SKENARIO
Seorang pasien ,laki-laki,berusia 52 Tahun,dibawa ke UGD oleh keluarganya karena
sesak nafas sejak 10 hari yang lalu.Ia sudah lama batuk banyak berdahak.Sesak makin terasa
jika banyak bicara.
1
BAB II
KATA KUNCI
1.Sesak napas
2.Batuk berdahak
2
BAB III
PROBLEM
1.Apa penyebab sesak napas dan batuk pada kasus di atas ?
3
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Batasan
Pada skenario di atas dijelaskan bahwa ada seorang pasien yang dibawa ke UGD karena
sesak napas sejak 10 hari yang lalu dan sudah lama batuk berdahak. Dalam penulisan
makalah ini kami membatasi pembahasan yang terkait dengan dugaan penyakit yang diderita
pasien, agar nantinya pembahasan tidak menyimpang dari masalah yang disajikan. Batasan
yang kami bahas adalah seputar permasalahan pada paru-paru karena dari skenario
diketahui bahwa pasien menderita batuk dahulu kemudian sesak. Dalam pembahasan paru
kami membahas bagaimana sistem pernapasan karena fisiologis dari paru-paru adalah untuk
pernapasan serta bagaimana peredaran darah pada paru berlangsung.
B.Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan
rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang
4
lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
C.HISTOLOGI
TRAKEA
Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. Trakea
dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel epitelnya, dan
jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat
meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat
mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel
terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel
serous.
Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan lapisan tulang
rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi
dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan
banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan
lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang
mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.
Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Ujung-
ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin.
Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi otot polos
5
menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang
rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur.
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua yaitu dua bronkus
utama
Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2
bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk
bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus.
Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis.
Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan
mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina
propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot
polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus
terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar
6
mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-
lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan mukosa
seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis, epitelnya kubus
bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk kubah yang
menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama serabut
elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan
adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih
berkembang dibandingkan pada bronkus. Pada orang asma diduga resistensi jalan udara
karena kontraksi otot bronkiolus.
Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada tepinya terdapat lubang-
lubang yang berhubungan dengan alveoli. Pada bagian distal dari brionkiolus respiratorius,
pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastin.
7
SALURAN ALVEOLARIS DAN ALVEOLUS
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina
propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa
serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu
inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan
berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran
alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus
alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara
udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria
yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.
8
D.FISIOLOGI PARU-PARU
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan
melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan
pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon
dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler
dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan
keluar melalui hidung dan mulut.
1. Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot
tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau
mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.
9
a. Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga
mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula
yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Rongga dada
yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam
rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-
otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada
a. Inspirasi
Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat dirasakan
adalah diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan otot antartulang rusuk
sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan terangkatnya tulang rusuk yang
menyebabkan rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan
di dalam rongga dada mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat mengembang.
Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru mengecil
bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat masuk secara berurutan ke lubang
hidung - rongga hidung - faring trakea (melaui glottis) - bronkus (kanan-kiri) -
bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus) alveolus (kantong-kantong kecil).
b. Ekspirasi
Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan adalah
diafragma relaksasi sehingga kembali ke posisis semula dan otot antarrusuk dalam kontraksi
menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil. Rongga
dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di dalam rongga dada meningkat yang
mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan
membesaranya tekanan di dalam paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus
melalui bronkiolus - bronkus - trakea glotis - faring - rongga hidung dan
lubang hidung
10
G.Penyakit Yang Berhubungan
Gagal jantung ialah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan dalam keperluan metabolisme
jaringan tubuh pada keadaan tertentu,sedangkan tekanan pengisian darah kedalam jantung
masih cukup tinggi yang menyebabkan curah jantung yang menyebabkan kegagalan sirkulasi
dalam memenuhi keperluan metabolisme badan dan fisiologi sistem organ dengan segala
akibatnya.
2.Pneumonia
Suatu peradangan parenkim paru dengan eksudasi dan konsulidasi disebabkan oleh
bermacam-macam hal misalnya virus,bakteri,kuman,dan mycoplasma yang menyebabkan
kerusakan pada parenkim paru.
Adalah infeksi pada epiglotis yaitu tulang rawan sebagai katup pita suara dan tabung
udara.
Bronchiolitis adalah adanya peradangan pada percabangan saluran napas utama yaitu
bronchiolus yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Sesak bisa terjadi karena benda asing dikarenakan bila semakin banyak benda asing
yang dalam hal ini semen yang masuk maka kerja dari lendir/mucus akan lebih meningkat
dan banyak sehingga dapat menimbulkan sesak.
Sesak bisa terjadi karena benda asing dikarenakan bila semakin banyak benda asing
yang dalam hal ini semen yang masuk maka kerja dari lendir/mucus akan lebih meningkat
dan banyak sehingga dapat menimbulkan sesak
11
7.Tersedak benda asing
Tersedak benda asing yang dibiarkan dapat menimbulkan gagal napas yaitu
kegagalan fungsi sitem pernafasan dalam mempertahankan oksigenisasi arteri dan
pengeluaran C02 yang adekuat sehingga dapat menimbulkan sesak.
8.Pneumothorax
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada
antara paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa
kondisi paru-paru kronis (biasa disebut Pneumotoraks Primer) dan orang dengan penyakit
paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumotoraks
yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai
pengobatan.
9.Atelektasis
10.Pasca Suntikan
Sesak napas dapat juga disebabkan melalui suntikan obat misalnya nitrofurantoin
dikarenakan sesak napas tersebut sebagai reaksi dari obat tersebut.
11.Pasca Analgetik
Merupakan gejala autoimun dimana reaksi dari analgetik merespon imun tubuh kita
hingga menyebabkan terjadinya autoimun sehingga pada indikasinya dapat menyebabkan
batuk hingga sesak napas.
12
Pada orang yang alergi histamin kadar tinggi dapat menyebabkan alergi makanan
seperti ikan tongkol ,jika konsumsi makanan tersebut akan menyebabkan sesak.
14.Cemas
Gagal jantung kiri disebabkan karena gangguan daraah oleh ventricel kiri sehingga
curah jantung kiri menurun dan tekanan akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.hal ini
menyebabkan penyumbatan pada vena pulmonal dan bila dibiarkan lama kelamaan akan
terjadi bendungan pada paru-paru yang akan berakibat juga padakerja jantung bagian kanan
Gangguan yang terjadi secara bersamaan pada jantung kiri dan jantung kanan yang
umumnya terjadi karena bendungan paru padaa waktu yang bersamaan yang dalam hal ini
disebabkan karena terjadi stenosis pada katup mitral.
13
17.Gagal jantung Kongestif akibat insufisiensi mitral
Gangguan yang terjadi secara bersamaan pada jantung kiri dan jantung kanan yang
umumnya terjadi karena bendungan paru padaa waktu yang bersamaan yang dalam hal ini
disebabkan karena terjadi Insufisiensi pada katup mitral.
18.PPOK
19.Malagizi
Kekurangan gizi pada seseorang tentu akan menyebabkan kerja organ tubuh juga
sedikit terganggu,kekurangan gizi juga dapat memudahkan kuman masuk kedalam
tubuh ,misalkan apabila bakteri masuk ke paru-paru dapat menyebabkan sesak.
21.Talasemia
Adalah penyakit kelainan herediter yang heterogen disebabkan oleh adanya defek
produksi HB normal,akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelaianan
morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit ,kelainan genetik ini dibagi dua kelas
thalasemia Alfa dan Thalasemia Beta.
22. Hemoroid
Merupakan penyakt pelebaran vena, umumnya sesak bisa terjadi pada saat ibu
melahirkan karna ada bendungan pada vena di rongga panggul, saat ibu melahirkan darah
14
yang terbendung menjadi tidak normal sirkulasinya umumnya di paru terlebih saat
diagfragma ikut menekan paru.
Salah satu komplikasi dari Mioma Uter yang dapat menyebabkan sesak napas adalah
fibroid Mioma, karena terbentuknya benang fibrosa pada otot polos di paru.
24.Kolitis
Penyakit radang pada Colon yang disebabkan oleh virus yang dibhubungkan dengan
faktor imunitas dan kelainan genetik,penyakit ini digolongkan dalam penyakit Autoimun.
H. Gejala Klinis
Kulit dingin
Takikardia
Irama gallop
Takipnea, sianosis, mengi
Denyut aspek bergeser
Pulsus alternans
Hipotensi atau Hipertensi
Syok kardiogenik
Asites
Efusi pleura
2. pneumonia
Gejala klinis nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
15
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
3. epiglotitis
Ngiler
Sesak napas
Menggigil
Suara serak
Sianosis
Gangguan pencernaan
4. Bronkiolitis
Batuk
Wheezing
Sesak napas
Sianosis
Takipnue
Demam
16
Tidak dapat berbicara atau menjerit
Orang melakukan salah satu hal di atas, dan mereka pun tak sadar
Orang melakukan salah satu hal di atas, dan mereka pun tak sadar
Sesak napas
Batuk
Suara parau
8. Pneumothorax
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
Sesak nafas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Batuk iritatif yang di.sebabkan perangsangan ujung-ujung saraf baik di
permukaan pleura maupun di dinding bronkus yang kolaps
Denyut jantung yang cepat
17
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
9. Atelektasis
Gangguan pernapasan
Nyeri dada
Batuk
10. pasca suntikan
Nyeri dada
Kejang perut, mual
Neuritis optik
Gejala vaskulitik lain
Urtikaria
Kelainan sendi
Sesak napas
11. pasca minum analgetik
Sesak napas
Kejang perut
Nyeri dada
Sesak napas
Gatal-gatal
Nyeri dada
Sesak napas
Mudah lelah
Sering haus
Berat badan turun
14. cemas
Takikardi
Berkeringat
18
Sesak napas
Mulut kering
Perut kembung
Asites
Sesak napas
Anoreksia
Nyeri dada
Asites
Sesak napas
Perut membuncit
Anoreksia
Nyeri dada
Sesak napas
Asites
Anoreksia
Edema paru
18. PPOK
Batuk kronik
Produksi sputum kronik
Sesak napas
Perut buncit
Anoreksia
19
Sesak napas
Otot mengecil
21. Talasemia
Sinusistis
Anemia
Pembesaran hati dan limpa
Sianosis
Sesak napas akibat suplai darah ke paru berkurang
22. Hemoroid
Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa
haid.
Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya
atau organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar
20
dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan
Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
I. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi
pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK
derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau
perubahan bentuk anatomi toraks.
Inspeksi
21
Perkusi
Hipersonor
Auskultasi
Fremitus melemah,
Suara nafas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang
Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
Ronki
J. Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia
kronik)
Analisa gas darah
22
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Dari gejala yang dialami lelaki tersebut ada beberapa penyakit yang menurut kami, di
derita oleh laki-laki tersebut, antara lain:
1. PPOK
2. Infark miokard akut
3. Pneumothorax
4. Pneumonia
23
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. Gejala Klinis
Nama : Tn. Sidan
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Karyawan
Asal : Mojokerto
Gejala Klinis :
Sesak napas sering dirasakan saat tidur dimalam maupun disiang hari
sejak 10 hari yang lalu.
Sesak napas akan berkurang saat pasien sedang duduk
Saat tidur malam pasien menggunakan 2 bantal
Sesak napas biasa terjadi saat pasien beraktivitas (naik tangga)
Sesak napas juga terjadi saat pasien banyak bicara dan tertawa
Pasien batuk saat dimalam hari ketika pasien merasa sesak
Sering pusing
Tidak ada keluhan demam, dan mual/muntah
Buang air kecil dan besar lancar
Kebiasaan merokok
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah, bernapas menggunakan tenaga
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tensi : 140/90
Nadi : 105 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu :37,2oC
24
Kepala/leher :
Anemi :-
Icterus :-
Cyanosis : -
Dyspnue : -
C. Pemeriksaan penunjang
LED : meningkat
Foto thorax :
hiper inflasi
hiperlusen
diafragma mendatar
corokan brankovaskuler meningkat
bula
jantung pendikulum
25
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Dari hasil analisis differential diagnosis yang kami diskusikan, kami menyimpulkan
bahwa penyakit yang di derita oleh Tn. Sudan adalah penyakit PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik).
26
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
ANAMNESIS 1. VERBAL
2. NON VERBAL
INSPEKSI
PEMERIKSAAN FISIK
PALPASI
PERKUSI
AUSKULTASI
LED : Meningkat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Foto thorax :
a. Hiper inflasi
b. Hiperlusen
c. Diafragma
mendatar
d. Corakan
bronkovaskuler
meningkat
e. Bula
f. Jantung
Pendikulum
DIAGNOSIS
27
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
1. PENATALAKSANAAN
Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara dingin, dan factor
pesikis gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada
serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya tidak berpengaruh negative terhadap
janin selama di gunakan sesuai dengan anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin
mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat
mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. Namun, harus diingat aminofilin dapat
menyebabkan penurunan kontraksi uterus.
Pada serangan asma akut, penangan sama dengan wanita hamil, yaitu berikan cairan
intravena, encerkan cairan sekresi di paru, berikan O2 (setelah pengukuran PO2, PCO2)
sehingga tercapai PO2>60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal, cek bayi, dan
berikan obat kortikosteroid.
Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan intensif
selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan antibiotik
bila terdapat dugaan terjadi infeksi.
Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pada pasien berada dalam serangan,
lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang au tak pernah
dilakukan. Teruskan pengobatan regular asma selama proses kelahiran. Jangan diberikan
analgesic yang mengandung histamine, tapi pilihlah morfin atau analgesic epidural. Hati-hati
pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan
bronkospasme.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat
terkandung dalam air susu sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan
gangguan tidur. Namun, obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.
28
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronkiektasi yaitu sebagai
berikut:
a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari
Intervensi bedah meskipun sering dilakukan tetapi tindakan ini hanya di indikasikan
untuk klien yang mengalami ekspektorasi sputum yang berlanjut dalam jumlah besar dan
mengalami peneomonia serta hemobtisis berulang pada klien yang tidak berobat secara
teratur.
2. TINDAKAN MEDIS
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
• Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
• Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
• Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
• Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
• Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
• Tidur dalam posisi duduk tinggi.
29
4. Pernapasan
• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.
5. Sirkulasi
• Adanya peningkatan tekanan darah.
• Adanya peningkatan frekuensi jantung.
• Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
• Kemerahan atau berkeringat.
6. Integritas ego
• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah
7. Asupan nutrisi
• Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
• Penurunan berat badan karena anoreksia.
8. Hubungan sosial
• Keterbatasan mobilitas fisik.
• Susah bicara atau bicara terbata-bata.
• Adanya ketergantungan pada orang lain.
C. Intervensi keperawatan
Dx 1. Bersihkan jalan napas tidak efektif
Mandiri
• Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.
30
• Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
• Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
• Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur,
duduk pada sandara tempat tidur
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
• Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator
Kolaborasi
• Berikan oksigen tambahan 2-4/menit
• Berikan obat sesuai indikasi ; Bronkodilator,kortikosteroid, mukolitik
31
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
• Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
• Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
• Awasi suhu.
• Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
• Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram,
kultur/sensitifitas (kolaborasi).
32
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
33
DAFTAR PUSTAKA
1) Soeparman. Ilmu penyakit Dalam jilid I dan II. 1990. Jakarta: Balai penerbit
FKUI
2) www.Mediacastore.com
3) Gleadle, jonathan. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik. 2006.
Jakarta: Erlangga Medical Series
4) Snell. Anatomi Klinik. 2012. Jakarta: ECG
5) www.scribd.com
34