Anda di halaman 1dari 34

BAB I

SKENARIO
Seorang pasien ,laki-laki,berusia 52 Tahun,dibawa ke UGD oleh keluarganya karena
sesak nafas sejak 10 hari yang lalu.Ia sudah lama batuk banyak berdahak.Sesak makin terasa
jika banyak bicara.

1
BAB II
KATA KUNCI

1.Sesak napas

2.Batuk berdahak

2
BAB III
PROBLEM
1.Apa penyebab sesak napas dan batuk pada kasus di atas ?

2.Mekanisme Apakah yang mendasari sesak napas dan batuk ?

3
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Batasan
Pada skenario di atas dijelaskan bahwa ada seorang pasien yang dibawa ke UGD karena
sesak napas sejak 10 hari yang lalu dan sudah lama batuk berdahak. Dalam penulisan
makalah ini kami membatasi pembahasan yang terkait dengan dugaan penyakit yang diderita
pasien, agar nantinya pembahasan tidak menyimpang dari masalah yang disajikan. Batasan
yang kami bahas adalah seputar permasalahan pada paru-paru karena dari skenario
diketahui bahwa pasien menderita batuk dahulu kemudian sesak. Dalam pembahasan paru
kami membahas bagaimana sistem pernapasan karena fisiologis dari paru-paru adalah untuk
pernapasan serta bagaimana peredaran darah pada paru berlangsung.

B.Anatomi Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan
rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang

4
lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

C.HISTOLOGI

TRAKEA

Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. Trakea
dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel epitelnya, dan
jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat
meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat
mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel
terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel
serous.

Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan lapisan tulang
rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi
dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan
banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan
lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang
mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.

Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Ujung-
ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin.
Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi otot polos

5
menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang
rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur.

Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua yaitu dua bronkus
utama

BRONKUS dan BRONKIOLUS

Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2
bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk
bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus.
Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis.
Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.

Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan
mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina
propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot
polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus
terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar

6
mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-
lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.

Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan mukosa
seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis, epitelnya kubus
bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk kubah yang
menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama serabut
elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan
adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih
berkembang dibandingkan pada bronkus. Pada orang asma diduga resistensi jalan udara
karena kontraksi otot bronkiolus.

Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada tepinya terdapat lubang-
lubang yang berhubungan dengan alveoli. Pada bagian distal dari brionkiolus respiratorius,
pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastin.

7
SALURAN ALVEOLARIS DAN ALVEOLUS

Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina
propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa
serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu
inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan
berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran
alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).

Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus
alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara

udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria
yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.

8
D.FISIOLOGI PARU-PARU

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan
melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan
pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler
dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan
keluar melalui hidung dan mulut.

Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran udara


pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara pernapasan berlangsung
di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara pernapasan selanjutnya diangkut oleh
hemoglobin dalam eritrosit untuk dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara
pernapasan dari darah menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan
ekspirasi pada saat bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa
otot yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada dengan
rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam
pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

1. Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot
tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau
mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.

9
a. Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga
mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula
yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Rongga dada
yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam
rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-
otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada

a. Inspirasi
Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat dirasakan
adalah diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan otot antartulang rusuk
sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan terangkatnya tulang rusuk yang
menyebabkan rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan
di dalam rongga dada mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat mengembang.
Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru mengecil
bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat masuk secara berurutan ke lubang
hidung - rongga hidung - faring trakea (melaui glottis) - bronkus (kanan-kiri) -
bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus) alveolus (kantong-kantong kecil).

b. Ekspirasi
Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan adalah
diafragma relaksasi sehingga kembali ke posisis semula dan otot antarrusuk dalam kontraksi
menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil. Rongga
dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di dalam rongga dada meningkat yang
mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan
membesaranya tekanan di dalam paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus
melalui bronkiolus - bronkus - trakea glotis - faring - rongga hidung dan
lubang hidung

10
G.Penyakit Yang Berhubungan

1.Gagal jantung akut

Gagal jantung ialah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan dalam keperluan metabolisme
jaringan tubuh pada keadaan tertentu,sedangkan tekanan pengisian darah kedalam jantung
masih cukup tinggi yang menyebabkan curah jantung yang menyebabkan kegagalan sirkulasi
dalam memenuhi keperluan metabolisme badan dan fisiologi sistem organ dengan segala
akibatnya.

2.Pneumonia

Suatu peradangan parenkim paru dengan eksudasi dan konsulidasi disebabkan oleh
bermacam-macam hal misalnya virus,bakteri,kuman,dan mycoplasma yang menyebabkan
kerusakan pada parenkim paru.

3.Epiglotitis (pada anak) :

Adalah infeksi pada epiglotis yaitu tulang rawan sebagai katup pita suara dan tabung
udara.

4.Bronchiolitis (pada anak )

Bronchiolitis adalah adanya peradangan pada percabangan saluran napas utama yaitu
bronchiolus yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.

5.Terhirup benda asing semen

Sesak bisa terjadi karena benda asing dikarenakan bila semakin banyak benda asing
yang dalam hal ini semen yang masuk maka kerja dari lendir/mucus akan lebih meningkat
dan banyak sehingga dapat menimbulkan sesak.

6. Terhirup benda asing pupuk kandang

Sesak bisa terjadi karena benda asing dikarenakan bila semakin banyak benda asing
yang dalam hal ini semen yang masuk maka kerja dari lendir/mucus akan lebih meningkat
dan banyak sehingga dapat menimbulkan sesak

11
7.Tersedak benda asing

Tersedak benda asing yang dibiarkan dapat menimbulkan gagal napas yaitu
kegagalan fungsi sitem pernafasan dalam mempertahankan oksigenisasi arteri dan
pengeluaran C02 yang adekuat sehingga dapat menimbulkan sesak.

8.Pneumothorax

Pneumotoraks adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada
antara paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa
kondisi paru-paru kronis (biasa disebut Pneumotoraks Primer) dan orang dengan penyakit
paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumotoraks
yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai
pengobatan.

9.Atelektasis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan


saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

10.Pasca Suntikan

Sesak napas dapat juga disebabkan melalui suntikan obat misalnya nitrofurantoin
dikarenakan sesak napas tersebut sebagai reaksi dari obat tersebut.

11.Pasca Analgetik

Merupakan gejala autoimun dimana reaksi dari analgetik merespon imun tubuh kita
hingga menyebabkan terjadinya autoimun sehingga pada indikasinya dapat menyebabkan
batuk hingga sesak napas.

12.Pasca Makan Seafood

12
Pada orang yang alergi histamin kadar tinggi dapat menyebabkan alergi makanan
seperti ikan tongkol ,jika konsumsi makanan tersebut akan menyebabkan sesak.

13.DM tidak terkontrol

Penyakit diabetes mellitus, adalah penyakit kronis (tahunan). Karena berlangsung


lama, akan mudah terjadi komplikasi. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah
Penyakit Jantung Iskemik, akibat pembuluh darah di jantung mengalami kekakuan (karena
gula darah yang tinggi menyebabkan aterosklerosis = kekakuan pembuluh darah).
Sangat mungkin, ibunda sedang mengalami Penyakit Jantung Iskemik, yang mengakibatkan
jantung tidak bisa menjalankan tugas semaksimal mungkin. Sehingga jantung sebagai alat
pemompa darah tidak bisa berfungsi maksimal (mengalami payah jantung = Dekompensasi
Kordis). Akibanya, kebutuhan darah bagi semua organ tubuh tidak terpenuhi sepenuhnya.
Karena suplai darah tidak juga mencapai paru-paru. Paru-paru akan protes dengan jalan sesak
nafas.

14.Cemas

Penyebab yang sangat mungkin untuk sesak napas adalah jantung,paru-paru,dan


psikis jadi cemas masuk dalam kategori psikis dalam penyebabnya

15.Gagal Jantung Kiri

Gagal jantung kiri disebabkan karena gangguan daraah oleh ventricel kiri sehingga
curah jantung kiri menurun dan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.hal ini
menyebabkan penyumbatan pada vena pulmonal dan bila dibiarkan lama kelamaan akan
terjadi bendungan pada paru-paru yang akan berakibat juga padakerja jantung bagian kanan

16.Gagal jantung kongestif akibat stenosis mitral

Gangguan yang terjadi secara bersamaan pada jantung kiri dan jantung kanan yang
umumnya terjadi karena bendungan paru padaa waktu yang bersamaan yang dalam hal ini
disebabkan karena terjadi stenosis pada katup mitral.

13
17.Gagal jantung Kongestif akibat insufisiensi mitral

Gangguan yang terjadi secara bersamaan pada jantung kiri dan jantung kanan yang
umumnya terjadi karena bendungan paru padaa waktu yang bersamaan yang dalam hal ini
disebabkan karena terjadi Insufisiensi pada katup mitral.

18.PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive


Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan
keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat
progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan
gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik.

19.Malagizi

Kekurangan gizi pada seseorang tentu akan menyebabkan kerja organ tubuh juga
sedikit terganggu,kekurangan gizi juga dapat memudahkan kuman masuk kedalam
tubuh ,misalkan apabila bakteri masuk ke paru-paru dapat menyebabkan sesak.

20.Penyakit cacing Tambang

Penyakit yang disebabkan oleh cacing necator americanus dan ancylostoma


duodenale.

21.Talasemia

Adalah penyakit kelainan herediter yang heterogen disebabkan oleh adanya defek
produksi HB normal,akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelaianan
morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit ,kelainan genetik ini dibagi dua kelas
thalasemia Alfa dan Thalasemia Beta.

22. Hemoroid

Merupakan penyakt pelebaran vena, umumnya sesak bisa terjadi pada saat ibu
melahirkan karna ada bendungan pada vena di rongga panggul, saat ibu melahirkan darah

14
yang terbendung menjadi tidak normal sirkulasinya umumnya di paru terlebih saat
diagfragma ikut menekan paru.

23. Mioma Uter

Salah satu komplikasi dari Mioma Uter yang dapat menyebabkan sesak napas adalah
fibroid Mioma, karena terbentuknya benang fibrosa pada otot polos di paru.

24.Kolitis

Penyakit radang pada Colon yang disebabkan oleh virus yang dibhubungkan dengan
faktor imunitas dan kelainan genetik,penyakit ini digolongkan dalam penyakit Autoimun.

H. Gejala Klinis

1. gagal jantung akut

 Kulit dingin
 Takikardia
 Irama gallop
 Takipnea, sianosis, mengi
 Denyut aspek bergeser
 Pulsus alternans
 Hipotensi atau Hipertensi
 Syok kardiogenik
 Asites
 Efusi pleura

2. pneumonia

 Gejala klinis nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

 Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi


sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.

15
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

 Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke


dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki
 Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara
napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi
pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri
tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila
terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan
bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.

3. epiglotitis

 Ngiler
 Sesak napas
 Menggigil
 Suara serak
 Sianosis
 Gangguan pencernaan

4. Bronkiolitis

 Batuk
 Wheezing
 Sesak napas
 Sianosis
 Takipnue
 Demam

5. Terhirup benda asing (debu semen)

16
 Tidak dapat berbicara atau menjerit

 Terjadi sianosis (wajah membiru) akibat kekurangan oksigen

 Penderita nekat memegangi tenggorokannya

 Batuk melemah, dan pernapasan yang dipaksakan menimbulkan suara

hempasan yang tinggi

 Orang melakukan salah satu hal di atas, dan mereka pun tak sadar

6. Terhirup benda asing (debu pupuk kandang)

 Tidak dapat berbicara atau menjerit

 Terjadi sianosis (wajah membiru) akibat kekurangan oksigen

 Penderita nekat memegangi tenggorokannya

 Batuk melemah, dan pernapasan yang dipaksakan menimbulkan suara

hempasan yang tinggi

 Orang melakukan salah satu hal di atas, dan mereka pun tak sadar

7. Tersedak Benda Asing

 Sesak napas

 Batuk

 Suara parau

8. Pneumothorax

 Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
 Sesak nafas
 Dada terasa sempit
 Mudah lelah
 Batuk iritatif yang di.sebabkan perangsangan ujung-ujung saraf baik di
permukaan pleura maupun di dinding bronkus yang kolaps
 Denyut jantung yang cepat

17
 Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
9. Atelektasis
 Gangguan pernapasan
 Nyeri dada
 Batuk
10. pasca suntikan
 Nyeri dada
 Kejang perut, mual
 Neuritis optik
 Gejala vaskulitik lain
 Urtikaria
 Kelainan sendi
 Sesak napas
11. pasca minum analgetik
 Sesak napas
 Kejang perut
 Nyeri dada

12. Pasca makan sea food

 Sesak napas
 Gatal-gatal
 Nyeri dada

13. Diabetes tidak terkontrol

 Sesak napas
 Mudah lelah
 Sering haus
 Berat badan turun

14. cemas

 Takikardi
 Berkeringat
18
 Sesak napas
 Mulut kering

15. jantung kiri

 Perut kembung
 Asites
 Sesak napas
 Anoreksia

16. Gagal jantung kongestif akibat stenosis mitral

 Nyeri dada
 Asites
 Sesak napas
 Perut membuncit
 Anoreksia

17. Gagal Jantung Kongestif akibat influsiensi mitral

 Nyeri dada
 Sesak napas
 Asites
 Anoreksia
 Edema paru

18. PPOK

 Batuk kronik
 Produksi sputum kronik
 Sesak napas

19. Malgizi Lama

 Perut buncit
 Anoreksia

19
 Sesak napas
 Otot mengecil

20. Cacing tambang

 Mual, diare, dan muntah


 Berat badan menurun
 Sesak napas
 Pusing, nyeri kepala
 Anemia

21. Talasemia

 Sinusistis
 Anemia
 Pembesaran hati dan limpa
 Sianosis
 Sesak napas akibat suplai darah ke paru berkurang

22. Hemoroid

 Iritasi dan gatal


 Nyeri di sekitar anus
 Benjolan di anus
 Dubur mengalami pemdarahan

23. Mioma eter

 Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa

haid.

 Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya

infeksi di dalam rahim.

 Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter,rektum

atau organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar

20
dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan

ginjal karena pembengkakan tangkai tumor.

 Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.

 Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

24. Kolitis Kronis

 Kembung dan peningkatan udara usus.


 Perdarahan saat gerakan usus. Harus dibedakan dengan ambeien yang
mengalami perdarahan.
 Tenesmus atau nyeri akibat peregangan pada pergerakan usus.
 Nyeri perut bisa memberat dan berkurang. Nyeri bertambah saat diare dan
kemudian berkurang.
 Nyeri bisa berlangsung terus menerus
 Demam, menggigil dan tanda-tanda infeksi lain sesuai dengan penyebab
kolitisnya.

I. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi
pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK
derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau
perubahan bentuk anatomi toraks.

Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai


berikut:

Inspeksi

 Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)


 Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)
Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
Pelebaran sela iga

21
Perkusi

 Hipersonor

Auskultasi

 Fremitus melemah,
 Suara nafas vesikuler melemah atau normal
 Ekspirasi memanjang
 Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
 Ronki

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain :


Radiologi (foto toraks)

 Spirometri
 Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia
kronik)
 Analisa gas darah

Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi eksaserbasi)


Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK ringan
tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit
paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :

 Paru hiperinflasi atau hiperlusen


 Diafragma mendatar
 Corakan bronkovaskuler meningkat
 Bulla
 Jantung pendulum

22
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Dari gejala yang dialami lelaki tersebut ada beberapa penyakit yang menurut kami, di
derita oleh laki-laki tersebut, antara lain:

1. PPOK
2. Infark miokard akut
3. Pneumothorax
4. Pneumonia

23
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Gejala Klinis
Nama : Tn. Sidan
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Karyawan
Asal : Mojokerto

Gejala Klinis :

 Sesak napas sering dirasakan saat tidur dimalam maupun disiang hari
sejak 10 hari yang lalu.
 Sesak napas akan berkurang saat pasien sedang duduk
 Saat tidur malam pasien menggunakan 2 bantal
 Sesak napas biasa terjadi saat pasien beraktivitas (naik tangga)
 Sesak napas juga terjadi saat pasien banyak bicara dan tertawa
 Pasien batuk saat dimalam hari ketika pasien merasa sesak
 Sering pusing
 Tidak ada keluhan demam, dan mual/muntah
 Buang air kecil dan besar lancar
 Kebiasaan merokok
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah, bernapas menggunakan tenaga
Kesadaran : composmentis

Tanda Vital :

 Tensi : 140/90
 Nadi : 105 x/menit
 RR : 30 x/menit
 Suhu :37,2oC

24
Kepala/leher :

 Anemi :-
 Icterus :-
 Cyanosis : -
 Dyspnue : -

C. Pemeriksaan penunjang
 LED : meningkat
 Foto thorax :
 hiper inflasi
 hiperlusen
 diafragma mendatar
 corokan brankovaskuler meningkat
 bula
 jantung pendikulum

25
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Dari hasil analisis differential diagnosis yang kami diskusikan, kami menyimpulkan
bahwa penyakit yang di derita oleh Tn. Sudan adalah penyakit PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik).

26
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

ANAMNESIS 1. VERBAL
2. NON VERBAL

INSPEKSI
PEMERIKSAAN FISIK
PALPASI

PERKUSI

AUSKULTASI

 LED : Meningkat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG  Foto thorax :
a. Hiper inflasi
b. Hiperlusen
c. Diafragma
mendatar
d. Corakan
bronkovaskuler
meningkat
e. Bula
f. Jantung
Pendikulum
DIAGNOSIS

PPOK (Asma Bronchial)

27
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

1. PENATALAKSANAAN

Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara dingin, dan factor
pesikis gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada
serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya tidak berpengaruh negative terhadap
janin selama di gunakan sesuai dengan anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin
mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat
mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. Namun, harus diingat aminofilin dapat
menyebabkan penurunan kontraksi uterus.

Pada serangan asma akut, penangan sama dengan wanita hamil, yaitu berikan cairan
intravena, encerkan cairan sekresi di paru, berikan O2 (setelah pengukuran PO2, PCO2)
sehingga tercapai PO2>60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal, cek bayi, dan
berikan obat kortikosteroid.

Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan intensif
selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan antibiotik
bila terdapat dugaan terjadi infeksi.

Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pada pasien berada dalam serangan,
lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang au tak pernah
dilakukan. Teruskan pengobatan regular asma selama proses kelahiran. Jangan diberikan
analgesic yang mengandung histamine, tapi pilihlah morfin atau analgesic epidural. Hati-hati
pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan
bronkospasme.

Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat
terkandung dalam air susu sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan
gangguan tidur. Namun, obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.

28
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronkiektasi yaitu sebagai
berikut:
a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari

b. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial

c. Engendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasi akut

d. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan.

Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti microbial, berdasarkan


hasil uji sensitivitas kultur organisme dari sputum. Klien mungkin akan diberikan obat
antibiotic sel ama bertahun-tahun dengan tipe antibiotic yang berbeda sesuai dengan
perubahan dalam interval.

Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan, dikarenakan


drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi.
Bronkodilator dapat diberikan kepada orang yang juga mengalami penyakit jalan nafas
obstruktif.

Intervensi bedah meskipun sering dilakukan tetapi tindakan ini hanya di indikasikan
untuk klien yang mengalami ekspektorasi sputum yang berlanjut dalam jumlah besar dan
mengalami peneomonia serta hemobtisis berulang pada klien yang tidak berobat secara
teratur.

2. TINDAKAN MEDIS

A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
• Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
• Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
• Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
• Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
• Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
• Tidur dalam posisi duduk tinggi.

29
4. Pernapasan
• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.
5. Sirkulasi
• Adanya peningkatan tekanan darah.
• Adanya peningkatan frekuensi jantung.
• Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
• Kemerahan atau berkeringat.
6. Integritas ego
• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah
7. Asupan nutrisi
• Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
• Penurunan berat badan karena anoreksia.
8. Hubungan sosial
• Keterbatasan mobilitas fisik.
• Susah bicara atau bicara terbata-bata.
• Adanya ketergantungan pada orang lain.

B. Diagnosa yang Mungkin Muncul (Nanda, 2005-2006)


Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
Diagnosa 2 : perubahan nutrisi b/d Ketidak mampuan asupan makan.
Diagnosa 3: Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunita.( pertahanan)
Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.

C. Intervensi keperawatan
Dx 1. Bersihkan jalan napas tidak efektif
Mandiri
• Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.

30
• Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
• Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
• Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur,
duduk pada sandara tempat tidur
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
• Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator
Kolaborasi
• Berikan oksigen tambahan 2-4/menit
• Berikan obat sesuai indikasi ; Bronkodilator,kortikosteroid, mukolitik

Dx 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama


serangan akut
Tujuan: pola nafas efektif
Kriteria hasil:
• Sesak berkurang atau hilang
• RR 18-24x/menit
• Tidak ada retraksi otot pernapasan
Intervensi:
• Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot
pernapasan
• Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
• Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada
• Berikan terapi oksigen sesuai pesanan

Dx 3. Kerusakan pertukaran gas


Mandiri
• Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
• Palpasi fremitus
• Awasi tanda vital dan irama jantung

Dx. Kep3: Malnutrisi b/d anoreksia


Intervensi :

31
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
• Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
• Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
• Awasi suhu.
• Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
• Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram,
kultur/sensitifitas (kolaborasi).

Dx. Kep 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ; salah mengerti.


Intervensi:
• Jelaskan tentang penyakit individu.
• Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
• Tunjukkan teknik penggunaan inhaler.

32
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA/PASIEN KELUARGA

 Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan tentang


PPOK.
 Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa PPOK
dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat.

TANDA MERUJUK PASIEN

Jika kondisi pasien masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan dan


juga masih dalam keadaan sadar penuh serta belum terlihat adanya komplikasi pada
organ yang lain maka pasien belum perlu untuk merujuk pasien tetapi jika telah
terjadi komplikasi pada organ lain maka diperlukan tanda untuk merujuk pasien
tersebut.
PERAN KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN
 Memantau pola hidup dari pasien
 Mengarahkan dan memantau pasien melalui rehabilitasi paru.
 Memberi dukungan dan semangat kepada pasien
PENCEGAHAN PENYAKIT
 Berhenti merokok
Merokok adalah faktor utama yang menyebabkan PPOK tersebut. Untuk mencegah
PPOK Anda harus menghindari merokok.
 Kesehatan kerja
Ini juga merupakan faktor besar yang dapat menyebabkan PPOK. Bila Anda bekerja
di lingkungan yang buruk seperti industri semen, tambang batu bara, konstruksi dan
lainnya anda harus menggunakan alat pengaman seperti masker. Jangan lupa untuk
periksa kesehatan paru-paru Anda secara teratur.
 Hindari polusi udara.
Polutan umumnya ditemukan di daerah industri. Pilih perumahan yang jauh dari
daerah industri yang lebih baik untuk kesehatan paru-paru Anda.

33
DAFTAR PUSTAKA
1) Soeparman. Ilmu penyakit Dalam jilid I dan II. 1990. Jakarta: Balai penerbit
FKUI
2) www.Mediacastore.com
3) Gleadle, jonathan. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik. 2006.
Jakarta: Erlangga Medical Series
4) Snell. Anatomi Klinik. 2012. Jakarta: ECG
5) www.scribd.com

34

Anda mungkin juga menyukai