Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan dengan
judul studi kasus penerapan intervensi cerdik dalam pengendalian glukosa darah
Oktober – 27 Oktober 2019 dan diikuti oleh dua orang responden, yaitu Tn M
dan Tn S.
melitus setahun terakhir dan pasien tidak tau pasti apa penyebanya. Riwayat
penyakit saat ini bahwa pasien mengalami kesemutan pada kaki dan tangan. Saat
ini pasien tinggal dengan istri dan anak pertamanya, sehingga yang membantu
mengontrol gula darah, dan membantu aktifitas sehari-hari yaitu keluarga. Jika
gula darah naik pasien merasa cemas karena aktifitas terganggu, sangat lemas dan
kesemutan. Hasil pengkajian terakhir GDA 282 mg/dl, saat ini pasien tidak
minum obat, tidak melakukan diet serta pasien merokok namun pasien rajin
49
50
minum manis-manis berkaleng. Riwayat penyakit saat ini bahwa pasien sering
mengantuk dan pandangan mata kabur. Saat ini pasien tinggal dengan istri dan
satu orang anaknya, sehingga yang membantu mengontrol gula darah, dan
membantu aktifitas sehari-hari yaitu keluarga. Keluhan saat gula darah naik pasien
mengalami keluhan lemas dan ngantuk ingin tidur. Hasil pengkajian terakhir
GDA 304 mg/dl, saat ini pasien tidak minum obat, tidak melakukan diet namun
mulai mengurangi karbohidrat serta pasien merokok namun saat keluhan muncul
Tabel 4.2.1 Observasi kadar gula darah pasien diabetes melitus sebelum diberikan
intervensi cerdik.
Nama
No. Respon pasien sebelum edukasi
Responden
1 Ny. NW Ibu mengatakan bayinya lahir prematur perlu susu
khusus.
Ibu merasa tidak dapat memberikan ASI,
Kualitas ASI nya rendah karena bayi lahir prematur.
Ibu merasa banyak kendala untuk mneyusui bayinya
karena premature. ASI belum keluar,
Bekas jahitan masih sakit setelah operasi.
51
4.2.2 Proses pelaksanaan edukasi mulai dari pengertian ASI, manfaat ASI,
memberikan ASI pada bayi prematur dan hal hal yang perlu diperhatikan
Edukasi dilakukan di ruang NICU dimana ibu masih dirawat 1 hari pasca
a. Salam pembuka
lahir kapan, lahirnya spontan apa SC, BB nya berapa, sekarang ada dimana,
e. Setelah selesai, edukator mulai menjelaskan tentang apa itu ASI, manfaat ASI
dan keuntungan memberikan ASI, cara memerah dan memberikan ASI serta
i. Salam penutup
Tabel 4.1.2 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu saat proses
diberikan edukasi tentang pemberian ASI prematur.
Nama
No. Respon ibu saat proses edukasi
Responden
1 Ny. NW Ibu memegang leaflet yang diberikan
Ibu antusias mendengarkan aktif saat edukasi.
Ibu menanyakan perbedaan ASI pada bayi
premature dan tidak
Ibu banyak bertanya tentang pemberian ASI pada
bayi prematur, apakah berbahaya pada bayi karena
kualitas ASI yang rendah tidak sama dengan ASI
bayi normal.
Ibu masih takut bangun karena luka jahitannya msh
sakit, ASI belum keluar
2 Ny. N Ibu mengatakan ASI belum keluar
Ibu mendengar dari perawat bayinya masih
dipuasakan.
Ibu memegang leaflet yang diberikan
Ibu antusias mendengarkan aktif saat edukasi.
Ibu menanyakan perbedaan ASI pada bayi prematur
dan tidak
Ibu banyak bertanya tentang pemberian ASI pada
53
diberikan penjelasan responden menanyakan hal hal yang tidak dimengerti antara
lain perbedaan ASI pada bayi premature dan bayi normal, kualitas ASI pada bayi
Tabel 4.1.3 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu setelah hari pertama
diberikan edukasi tentang pemberian ASI prematur.
Nama
No. Respon ibu setelah diberikan edukasi
Responden
1 Ny. NW Ibu memegang leaflet
Ibu sering menanyakan keadaan bayinya
Ibu belum berusaha memerah ASI
ibu kesakitan saat dipegang payudaranya,
suhu tubuh ibu 38 o C .
ASI belum keluar, ibu tampak menangis.
Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 10
Skor prosentase 67 %
Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan sedang
2 Ny. N Ibu membaca leaflet dan diulang-ulang
Ibu antusias untuk bertanya hal yang belum
mengerti.
Ibu berusaha memerah ASI
Ibu mengatakan ASI keluar tapi sedikit,
Ibu tampak menangis kalau melihat kondisi
54
bayinya.
Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 11
Skor prosentase 73 %
Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan Sedang
respon kedua responden belum memberikan ASI, ibu NW badannya panas dan
edukasi, dimana bayi sudah lepas dari alat bantu pernafasan dan masih dirawat di
Tabel 4.1.4 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu setelah diberikan
edukasi tentang pemberian ASI pasca bayi lepas alat bantu
pernafasan hari ke 5
dan semangat kedua ibu dalam memberikan ASI prematur untuk bayinya mulai
bisa 6x memerah ASI, disela sela itu ibu mulai belajar memberikan ASI secara
belum bisa menghisap dengan baik sehingga masih diperlukan pemberian ASI
melalui spin. Pada Ny. N dalam sehari juga bisa memerah ASI 6x, meskipun
yang rendah sehingga masih berada di incubator meskipun bayinya sudah mulai
4.3 Pembahasan
4.3.1 Identifikasi Tingkat pengetahuan dan respon ibu dalam pemberian ASI
Haji Surabaya
premature dan tidak berusaha untuk memerah ASInya.. Hal ini disebabkan
rendah dan kondisi psikologi ibu-ibu yang mempunyai bayi prematur masih
belum stabil dapat menerima kondisi bayinya yang rentan terhadap masalah
kesehatan dan juga perawatan yang tidak sama dengan bayi normal pada
memberikan ASI pada bayi prematur, ibu masih merasa takut ASInya tidak
edukasi tentang pemberian ASI pada bayi prematur. Hal ini sesuai dengan hasil
kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI pada bayi prematur
masih rendah. Menurut MJ. Langevelt yang dikutip oleh Notoatmadjo (2010)
4.3.2 Identifikasi proses pelaksanaan edukasi pemberian ASI pada bayi prematur
Dari tabel 4.1.2 menunjukkan bahwa keadaan kedua ibu pada saat
Keaktifan ini merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perubahan
sikap ibu untuk memberikan ASI prematurnya. Kedua ibu belum mau mencoba
untuk memerah ASI nya karena kondisi ibu dan bayinya. Menurut Notoatmojo
(2010) perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik
yang diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Dan
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
pemberian stimulus atau rangsangan dari luar yaitu berupa tindakan edukasi
57
tersebut sehinga dapat merubah sikap dan perilaku individu dari tidak
rangsangan tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang dapat meringankan beban
memakai metode simulasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti
ibu tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi
sehingga terjadi perubahan sikap pada ibu menyusui. Proses perubahan sikap
dimulai dari adanya proses belajar yang membuat persepsi ibu menjadi positif,
4.3.3 Identifikasi Tingkat pengetahuan dan respon ibu dalam pemberian ASI
Haji Surabaya
Dari tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa keadaan kedua ibu pada saat
berproses telah aktif dalam pemberian edukasi ASI pada bayi prematur. Hal
58
Keaktifan ini merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perubahan
ibu telah memliki peningkatan pengetahuan dan respon baru dalam memberikan
ASI pada bayi premature. Hal ini ditunjang dengan usaha mandiri dalam
memerah ASI walapun kondisi kedua bayi berbeda. Ada yang telah memberikan
sangat tepat untuk melihat sejauh mana pengaruh edukasi terutama pada ibu-ibu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
2010).
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya.
sama, sehingga respon kedua responden juga berbeda dimana Ny. NW tidak
59
sedangkan Ny. N dengan segera berusaha untuk memerah ASInya. Hal ini
dikarenakan kedua responden mempunyai latar belakang alasan yang tidak sama.
Dimana ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain pengetahuan, sikap
dan juga kemauan untuk segera bertindak atau melakukan tindakan yaitu
memerah ASI.
pemberian ASI pada bayi prematur meningkat, hal ini ditunjukkan dengan adanya