Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan dengan

judul studi kasus penerapan intervensi cerdik dalam pengendalian glukosa darah

pasien diabetes mellitus di kecamatan gubeng yang dilaksanakan pada 20

Oktober – 27 Oktober 2019 dan diikuti oleh dua orang responden, yaitu Tn M

dan Tn S.

4.1 Deskripsi Pasien

Dari data pengkajian responden ke – 1 bernama Tn. M berusia 61 Tahun,

berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan

riwayat penyakit terdahulu bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit

degeneratif, maupun penyakit menular, kemudian mengalami penyakit diabetes

melitus setahun terakhir dan pasien tidak tau pasti apa penyebanya. Riwayat

penyakit saat ini bahwa pasien mengalami kesemutan pada kaki dan tangan. Saat

ini pasien tinggal dengan istri dan anak pertamanya, sehingga yang membantu

mengontrol gula darah, dan membantu aktifitas sehari-hari yaitu keluarga. Jika

gula darah naik pasien merasa cemas karena aktifitas terganggu, sangat lemas dan

kesemutan. Hasil pengkajian terakhir GDA 282 mg/dl, saat ini pasien tidak

minum obat, tidak melakukan diet serta pasien merokok namun pasien rajin

melakukan senam 2 kali seminggu.

Dari data pengkajian responden ke – 2 bernama Tn. S berusia 64 Tahun,

berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir tidak sekolah Berdasarkan riwayat

penyakit terdahulu bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit degeneratif,

49
50

maupun penyakit menular, kemudian mengalami penyakit diabetes melitus 2

tahun terakhir dan pasien mengatakan kemungkinan penyebabnya karena sering

minum manis-manis berkaleng. Riwayat penyakit saat ini bahwa pasien sering

mengantuk dan pandangan mata kabur. Saat ini pasien tinggal dengan istri dan

satu orang anaknya, sehingga yang membantu mengontrol gula darah, dan

membantu aktifitas sehari-hari yaitu keluarga. Keluhan saat gula darah naik pasien

mengalami keluhan lemas dan ngantuk ingin tidur. Hasil pengkajian terakhir

GDA 304 mg/dl, saat ini pasien tidak minum obat, tidak melakukan diet namun

mulai mengurangi karbohidrat serta pasien merokok namun saat keluhan muncul

pasien memeriksakan diri ke dokter.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Identifikasi pengendalian glukosa darah pasien diabetes melitus sebelum

diberikan intervensi cerdik

Tabel 4.2.1 Observasi kadar gula darah pasien diabetes melitus sebelum diberikan

intervensi cerdik.

Responden Kadar Gula Darah


Responden ke – 1

Nama
No. Respon pasien sebelum edukasi
Responden
1 Ny. NW  Ibu mengatakan bayinya lahir prematur perlu susu
khusus.
 Ibu merasa tidak dapat memberikan ASI,
 Kualitas ASI nya rendah karena bayi lahir prematur.
 Ibu merasa banyak kendala untuk mneyusui bayinya
karena premature. ASI belum keluar,
 Bekas jahitan masih sakit setelah operasi.
51

 Bayi masih di incubator dengan alat bantu


pernafasan,
 Ibu belum tahu tentang manfaat ASI pada bayi
prematur
 Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 7
 Skor prosentase 46 %
 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan Rendah
2 Ny. N  Ibu merasa tidak dapat memberikan ASI,
 Kualitas ASI nya tidak sama seperti saat 2 anak
sebelumnya karena bayi lahir prematur.
 Ibu merasa banyak kendala nantinya untuk menyusui
bayinya karena prematur.
 Kondisi ASI belum keluar,
 Bekas jahitan masih sakit setelah operasi.
 Bayi masih di incubator dengan alat bantu
pernafasan,
 Bayi msh puasa,
 Ibu belum tahu tentang manfaat ASI pada bayi
prematur
 Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 6
 Skor prosentase 40%
 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan Rendah

4.2.2 Proses pelaksanaan edukasi mulai dari pengertian ASI, manfaat ASI,

keuntungan bila memberikan ASI segera, cara memerah ASI, cara

memberikan ASI pada bayi prematur dan hal hal yang perlu diperhatikan

saat memberikan ASI.

Edukasi dilakukan di ruang NICU dimana ibu masih dirawat 1 hari pasca

persalinan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan edukasi

pemberian ASI adalah

a. Salam pembuka

b. Responden duduk/berbaring di tempat tidur.

c. Edukator memperkenalkan diri, melakukan pendekatan therapeutik pada ibu.


52

d. Edukator memberikan pertanyaan seputar bayinya mulai dari jenis kelamin,

lahir kapan, lahirnya spontan apa SC, BB nya berapa, sekarang ada dimana,

sudah disusui apa belum, alasan bila belum disusui apa.

e. Setelah selesai, edukator mulai menjelaskan tentang apa itu ASI, manfaat ASI

dan keuntungan memberikan ASI, cara memerah dan memberikan ASI serta

hal hal yang harus diperhatikan.

f. Edukator mengulang kembali tentang apa yang dijelaskan dan memberikan

support pada ibu untuk memberikan ASI secepatnya.

g. Edukator memberikan kesempatan ibu untuk bertanya dan memberikan

apresiasi bila ibu bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

h. Edukator mengucapkan terima kasih dan mohon maaf.

i. Salam penutup

Tabel 4.1.2 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu saat proses
diberikan edukasi tentang pemberian ASI prematur.

Nama
No. Respon ibu saat proses edukasi
Responden
1 Ny. NW  Ibu memegang leaflet yang diberikan
 Ibu antusias mendengarkan aktif saat edukasi.
 Ibu menanyakan perbedaan ASI pada bayi
premature dan tidak
 Ibu banyak bertanya tentang pemberian ASI pada
bayi prematur, apakah berbahaya pada bayi karena
kualitas ASI yang rendah tidak sama dengan ASI
bayi normal.
 Ibu masih takut bangun karena luka jahitannya msh
sakit, ASI belum keluar
2 Ny. N  Ibu mengatakan ASI belum keluar
 Ibu mendengar dari perawat bayinya masih
dipuasakan.
 Ibu memegang leaflet yang diberikan
 Ibu antusias mendengarkan aktif saat edukasi.
 Ibu menanyakan perbedaan ASI pada bayi prematur
dan tidak
 Ibu banyak bertanya tentang pemberian ASI pada
53

bayi prematur, apakah berbahaya pada bayi karena


kualitas ASI nya tidak sama dengan ASI bayi
normal.

Selama proses dilakukan edukasi, kedua responden antusias dalam

menerima penjelasan tentang pemberian ASI pada bayi premature, responden

mendengarkan sambil memegang, membolak balikkan leaflet dan setelah selesai

diberikan penjelasan responden menanyakan hal hal yang tidak dimengerti antara

lain perbedaan ASI pada bayi premature dan bayi normal, kualitas ASI pada bayi

premature apakah berbahaya atau tidak.

4.2.3 Identifikasi tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan edukasi tentang

pemberian ASI pada bayi prematur.

Evaluasi dilakukan 1 hari setelah pelaksanaan pemberian edukasi, dimana

bayi masih dirawat di ruang NICU RSU Haji Surabaya.

Tabel 4.1.3 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu setelah hari pertama
diberikan edukasi tentang pemberian ASI prematur.

Nama
No. Respon ibu setelah diberikan edukasi
Responden
1 Ny. NW  Ibu memegang leaflet
 Ibu sering menanyakan keadaan bayinya
 Ibu belum berusaha memerah ASI
 ibu kesakitan saat dipegang payudaranya,
 suhu tubuh ibu 38 o C .
 ASI belum keluar, ibu tampak menangis.
 Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 10
 Skor prosentase 67 %
 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan sedang
2 Ny. N  Ibu membaca leaflet dan diulang-ulang
 Ibu antusias untuk bertanya hal yang belum
mengerti.
 Ibu berusaha memerah ASI
 Ibu mengatakan ASI keluar tapi sedikit,
 Ibu tampak menangis kalau melihat kondisi
54

bayinya.
 Skor tingkat pengetahuan menjawab benar dari 15
pertanyaan adalah 11
 Skor prosentase 73 %
 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan Sedang

Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa hari pertama evaluasi,

respon kedua responden belum memberikan ASI, ibu NW badannya panas dan

kesakitan ketika payudaranya disentuh, ASInya belum keluar, ibu menangis

merasa stress dan ibu N ASInya telah keluar walaupun sedikit.

Evaluasi tahap dua dilakukan 4-5 hari setelah pelaksanaan pemberian

edukasi, dimana bayi sudah lepas dari alat bantu pernafasan dan masih dirawat di

ruang NICU RSU Haji Surabaya.

Tabel 4.1.4 Karakteristik tingkat pengetahuan dan respon ibu setelah diberikan
edukasi tentang pemberian ASI pasca bayi lepas alat bantu
pernafasan hari ke 5

No. Nama Responden Respon ibu setelah diberikan edukasi


1 Ny. NW Ibu mengatakan setiap saat menanamkan
keyakinan bahwa mampu memberikan ASI
walaupun bayinya bermasalah, dalam sehari
bisa 6x memerah ASI, disela sela memerah
ASI,ibu mulai latihan memberikan ASI
langsung, ibu msh canggung, bayi blm bisa
menghisap dgn baik.
 Skor tingkat pengetahuan menjawab
benar dari 15 pertanyaan adalah 12
 Skor prosentase 80 %
 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan
Tinggi.

2 Ny. N Ibu mengatakan bahwa ASI sangat penting


bagi bayinya, ASI perah sudah keluar dan
lancar dalam sehari 6x memerah ASI, ibu
masih blm bisa menggendong anaknya, ASI
diberikan lewat sonde oleh perawat jaga.
 Skor tingkat pengetahuan menjawab
benar dari 15 pertanyaan adalah 13
55

 Skor prosentase 86,7 %


 Interpretasi hasil : Tingkat pengetahuan
Tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.1.4, menunjukkan Tingkat pengetahuan yang tinggi

dan semangat kedua ibu dalam memberikan ASI prematur untuk bayinya mulai

meningkat seiring kondisi membaiknya bayi dan peningkatan pengetahuan pada

ibu. Pada Ny NW memerah ASI prematurnya membuahkan hasil, dalam sehari

bisa 6x memerah ASI, disela sela itu ibu mulai belajar memberikan ASI secara

langsung, meskipun pemberian ASInya belum maksimal dikarenakan bayi masih

belum bisa menghisap dengan baik sehingga masih diperlukan pemberian ASI

melalui spin. Pada Ny. N dalam sehari juga bisa memerah ASI 6x, meskipun

pemberiannya masih melalui sonde oleh perawat jaga, dikarenakan BB bayinya

yang rendah sehingga masih berada di incubator meskipun bayinya sudah mulai

dilatih untuk lepas dari alat bantu pernafasan

4.3 Pembahasan

4.3.1 Identifikasi Tingkat pengetahuan dan respon ibu dalam pemberian ASI

pada bayi prematur sebelum pelaksanaan edukasi di ruang NICU RSU

Haji Surabaya

Dari tabel 4.1.1 menunjukkan bahwa ibu belum memberikan ASI

premature dan tidak berusaha untuk memerah ASInya.. Hal ini disebabkan

karena Tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI prematur masih

rendah dan kondisi psikologi ibu-ibu yang mempunyai bayi prematur masih

belum stabil dapat menerima kondisi bayinya yang rentan terhadap masalah

kesehatan dan juga perawatan yang tidak sama dengan bayi normal pada

umumnya. Kajian faktor pendidikan ibu yang keduanya tamat SMA


56

mempengaruhi inisiatif dalam memberikan ASI, serta pengalaman mempunyai

anak sebelumnya berbeda dengan kelahiran anak yang sekarang. Untuk

memberikan ASI pada bayi prematur, ibu masih merasa takut ASInya tidak

cocok, ASInya kurang berkualitas, bayinya kecil sehingga perlu diberikan

edukasi tentang pemberian ASI pada bayi prematur. Hal ini sesuai dengan hasil

kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI pada bayi prematur

masih rendah. Menurut MJ. Langevelt yang dikutip oleh Notoatmadjo (2010)

pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

4.3.2 Identifikasi proses pelaksanaan edukasi pemberian ASI pada bayi prematur

terhadap Tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi

prematur di ruang NICU RSU Haji Surabaya.

Dari tabel 4.1.2 menunjukkan bahwa keadaan kedua ibu pada saat

pemberian edukasi ASI premature tampak antusias dalam mengikutinya.

Keaktifan ini merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perubahan

sikap ibu untuk memberikan ASI prematurnya. Kedua ibu belum mau mencoba

untuk memerah ASI nya karena kondisi ibu dan bayinya. Menurut Notoatmojo

(2010) perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik

yang diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Dan

sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan diantaranya 1 ) kesadaran ; 2) tertarik; 3) evaluasi, 4}

mencoba dan 5) menerima.

Proses pelaksanaan edukasi pemberian ASI merupakan aktifitas

pemberian stimulus atau rangsangan dari luar yaitu berupa tindakan edukasi
57

tersebut sehinga dapat merubah sikap dan perilaku individu dari tidak

memberikan ASI diharapkan menjadi memberikan ASI pada bayi prematur

mereka. Menurut Skinner yang di kutip dari Notoatmodjo (2010)

mengemukakan bahwa perubahan perilaku seseorang akan terbentuk dari adanya

rangsangan yang dapat menimbulkan respon-respon yang positif bagi dirinya,

rangsangan tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang dapat meringankan beban

masalah kesehatan yang dihadapi.

Dengan penyuluhan pemberian informasi tentang ASI dan teknik

menyusui akan meningkatkan pengetahuan seseorang, dan akhirnya akan

mengubah orang bersikap sesuai pengetahuan yang dimilikinya,disamping

itu cara meningkatkan pengetahuan diberikan dengan pemberian informasi

memakai metode simulasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti

ibu tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi

melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterima dengan lebih mendalam,

sehingga terjadi perubahan sikap pada ibu menyusui. Proses perubahan sikap

dimulai dari adanya proses belajar yang membuat persepsi ibu menjadi positif,

kemudian muncul keputusan untuk berubah sehingga terbentuk koping yang

positif sehingga menimbulkan perilaku ibu menjadi positif, dalam peningkatan

kesehatan khususnya dalam pemberian ASI pada bayi prematur.

4.3.3 Identifikasi Tingkat pengetahuan dan respon ibu dalam pemberian ASI

pada bayi prematur sesudah pelaksanaan edukasi di ruang NICU RSU

Haji Surabaya

Dari tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa keadaan kedua ibu pada saat

berproses telah aktif dalam pemberian edukasi ASI pada bayi prematur. Hal
58

tersebut terlihat dari jumlah frekwensi pemberian ASI yang meningkat.

Keaktifan ini merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perubahan

perilaku ibu untuk memberikan ASI prematurnya.

Sedangkan tabel 4.1.4 sudah menunjukkan hasil signifikan pada kedua

ibu telah memliki peningkatan pengetahuan dan respon baru dalam memberikan

ASI pada bayi premature. Hal ini ditunjang dengan usaha mandiri dalam

memerah ASI walapun kondisi kedua bayi berbeda. Ada yang telah memberikan

secara langsung dan yang masih memberikan secara personde.

Pemberian Edukasi individual pada kedua ibu meruapakan tindakan yang

sangat tepat untuk melihat sejauh mana pengaruh edukasi terutama pada ibu-ibu

yang habis melahirkan bayi prematur. Pemberian edukasi secara individual

merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara

sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik

bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu

seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan

menentukan jalan keluar upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifudin,

2010).

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima

perubahan sikap tersebut (mengubah perilakunya), karena informasi yang diterima

lebih mantap dan lebih mendalam.

Tingkat pengetahuan kedua responden setelah diberikan edukasi tidak

sama, sehingga respon kedua responden juga berbeda dimana Ny. NW tidak
59

langsung merespon dengan segera mempraktekkan untuk memerah ASI

sedangkan Ny. N dengan segera berusaha untuk memerah ASInya. Hal ini

dikarenakan kedua responden mempunyai latar belakang alasan yang tidak sama.

Dimana ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain pengetahuan, sikap

dan juga kemauan untuk segera bertindak atau melakukan tindakan yaitu

memerah ASI.

Dari hasil evaluasi akhir menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI pada bayi prematur meningkat, hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan prosentase nilai dari kurang dari 50 % menjadi lebih dari 50 %.

Anda mungkin juga menyukai