Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo,2007).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) dalam Budiman

dan Agus Riyanto, 2013, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui

berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi

berbagai faktor dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana

informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Dalam Wikipedia,

pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat menurut Notoadmotjo (2011), yakni:

6
7

1. Tahu (Know)

Berisi kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi tersebut secara sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen. Komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada keterkaitan

satu sama yang lainya.

5. Sintesis ( Synthesis)

Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


8

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain

(Budiman dan Agus Riyanto, 2013) :

1. Pendidikan

Pendidikan ibu dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi

pada bayi dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka semakin baik kesadarannya untuk melaksanakan imunisasi

dasar pada bayi ataupun sebaliknya dan mudah untuk

mendapatkan informasi.

2. Informasi atau Media Massa

Informasi akan memberikan pengaruh pengetahuan

seseorang dalam pemberian imunisasi dasar bagi bayi, untuk

melaksanakan imunisasi dasar bagi bayi sendiri harus sesuai

jadwal pemberian. Kebanyakan ibu belum mendapatkan informasi

atau sumber informasi tentang imunisasi dasar yang baik.

3. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Sosial, budaya dan ekonomi dilihat dari rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat yang mengakibatkan ibu cenderung tidak

membawa anaknya untuk imunisasi karena ibu memilih untuk

bekerja. Kesadaran ini masih kurang baik dalam melaksanakan

imunisasi terhadap bayi sehingga bayi tersebut tidak mempunyai

sistem kekebalan imun yang baik.


9

4. Lingkungan

Faktor lingkungan dalam memberikan imunisasi dasar

berpengaruh terhadap kesehatan bayi, apabila terjadi perubahan

lingkungan sekitar manusia maka akan terjadi perubahan kondisi

kesehatan lingkungan masyarakat dalam pemberian imunisasi

dasar.

5. Pengalaman

Pengalaman-pengalaman dalam memberikan imunisasi

dasar pada bayi sangatlah penting di karenakan imunisasi dapat

mencegah penyakit yang beresiko seperti TBC, Difteri, Pertusis,

Tetanus, Poliomielitis, Campak dan Hepatitis B.

6. Usia

Usia termasuk kategori faktor dalam pemberian imunisasi

dasar bagi bayi yang dapat dilihat dari kematangan usia ibu-ibu

yang semakin cukup umur, maka tingkat kematangannya akan

lebih untuk memberikan imunisasi pada bayinya dan akan berperan

aktif pada program imunisasi.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) untuk mengetahui rasa ingin tahunya,

manusia menggunakan berbagi macam cara untuk memperoleh

kebenaran yang dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :


10

1. Cara tradisional

a. Cara coba salah (trial and eror)

Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui

cara coba salah atau dengan kata lain “trial and error”. Cara ini

merupakan cara yang paling tradisional yaitu upaya

pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba, bila suatu

cara tidak berhasil dicoba cara yang lain.

b. Cara kekuasaan (otoritis)

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan secara turun

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan

diperoleh berdasarkan pada otoritis atau kekuasaan baik tradisi,

otoritis pemerintah, otoritis pemimpin agama ahli ilmu

pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah sumber pengetahuan atau pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.


11

d. Melalui jalan pikiran

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan

menggunakan jalan pikiranya, baik melalui induksi maupun

deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara

tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang

dikemukakan dan dicari hubungan sehingga dapat dibuat

kesimpulan.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.

a. Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat

disesuaikan dengan tingkat pengetahuan.

2.1.5 Cara mengukur Pengetahuan

Menurut Arikunto, 2010 pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang akan di

ukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang

ingin diukur dan sesuai dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan

yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum

dibagi menjadi 2 jenis yaitu:


12

1. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan

essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif

dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap nilai dari

waktu ke waktu.

2. Pertanyaan Objektif

Jenis pertanyaan seperti pilihan ganda (multiple chooice), betul

salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh

penilai. Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan

dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Pengetahuan baik bila responden menjawab >76-100% dengan

benar dari total jawaban pertanyaan.

b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%

dengan benar total jawaban pertanyaan.

c. Pengetahuan kurang bila responden <56% dari total jawaban

pertanyaan.

2.2 Konsep Imunisasi Dasar

2.2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, berarti belum tentu

kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2011).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak


13

terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Oktiawati,

anisa, Khodijah, Ikawati Setyaningrum, Rizki Cintya Dewi, 2017)

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja atau

memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga

tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh

mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke

dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut

dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika

nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan

vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun

antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya.

Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit infeksius

(Proverawati dan Citra Setyo, 2010).

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi diharapkan agar anak menjadi kebal

terhadap penyakit sehingga dapat menunjukkan angka morbiditas dan

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Penyakit-penyakit tersebut adalah disentri,

tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberculose

(Oktiawati, Anisa, Khodijah, Ikawati Setyaningrum, Rizki Cintya Dewi,

2017).
14

2.2.3 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi menurut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI (2010) dalam buku Oktiawati, Anisa, Khodijah, Ikawati

Setyaningrum, Rizki Cintya Dewi (2017) , antara lain:

1. Untuk anak, yaitu mencegah penderita yang disebabkan oleh

penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan stress akibat

anak sering sakit. Mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi

bagi anaknya untuk menjalani masa kanak-kanak yang ceria dan

sehat.

3. Untuk Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan cerdas untuk melanjutkan pembangunan

negara.

2.2.4 Jenis-Jenis Vaksin

Jenis-jenis vaksin menurut Oktiawati, Anisa, Khodijah, Ikawati

Setyaningrum, Rizki Cintya Dewi (2017), antara lain:

1. Pada dasarnya vaksin dibuat dari:

a. Kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.

b. Zat racun kuman (toksin) yang telah dilemahkan.

c. Bagian kuman tertentu atau komponen kuman yang biasanya

berupa protein khusus.

2. Imunisasi aktif dan imunisasi pasif

a. Ada dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
15

b. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi

secara pasif. Sedangkan imunisasi aktif atau vaksinasi adalah

pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun dalam tubuh.

c. Berbagai jenis vaksin yang dikemukakan diatas bila diberikan

pada anak merupakan contoh imunisasi aktif.

d. Dalam hal ini tubuh anak akan membuat sendiri zat anti setelah

suatu rangsangan antigen dari luar tubuh, setelah rangsangan

ini, kadar zat anti dalam tubuh anak akan meningkat.

e. Sehingga anak menjadi imun atau kebal. Pada imunisasi aktif,

tubuh anak sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti

setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.

f. Lain halnya dengan imunisasi pasif. Dalam hal ini imunisasi

dilakukan dengan penyutikan sejumlah zat anti, sehingga

kadarnya dalam darah meningkat. Perbedaan yang penting

antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah:

1) Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti

dalam tubuh harus meningkat, pada imunisasi aktif

diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat

anti itu dibandingkan dengan imunisasi aktif.

2) Kekebalan yang terdapat dalam imunisasi aktif bertahan

lama (bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi pasif

hanya berlangsung beberapa bulan.


16

2.2.5 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar

Macam-macam imunisasi dasar, antara lain:

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

a. Vaksin dan jenis vaksin

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin

BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette Guerin) yang

masih hidup maka tidak diberikan pada pasien

imunikompromais (leukemia anak yang sedang mendapat

pengobatan steroid jangka panjang, atau bayi yang diketahui

atau dicurigai menderita HIV). Jenis kuman TBC ini telah

dilemahkan. Vaksin ini dibuat dari Mycobacterium bovis yang

dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil

yang tidak irulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.

b. Usia Pemberian lmunisasi BCG

Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi

baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada

umur 0-2 bulan. Imunisasi BCG diberikan 1 kali saja. Pada anak

yang berumur lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk melakukan uji

mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui

apakah ia telah terjangkit penyakit TBC.

c. Lokasi Penyuntikan dan Cara Pemberian

Dosis pemberian vaksin BCG adalah 0,05 ml sebanyak 1 kali

yang diberikan melalui intrakutan didaerah lengan kanan atas


17

pada insersio m.deltoideus. hal ini dikarenakan penyutikan

secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan

mengingat jaringan lemak subkutis tipis. Dibandingkan dengan

pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior, ulkus

yang terbentuk tidak mengganggu strukstur otot setempat.

Penyutikkan secara intradermala akan menimbulkan ulkus lokal

yang superfisial pada 3 minggu setelah penyutikkan dan akan

sembuh dalam 2-3 bulan, tetapi meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm.

d. Kontraindikasi

Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali

pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji

mantoux positif.

e. Efek Samping

Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai akibat efek

samping. Mungkin terjadi pembekakan kelenjar getah bening

setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri

walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas,

pembekakan kalenjar terdapat di ketiak atau leher bagian

bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakan

kelenjar ini biasanya disebabkan karena teknik penyuntikan

yang kurang tepat yaitu penyutikan terlalu dalam.


18

f. Penanganan efek samping

1) Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan

cairan antiseptik.

2) Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin

membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke tenaga

kesehatan.

2. Hepatitis B

a. Vaksin dan jenis vaksin

1) Hepatitis B Immune Globulin merupakan sediaan anti HBs

titer tinggi yang dimurnikan dari plasma yang diambil dari

individu anti HBs positif titer tertinggi. HBIG diberikan untuk

pencegahan infeksi VHB pasca paparan, misalnya penularan

dari ibu ke anak, penularan dari tusukan tidak sengaja, dan

penularan dari hubungan kelamin dengan seseorang karier.

Vaksin hepatitis b diberikan melalui intramuskular.

2) Vaksin hepatitis B harus segera diberikan setelah bayi baru

lahir untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi

maternal dari ibu pada bayinya.

b. Usia dan Jumlah Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Pemberian HepB-1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah

lahir, baik pada bayi dengan HbsAg ibu yang tidak diketahui

maupun positif atau negatif. Imunisasi HepB-2 diberikan setelah

1 bulan (4 minggu) dari imunisasi HepB-1 yaitu saat bayi

berumur 1 bulan. Untuk mengoptimalkan respon imun, interval


19

imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5

bulan. Jadi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.

c. Lokasi penyutikan dan Cara pemberian

Penyuntikan vaksin hepatitis B dilakukan di daerah paha

dengan dosis 0,5 ml.

Cara pemberian, antara lain:

1) Buka kantung aluminium atau plastik dan keluarkan alat

suntik PID.

2) Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan

memegang keduanya diantara jari telunjuk dan jempol, dan

dengan gerakan cepat dorong tutup jarum ke arah leher.

Teruskan sampai mendorong sampai tidak ada jarak antara

tutup jarum dan leher.

3) Buka tutup jarum, tetapi pegang alat suntik pada bagian

leher dan tusukkan jarum pada anterolateral paha secara

intramuskular, tidak perlu dilakukan aspirasi.

4) Pijat reservoir dengan kuat untuk menyutik, setelah reservoir

kempis canut alat suntik.

d. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap kompenan vaksin. Sama halnya

seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan

kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.


20

e. Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan

disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan

dan biasanya hilang setelah 2 hari.

f. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak

(ASI).

2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

3. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)

a. Vaksin dan jenis vaksin

b. Penjelasan penyakit

1) Difteria

Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bakteri yang

disebut corynebacterium diphtheria. Sifat sangat ganas dan

mudah menular. Penularannya melalui percikan udara yang

mengandung kuman. Anak yang terjangkit difteria akan

menderita demam tinggi, selain itu pada tonsil (amandel)

atau tenggorokan terlihat selaput putih kotor, dengan cepat

selaput putih ini akan meluas ke bagian tenggorokan

sebelah dalam dan menutup jalan nafas.


21

2) Pertusis

Pertusis atau penyakit batuk rejan atau lebih dikenal

dengan batuk seratus hari yang disebabkan oleh kuman

bordetella pertussis. Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba

batuk keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka

menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-

kadang sampai muntah, kadang disertai darah.

3) Tetanus

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi kuman Clostridium tetani. Penyakit tetanus ada pada

luka seperti terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan

binatang, gigi bolong, radang telinga. Luka tersebut

merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal

sebagai clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak

dan membentuk racun yang berbahaya. Racun ini akan

merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang

menjadi dasar penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah

kejang dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang

teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan

sukar terbuka serta muka yang menyeringai serupa setan.

c. Usia dan Jumlah Pemberian Imunisasi DPT

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, sejak bayi berumur

2 bulan dengan selang waktu antara penyutikkan minimal 4

minggu
22

a. Lokasi penyuntikan dan cara pemberian

Cara pemberian imunisasi dapat melalui injeksi

intramuskular, suntikan diberikan pada paha tengah luar atau

subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Cara memberikan vaksin

ini, sebagai berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi miring di atas pangkuan ibu

dengan seluruh kaki telanjang.

2) Orangtua sebaiknya memegang kaki bayi.

3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.

4) Masukkan jari dengan sudut 90 derajat.

5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit

sehingga masuk kedalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit

suntikkan secara pelan-pelan.

b. Kontraindikasi Imunisasi DPT

Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit

parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam

kompleks, anak dengan batuk yang diduga batuk rejan dalam

tahap awal atau pada gangguan kekebalan.

c. Efek samping

Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih

berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya

disebabkan oleh unsur pertusisnya. Bila hanya DT maka tidak

akan timbul efek samping yang demikian.


23

d. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak

(ASI atau sari buah).

2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

6) Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

4. Polio

Polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan

pada anak.

a. Vaksinasi dan jenis vaksin

Vaksin polio terdiri dari 2 kemasan, antara lain:

1) OPV (Oral Polio Vaccine)

Cara kerja vaksin ini ada 2 cara yaitu memproduksi antibodi

dalam darah (imunitas humoral) terhadap ketiga tipe virus

polio sehingga pada kejadian infeksi, vaksin ini akan

memberikan perlindungan dengan mencegah penyebaran

virus ke sistem saraf. Cara kedua dalah menghasilkan

respon imun lokal di membrane mukosa intestinal tempat

terjadinya multiplikasi virus polio. Antibodi yang terbentuk ini

akan membatasi multiplikasi virus polio liar di dalam


24

intestinal, menutup reseptor sehingga virus tidak dapat

menempel dan berkembangbiak.

2) IPV (Inactivated Polio Vaccine)

IPV sedikit memberikan kekebalan pada dinding usus

sehingga perkembangbiakan virus di usus masih dapat

terjadi. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran virus ke

sekitarnya.

b. Usia dan jumlah pemberian imunisasi polio

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV)

dengan interval selama 4 minggu pada saat bayi lahir (0 bulan),

kemudian pada usia 2, 3 dan 4 bulan.

c. Lokasi penyuntikan dan cara pemberian

Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated

poliomyelitis vaccine atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis

vaccine atau OPV). Di Indonesia, pemberian vaksin yang

digunakan adalah OPV. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes

(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan

sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru

menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemberian:

1) Orangtua memegang bayi dengan kepala disangga dan

dimiringkan ke belakang.

2) Mulut bayi di buka hati-hati menggunakan ibu jari atau

dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.


25

3) Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah, jangan

biarkan alat tetes menyentuh bayi.

d. Kontraindikasi

Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang

menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38°C),

muntah atau diare, penyakit kanker, HIV/AIDS, sedang

menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,

serta anak dengan mekanisme kekebalan yang terganggu.

e. Efek samping

1) Efek samping dari OPV

Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral.

Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum

seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi

dosis ulang.

2) Efek samping dari IPV

Reaksi lokal pada tempat penyuntikan seperti nyeri,

kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu

48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu

atau dua hari.

f. Penanganan efek samping

1) Penanganan efek samping dari OPV

Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.

2) Penanganan efek samping dari IPV


26

a) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih

banyak (ASI).

b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

5. Campak

a. Vaksin dan jenis vaksin

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang

termasuk dalam family Paramyxovirus. Beberapa macam vaksin

campak, antara lain:

1) Monovalen.

2) Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubella.

3) Kombinasi dengan mumps dan rubella.

4) Kombinasi dengan mumps dan rubella dan varisela.

b. Usia dan jumlah pemberian imunisasi campak

Pemberian vaksin campak hanya diberikan 2 kali, dapat

diberikan pada umur 9 bulan dan 2 tahun.

c. Lokasi penyuntikan dan cara pemberian

Penyutikannya diberikan secara subkutan walaupun dapat

diberikan secara intramuskular, dengan dosis 0,5 ml. Sebelum

disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan


27

pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Cara pemberiannya, sebagai berikut:

1) Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan

seluruh lengan telanjang.

2) Orangtua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-

jari tangan untuk menekan ke atas lengan bayi.

3) Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas

dengan sudut 45 derajat.

4) Usahakan kestabilan posisi jarum.

d. Kontraindikasi

Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang

mengalami immunodefisiensi atau individu yang di duga

menderita gangguan respon imun karena leukemia, dan

limfoma.

e. Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan

kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah

vaksinasi.

f. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak

(ASI atau sari buah).

2) Jika demam kenakan pakaian yang tipis.

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.


28

4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

6) Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.


29

2.2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal Imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis

vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi

suatu Negara dapat saja berbeda dengan Negara lain tergantung kepada

lembaga kesehatan yang berwenang mengeluarkannya.

Jadwal imunisasi dasar menurut buku KIA:

2.1 Jadwal Imunisasi Dasar


30

2.2.7 Tempat untuk Mendapatkan Imunisasi

Untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi, dan mengoptimalkan

keberhasilan program imunisasi, telah disediakan di tempat-tempat

khusus yang bisa digunakan untuk pemberian imunisasi. Imunisasi dapat

dilakukan di Posyandu, Puskesmas, Polindes, Rumah Sakit, Bidan desa,

Praktek Dokter, dan tempat lain yang telah disediakan (Proverawati dan

Citra Setyo, 2010).


31

2.3 Kerangka Konsep


Ibu yang mempunyai bayi usia
9 bulan-2 tahun

Pengetahuan Ibu tentang


Imunisasi dasar, yaitu :
Faktor yang mempengaruhi 1. Pengertian Imunisasi
pengetahuan: 2. Tujuan Imunisasi
3. Manfaat Imunisasi
1. Usia 4. Jenis-jenis Imunisasi
2. Tingkat pendidikan 5. Jadwal pemberian
3. Status sosial ekonomi dalam Imunisasi
4. Informasi 6. Tempat untuk
5. Pengalaman mendapatkan imunisasi
6. Lingkungan 7. Penanganan efek dari
imunisasi

Baik (100%-76%)

Cukup (75%-56%)

Kurang (<56%)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang


Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Polindes Sumberejo Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang

Keterangan:

= Diteliti = Berpengaruh

= Tidak di teliti
32

2.4 Deskripsi Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di pengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi,

informasi, pengalaman, dan lingkungan. Serta pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar yang didapatkan berupa pengertian imunisasi, tujuan

imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi, jadwal pemberian

dalam imunisasi, tempat untuk mendapatkan imunisasi, dan penanganan

efek dari imunisasi. Pengetahuan ibu dapat di kategorikan baik (76-100%),

cukup (56-75%) dan kurang (< 55%)

Anda mungkin juga menyukai