Anda di halaman 1dari 9

1

FOCUS GROUP DISCUSSION


‘ASCARIASIS’

Disusun oleh:

KELOMPOK 19:

1. Cornelius Sunaryo 16710028


2. Ni Nyoman Inten Lestari 16710080
3. Luthfi Hakim Ruzandy 16710082
4. Yana Erika Dewi 16710094
5. Anggari Purnama Dewi 16710109
6. Vidya Saraswati P. Duarsa 16710119
7. Nur Annisa Kurnia 16710122
8. Ruly Permata Istiqfarin 16710136

Pembimbing : H. Didik Sarudji, Prof., M.Sc

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018
2

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas FGD pada
skenario ini yang berjudul “Ascariasis”.

Dalam Penulisan tugas ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan tugas ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penulisan laporan ini, khususnya kepada :

1. H. Didik Sarudji, Prof., M.Sc Selaku Pembimbing tutor kelompok FGD


yang telah membimbing selama proses diskusi berjalan
2. Rekan-rekan sekelompok kerja kelompok,
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca
dan semua semua orang yang memanfaatkannya.

Surabaya, April 2018

Tim Penulis
3

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

1. Skenario

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih terletak dan melayani anak-anak di

desa Asih di wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana. Suatu

penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa FK UWKS menghasilkan data

bahwa 25% siswa di sekolah tersebut positif telur Ascaris Lumbricoides pada

fesesnya. Survai pada masyarakat desa tersebut menunjukkan bahwa 72%

kepala keluarga (KK) telah memiliki fasilitas penyediaan air bersih (sumur)

yang umumnya sudah cukup memenuhi syarat. Tempat penyimpanan sambah

baru dimiliki oleh 63% KK, itupun sebagian besar tidak dilngkapi dengan

tutup, atau tutup ayng tersedia tidak difungsikan dengan baik. Membuang air

besar di tempat terbuka (open defecation/OD) sudah menjadi kebiasaan dari

sebagian masyarakat, karena baru 61% KK yang memiliki jamban keluarga

(kakus). Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani atau buruh tani,

sebagian lainnya sebagai wiraswasta atau karyawan di perusahaan yang ada

di desa tetangga. Hanya sedikit yang bekerja di lembaga formal seperti

instansi Pemerintah. Tingkat pendidikan masyarakat (KK) sebagaian besar

tamat Sekolah Dasar atau Sekolah Lanjutan Pertama. Sedikit yang


4

menyelesaikan Sekolah Lanjutan atau Perguruan Tinggi. Perhatian Puskemas

Bandara terhadap Usaha Kesehatan Sekolah cukup baik khususnya terhadap

pemeriksaan mata dan gigi. Sekolah membebaskan murid-murid membeli

makanan yang dijajakan pedagang kaki lima yang berjualan di depan sekolah.

Kader kesehatan juga sudah cukup jumlahnya. Mahasiswa FK UWKS

tersebut ingin menyelesaikan masalah penyakit kecacingan tersebut. Bantulah

mereka.

2. Diagram Fish Bone

Dari skenario diatas, identifikasi masalah yang didapatkan adalah 25%

siswa di sekolah tersebut menderita positif telur Ascaris lumbricoides.

Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor

penyebab, diantaranya:

a. Tempat penyimpanan sampah yang tidak dilengkapi tutup atau tutup yang

tersedia tidak difungsikan dengan baik

b. Kebiasaan membuang air besar di tempat terbuka (open defecation)

c. Kurangnya fasilitas jamban

d. Tingkat pendidikan yang rendah (SD, SLTP)

e. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani

f. Membeli makanan yang dijajakan pedagang kaki lima

g. Kurangnya fokus UKS terhadap higienitas siswa

h. Kurangnya penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya askariasis.

Hubungan antara terjadinya askariasis dan faktor-faktor penyebab tersebut


5

diatas akan dianalisis. Hasil analisis tersebut dapat di ilustrasikan sebagai

diagram fish bone seperti gambar di bawah ini.

PROSES INPUT
Tingkat pendidikan
Kurangnya fokus rendah (SD, SLTP)
UKS terhadap
higienitas
Buruh tani
Kurangnya
penyuluhan PHBS

Askariasis
Kebiasaan open
defecation
Kurangnya fasilitas
jamban
Tempat penyimpanan
sampah tidak dilengkapi
tutup
Membeli makanan di
pedagang kaki lima
LINGKUNGAN

Gambar II.1: Diagram Fish Bone Kejadian Askariasis di Desa Asih, Kecamatan
Bandara, Kabupaten Cendana

Hasil analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Tempat penyimpanan sampah yang tidak dilengkapi tutup atau tutup yang

tersedia tidak difungsikan dengan baik

b. Kebiasaan membuang air besar di tempat terbuka (open defecation)

c. Kurangnya fasilitas jamban

d. Tingkat pendidikan yang rendah (SD, SLTP)


6

Dari skenario di atas, diketahui bahwa penduduk desa Asih,

Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana sebagian besar berpendidikan

sekolah dasar atau sekolah lanjutan pertama. Rendahnya tingkat

pendidikan menyulitkan masyarakat dalam memahami gejala dan tanda

awal, penyebab, maupun pengobatan penyakit askariasis. Hal ini

mengakibatkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya. Hal ini

menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya infeksi cacing di desa Asih,

termasuk askariasis.

e. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani

Pekerjaan masyarakat di desa Asih mayoritas sebagai buruh tani

yang menyebabkan tingginya kontak terhadap tanah yang merupakan

tempat telur infektif cacing Ascaris lumbricoides. Mengingat mayoritas

masyarakat tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja yang

memungkinkan terjadinya infeksi cacing.

f. Membeli makanan yang dijajakan pedagang kaki lima

Perilaku suka membeli makanan yang dijajakan pedagang kaki

lima menyebabkan beberapa gangguan kesehatan karena proses

pembuatan dan penyimpanan makanan tersebut tidak dilakukan dengan

baik sehingga menyebabkan makanan yang dikonsumsi tidak terjaga

higienitasnya. Makanan yang tidak higienis tersebut tercemar polusi

(tanah, pasir, debu) yang sangat memungkinkan hidup dan berkembang


7

biak telur-telur cacing hingga menjadi cacing yang infektif menularkan

penyakit kecacingan.

g. Kurangnya fokus UKS terhadap higienitas siswa

h. Kurangnya penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

B. Pembahasan

Berdasarkan masalah yang telah dianalisis berikut adalah beberapa

penyelesaian yang dapat dilakukan.

1. Pengobatan pada Penderita Askariasis


Penderita yang positif askariasis sebaiknya diobati, tanpa melihat

beban cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan

migrasi ektopik dengan akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan

tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati Askariasis, baik

untuk pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal (Rasmaliah,

2005).

Albendazol dan mebendazol merupakan obat pilihan untuk

askariasis. Dosis albendazol untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2

tahun adalah 400 mg per oral. WHO merekomendasikan dosis 200 mg

untuk anak usia 12 – 24 bulan. Dosis mebendazol untuk dewasa dan anak

usia lebih dari 2 tahun yaitu 500 mg. Albendazol dan mebendazol

diberikan dosis tunggal. Pirantel pamoat dapat digunakan untuk ascariasis

dengan dosis 10–11 mg/kg BB per oral, dosis maksimum 1 gram

(Permenkes RI, 2017).


8

Tindakan operatif diperlukan pada keadaan gawat darurat akibat

cacing dewasa menyumbat saluran empedu dan apendiks.Pengobatan

askariasis harus disertai dengan perubahan perilaku hidup bersih sehat

dan perbaikan sanitasi (Permenkes RI, 2017).

2. Melakukan Upaya Penyuluhan


Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p. 232), penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan
hygiene pribadi seperti:
 tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman,
 sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan
dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun,
 sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai lalapan, harus
dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing
Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun.
 Juga peyuluhan tentang pentingnya buang air besar di jamban, tidak di
kali atau di kebun untuk menghindari penyebaran dan penyakit ini.
 Mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak kontak langsung
dengan tanah tanpa menggunakan pelidung diri (sarung tangan)
apalagi dengan tanah yang terkontaminasi feses.

3. Meningkatkan Fasilitas Sanitasi


9

Anda mungkin juga menyukai