Anda di halaman 1dari 20

GEOLOGI MIGAS

TENTANG
CAKUNGAN BONE

OLEH KELOMPOK 4 :
1. ADRIYANSAH R1C116002
2. LA ODE ADI MUNANDAR R1C116025
3. LA ODE MUHAMMAD NERO R1C115
4. MARSABAN R1C116040
5. PEKY ANGGRIAWAN R1C11606
6. RISKA KARIM R1C1160

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
PENDAHULUAN
Sulawesi adalah salah satu dari lima pulau terbesar di kepulauan
Indonesia. Dipengaruhi oleh interaksi tiga lempeng tektonik utama,
Sulawesi memiliki geologi yang sangat kompleks, dan data geologi yang
tersedia terbatas. Tidak ada pekerjaan spesifik pada Cekungan Bone
yang telah disajikan sebelumnya. Cekungan Bone terletak di Teluk Bone,
yang dibatasi ke timur dan barat oleh lengan selatan Sulawesi Timur dan
Barat, ke utara oleh Sulawesi Tengah, dan ke selatan oleh Laut Jawa.
Teluk Bone mencakup area seluas sekitar 30.000 kilometer persegi.
Kedalaman air di Teluk Bone berkisar antara 200 hingga 2.000 meter.
Studi ini, yang menyajikan model baru untuk evolusi tektonik dan
stratigrafi dari Cekungan Tulang, terutama didasarkan pada interpretasi
seismik data seismik spekulatif, terintegrasi dengan peta geologi
permukaan yang dipublikasikan. Sintesis peristiwa tektonik yang terjadi
di Sulawesi akan diilustrasikan untuk mendukung model baru ini.
Interpretasi seismik diletakkan dalam konteks regional untuk memahami
geologi kompleks Sulawesi.
CEKUNGAN BONE
DATA - SRTM CEKUNGAN
BONE
GEOLOGI REGIONAL
1. STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL

Disekitar Teluk Bone yaitu di lengan tenggara maupun lengan


selatan didapati beberapa struktur geologi yang berkembang. Di
lengan tenggara ada sesar Kolaka dan sesar Lawanopo yang
menerus ke sesar Matano, di lengan selatan ada sesar Walanae.
Sesar Palu Koro yang terdapat di utara Teluk Bone, menerus ke
Teluk Bone. Sesar PaluKoro ini berhubungan dengan sistem sesar
Matano dan sesar Lawanopo (Simandjuntak dkk, 1993)
STRUKTUR GEOLOGI YANG
BEKERJA PADA CEKUNGAN BONE
STRUKTUR YANG BEKERJA PADA CEKUNGAN
BONE DARI HASIL INTERPRETASI SEISMIK
2.TEKTONIK REGIONAL
Geologi Sulawesi sangat kompleks; pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga bagian utama: Sulawesi Barat, Tengah dan
Timur (Gambar 1). Sulawesi Barat ditafsirkan menjadi bagian dari
kompleks subduksi Cretaceous sepanjang margin timur
Sundaland, yang kemudian dibongkar dan hanyut ke arah timur
selama Awal Tersier (Kustomo, 1991). Sulawesi Barat dicirikan oleh
kompleks gunung api-tersier, dan menunjukkan karakteristik
geologis yang mirip dengan Indonesia Barat. Sulawesi Timur, jika
dibandingkan, secara geologis mirip dengan Papua-New Guinea,
dan mungkin terdiri dari benua-benua mikro, yang berasal dari
Australia, yang melayang ke barat laut menuju Sulawesi Barat
setelah peristiwa-peristiwa perpecahan di Northwest Shelf of
Australia selama Mesozoikum. Sulawesi Timur dianggap termasuk
beberapa pulau di timur termasuk Banggai dan Sula. Sulawesi
Tengah di sisi lain, terdiri dari kompleks metamorf.
EVOLUSI TEKTONIK DANSTRATIGRAFI CEKUNGAN BONE UTARA PADA AWAL MEOSEN
TIGA BAGIAN UTAMA TEKTONIK BONE YAKNI SULAWESI BARAT, TENGAH DAN TIMUR
3. STRATIGRAFI REGIONAL
sedimen laut dari Miosen Awal hingga zaman sekarang, dan mewakili Neogen
dan stratigrafi yang lebih muda dari bagian utara Cekungan Bone. Banyak sumur dangkal
yang terletak di pantai Sulawesi Barat, yang menembus karbonat terumbu berumur
Miosen Akhir-Pliosen dan sedimen yang lebih muda, juga memberikan informasi penting.
Stratigrafi paleogen di bagian utara Cekungan Bone tidak diketahui, karena
penetrasi terdalam dari sumur BBA-1X adalah Miosen Awal. Onshore West Sulawesi,
sedimen Tersier tertua adalah zaman Eosen, dan termasuk gunung berapi, batu gamping
dan fluvio-delta ke clastics kelautan marginal. Pengembangan karbonat ekstensif terjadi
selama Oligosen ke Miosen Awal, diikuti oleh pengendapan volcaniclastics di Tengah
hingga Miosen Akhir. Di sebelah barat daya, sumur ODB-IX memberikan contoh dari
bagian Tersier dari Eosen hinggaTerkini
sedimen, dan dapat mewakili stratigrafi khas di Sulawesi Barat. Sumur total
mencapai 10.433 'dalam sedimen laut Eosen Tengah-Bawah. Sebuah penanda penting di
dalam sumur adalah 190 kaki batuan vulkanik berbutir halus dari zaman Eosen Tengah
yang mungkin merupakan basal porfiritik ekstrusif. Banyak sumur di sebelah barat laut
ODB-1X juga menembus batuan vulkanik serupa yang mungkin mencerminkan aktivitas
gunung berapi erupsi yang luas selama Paleogen di Sulawesi Barat.
STRATIGRAFI CEKUNGAN BONE BERDASARKAN HASIL KORELASI
BEBERAPA SUMUR
UNIT SEISMIK DITAFSIRKAN DALAM PENELITIAN INI DAN KORELASI MEREKA ANTARA BERBAGAI
PROVINSI STRUKTURAL. PERMUKAAN INTERNAL DISOROT MESKIPUN KORELASI ANTAR WILAYAH
SISTEM PETROLIUM
Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan
pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di
perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa
petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di
Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan
kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut.
Rekaman seismik daerah tersebut kurang sempurna. Interpretasi seismik
daerah tersebut menunjukan ketebalan batuan sedimen Tertier di sumur
BBA 1x adalah 1600 meter. Pemboran yang dilakukan berhenti pada
batuan berumur Miosen tengah, pada kedalaman 10500 feet, dan
dihasilkan dry hole. Korelasi stratigrafi regional menunjukkan bahwa
pemboran belum mencapai batuan sedimen berumur Eosen yang di duga
terdapat di daerah tersebut, dimana batuan tersebut dapat berfungsi
sebagai batuan sumber dan reservoir hidrokarbon.
Evaluasi data gravity menunjukan bahwa ketebalan sedimen Tertier
mencapai ketebalan lebih dari 1600 meter. Dengan harapan untuk
menemukan hidrocarbon di daerah tersebut disarankan perlu dilakukan
evaluasi ulang terutama pemrosesan data seismik di daerah tersebut.
PROSPEK HIDROKARBON

Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah


mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut
dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi
mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya
hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang,
Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan
kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah
tersebut. Rekaman seismik daerah tersebut kurang sempurna.
Interpretasi seismik daerah tersebut menunjukan ketebalan
batuan sedimen Tertier di sumur BBA 1x adalah 1600 meter.
Pemboran yang dilakukan berhenti pada batuan berumur Miosen
tengah, pada kedalaman 10500 feet, dan dihasilkan dry hole.
Korelasi stratigrafi regional menunjukkan bahwa pemboran
belum mencapai batuan sedimen berumur Eosen yang di duga
terdapat di daerah tersebut, dimana batuan tersebut dapat
berfungsi sebagai batuan sumber dan reservoir hidrokarbon.
KESIMPULAN
Ada tiga peristiwa tektonik yang berperan pada perkembangan
Cekungan Bone dan proses sedimentasinya yaitu peristiwa pertama, peristiwa kedua, dan
peristiwa ketiga. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini
berpotensimengandung hidrokarbon . Sedangkan system petroleum yang berkembang
pada cekungan ini yang melingkupi proses pembentukan material hidrokarbon terdiri atas
lima komponen yaitu source rock (batuan induk), reservoir, migrasi, trap (jebakan), dan
seal (batuan penudung). Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai
dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan
daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon
diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke.
Pengambilan data seismik dan kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah
tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Camplin J. David dan Hall,robert. 2013. INSIGHTS INTO THE STRUCTURAL AND
STRATIGRAPHIC DEVELOPMENT OF BONE GULF, SULAWESI. Proceedings,
indonesian petroleum association

Sudarmono, 1999. TECTONIC AND STRATIGRAPHIC EVOLUTION OF THE BONE


BASIN, INDONESIA: INSIGHTS TO THE SULAWESI COLLISION COMPLEX.
Proceedings, indonesian petroleum association
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai