OLEH:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
makin berat dan kendala yang dihadapi pun semakin besar. Globalisasi ekonomi
kita ketahui bersama bahwa dewasa ini masalah jaminan mutu dan keamanan
pangan terus berkembang sesuai dengan tuntutan dan persyaratan konsumen serta
tahun terakhir ini, konsumen telah menyadari bahwa mutu dan keamanan pangan
tidak hanya bisa dijamin dengan hasil uji pada produk akhir di laboratorium saja.
Mereka berkeyakinan bahwa dengan pemakaian bahan baku yang baik, ditangani
atau di ”manage” dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan
menghasilkan produk akhir pangan yang baik pula. Oleh karena itu,
keamanan pangan sejak proses produksi hingga ke tangan konsumen serta ISO-
pada industri pangan nasional harus bergeser ke strategi yang juga wajib
teknologi. Salah satu konsep dan strategi untuk menjamin keamanan dan mutu
pangan yang dianggap lebih efektif dan ”safe” serta telah diakui keandalannya
Rumusan Masalah
makalah ini adalah sebagai sumber informasi dan wawasan bagi mahasiswa dalam
penerapan sistem HACCP pada produk pangan, sebagai acuan dalam proses
pengajuan sertifikat HACCP , sebagai informasi bagi khalayak luas dalam proses
pangan.
PEMBAHASAN
karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein
hewani, energi, air, mineral dan vitamin (Soeparno, 2005). Kebutuhan daging sapi
teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan
daging yang baik dan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) maka perlu
diterapkan sistem pengawasan terhadap hewan potong di RPH dengan baik serta
Proses penanganan daging di RPH harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku,
peralatan yang digunakan dalam penanganan daging juga sudah memenuhi syarat
agar daging tetap baik dan higienis sampai di pasar. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam higiene daging, antara lain higiene karyawan, higiene
dalam ruangan pelayuan yang sejuk, cukup ventilasi, terpelihara baik dan bersih.
Daging yang baik tidak boleh ditambahkan zat yang dapat mengubah warna
aslinya, dicegah kontak antara daging dengan lantai dan dijaga agar daging tidak
dibatasi dalam waktu yang relatif singkat, karena adanya perubahan- perubahan
kualitatif maupun organoleptik termasuk warna, flavor. Nilai nutrisi daging secara
dalam jangka waktu terbatas. Perubahan kualitas daging beku sangat minimal
perombakan oleh aktifitas enzim proteolitik yang secara alami terdapat pada tubuh
ikan. Salah satu enzin tersebut adalah enzim katepsin yang berperan melunakkan
seperti berikut kenampakan mata cerah, cemerlang bau segar, tekstur elastis, padat
dan kompak sesuai SNI 01-2729-2006. Secara mikrobiologidan kimia juga harus
memenuhi syarat standar kelayakan, di bawah ini tabel 2 dan tabel 3 yang
Pembekuan Daging
(Adawyah, 2008). Pembekuan daging menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu
dibawah titik beku daging. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air
pada ikan menjadi edis, tetapi pada waktu daging beku dilelehkan kembali untuk
menghambat aktivitas bakteri dan enzim sehingga daya awet daging beku lebih
besar dibandingkan dengan daging yang hanya didinginkan. Pada suhu -12°C,
keadaan bakteri telah dapat dihentikan, tetapi proses kimia enzimatis masih terus
berjalan.
mulai membeku pada suhu antara -0,6ᵒC sampa -2ᵒC, atau rata-rata pada -1ᵒC.
Free water adalah yang paling awal membeku, disusul oleh bound water.
Pembekuan dimulai dari bagian luar, bagian tengah membeku paling akhir.
terbagi atas tiga tahapan yaitu tahap pertama, suhu menurun hingga saat
tercapainya titik beku. Tahap kedua, suhu turun perlahan-lahan karena 2 hal,
penarikan panas dari ikan bukan penurunan suhu, melainkan karena pembekuan
air di dalam tubuh ikan, dan terbentuknya es pada bagian luar daging adalah
jika kira-kira tiga perempat bagian dari kandungan air sudah beku, penurunan
thermal arrest time, pembekuan dibagi menjadi dua yaitu pembekuan cepat (quick
freezing), yaitu pembekuan dengan waktu tidak lebih dari dua jam dan pembekuan
lambat (slowfreezing atau sharp freezing), yaitu bila waktu pembekuan lebih dari
yang kecil-kecil di dalam jaringan daging beku. Jika daging yang dibekukan
dicairkan kembali maka kristal-kristal yang keluar akan diserap kembali oleh
daging dan hanya sedikit yang lolos. Pembekuan lambat akan menghasilkan
agar tercapai standar yang ditentukan dan dapat mendapat sertifikat HACCP
adalah penangan yang dilakukan dari mulai penyediaan bahan baku, sampai bahan
siap jual pada konsumen, diagram tersebut menunjukan bahwa proses sertifikasi
HACCP pada industri daging beku dilaksanakan dari penanganan bahan baku
distribusi pada konsumen. Proses alur produksi tersebut tersaji pada gambar 1.
Gambar 1. Alur produksi daging beku
Cooling unit
pengendalian keamanan pangan secara preventif yang bersifat ilmiah, rasional dan
bahwa bahan pangan tersebut aman bila dikonsumsi (Motarkemi dkk, 1996 ;
kerusakan produk makanan mulai dari penyediaan bahan baku, selama tahapan
proses pengolahan bahan sampai distribusi dan penggunaannya. Kunci utama
pada dekade tahun 1960-an dalam rangka menjamin suplai persediaan makanan
untuk para astronotnya (Adams, 1994 ; Motarjemi dkk, 1996 ; Vail, 1994).
produk daging beku dengan kriteria yang bebas dari bakteri pathogen yang bisa
defects” ini esensinya mencakup tiga hal, yaitu : pengendalian bahan baku,
saja. Oleh karena hal tersebut maka diperlukan sistem/metode pendekatan lain
yang bisa menjamin bahwa faktorfaktor yang merugikan harus benar-benar dapat
diawasi dan dikendalikan. Dari hasil pengkajian, evaluasi dan penelitian yang
Konsep HACCP ini pun telah mengalami revisi, kajian ulang dan
USDA Food Safety and Inspection Service (FSIS) (Adams, 1994) ; The National
(Garrett III dan Hudak-rose, 1991). Perkembangan selanjutnya konsep HACCP ini
termasuk pula pada jasa ”catering” dan ”domestic kitchen” dan dalam
beku, terutama sekali untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard) yang berasal
dari bahaya mikrobiologi (biologi), kimia dan fisika ; dengan cara mencegah dan
dan berkembang. Oleh karena itu, secara individu setiap produk dan sistem
daging beku mempunyai kegunaan dalam hal, yaitu : (1) Mencegah penarikan
produk daging beku yang dihasilkan, (2) Mencegah penutupan pabrik, (3)
kepercayaan konsumen dan (7) Mencegah pemborosan biaya atau kerugian yang
Perinsip Dasar Sistem Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP) Pada
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan sistem
HACCP pada industri pangan seperti yang direkomendasikan baik oleh NACMCP
prosesproduksi daging beku. Pemeriksaan atau analisis terhadap bahaya ini harus
dapat terjadi bila produk daging beku untuk dikonsumsi. Analisis bahaya harus
dilaksanakan menyeluruh dan realistik, dari bahan baku hingga ke tangan
konsumen. Jenis bahaya yang mungkin terdapat di dalam makanan dibedakan atas
ini muncul disebabkan oleh bakteri pathogen, virus atau parasit yang dapat
Agar analisis bahaya ini dapat benar-benar mencapai hasil yang dapat
bahaya harus dilaksanakan secara sistematik dan terorganisasi. Ada tiga elemen
dalam analisis bahaya dalam prosedur pembuatan daging beku, diantaranya: 1).
Menyusun tim HACCP; 2). Mendefisinikan produk: cara produk dikonsumsi dan
sifat-sifat negatif produk yang harus dikontrol dan dikendalikan; 3). Identifikasi
bahaya pada titik kendali kritis dengan mempersiapkan diagram alir proses yang
teliti sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, untuk menghasilkan suatu produk.
2. Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam proses
Titik kendali kritis (CCP) didefinisikan sebagai suatu titik lokasi, setiap
kerusakan (spoilage), dan resiko kerugian ekonomi. CCP ini ditentukan setelah
diagram alir proses produksi yang sudah teridentifikasi potensi bahaya pada setiap
kritis dari bahaya (hazard) terjadi pada tahap ini atau yang lain; apabila
ekonomi”. Harus diperhatikan titik kendali (CP) tidaklah sama dengan titik
kritis (CCP) dapat dilakukan dengan metode alur keputusan atau CCP Decission
setiap CCP teridentifikasi, Tim HACCP harus menetapkan batas kritis untuk
setiap CCP. Biasanya batas kritis untuk bahaya biologis/mikrobiologis, kimia dan
fisika untuk setiap jenis produk berbeda satu sama lainnya. Batas kritis
didefinisikan sebagai batas toleransi yang dapat diterima untuk mengamankan
cermat dan efektif. Batas kritis yang sudah ditetapkan ini tidak boleh dilanggar
atau dilampaui nilainya, karena bila suatu nilai batas kritis yang dilanggar dan
kemudian titik kendali kritisnya lepas dari kendali, maka dapat menyebabkan
Beberapa contoh batas kritis yang perlu ditetapkan sebagai alat pencegah
timbulnya bahaya, misalnya adalah ; suhu dan waktu maksimal untuk proses
thermal, suhu maksimal untuk menjaga kondisi pendinginan, suhu dan waktu
Selain batas kritis untuk residu pestisida yang berasal dari komoditas pertanian,
batas kritis bahan kimia lain yang berpotensi sebagai bahaya kimia juga harus
yang sudah ditetapkan sebagai panduan dalam menetapkan batas kritis untuk
semua Bahan Tambahan Makanan (BTM), termasuk bahan kimia yang digunakan
dalam bahan pengemas yang bersentuhan dengan produk pangan. Batas kritis
untuk setiap CCP perlu didokumentasikan. Dokumentasi ini harus dapat
menjelaskan bagaimana setiap batas kritis dapat diterima dan harus disimpan
Setelah prinsip III dilengkapi dengan penetapan batas kritis untuk semua
CCP, tim HACCP harus menetapkan persyaratan monitoring untuk setiap CCP-
dan menghasilkan catatan (record) yang tepat untuk digunakan dalam verifikasi
penanganan dan pengolahan pada CCP dapat dikendalikan dengan baik ; (2)
mengendalikan CCP dan batas kritisnya ; (3) Pengamatan atau pengukuran batas
kritis untuk memperoleh data yang teliti, dengan tujuan untuk menjamin bahwa
batas kritis yang ditetapkan dapat menjamin keamanan produk (Corleett, 1991).
Cara dan prosedur monitoring untuk setiap CCP perlu diidentifikasi agar dapat
CCP dilakukan secara kontinyu hingga dicapai tingkat kepercayaan 100 persen.
Namun bila hal ini tidak memungkinkan, dapat dilakukan monitoring secara tidak
kontinyu dengan syarat terlebih dahulu harus ditetapkan interval waktu yang
lama. Oleh karena itu, pengujian dengan cara analisis mikrobiologis jarang
mentah), pengukuran suhu dan waktu proses, pH, kadar air dsb.
penyimpangan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, jika dari hasil pemantuan
batas kritisnya, maka harus dilakukan tindakan koreksi (corrective action) atau
yang harus dilaksanakan ketika kesalahan serius atau kritis diketemukan dan batas
Tindakan koreksi ini dapat berbeda-beda tergantung dari tingkat resiko produk,
yaitu semakin tinggi resiko produk semakin cepat tindakan koreksi harus
potensi bahaya dan resiko yang terjadi, ketika batas kritis terlampaui pada CCP-
nya sehingga dapat menjamin bahwa disposisi produk yang tidak memenuhi, tidak
teliti dan rapih mengenai seluruh sistem dan penerapan HACCP ; (2)
makanan.
termasuk : bahan mentah, bahan tambahan, bahan pengemas dan peralatan penting
bahaya pada setiap tahap; 6) CCP dan batas kritis yang telah ditetapkan; 7)
catatan harus sistematis, rapih dan teratur. Disamping itu, bila pencatatan dan
ditetapkan dan (2) Untuk menjamin bahwa rancangan HACCP yang ditetapkan
masih efektif dan benar. Hasil verifikasi ini dapat pula digunakan sebagai
tertentu, dapat dilakukan secara rutin atau tidak terduga untuk menjamin bahwa
CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan. Jika diketahui bahwa produk
dirasakan belum mantap, atau jika ada saran dari instansi yang berwenang.
Beku
keamanan pangan, misal : bahan mentah, ingredien dan bahan tambahan, praktek
baik. Kemudian untuk memperoleh program yang efektif dan menyeluruh dalam
1. Komitmen Manajemen
menyatakan komitmen tidak hanya dalam kata-kata saja melainkan juga dalam
tindakan. Seluruh karyawan dan staf nantinya harus tahu bahwa manajemen
adalah yang paling bertanggung jawab memikul beban tugas implementasi ini.
program keamanan pangan, maka mereka membentuk tim HACCP yang bertugas
dan bertanggung jawab dalam hal perencanaan, penerapan dan pengembangan
keahlian spesifik yang tepat untuk produk. Dalam hal ini anggotanya tidak perlu
dibatasi dan dapat berasal dari bagian : produksi, pengendalian mutu atau QC,
(misalnya tentang hazard dan analisisnya, peran titik kendali kritis dan batas kritis
dalam menjaga keamanan pangan, prosedur monitoring dan tindakan koreksi yang
menjadi tanggung jawabnya. Pelatihan dapat dilakukan oleh tenaga ahli berasal
dari dalam perusahaan sendiri atau tenaga ahli dari luar perusahaan atau konsultan
tersebut.
4. Deskripsi Produk
yang akan dibuat/diproduksi. Dalam hal ini keterangan atau karakteristik yang
lengkap mengenai produk harus dibuat, termasuk keterangan mengenai komposisi
(ingredien), formulasi, daya awet dan cara distribusinya. Semua informasi tersebut
diperlukan oleh tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan
komprehensif.
5. Identifikasi Pelanggan/Konsumen
Tujuan penggunaan produk harus didasarkan pada konsumen atau pengguna akhir
Bagan/diagram alir proses harus disusun oleh tim HACCP. Setiap tahap
dalam proses tertentu harus dianalisis untuk menyusun bagan alirnya. Dalam
produksi secara dalam industri pangan yang bersangkutan serta untuk melihat
kegiatan verifikasinya.
Tim HACCP harus menguji dan memeriksa kembali diagram alir proses
yang sudah dibuat. Dalam hal ini, tim HACCP harus menyesuaikan kegiatan
proses pengolahan yang sebenarnya (di pabrik) dengan bagan alir proses pada
setiap tahap dan waktu proses, dan jika perlu mengubah diagram alir proses bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai atau kurang sempurna. Dengan demikian, bila
ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat dan kurang sempurna, dapat
dilakukan modifikasi.
daftar bahaya yang mungkin timbul dan cara pencegahan untuk mengendalikan
Menetapan batas/limit kritis untuk setiap titik kendali kritis (CCP); 4) Menetapkan
bahwa sistem HACCP berjalan dengan baik dan benar; 7) Membuat catatan dan
dokumentasi. Catatan data yang praktis dan teliti merupakan hal yang penting
Beku
dijamin dengan hasil uji produk akhir dari laboratorium. Produk yang aman
didapat dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan
Hazard Analisis and Critical Control Point pada produk daging beku
timbul pada produk daging beku dan cara pencegahannya untuk mengendalikan
bahaya tersebut. CCP suatu titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang
titik yang dapat diterima (diperbolehkan atau titik aman). CCP produk daging
beku adalah meliputi bahaya mikrobiologis, bahaya kimia dan bahaya fisik.
bahaya mikrobiologis berasal dari bahan baku daging yaitu adanya bakteri
tahan pada suhu rendah, serta mikroorganisme yang mampu memproduksi spora.
Bahaya yang timbul akibat cemaran miroorganisme dapat dikurangi atau bahkan
Bahaya kimia meliputi bahaya yang berasal dari bahan tambahan pangan
atau non pangan. Bahan tambahan non pangan yang seringkali ditambahkan pada
daging beku seperti formalin dan boraks. Bahan tambahan pangan yang tidak
dilarang namun dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kesehatan contohnya pewarna. Sebenarnya bahaya ini bukan berasal dari bahan
sengaja. Bahaya fisik timbul dari benda benda asing yang tercampur secara tidak
sengaja selama proses produksi. Misalnya isi strapler, batu, rambut ternak atau
manusia. Bahaya ini dapat dihilangkan dengan pengawasan sanitasi selama proses
produksi.
Langkah untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam
pasar bebas, salah satu langkah yang telah diterbitkan oleh pemerintah salah
jaminan mutu berdasarkan konsep HACCP yang harus diterapkan oleh pelaku
usaha perikanan khususnya, dan pelaku pengolahan pangan secara umum, mulai
bahan baku hingga produk akhir. Untuk memastikan bahwa suatu unit pengolahan
pangan menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil pangan berdasarkan
unit pengolahan.
tahapan yang harus dilalui dan dipenuhi oleh pelaku usaha daging beku.
persyaratan.
melakukan inspeksi.
6. Khusus untuk perbaikan yang bersifat fisik, kepala UPT Badan selambat-
10. Apabila dalam kurun waktu dimaksud angka No.5, UPI yang bersangkutan
tindakan perbaikan.
11. Apabila dalam kurun waktu dimaksud No.10 UPI bersangkutan belum
maksimal 7 (jumlah Mayor dan Serius tidak lebih dari 10); 3). Tingkatan
C; Temuan ketidaksesuaian adalah: Kritis (Kr) = 0, Serius = maksimal 4,
proses sertifikasi dapat berjalan dengan baik, Adapun persyaratan yang harus
yang berbeda.
b. Mendapat SKP hasil Pembinaan dari Ditjen P2HP, bagi UPI yang
Kesimpulan
mencakup dari mulai pendaftaran dan pengajuan, sampai dengan penetapan dan
Saran
efektifitas dan target yang dicapai belum dapat direalisasikan, dalam hal ini
sedikit kontribusi yang dapat disampaikan oleh individu dalam tiap kelompok.
Pada pengkajian prosedur sertifikasi HACCP, perlu pembagian materi yang telah
yang diberikan, tapi pada prinsipnya, daging beku dan ikan beku, memiliki prinsip
FDA. 2018. Food and Drug Administration HACCP Analysis for food.
http://www.fda.gov/gmp5thed, download : 02 Desmber 2018
Kementrian Perikanan dan Kelautan. 2011. Persyaratan dan tata cara penertiban
sertifikasi penerapan HACCP. Jakarta