Anda di halaman 1dari 2

Pemanenan

Hasil utama dari beternak puyuh adalah telur puyuh. Saat pyuh berumur
38 hari, puyuh sudah mulai bertelur sebagian dan saat umurnya 45 hari puyuh
sudah bertelur seluruhnya. Produksi telurnya ini akan terus meningkat sampai
pada puncaknya yaitu 97% yang berlangsung dalam waktu 2-3 minggu. Saat umur
puyuh 4-6 bulan, setelah produksinya sampai puncaknya maka kemudian
produksinya akan stabil yaitu sekitar 80-87% kemudian akan menurun sampai
pada masa afkir saat umur puyuhnya 18 bulan.
Pengambilan telur puyuh dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pukul
19.00, berat telur puyuh di awal produksinya adalah sekitar 9,25 gr/butir.
Kemudian berat telur puyuh akan mengalami peningkatan sampai mencapai bobot
10-11 gr/butirnya. Telur puyuh yang dipanen ini ditampung dalam bak plastik
kemudian disortir berdasarkan ukuran, berat, dan kualitas telur. Apabila kulit telur
retak maka disendirikan dan yang lolos diseleksi dimasukkan kedalam kardus
tempat telur. Setiap kardus terdiri atas 5 baris dan tiap baris berisi 150 butir telur
untuk dikonsumsi (Saputro V, 2011).
Selain hasil utamanya telur puyuh, beternak puyuh juga menghasilkan
hasil lainnya yaitu berupa daging puyuh. Daging puyuh ini biasanya dihasilkan
dari puyuh betina yang produksi telurnya rendah ataupun kualitasnya yang
menurun, biasanya juga puyuh petelur namun yang usianya sudah tua karena
puyuh yang usianya sudah tua apabila bertelur menghasilkan telur yang kerabang
telurnya tipis sehingga kualitasnya rendah.

Hambatan dalam Beternak Puyuh


Kendala utama dalam pengembangan usaha beternak puyuh yaitu tidak
tersedianya bibit puyuh secara komersial tidak seperti apabila beternak ayam ras.
Umumnya peternak melakukan sendiri pembibitan puyuh melalui penetasan telur
puyuh yang dihasilkan atau membeli ke peternak lain. Pembibitan ini pun
biasanya tanpa program yang jelas sehingga bibit yang dihasilkan tidak terjamin
kualitasnya. Hal ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama
tanpa adanya pemakaian bibit dari luar daerah untuk mengimbangi mutu
genetiknya dari bibit puyuh yang dihasilkan (Kaharuddin D,dkk, 2008).
Selain sulitnya bibit yang di dapat kendala lainnya adalah permasalahan
lahan beternak yang sesuai, karena apabila lahan tidak sesuai maka akan
berdampak pada produktivitas dari beternak puyuh dan juga menimbulkan
masalah social lainnya. Permasalahan lainnya adalah apabila puyuh terserang
hama penyakit tertentu sehingga mengganggu kesehatan puyuh sendiri dan
memengaruhi hasil produksi telur ataupun dagingnya.

Pustaka
Kaharuddin D, Kususiyah, Deva. 2008. Performans Pertumbuhan Puyuh
(Coturnix-coturnix japonica) Putih dan Coklat. Bengkulu. Universitas
Bengkulu
Saputro V.T. 2011. Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh (Coturnix-coturnix
japonica) di Peternakan Agri Bird Jaten Karanganyar. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai