Responden pertama yaitu Tn. A berusia 49 tahun sebagai kepala keluarga dan
tinggal bersama seorang istri, istri Tn. A mengalami gangguan jiwa. Hasil wawancara
Tn. A selalu merawat istrinya yang mengalami gangguan jiwa, seperti memperhatikan
kepatuhan minum obat dan kontrol rutin ke RSJ. Tn. A berlatarbelakang pendidikan
SMA, dan saat ini bekerja sebagai karyawan swasta. Tn. A mengatakan cukup paham
tentang cara merawat orang gangguan jiwa dari pengalamannya mengurus istrinya
serta dari informasi yang didapatkan selama kontrol istrinya ke RSJ Menur Surabaya.
dengan gangguan jiwa berusia 22 tahun. sejak 5 tahun yang lalu. Sebagai kakak
kandung dari adik perempuannya yang saat ini berusia berusia 22 tahun yang
mengalami gangguan jiwa. Tn. H merawat adiknya dengan gangguan jiwa sudah
hampir 5 tahun ini namun sering keluar masuk rumah sakit karena tidak rutin minum
obat, Tn. H berlatarbelakang pendidikan SD dan saat ini bekerja serabutan. Tn. H
mengatakan bahwa menurutnya merawat keluarga dengan gangguan jiwa itu perlu
kesabaran karena harus telaten dalam memperhatikan kebutuhan serta resiko yang
Ny. S usia 38 Tahun. Sebagai ibu selalu merawat anaknya karena takut jika
terjadi kekambuhan lagi. Ny. S mengatakan anaknya sering keluar masuk rumah sakit
jiwa karena kekambuhan penyakitnya, oleh karena itu Ny. S sangat memperhatikan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny. S mengatakan sedikit paham tentang gangguan
yang dialami anaknya dari penjelasan yang disampaikan oleh perawat maupun dokter
untuk melakukan tindakan yang tepat di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari
total responden 3 keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 50% dan tidak
Surabaya dari total responden 3 keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 100%
Surabaya dari total responden 3 keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 63% dan
sumber-sumber kesehatan yang ada dalam masyarakat untuk penderita gangguan jiwa
di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3 keluarga paling banyak
keluarga di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3 keluarga masih
banyak yang belum melakukan tugas kesehatan dalam mengenal gangguan jiwa.
tentang mengenal masalah gangguan kesehatan jiwa anggota keluarga tersebut rata-
rata keluarga belum mampu memahami tentang ciri gangguan jiwa, memahami
penyebab gangguan jiwa, dan memahami tentang tanda dan gejala gangguan jiwa
gangguan kesehatan jiwa anggota keluarga yang tidak sesuai seperti : pemahaman
bahwa tanda dari gangguan jiwa adalah kejang-kejang. Dari pengetahuan yang
tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter saat melakukan kontrol dirumah sakit
responden juga mengatakan mendapat ilmu dari tetangga yang sama-sama merawat
keluarga dengan gangguan jiwa. Secara spesifik, dengan adanya pengetahuan yang
baik yang dimiliki keluarga berpengaruh pada perilaku yang akan dilakukan keluarga
dalam merawat klien gangguan jiwa, sehingga berpengaruh pula pada menurunnya
dapat memperlakukan mereka dalam keluarga secara baik dan memadai, bersifat
dengan gangguan jiwa, apabila tidak disertai pengetahuan dan sikap yang benar dapat
mengakibatkan kekambuhan kembali (Depkes RI, 2006). Penelitian lain juga
menunjukkan perlunya terapi pada keluarga diberikan untuk kesiapan keluarga dalam
semua hal yang berkaitan dengan penyakit yang diderita anggota keluarga. Informasi
tersebut terdiri dari pengertian, tanda gejala, penyebab, serta cara merawat
utama dalam perawatan pasien skizofrenia di rumah seharusnya keluarga tahu bahwa
sikap keluarga dapat meningkatkan kesembuhan namun juga dapat menjadi pemicu
dalam kekambuhan.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan
perawatan utama bagi klien ganggun jiwa. Keluarga berperan dalam menentukan cara
atau asuhan yang diperlukan di rumah. Rendahnya peran keluarga juga dipicu oleh
pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien. Keluarga merupakan faktor
jiwa
Tindakan Yang Tepat di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3
keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 50% dan tidak melakukan paling banyak
ditemukan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dan tidak
membiarkan pasien gangguan jiwa di rumah jika sudah ditemukan gejala gangguan
salah satunya membuat keputusan tentang masalah kesehatan keluarga. Dasar dalam
pengambilan keputusan bagi anggota keluarga yang sakit adalah hak dan tanggung
jawab bersama yang pada akhirnya menentukan pelayanan yang akan digunakan
faktor antara lain pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh keluarga tersebut.
dengan baik. Keluarga hanya memutuskan tindakan yang diketahuinya saja. Keluarga
memiliki kemampuan yang cukup baik dalam melaksanakan saran-saran dari petugas
kesehatan, hal ini dilatarbelakangi oleh usaha yang dilakukan oleh petugas dalam
pengobatan. Keluarga terkadang merasa takut dan kesal akibat efek samping obat
seperti waktu tidur yang panjang sehingga sering kali menjadi alasan utama untuk
gangguan makhluk halus atau hal mistis. Sehingga mereka merasa perlu untuk pergi
ke dukun atau paranormal untuk menghilangkan gejala-gejala skizofrenia. Saat
karena fokus dengan pengobatan dari dukun atau paranormal. Karena hal inilah,
tidak mengetahui apa yang terbaik untuk perkembangan status kesehatannya. Perilaku
ini didukung oleh budaya yang berkembang di beberapa masyarakat setempat yang
Kemampuan yang cukup akan menimbulkan penyelesaian masalah yang tidak tuntas.
Ketidaktuntasan tersebut berarti juga masih ada masalah yang belum terselesaikan
tindakan yang tepat di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3
keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 100% dan tidak melakukan paling
mengalami gangguan jiwa untuk ngobrol dengan anggota keluarga yang lain,
makan dan minum pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden
skizofrenia yang cukup baik memberikan obat sesuai jadwal dan dosis, serta dalam
kepada anggota keluarga yang lain ketika sakit (Effendy, 1998). Hal tersebut
merupakan tugas pokok keluarga dimana keluarga memiliki tugas untuk memenuhi
merupakan hasil dari tahu dan paham. Sehingga, sebelum domain pengetahuan dalam
diri seseorang sampai pada tahap tingkat aplikasi, ini memungkinkan seseorang yang
sudah pada domain kognitif tahu dan paham, namun belum mampu mengaplikasikan
ilmu tersebut. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama bagi pasien skizofrenia
di rumah
tindakan yang tepat di poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3
keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 100% dan tidak melakukan paling
makan dan minum pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
skizofrenia yang cukup baik memberikan obat sesuai jadwal dan dosis, serta dalam
kepada anggota keluarga yang lain ketika sakit (Effendy, 1998). Hal tersebut
merupakan tugas pokok keluarga dimana keluarga memiliki tugas untuk memenuhi
merupakan hasil dari tahu dan paham. Sehingga, sebelum domain pengetahuan dalam
diri seseorang sampai pada tahap tingkat aplikasi, ini memungkinkan seseorang yang
sudah pada domain kognitif tahu dan paham, namun belum mampu mengaplikasikan
ilmu tersebut. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama bagi pasien skizofrenia
di rumah
4.2.4 Mengdentifikasi Kemampuan Keluarga Dapat Mempertahankan Dan
Kesehatan Jiwa
Dari hasil observasi tentang Keluarga memberi perawatan untuk melakukan
tindakan yang tepat di Poliklinik RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3
keluarga paling banyak dilakukan sebanyak 63% dan tidak melakukan paling banyak
33%. Keluarga memiliki kemampuan baik dalam melakukan kontrol ekspresi emosi
Sehingga pasien skizofrenia merasa dirinya tidak dikucilkan dan dihargai. Hal inilah
yang membuat emosi pasien stabil dan tidak jatuh pada kondisi stress.
Keluarga memainkan peranan sebagai sistem pendukung bagi anggota
keluarga yang sakit. Peran tersebut terwujud bila ada kecocokan antara kebutuhan
lebih merujuk pada ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh keluarga dalam merawat
lingkungan berupa dukungan keluarga baik secara ekonomi maupun secara psikologis
guna memberikan rasa nyaman, aman yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
dijalani oleh penderita. Ketika pasien sudah terdiagnosis menderita skizofrenia maka
memberikan perhatian lebih kepada pasien. Saat merawat pasien skizofrenia tanpa
sadar keluarga sering menunjukkan sikap terlalu mengatur dan memusuhi anggotanya
karena merasa lelah selama merawat (Varma, 1996). Sehingga yang terjadi adalah
ditunjukkan oleh keluarga. Konsep ekspresi emosi merupakan salah satu indeks yang
Ekspresi emosi tinggi oleh keluarga dapat meningkatkan kehidupan yang penuh stress
kesehatan yang ada dalam masyarakat untuk penderita gangguan jiwa di Poliklinik
RS Jiwa Menur Surabaya dari total responden 3 keluarga paling banyak dilakukan
sebanyak 75% dan tidak melakukan paling banyak 50%. Berdasarkan hasil observasi
pelayanan yang prima untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Depkes, 2012). Saat
tingkat puskesmas. Hal tersebut merupakan hasil dari upaya pemerintah untuk
jiwa.