Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


OSTEOKONDROMA”

Disusun Oleh:
Ayunda Eka Karnita
Ilham Wahyu Wibisono
Rina Wahyu Anggraeni
Titin Rahayu

S1 – KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN 2016/2017
DAFTAR ISI

Bab I pendahuluan
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………….
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi……………………………………………………………………………...
2.2 Etiologi …………………………………………………………………………......
2.3 Patofisiologi ………………………………………………………………………...
2.4 Manifestasi Klinis ……………………………………………………………….....
2.5 Pemeriksaan Diagnostic …………………………………………………………....
2.6 Penatalaksanaan .......……………………………………………………………….
Bab III asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Osteokondroma ...................……………………………...............

Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...
4.2 Saran………………………………………………………………………………..

Daftar pustaka ………………………………………………………………………....


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah
sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh,
membantu proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang lunak.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri
atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur tersebut, Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang
bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena
jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder.
Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian
menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini
merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.
Sedangkan Osteokhondroma merupakan tumor jinak (banigna) tersering kedua
(32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang
pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda .
Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan,
karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan bergerak.
Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya pada kemoterapi dan
pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahui tumor tulang Benigna dan
Maligna secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perawat mampu bertindak secara
profesional dalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yang supportif pada
penderita tumor tulang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari osteokondroma ?
2. Bagaimana Etiologi dari osteokondroma ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari osteokondroma ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari osteokondroma ?
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostic dari osteokondroma?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari osteokondroma ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan osteokondroma?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari osteokondroma
2. Untuk mengetahui Etiologi dari osteokondroma
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari osteokondroma
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari osteokondroma
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostic dari osteokondroma
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari osteokondroma
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan osteokondroma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua pada tulang yang
ditandai dengan penonjolan tulang berbatas tegas dan umumnya ditemukan pada remaja
dan usia muda. Paling sering terjadi pada tulang panjang seperti tulang paha, tibia, pelvis
atau skapula. Tumor ini berasal dari osteosit (komponen tulang) dan chondrosit
(komponen tulang rawan).
Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak
yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh
pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau
beberapa benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan
mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya
memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
Osteokondroma adalah tumor tulang benigna yang paling umum. Osteokondroma
terjadi kira-klira 40% dari semua tumor benigna dan ini cenderung terjadi pada pria.

2.2 Etiologi
Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui secara pasti tetapi ada beberapa faktor
yang diduga menjadi penyebab, diantaranya :
 Kelainan genetic
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma. Ada beberapa
gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam  kejadian sarcoma,  antara lain
gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.
Gen lain yang juga diketahui  mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat
pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
 Paparan radiasi
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi
seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien
penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.  Terjadinya keganasan jaringan lunak
dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun
jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
 Bahan kimia
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar,
selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma,  sedangkan polivilin
klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
 Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar,
dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
 Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,
yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.

2.3 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign
(jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak
melakukan pembelahan).

2.4 Manifestasi Klinis


1. Rasa sakit (nyeri)
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
2. Pembengkakan
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas 
3. Keterbatasan gerak
4. Fraktur patologik.
5. Menurunnya berat badan
6. Teraba massa
Lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi
pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise 

2.5 Pemeriksaan Dignostik


1. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
2. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
3. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
4. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
5. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”
6. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
7. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa Medik
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari
anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan
pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan
biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau
metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang
melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer.
Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi
dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali
penempatan tulang-tulang.
2. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan
factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

2.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi karena beberapa sebab, di antaranya adalah :
1. Akibat langsung : patah tulang
2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan,
status perkawinan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien
mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya.
Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas,
berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
Keluhan utama pada klien biasanya: Pasien mengeluh nyeri pada daerah
tulang yang terkena, Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak,
Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya.

2. Pengkajian fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena.
b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian karena tumor atau serta
pergerakan yang terbatas.
c. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit, seperti :
- mungkin hebat atau dangkal
- sering hilang dengan posisi flexi
- anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu
menahan objek berat
d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional.
e. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.
d. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
4. Rencana intervensi dan rasional.
a. Diagnose keperawatan 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
b. Tujuan : klien mengalami pengurangan nyeri
c. Kriteria hasil :
-    Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
-    Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai
indikasi situasi individu.
No
Intervensi Rasional
.
memberikan data dasar untuk
Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi,
1 menentukan dan mengevaluasi
dan intensitas nyeri )
intervensi yang diberikan.
Berikan lingkungan yang nyaman, dan
2 aktivitas hiburan ( misalnya : musik, Meningkatkan relaksasi klien
televisi )
Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti
meningkatkan relaksasi yang dapat
3 teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
menurunkan rasa nyeri klien
dan bimbingan imajinasi
Kolaborasi :
mengurangi nyeri dan spasme otot.
4 Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk
(Doenges, 1999).
nyeri

a. Diagnose keperawatan 2 : Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
b. Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi
aktif dalam aturan pengobatan.
c. Kriteria hasil :
-   Pasien tampak rileks
-   Melaporkan berkurangnya ansietas
-   Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
No
Intervensi Rasional
.
1 Motivasi pasien dan keluarga untuk Memberikan kesempatan pada pasien
mengungkapkan perasaan untuk mengungkapkan rasa takut
serta kesalahan konsep tentang
diagnosis.
Berikan lingkungan yang nyaman dimana
Membina hubungan saling percaya
pasien dan keluarga merasa aman untuk
2 dan membantu pasien untuk merasa
mendiskusikan perasaan atau menolak
diterima dengan kondisi apa adanya
untuk berbicara
Pertahankan kontak sering dengan pasien Memberikan keyakinan bahwa pasien
3
dan bicara dengan menyentuh pasien. tidak sendiri atau ditolak
Daa t menurunkan ansietas dan
Berikan informasi akurat, konsisten memungkinkan pasien membuat
4
mengenai prognosis keputusan atau pilihan sesuai realita.
(Doenges, 1999)

a. Diagnose keperawatan 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
b. Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat.
c. Kriteria hasil :
-    penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal
( 3,5 – 5,5 g% ).
No
Intervensi Rasional
.
Mengidentifikasi kekuatan atau
1 Catat asupan makanan setiap hari
defisiensi nutrisi
Mengidentifikasi keadaan malnutrisi
Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit protein kalori khususnya bila berat
2
trisep setiap hari badan dan pengukuran antropometrik
kurang dari normal
Memenuhi kebutuhan metabolik
Berikan diet TKTP dan asupan cairan
3 jaringan. Asupan cairan adekuat
adekuat
untuk menghilangkan produk sisa
Kolaborasi :
Membantu mengidentifikasi derajat
4 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
malnutrisi. (Doenges, 1999)
sesuai indikasi

a. Diagnose keperawatan 4 : Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran.
b. Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu
c. Keriteria hasil :
-    Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif
No
Intervensi Rasional
.
Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh Membantu dalam memastikan
1 diagnosis dan pengobatan terhadap masalah untuk memulai proses
kehidupan pribadi pasien dan keluarga pemecahan masalah
Motivasi pasien dan keluarga untuk
2 mengungkapkan perasaan tentang efek Membantu dalam pemecahan masalah
kanker atau pengobatan
Menunjukkan rasa empati dan
Pertahankan kontak mata selama interaksi
menjaga hubungan saling percaya
3 dengan pasien dan keluarga dan bicara
dengan pasien dan keluarga.
dengan menyentuh pasien
(Doenges, 1999)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak
yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh
pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau
beberapa benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan
mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya
memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui secara pasti tetapi ada beberapa
faktor yang diduga menjadi penyebab, diantaranya : Infeksi, Trauma, Bahan kimia,
Paparan radiasi, Kelainan genetic

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat, sedah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan
perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat
kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/komunitas/topic/osteokondroma
http://awlianteka.blogspot.co.id/2014/06/asuhan-keperawatan-tumor-tulang.html
http://rahayutrinuritasari.blogspot.co.id/2013/10/askep-osteokondroma.html
Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah : buku saku dari Brunner&Suddarth.
Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai