
pribadi.
7. Rumah Sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang pengajuan
keluhan.
8. Rumah Sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang kewajiban
pembayaran.
Dalam situasi tertentu, ada beberapa hal yang perlu dibatasi terkait
hak pasien. Misal : mengenai informasi diagnosa pasien bahwa diagnosa
hanya dapat diketahui oleh pasien, namun dalam waktu tertentu hal tersebut
dapat berbalik bahwa diagnosa harus diketahui keluarga. Waktu tertentu
11
yang dimaksud adalah ketika pasien tidak berkompeten dalam menerima
informasi terkait penyakitnya.
Beberapa keadaan pasien yang tidak berkompeten adalah sebagai berikut :
a. Pasien usia anak-anak
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah
alasan, seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami
tindakan kedokteran, atau dampak dari kondisi mereka
b. Pasien tidak sadar diri
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang
berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf
pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan
kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik
primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan
struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya
sehingga pasien tidak sanggup dalam menerima informasi apapun.
c. Pasien Sakit Jiwa
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu
tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit
gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya
yang berhubungan dengan biopsikososial.
Berikut beberapa hal yang diinformasikan oleh dokter kepada pasien :
a. Diagnosis ( diagnosis kerja dan diagnosis banding ) dan dasar diagnosis;
b. Kondisi pasien;
c. Tindakan yang diusulkan;
d. Tata cara dan tujuan tindakan;
e. Manfaat dan risiko tindakan;
f. Nama orang yang mengerjakan tindakan;
g. Kemungkinan alternative dari tindakan;
h. Prognosis dari tindakan;
12
i. Kemungkinan hasil yang tidak terduga
j. Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan.
Secara umum informasi terkait pasien adalah bersifat rahasia, namun
pada dasarnya terdapat dua kategori informasi yang bersumber dari rekam
medis, yaitu :
a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Informasi dari rekam medis yang mengandung nilai kerahasiaan adalah
laporan atau catatan yang terdapat dalam rekam medis berupa hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi dari rekam medis pasien,
maka perlu adanya surat permohonan dari pemohon yang disetujui oleh
Direktur RS. Selanjutnya prosedur peminjaman dilakukan sesuai dengan
SPO Peminjaman Berkas Rekam Medis.
b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Jenis informasi yang tidak bernilai rahasia dari rekam medis adalah
identitas pasien, namun identitas pasien dapat berubah menjadi rahasia
apabila pasien tidak mengijinkan identitasnya diketahui oleh orang lain.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi tersebut, maka petugas rumah
sakit perlu menanyakan maksud dan tujuannya.
13
b) Pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka
akan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya.
c) Pasien dan keluarganya memahami bagaimana mereka akan
diberitahu dan siapa yang akan memberitahu mereka tentang hasil
dari pelayanan dan pengobatan.
d) Pasien dan keluarganya memahami bagaimana mereka akan
diberitahukan dan siapa yang akan memberitahu mereka tentang
hasil yang tidak diantisipasi dari pelayanan dan pengobatan.
2) Keterlibatan pasien dan atau keluarga dalam persetujuan tindakan
Hal ini penting disampaikan kepada Pasien dan atau keluarga
ditujukan.
Pasien dan keluarganya memahami kapan persetujuan akan
diminta dan proses bagaimana cara memberikannya. Terkait
persetujuan tindakan, diharapkan pasien dan atau keluarga terlibat
dalam pengambilan keputusan pelayanan karena partisipasi pasien
dan keluarga sangat dibutuhkan demi terjadinya pelayanan yang
sesuai dan dibutuhkan. Selain itu, pasien dan keluarganya
memahami hak mereka untuk berpartisipasi dalam keputusan
pelayanannya, bila mereka menghendakinya.
14
Dari semua yang dijelaskan oleh petugas, diharapkan pasien dapat
mengambil keputusan. Namun, ketika pasien tidak mampu dalam
mengambil keputusan maka keluarga berhak membantu atau ikut
mengambil keputusan atas tindakan yang akan dilakukan.
Penolakan pelayanan atau pengobatan ada proses untuk
penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan yang pulang karena menolak nasehat medis, apabila diketahui ada
dokter keluarga harus diberitahu tentang penolakan atau pengobatan dan
proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Adapun tata laksana penolakan pelayanan atau pengobatan adalah:
1. Dokter penanggung jawab pasien menjelaskan rencana tindakan medis
dan perawatan yang akan dilakukan secara lengkap dan jelas.
2. Menghormati hak pasien atau keluarga untuk memutuskan rencana
tindakan atau perawatan.
3. Bila pasien atau keluarga menolak rencana tindakan atau perawatan,
maka dokter penanggung jawab pasien akan:
a. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang hak mereka untuk
menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
b. menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang konsekuensi dari
keputusan tersebut
c. menjelaskan kepada pasien dan keluarga akan tanggung jawab
pasien dan keluarga berkaitan dengan keputusan tersebut
d. menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tersedianya
alternatif pelayanan dan pengobatan
4. Pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan tindakan medis
dan perawatan disaksikan oleh perawat, dokter dan pasien atau keluarga
pasien.
5. Formulir penolakan tindakan medis dan perawatan di dokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
Berikut ketentuan dalam pengambilan keputusan :
15
1. Pengaturan Persetujuan atau Penolakan Tindakan Medis harus dalam
bentuk kebijakan dan prosedur (Standard Prosedure Operasional) dan
ditetapkan tertulis oleh pimpinan rumah sakit.
2. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan
sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban
dokter.
3. Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan.
Berdasarkan Pasal 45 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang selayaknya
diberikan kepada pasien, yaitu :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Dengan mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual
ini memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada
pasien :
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak
diobati
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari
prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan
subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang
serius
16
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,
dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim
lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau
pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam
rangkaian tindakan yang akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
4. Penyampaian Informasi
Saat penyampaian informasi, diharapkan pemberi informasi dapat
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin
merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional
ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan
persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter
bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang
bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan
17
informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan
tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas
kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk
berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada
diskusi.
c. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress)
agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka
untuk konseling bila diperlukan.
d. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada
pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan.
e. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
f. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi
yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan.
18
7. Panduan DPJP
8. Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
9. Panduan Penolakan Resusitasi (DNR)
10. Panduan Asesment dan Managemen Nyeri
11. Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal
12. Panduan penyelesaian komplain, keluhan, konflik atau perbedaan
pendapat pasien dan keluarga
13. Panduan General consent (persetujuan umum)
19
20