Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISA HAZARD
DI RSUD KOTA MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dosen Pengampu: Ns. Nico Dima.K.M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Di Susun oleh:
Suwoto
Nim: 185070209111022

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

SAP TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Analis
Hazard Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang”.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah


ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.

Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan
yang penulis terima selama proses penulisan makalah ini..

Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Malang, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Pengantar ………………………………………………………………………. i
Daftar Isi ………………………………………………………………………. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………… 2
1.3 Manfaat ………………………………………………………… 3
BAB 2 ANALISA HAZARD di RSUD KOTA MALANG …………………….. 4
2.1 Deskripsi Kondisi RSUD KOTA MALANG …………………………….. 4
2.1.1 Deskripsi Umum ……………………………………………….. 4
2.1.2 Deskripsi Hazard ……………………………………………….. 5
2.2 Deskripsi System K3 Di RSUD Kota Malang …………………………. 6
2.2.1 Struktur Organisasi K3 ……………………………………………. 6
2.2.2 Kegiatan Yang Telah dilaksanakan ……………………………….. 8
BAB 3 PEMBAHASAN ……………………………………………………. 10
BAB 4 PENUTUP ……………………………………………………. 15
4.1 Kesimpulan …………………………………………………… 15
4.2 Saran …………………………………………………… 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang
sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan
singkatan K3 yang artinya Keselamatan, dan Kesehatan Kerja. Menurut Milyandra
(2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua
sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai
suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah
dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan
yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian
yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak
dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta
kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2
juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari
300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih
dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5
juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan

1
kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana
sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-
angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi
hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-
sama mencegah dan mengendalikannya. Upaya pencegahan dan pengendalian
bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang adalah salah satu rumah sakit
umum milik pemerintah yang ada di Kota Malang. Dengan status sebagai rumah
sakit pemerintah tipe D dan masih operasional sekitar 3 tahun( 2016) pada awalnya
adalah SKPD tersendiri, namun karena peraturan perundang-undangan pada tahun
2017 menjadi UPT Dinas Kesehatan Kota Malang. Sebagai rumah sakit
pemerintah, tentunya akan menjadi harapan bagi warga Kota Malang dan
sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan yang baik dengan beaya yang terjangkau.
Setelah beroperasi selama tiga tahun tampak adanya kenaikan kunjungan yang
signifikan, sehingga pihak rumah sakit berusaha melakukan perbaikan baik
kwalitas maupun kwantitas layanan dengan penambahan tenaga professional,
gedung pelayanan, dan juga dukungan alat kesehatan.

Dengan bertambahnya jenis pelayanan dan penggunaan tekhnologi/alat –


alat kesehatan yang semakin komplek tentunya juga akan berdampak terhadap
adanya bahaya resiko kecelakaan kerja yang semakin tinggi. Karena itu di RSUD
Kota Malang dibentuk komite K3 yang akan bertanggung jawab membantu
pimpinan rumah sakit dalam upaya mencegah kejadian sakit atau kecelakaan akibat
kerja. Walaupun dengan operasional yang masih sangat terbatas, komite K3 RSUD
Kota Malang telah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai perencanaan sampai
denga evaluasi yang dilaporkan kepada pimpinan Rumah Sakit. Diharapkan
kedepannya system K3 RS di RSUD Kota Malang akan semakin baik dan benar-
benar menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Hazard di Rumah Sakit

2
1.2.2 Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
a. Mengerti ilustrasi/deskripsi rumah RSUD Kota Malang
b. Mengidentifikasi jenis hazard yang ada di RSUD Kota Malang
c. Menjelaskan system manajemen K3 di RSUD Kota Malang
d. Menganalisa efektivitas system K3 RSUD Kota Malang dalam mengelola
resiko bahaya kecelakaan/penyakit akibat kerja.

1.3. Manfaat
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada
mahasiswa untuk memahami kondisi yang nyata tentang hazard dan bagaimana
pengelolaannya yang benar sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

3
BAB 2
ANALISA HAZARD DI RSUD KOTA MALANG

2.1. Deskripsi Kondisi RSUD KOTA MALANG

2.1.1. Deskripsi Umum

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang berlokasi di Jl. Rajasa 27 Bumi Ayu
Kota Malang, merupakan rumah sakit umum tipe D Milik Pemerintah Kota Malang
yang diresmikan pada bulan April 2016. Sebagai rumah sakit yang baru berdiri RSUD
menjadi harapan baru bagi warga Kota Malang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan cepat.
RSUD Kota Malang memiliki bangunan fisik di bagian depan setinggi 2 lantai,
dimana lantai satu bagian depan digunakan untuk bangunan IGD, Loket pendaftaran,
Kasir, , Kamar Bersalin, Poliklinik Rawat Jalan, dan Farmasi. Bagian belakang
digunakan untuk pelayanan laboratorium, radiologi, dan kamar operasi. Instalasi
rawat inap menempati satu blok dengan 4 lantai dimana lantai satu digunakan untuk
pelayanan rawat inap obstetric ginekologi, Perinatologi, ICU, dan dibagian dibelakang
berbatasan dengan Instalasi gizi serta laundry dengan pintu terpisah. Lantai 2 dan 3
digunakan untuk perawatan anak dan dewasa, sedangkan lantai 4 digunakan untuk
gudang farmasi dan umum, kantor IPSRS dan IPLRS.
Untuk transoprtasi ke lantai 4 digunakan menggunakan Lift yang dapat
menampung tempat tidur pasien, selain itu juga tersedia tangga ditiap lantai. Sejak
tahun 2018 telah dibangun RAM di rawat inap mulai dari lantai satu sampai tiga. Alat
transportasi pasien berupa branchar/kereta dorong dan kursi roda.
Pelayanan medis yang diberikan adalah pelayanan IGD dan kamar bersalin 24
jam, rawat jalan ( poliklinik), rawat inap, unit intensive, dan kamar operasi yang
berada di bawah tanggung jawab Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan.
Instalasi lain adalah Instalasi laboratorium, radiologi,gizi, IPSRS,IPLRS, rekam medis
di bawah tangung jawab Kepala Seksi Penunjang. Dan saat ini semua instalasi telah
beroperasi penuh sehingga resiko untuk terjadinya kejadian yang berhubungan dengan
hazard bisa terjadi disemua tempat, bisa memapar seluruh karyawan rumah sakit,
pasien, maupun pengunjung rumah sakit.

4
2.1.2. Deskripsi Hazard
Berikut ini penulis semua bahaya/ hazard yang ada di rumah sakit sebagai dampak
dari semakin kompleknya pelayanan rumah sakit.

1) Hazard / Resiko Bahaya Fisik

a) Resiko Bahaya Mekanik

- Benda-benda lancip dan tajam didapatkan di semua instalsi pelayanan/


perawatan karena adanya penggunaan jarum suntik, pemasangan infuse, dan
tindakan pembedahan ( IGD, Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Poliklinik Gigi,
Rawat Inap, dan ICU)
- Panas yang berasal dari api memasak, sterilisator alat ( dapur, CSSD)
- Benda-benda bergerak yang dapat membentur( IGD, Kamar Bersalin, Kamar
Operasi, Rawat Inap, dan ICU)
- Resiko jatuh dari ketinggian yang sama terpeleset, tersandung, dan lain-lain.
Resiko ini terutama pada lantai-lantai yang miring baik di koridor, ramp atau
batas lantai dengan halaman terutama saat musim hujan atau rutin saat
dilakukan pengepelan.
- Jatuh dari ketinggian berbeda (Unit perawatan anak berada dilantai 2 dan
adanya ruang terbuka dari lantai 4 ke lantai 1 yang diberi pagar besi dan kaca
setinggi 1 m.
b) Resiko Bahaya Radiasi
Berada di instalasi radiologi dan ICU yang kadang membutuhkan Pemeriksaan Cito
Bed pada pasien yang menggunakan ventilator.
c) Resiko Bahaya Akibat Kebisingan
Generator listrik sebesar 520 KW, 120 KW, dan 80 KW berada di halaman depan
yang jaraknya kira –kira 20 m dari IGD.
Ruang Hidrant dan Pompa Air berjarak 10 m dari IGD.( tidak ada tempat lain )
d) Resiko bahaya akibat pencahayaan di ruang perawatan dan lorong RS
e) Resiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan kesetrum arus listrik
(adanya colokan listrik di bawah 1m dari lantai di semua instalasi dan sumber listrik
dengan tegangan tinggi serta banguan bertingkat beresiko terhadap sambaran petir.)

5
f) Resiko bahaya akibat iklim ( suhu lingkungan yang tidak konstan) terutama saat
pergantian musim.
g) Resiko bahaya akibat getaran (penggunaan bor dipoliklinik gigi).

2) Resiko Bahaya Biologis


a) Resiko dari kuman-kuman patogen dari pasien (nosokomial) karena kunjungan
pasien yang sudah banyak.
b) Resiko dari binatang terutama karena pagar tembok pembatas yang belum optimal
dan lokasi Rumah Sakit yang berada disekitar sawah pertanian.

3) Resiko Bahaya Kimia(di CSSD untuk perendaman alkes, laundry, bahan kebersihan
yang digunakan clening service)

4) Resiko Bahaya Fisiologi / Ergonomi(saat pemindahan pasien, di IGD, kamar bersalin,


Kamar Operasi, dan Rawat Inap)

5) Resiko Bahaya Psikologi (Petugas yang bertugas di IGD, ICU, Kamar Operasi, dan
petugas yang berugas 24 jam di tempat yang rawan seperti security dan tempat
pendaftaran terutama pada malam hari)

2.2. Deskripsi System K3 Di RSUD Kota Malang

Komite K3 RSUD Kota Malang dibentuk pada tahun 2017, diketuai oleh dr. Aldrian
Yusran yang juga kepala Seksi Penunjang Medis. Beranggotakan berbagai disiplin ilmu
(Perawat, Dokter, Sanitarian, Tenaga Tekhnik Elektromedis, Umum). Pada awal berdirinya
memang bersamaan dengan rencana akreditasi rumah sakit, sehingga ada kesan bahwa
tujuan awalnya adalah memenuhi standar akreditasi.

Dikarenakan jumlah karyawan yang masih sangat terbatas, maka anggota komite K3 juga
banyak yang merangkap tugas lain, baik tugas structural maupun tugas-tugas fungsional
profesi kesehatan.

2.2.1. Struktur Organisasi

Ketua Komite K3 bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD Kota Malang dan
terdiri dari beberapa koordinator yang bertangung jawab kepada ketua komite.

6
PELINDUNG

DIREKTUR

KETUA

SEKERTARIS

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


KOORDINATOR KOORDINATOR DIKLAT
MANAGEMEN PENYEHATAN YANKES DAN KEWASPADAAN DAN
SARANA PENUNJANG DAN LOGISTIK
RESIKO LINGKUNGAN DAN PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
DAN GEDUNG
PENANGANAN LIMBAH B3 PENYAKIT/KECELAKAAN BENCANA

Ka. SATGAS
KEAMANAN DAN Ka. SATGAS Ka. SATGAS
Ka. SATGAS PPPK
KOMUNIKASI EVAKUASI KEBAKARAN

7
2.2.2. Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan

1) Pencegahan Bahaya Kebakaran:

- Sosialisasi tentang bahaya kebakaran dan penggunaan APAR kepada semua


karyawan baru yang dilakukan oleh tim K3 RS
- Penyegaran tentang bahaya kebakaran dan penggunaan APAR setiap tahun bekerja
sama dengan penyedia APAR dan Pemadam Kebakaran
- Penyediaan APAR yang tersebar di seluruh instalasi RSUD
- Penyediaan hidran dan tombol alarm kebakaran
- Pembuatan RAM untuk jalur evakuasi bila terjadi bencana

2) Pencegahan Bahaya Tertusuk Jarum

- Kebijakan penggunaan spuit disposable/ sekali pakai


- Sosialisasi penutupan jarum dengan satu tangan
- Penyediaan safety box, dan penyediaan SPO pengelolaan Safety box

3) Pencegahan Bahaya Terpeleset :

- Pembuatan tanda bahaya lantai licin

4) Pencegahan Resiko Jatuh Dari Ketinggian:

- Pembuatan pagar dan rambu-rambu


- Penutupan area terbuka dari lantai 4 ke lantai 1 dan memanfaatkan untuk ruang
perawat dan lobi
- Pemasangan karet di tiap mata tangga

5) Pencegahan Bahaya Tegangan Listrik / Petir


- Pemasangan pagar diarea koneksi generator dan listrik PLN
- Pemasangan swich otomatis saat pemadaman lampu
- Peremajaan kabel listrik yang kurang memenuhi syarat
- Pembuatan gronding
- Pembuatan dan perizinan instalsi penangkal petir
- Pembuatan rambu-rambu diarea listrik tegangan tinggi

8
6) Pencegahan Bahaya Biologi:

- Pemeriksaan Hepatitis B dan Vaksinasi


- Sosialisasi dan evaluasi kepatuhan cuci tangan
- Penyediaan sarung tangan dan masker yang memadai, termasuk masker N 95
- Pemasangan poster etika batuk
- Pemasangan insect killer
- Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengendalian hama ( serangga, tikus,
kecoa,dan kucing)
- Pengelolaan limbah padat (bekerja sama dengan PT PRIA Mojokerto)
- Pembuatan sarana pengeloalaan IPAL dan Perizinannya
- Bekerja sama dengan pihak Jasa Tirta untuk pemeriksaan sumber air

7) Pencegahan Bahaya Ergonomi

- Pelatihan kepada karyawan tentang ergonomic dan cara angkat angkut yang
benar(bekerja sama dengan tim K3 RSUD Saiful Anwar Malang)
- Penyediaan tempat tidur yang ergonomis dan bisa disesuaikan ketinggiannya
- Penyediaan transfering bed yang ergonomis
- Penyediaan matras kereta dorong yang bisa di pindahkan

8) Pencegahan Bahaya Psikologi

- Pengaturan dan Pembuatan jadwal dinas dengan memperhatikan jam kerja 37,5 jam
perminggu
- Pelatihan karyawan tentang komunikasi efektif dan terapeutik (bekerjasama dengan
Universitas Brawijaya Malang)

9
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Pencegahan Bahaya Kebakaran:

- Sosialisasi tentang bahaya kebakaran dan penggunaan apar kepada semua


karyawan baru yang dilakukan oleh tim K3 RS
- Penyegaran tentang bahaya kebakaran dan penggunaan apar setiap tahun bekerja
sama dengan penyedia apar dan pemadam kebakaran
- Penyediaan apar yang tersebar di seluruh instalasi RSUD
- Penyediaan hidran dan tombol alarm kebakaran
- Pembuatan ram untuk jalur evakuasi bila terjadi bencana

Hasil Analisis:
- Kontrol APAR dilakukan secara rutin oleh petugas IPSRS
- Ketersediaan alat pelindung bila terjadi kebakaran ( Helm dengan lampu kepala,
Helm) masih terbatas sehingga sangat kurang untuk pelaksanaan tim siaga
kebakaran disemua instalasi.

Saran:

- Perlu dilakukan simulasi mendadak sehingga bisa diketahui dengan nyata


kesiapan seluruh karyawan RSUD dalam menghadapi bahaya kebakaran.

3.2. Pencegahan Bahaya Tertusuk Jarum

- Kebijakan penggunaan spuit disposible/ sekali pakai


- Sosialisasi penutupan jarum dengan satu tangan
- Penyediaan safety box, dan penyediaan SPO pengelolaan Safety box

Hasil Analisis:

- Kadang masih ditemukan safety box sampai terisi penuh dan penggunaan lebih dari
3 hari untuk box yang berisi sedikit
- Adanya kesulitan dalam menutup jarum setelah dipakai, terutama dipelayanan
emergency karena mengharuskan tindakan yang tepat dan cepat.

10
Saran:

- Perlunya pengawasan agar pembuangan Safety Box benar- benar dilaksanakan


sesuai ketentuan, yaitu terisi maksimal ¾ atau setelah digunakan 2 hari.
- Perlu dipertimbangkan kebijakan membuang spuit tanpa menutupnya kembali,
karena masih rawan terjadi tertusuk jarum terutama di instalasi yang trafik
pasiennya sangat tinggi seperti IGD,

3.3. Pencegahan Bahaya Terpeleset :

- Pembuatan tanda bahaya lantai licin

Hasil Analisis:

- Masih ada kejadia terpeleset terutama saat musim hujan karena teras depan
kemasukan air saat hujan deras

Saran:
- Perlu modifikasi atau penambahan kanopi agar percikan air hujan tidak masuk ke
dalam teras/ lantai.
- Penambahan pegangan di titik-titik tertentu

3.4. Pencegahan Resiko Jatuh Dari Ketinggian:

- Pembuatan pagar dan rambu-rambu


- Penutupan area terbuka dari lantai 4 ke lantai 1 dan memanfaatkan untuk ruang
perawat dan lobi
- Pemasangan karet di tiap anak tangga

Hasil Analisis:

- Jendela dilantai 2,3,dan 4 tidak berteralis

Saran:
- Diperlukan penambahan teralis disemua tempat di lantai 2 sampai 4.

11
3.5. Pencegahan Bahaya Tegangan Listrik / Petir

- Pemasangan pagar diarea koneksi generator dan listrik PLN


- Pemasangan swich otomatis saat pemadaman lampu
- Peremajaan kabel listrik yang kurang memenuhi syarat
- Pembuatan grounding
- Pembuatan dan perizinan instalasi penangkal petir
- Pembuatan rambu-rambu diarea listrik tegangan tinggi

Hasil Analisis:

- Selama ini upaya sudah optimal, dengan menutup stop kontak yang berada di
bawah atau dengan mengganti stop kontak yang ada dengan stop kontak yang
otomatis menutup bila tidak digunakan.
- Kadang ruang generator tidak terkunci

Saran:
- Keamanan ruang generator lebih ditingkatkan karena adanya listrik bertegangan
sangat tinggi

3.6. Pencegahan Bahaya Biologi:

- Pemeriksaan Hepatitis B dan Vaksinasi


- Sosialisasi dan evaluasi kepatuhan cuci tangan
- Penyediaan sarung tangan dan masker yang memadai, termasuk masker N 95
- Pemasangan poster etika batuk
- Pemasangan insect killer
- Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengendalian hama ( serangga, tikus,
kecoa,dan kucing)
- Pengelolaan limbah padat (bekerja sama dengan PT PRIA Mojokerto)
- Pembuatan sarana pengeloalaan IPAL dan Perizinannya
- Bekerja sama dengan pihak Jasa Tirta untuk pemeriksaan sumber air

12
Hasil Analisis:

- Pemeriksaan hepatitis dan vaksinasi masih terbatas pada karyawan yang berdinas di
IGD, ICU, Kamar Operasi, Kamar Bersalin. Diharapkan program dapat
ditingkatkan sehingga cakupan dapat lebih luas untuk semua karyawan di instalasi
pelayanan rumah sakit.

Saran:

- Dibutuhkan tempat khusus/pintu untuk mengangkus sampah medis dari


penampungan sementara ke mobil pengangkut sampah medis.

3.7. Pencegahan Bahaya Ergonomi

- Pelatihan kepada karyawan tentang ergonomic dan cara angkat angkut yang
benar(bekerja sama dengan tim K3 RSUD Saiful Anwar Malang)
- Penyediaan tempat tidur yang ergonomis dan bisa disesuaikan ketinggiannya
- Penyediaan transfering bed yang ergonomis
- Penyediaan matras kereta dorong yang bisa di pindahkan

Hasil Analisis:
- Didapatkan beberapa karyawan mengeluh sakit pada punggung, terutama yang
berdinas di IGD

Saran:

- Perlunya pelatihan dan metode berkesinambungan agar masalah ergonomis menjadi


budaya bagi karyawan, karena dampaknya baru dirasakan dalam jangka panjang.

3.8. Pencegahan bahaya Psikologi

- Pengaturan dan Pembuatan jadwal dinas dengan memperhatikan jam kerja 37,5 jam
perminggu
- Pelatihan karyawan tentang komunikasi efektif dan terapeutik (bekerjasama dengan
Universitas Brawijaya Malang)

13
Hasil Analisis:

- Karena jumlah karyawan yang kurang, pada saat ada yang cuti atau karyawan sakit
terjadi akumulasi jam kerja yang lebih pada karyawan yang lain.

Saran:

- Diperlukan kegiatan kebersamaan seperti rekreasi bersama dan outbond sehingga


terjadi suasana yang lebih akrab dan harmonis antar karyawan.
- Perlu pengkajian berkala tentang beban kerja serta jumlah karyawan yang
dibutuhkan.

14
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis didapatkan kesimpulan bahwa meskipun termasuk rumah sakit
baru dan ditemukan banyak keterbatasan, RSUD Kota Malang telah melaksanakan upaya
yang optimal dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dibuktikan dengan telah
dibentuknya Komite K3 yang langsung bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.

4.2. Saran

Secara detail sudah dituliskan dalam BAB 3, secara umum disarankan kepada RSUD Kota
Malang untuk lebih meningkatkan kegiatan K3 baik melalui program pendidikan resmi
ataupun training bagi karyawan tentang K3. Selain itu juga perlunya peningkatan
administrasi dan pelaporan kejadian K3, sehingga dapat dijadikan dasar yang akurat untuk
pertanggung jawaban dan penyusunan kebutuhan dan anggaran.

15

Anda mungkin juga menyukai