Anda di halaman 1dari 15

1.

1  Latar belakang

Kota kendari merupakan kota terbesar di Provinsi Jawa sulawesi tebggara yang memiliki
luas wilayah 110,06 km2 dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 8085 jiwa/km 2 setelah
Kota Surabaya (Dispendukcapil. 2010). Jumlah penduduk yang senantiasa meningkat
menyebabkan Ruang Terbuka Hijau dan lahan pertanian di Kota Malang semakin sedikit.
Lahan-lahan tersebut banyak beralih fungsi menjadi kawasan terbangun seperti kawasan
industry, permukiman, dan kantor pemerintahan. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan
zaman. Pengelolaan lahan dan penggunaan lahan yang ada haruslah mengevaluasi
sumberdaya lahan sesuai dengan sifat fisik yang dimiliki suatu lahan dari ketidaksesuaian
penggunaan lahan yang tidak memperdulikan potensi lahan, maka untuk kedepannya
membutuhkan upaya konservasi yang tepat guna perencanaan dalam pemanfaatan lahan tanpa
merusak atau merubah resistensi tanah. Evaluasi lahan pada hakikatnya merupakan proses
pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Lahan sangat bervariasi
dalam berbagai faktor seperti topografi, iklim, geologi, geomorfologi, tanah, air, vegetasi atau
penggunaan lahan. Lahan yang merupakan objek penelitian, keadaannya kompleks dan tidak
merupakan suatu unsur fisik ataupun sosial ekonomi yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi
merupakan hasil interaksi dari lingkungan biofisisnya (Mangunsukardjo, 1985 dalam
Khadiyanto, 2005). Oleh karena itu tindakan klasifikasi kesesuaian lahan penting artinya
untuk perencanaan penggunaan lahan yang optimal dan menekan angka kerusakan
lingkungan.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep evaluasi kesesualan lahan untuk industry di kendari?

2.      Bagaimana parameter-parameter evaluasi kesesuaian lahan untuk industry di kota kendari?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan
industri, yakni sebagai berikut:

1.    Mahasiswa mampu memahami konsep Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan
industri melalui praktikum di Kawasan Industri di Arjowinangun. 

2.    Mahasiswa mampu mengetahui dan menganalisis parameter-parameter Evaluasi


Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan industri melalui praktikum diKawasan Industri di
Arjowinangun.
3.    Mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai kesesuaian lahan untuk industri dan
dapat memberikan argumen mengenai langkah apa yang harus dilakukan agar kawasan
industri di Arjowinangun dapat lebih baik dari sebelumnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1    Lahan
Lahan adalah bagian dari landscape yang mencakup lingkungan fisik termasuk iklim,
topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya
mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO: 1976, dalam Rayes: 2007). Pengertian
kesesuaian lahan (land suitability) berbeda dengan kemampuan lahan (Land capability).
Kesesuaian lahan adalah kesesuaian sebidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditi
spesifik. Adapun kemampuan lahan lebih menekankan pada kapasitas berbagai penggunaan
lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Semakin banyak jenis tanaman
yang dapat dikembangkan berarti kemampuan lahan tersebut semakain tinggi
(PUSLITTANAK, 1993).

2.2    Kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi berdasarkan


karakteristik atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu
sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, jenis tanah, dan
ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan merupakan sifat tanah yang lebih kompleks seperti
kesesuaian kelembapan tanah, kelembaban terhadap erosi dan ketahanan banjir (FAO, 1976)

2.3    Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian penampilan atau keragaan (performance)


lahan untuk penggunaan tertentu, melalui pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi
bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat diidentifikasi dan
dibuat pembanding berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).

Pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui


keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Yunanda: 2009). Menurut Djali dan Pudji (2008:
1), evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan
yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek
yang dievaluasi.Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya
lahan untuk berbagai penggunaan (Rayes, 2007:141)

2.4    Industri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri juga dapat diartikan
sebagai segala aktivitas manusia dibidang ekonomi yang produktif dalam proses pengolahan
atau pembuatan bahan dasar menjadi barang yang lebih bernilai daripada bahan dasarnya
untuk dijual.  Industri dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
disefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri
adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak mengambil bahan-bahan
langsung dari alam yang kemudian mengolahnya hingga menjadi barang yang bernilai bagi
masyarakat (Bintarto,1989: 87).

 Industri yaitu kegiatan ekonomi dengan memperoses atau mengolah bahan-bahan atau
barang-barang dengan menggunakan sarana peralatan seperti mesin, untuk menghasilkan
barang (jadi) dan jasa (Sujana, 2007 dalam Inkantriani, 2008).  (1) Bahan mentah adalah
semua bahan yang didapat dari sumber daya alam atau yang diperoleh dari usaha manusia
untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk industri tekstil, batu kapur untuk
industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja. (2) Bahan baku industri adalah bahan
mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam
industri, misalnya lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan,
seng, tiang telpon, benang adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil),
minyak kelapa, bahan baku industri margarine. (3) Barang setengah jadi adalah bahan mentah
atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, misalnya kain dibuat untuk industri pakaian, kayu
olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barang-barang cetakan. (4) Barang jadi adalah
barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai
alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar. (5) Rancang
bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian
industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya. (6) Perekayasaan industri adalah
kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan
pabrik dan peralatan industri lainnya. 

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi
yang disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Dari pengertian diatas dan
perkembangan industri saat ini terlihat bahwa industri hanya menekankan pada kegiatan
pengolahan saja, padahal kegiatan industri tidak hanya kegiatan mengolah, namun kegiatan
yang terkait langsung dengan produktivitas dan komersial. Dengan kata lain, industri tidak
terlepas dari aspek untung-rugi yang tentunya terkait pula dengan pengelolaan yang berbasis
pada efisiensi dan efektivitas.

2.5    Penilaian Kawasan Industri

Penilaian suatu kawasan untuk dapat dijadikan daerah industri tidak hanya mengadakan
batasan wilayah industri tetapi perlu diperhatikan beberapa faktor yang mencakup faktor-
faktor fisik dan faktor-faktor sosial dalam hal ini adalah alam dan manusianya. Faktor-faktor
alam yang mencakup antara lain:

1.        Tanah/bentuk lahan

2.        Tata air (hidrologi) dan drainase

3.        Unit geologi dan geomorfologi

4.        Iklim

5.        Penggunaan lahan

Berikut klasifikasi kembang kerut tanah untuk industri:


Harkat Kelas Tekstur
5 Sangat Semua pasiran dan pasir geluhan, geluh pasiran, geluh dan debu
baik bergeluh dengan lempung tidak mengembang (dominasi
kaolinit)
4 Baik Geluh pasiran, geluh debu bergeluh, lempung bergeluh, dan
lempung yang kurang mengembang
3 Sedang Lempung bergeluh, dan lempung dengan campuran mineral
lempung
2 Jelek Lempung bergeluh, lempung dengan kandungan montmorilonit
tinggi, atau lempung mineral lainnya yang agak mengembang
1 Sangat Lempung yang sangat mengembang
jelek

Klasifikasi dan kriteria pH tanah untuk industri:


Harkat pH tanah
5 6-7
4 7-8 / 5-6
3 8-9 / 4-5
2 10-11 / 3-4
1 <3 / >11

Klasifikasi dan kriteria daya dukung tanah untuk industri:


Harkat Kriteria DDT (kg/cm2)
5 >3
4 2,6-3
3 2,2-2,6
2 1,8-2,2
1 <1,8

Klasifikasi dan kriteria drainase tanah untuk industri:


Harkat Kelas Drainase
5 Sangat baik Resapan sangat cepat, tanah tidak jenuh air
4 Baik Resapan cepat, penjenuhan tanah beberapa jam, dan
tanah tidak ada bercak
3 Sedang Resapan sedang, terjadi penjenuhan setelah hujan
dan tanah tidak ada bercak
2 Jelek Lahan dengan banyak persoalan pengatusan, horison
A berwarna kelabu/hitam, horison B ada bercak-
bercak
1 Sangat jelek Daerah basah, tanah jenuh air, seluruh profil ada
bercak, muka air tanah tinggi

Klasifikasi dan kriteria kedalaman air tanah untuk industri:


Harkat Kelas Kedalaman air tanah
5 Sangat dalam >250 cm
4 Dalam 150-250 cm
3 Sedang 101-150 cm
2 Dangkal 50-101 cm
1 Sangat dangkal <50 cm

Klasifikasi dan kriteria korosivitas besi baja untuk industri:


Harkat Kelas Jenis tanah Keasaman Resistivitas Konduktivitas
total
(mcq/100
(mhos/cm)
gr)
5 Sangat Pasir yang sangat lulus <4 >10.000 <0,1
baik air dan lempung pasiran
4 Baik Pasir lempungan yang <8 >5.000 <0,2
lulus air, lempung, debu,
pasir tak lulus air, dan
lempung pasiran
3 Sedan Tanah liat lempungan <16 >2000 <0,4
g lulus air, lempung yang
agak lulus air, debu
lempungan, dan debu,
pasir lempungan tak lulus
air, tanah kedap air
(termasuk gambut dan
pupuk)
2 Jelek Tanah liat lulus air, tanah <16 >1000 <1,6
kedap air (selain tanah
liat)
1 Sangat Tanah liat tak lulus air, <16 <1000 <1,0
jelek dan sangat kedap air,
pupk dan gambut

Klasifikasi dan kriteria kemiringan lereng untuk industri:


Harkat Kelas Kemiringan lereng
5 Rata-hampir rata <2
4 Agak miring 2-8
3 Miring 8-30
2 Sangat miring 30-50
1 Terjal-sangat terjal >50

Klasifikasi dan kriteria infiltrasi tanah untuk industri:


Harkat Deskripsi Infiltrasi (mm/jam)
7 Sangat lambat 1
6 Lambat 2-5
5 Sedang lambat 6-20
4 Sedang 21-65
3 Sedang cepat 66-125
2 Cepat 126-250
1 Sangat cepat >250

Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Industri:


Kelas Kesesuaian Harkat Keterangan
lahan
I Sangat 30-35 Satuan lahan dengan kondisi yang sangat sesuai
sesuai untuk industri
II Sesuai 25-29 Satuan lahan dengan kondisi sesuai untuk
industri dengan memperhatikan sedikit masalah
lahan
III Cukup 19-24 Satuan lahan cukup dapat digunakan untuk
sesuai industri dengan beberapa perbaikan
IV Kurang 16-18 Satuan lahan dengan kondisi kurang sesuai
sesuai untuk industri jika dipaksakan harus dengan
perbaikan yang cukup banyak
V Tidak 7-13 Satuan lahan dengan kondisi tidak sesuai untuk
sesuai industri

BAB III

METODE

3.1         ALAT DAN BAHAN

ALAT

1.    Sepasang Yallon

2.    Kompas Geologi

3.    Abney Level

4.    Pita Meter

5.    pH meter
6.    Botol

7.    Ring Tanah

8.    Notes

9.    Alat Tulis

BAHAN

1.    Peta Administrasi Kota Malang

2.    Peta Penggunaan Lahan Kota Malang

3.2  LANGKAH KERJA

1.      Mengukur kemiringan lereng

2.      Mengambil sampel tanah

3.      Mengamati industry atau pabrik yang telah berdiri

4.      Mengukur kedalaman sumur


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1    Hasil Praktikum

Hasil dari praktikum evalusi sumberdaya lahan kawasan industri untuk faktor-faktor


alam yakni sebagai berikut:

a.       Kemiringan lereng
Nilai Nilai Rata-
Lokasi Sampel Pengukuran
Lereng (0) Rata
A–1 1,33
Lapangan Pabrik Pupuk Organik 1–2 1,67 1,33
2–B 1
A–1 1
Pabrik Asbes Gelombang 1–2 1,67 1,56
2 – B   2
A–1 2
SPBE 1–2 1,17 1,39
2–B 1
A–1 1
Tegal dekat permukiman 1–2 1 1,3
2–B 2
A–1 1,83
Lereng Sungai 1–2 20,5 17,28
2–B 29,5
4,572

Kemiringan lereng dalam % = (4,572/45)x100%

                                          = 10,16% (harkat 4, agak miring)      


b.      Ph tanah dan air

Untuk pH tanah, sampel yang diambil yakni pada dua titik:

1.    Sampel Tanah Pabrik Pupuk Petroganik

Titik koordinat        = (0680967, 9110340)

Elevasi                    = 432

Ph tanah                  = 6,4

2.    Sampel Tanah Lahan Sesudah SPBE

Titik koordinat        = (0681068, 9109431)

Elevasi                    = 408

Ph tanah                  = 6,4

Sampel air sungai

pH                               = 6,7

Conduktivity               = 3,33 ms/cm

Turbidity                     = 68

Temperatur                  = 24,40C

Salinitas                       = 0,16

c.       Daya Dukung Tanah

Tanah berpasir kasar, pasir halus, dan liat (harkat 4, daya dukung tanah baik)

d.      Drainase tanah

Resapan cepat, penjenuhan tanah beberapa jam, dan tanah tidak ada bercak  (harkat 4, baik)

e.       Kedalaman air tanah

Pada daerah Arjowinangun kedalaman air tanahnya 1000 cm (harkat 4, dalam)

Perhitungan Harkat
NO Kriteria Keadaan Lapangan Harkat
1 Kemiringan Lereng 10,16% 4
2 pH Tanah dan Air 6,4 – 6,7 5
3 Daya Dukung Tanah Tanah didominasi 4
berpasir halus dan debu
4 Nilai Kembang Kerut Baik 4
Resapan cepat, penjenuhan
5 Drainase tanah beberapa jam, dan 4
tanah tidak ada bercak
6 Kedalaman Air Tanah 1000 cm 4
Pasir halus dengan
7 Korosifitas campuran material sedikit 5
lempung dan dominasi debu
TOTAL 30

4.2    Pembahasan

Permasalahan industri tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan lahan, oleh karena itu untuk
menilai suatu lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan industri tidak dapat langsung
didirikan atau dilaksanakan.

Evaluasi lahan yang bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk
penggunaan tertentu yang tidak hanya terbatas pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi
mencakup analisis ekonomi, social dan dampak lingkungan. Evaluasi lahan merupakan
penghubung anatara berbagai aspek kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan
dengan tujuan sosial ekonomi yang akan berpengaruh kedepannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi industri di suatu tempat, dimana faktor-faktor tersebut
dapat berupa faktor langsung dan faktor tak langsung. Keberadaan industri di suatu tempat
juga tergantung pada faktor lingkungan yang akan menetukan kelangsungan industri tersebut.
Salah satu faktor tersebut adalah faktor lahan. Faktor lahan mencakup permasalahan tanah,
sumberdaya, dan iklim setempat.

Kegiatan praktikum Evaluasi Lahan Saat ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan kawasan
industri yang dilakukan di Kelurahan Arjowinangun. Kelurahan paling tepi dari Kota Malang
yang berbatasan langsung dengan Turen dan Dampit, Kabupaten Malang. Di daerah ini
memang diwacanakan akan menjadi Kawasan Industri Kota Malang, sehingga keberadaan
industry masih belum banyak berdiri. Begitu pula dengan jumlah pemukiman yang tidak
begitu banyak.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah ini belum mengalami banyak
perkembangan.
Berdasarkan hasil perhitungan harkat dari analisis per faktor yang ada mendapatkan hasil 30.
Hal ini menunjukkan bahwa daerah Arjowinangun sangat cocok untuk kawasan
pengembangan industry di Kota Malang. Hal tersebut didukung dengan faktor alam seperti
jenis tanah yang sesuai yaitu dominan pasir halus dengan debu dan sedikit lempung. Saluran
drainase yang baik, bahkan ketika musim hujan jarang terjadi banjir. Saluran drainase
dibangun disepanjang jalan yang berada di kanan dan kiri. Tanah di daerah ini juga tidak
terlalu jenuh dengan air, karena material utama pasir sehingga lebih mudah untuk meloloskan
dan meresapkan air, didukung juga belum banyak bangunan penutup lahan yang berpengaruh
terhadap jumlah limpasan permukaan dan genangan yang akan timbul.

Secara keseluruhan dari beberapa sampel tanah yang diambil menunjukkan hasil yang sama,
maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Arjowinangun hanya terdapat satu
kesatuan lahan. Topografi yang datar dan di dukung dengan muka air tanah yang dalam
sangat mendukung terbangunnya kawasan industry.

Kedalaman air tanah sebagai pendukung kegiatan produksi industry tentunya sangat
berpengaruh. Apabila kawasan industry menggunakan air tanah dengan permukaan yang
dangkal maka mempengaruhi jumlah banyaknya air yang dapat digunakan dan diambil.
Apabila kawasan perindustrian terlalu banyak mengambil air tanah dangkal maka, dapat
diperkirakan bahwa masyarakat yang dinggal disekitar industry tidak mendapatkan supplei
air bersih yang cukup.

Daya kembang kerut tanah di daerah ini bagus sekali. Pengaruh besar dari baik/ buruknya
dari daya kembang kerut tanah terletak pada keutuhan bangunan. Apabila suatu bangunan
industry dibangun di atas tanah yang memiliki daya kembang kerut tanah yang buruk maka,
dinding bangunan lama kelamaan akan mengalami retakan dan rekahan yang secara perlahan
akan merobohkan bangunan tersebut. Faktor ini sanagt berbahaya apabila tidak diperhatikan
dengan baik saat melakukan evaluasi lahan. Namun, apabila sebuah industry didirikan di atas
tanah dengan daya kembang kerut yang baik maka, kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan pada bangunan.

Selain memperhatikan faktor alam yang mendukung untuk sebuah lahan dapat dijadikan
kawasan industry maka perlu juga untuk mengevaluasi faktor sosial-ekonomi masyarakat
yang sedang berkembang di sekitarnya. Pada umumnya daerah arjowinangun ramai pada saat
lokasinya berbatasan dengan daerah buring. Namun, ketika memasuki daerah arjowinangun
hingga hamper perbatasan dengan turen, daerahnya sangat sepi. Di sepanjang jalan hanya ada
beberapa industry yang sudah dibangun. Dan pemukiman warga mulai ada lagi ketika
berbatasan dengan turen. Kegiatan ekonomi warga didominasi dengan usaha di depan rumah,
baik itu rumah makan atau jasa pencuci mobil dan pakaian.

Pembangunan industry di daerah ini secara fisik dan sosial-ekonomi sangat mendukung
dalam perkembangannya. Dengan adanya kawasan industry diharapkan mampu mengubah
secara berlahan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik, termasuk dalam penyerapan tenaga
kerja di sekitar industry.

BAB V

KESIMPULAN

1.    Setelah dilakukan Evalusi Sumberdaya Lahan untuk kawasan industri di


daerah Arjowinangun, maka daerah ini dapat dikategorikan sebagai daerah yang sangat
sesesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan industri.

2.    Semua aspek lahan yang ada di kawasan Arjowinangun, morgologi, tanah, hidrologi,


geologi, dapat menunjang pembangunan kawasan industri comboran dengan baik.

3.    Pembangunan kawasan industri memiliki banyak dampak positif terhadap perkembangan


ekonomi masyarakat tetapi tidak sedikit pula dampak negatif yang bisa ditimbulkan, terutama
dalam aspek lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, dalam pembangunan kawasan
industri diperlukan pengolahan dan pengawasan yang baik terutama dalam bidang AMDAL
agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan kawasan industri di Arjowinangun
ini tidak terjadi dan tidak merugikan masyarakat sekitar sehingga, tetap menjaga kelestarian
dan kesejahteraan lingkungan disekitarnya.
DAFTAR REFERENSI

Agus, Fahmuddin. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan contoh Peta Arahan Penggunaan
Lahan Kabupaten Aceh Barat. Bogor : Balai Penelitian Tanah

Notohadiprawiro, T. 2006. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan


Penetapannya. Yogyakarta : Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada

Rosyida, Fatiyah. 2011. Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) Untuk Kawasan Industri di Jenu, Kabupaten
Tuban. Skripsi Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang

Sutanto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) Untuk Kawasan Industri. Yogyakarata: Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia

Utaya, Sugeng. 2012. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta: Aditya Media

Anda mungkin juga menyukai