Anda di halaman 1dari 5

Identitas pasien

Nama : Siderah
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kusamba
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 11 November 2016
Keluhan utama :
Mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan dirasakan
terutama saat pasien berkumur-kumur di pagi hari dan merasakan air keluar dari mulutnya. Di
pagi hari saat bangun pagi, mulut penderita mencong ke kanan, mata kiri tidak menutup
sempurna sehingga terasa perih dan berair, pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kiri terasa
tebal, kaku, dan bergerak sendiri. Makan baik, bila minum air sering keluar dari sisi mulut
sebelah kiri. Tidak ada keluhan nyeri di sekitar telinga kiri. Riwayat keluar cairan dari telinga
kiri tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran. Keluhan pusing berputar, gangguan
pendengaran, rasa makanan berkurang, demam, batuk, pilek tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
2. Riwayat diabetes, hipertensi, dan trauma tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kebiasaan pasien setiap hari adalah pergi ke pasar
jam 5 pagi dan jarang menggunakan helm. Pasien sering tidur di lantai dan menggunakan
kipas angin karena cuaca sangat panas. Pasien adalah pengguna jaminan kesehatan JKBM.
Status Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD 130/90 mmHg; N 64x/m; R 20x/m; S 36,3ᵒC
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, ikt -/-
THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel pada daerah sekitar
telinga dan tidak terdapat pembengkakan atau massa pada kelenjar parotis
Thorax : Cor : S1S2 normal
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan klien dengan Belll’s palsy meliputi anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan
dalah berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah terjadi pada satu sisi.
2. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang keluhan
utama klien. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan
mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien Bell;s palsy
biasanya didapatkan keluhan kelumpuhan otot wajah pada satu sisi.
Kelumpuhan fasialis ini melibatkan semua otot wajah sesisi. Bila dahi
dikerutkan, lipatan kulit dahinya hanya tampak pada sisi yang sehat saja. Bila klien disuruh
memejamkan kedua matanya, maka pada sisi yang tidak sehat, kelopak mata tidak dapat
menutupi bola mata dan berputarnya bola mata keatas dapat disaksikan. Fenomena
tersebut dikenal sebagai tanda bell.
3. Riwayat penyakti dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien
mengalami penyakit iskemia vaskuler, otitis media, tumor intrakranial, truma kapitis,
penyakit virus (herpes simplek, herpes zoster), penyakit autoimun, atau kombinasi semua
faktor ini. Pengkajian pemakaian obat-obatan yang sering digunakan klien, pengkajian
kemana klien sudah meminta pertolongan dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
4. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien Bell’s palsy meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kogniti dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga
penting untuk menilai respons emosi klien terhadap kelumpuhan otot wajah sesisi dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak
yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang
secara sadar biasa digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan klien untuk
mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku
akibat stres.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi
dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan
dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis
dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam
sistem dukungan individu.
5. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien. Pada klien Bell’s palsy biasanya didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
a. B1 (breathing)
Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan inspeksi didapatkan klien
tidak batuk, tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas dan frekuensi
pernapasan dalam batas normal. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi didapatkan resonan pada seluruh lapangan paru. Auskultasi tidak didengar bunyi
napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan nadi dengan frekuensi
dan irama yang normal. TD dalam batas normal dan tidak terdengar bunyi jantung
tambahan.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
1) Tingkat kesadaran
Pada Bell’s palsy biasanya kesadaran klien compos mentis.

2) Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara
klien, observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien Bell’s palsy
biasanya statul mental klien mengalami perubahan.

3) Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I : biasanya pada klien bell’s palsy tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II : tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal
Saraf III, IV, VI : penurunan gerakan kelopak mata pada sisi yang sakit
(lagoftalmos).
Saraf V : kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, lipatan nasolabial pada
sisi kelumpuhan mendatar, adanya gerakan sinkinetik.
Saraf VII : berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin sekali edema
nervus fasialis ditingkat foramen stilomastoideus meluas sampai bagian nervus
fasialis, dimana khorda timpani menggabungkan diri padanya.
Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX & X : paralisis otot orofaring, kesukaran berbicara, menguyah dan
menelan. Kemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu pemenuhan
nutrisi via oral.
Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Kemampuan mobilisasi leher baik.
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3
lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
4) Sistem motorik
Bila tidak melibatkan disfungsi neurologis lain, kekuatan otot normal, kontrol
keseimbangan dan koordinasi pada Bell’s palsy tidak ada kelainan.

5) Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum
derajat refleks pada respons normal.

6) Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang dan distonia. Pada beberapa keadaan
sering ditemukan Tic fasialis.

7) Sistem sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan suhu tidak ada kelainan.

d. B4 (Blader)

Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume


haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.

e. B5 (bowel)

Mulai sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung.


Pemenuhan nutrisi pada klien bell’s palsy menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-
otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi
berkurang.

f. B6 (Bone)

Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas


klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu
oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai