BAB I
PENDAHULUAN
Di Jerman, sejak tahun 1960 sampai dengan 1977, dengan teknik yang lebih
disempurnakan, dilaporkan bahwa penurunan morbiditas dan mortalitas yang
bermakna pada operasi laparoskopi. Pada tahun 1960 tercatat 834 prosedur
laparoskopi dengan tingkat mortalitas 10% dan kemudian diantara tahun 1975-
1977 dengan 104.578 prosedur laparoskopi tercatat tingkat mortalitas turun
menjadi 0,009%. Penurunan angka mortalitas bermakna ini disebabkan oleh
teknik operasi dan peralatan yang lebih sempurna.2
Malik Medan, Sumatera Utara periode 2010-2013 6.7% kasus tumor ovarium
mendapat penatalaksanaan laparoskopi.3
Dari survey data awal yang dilakukan di RSUD Raden Mattaher Jambi pada
tahun 2015 hingga april 2017 tercatat 100 pasien yang dilakukan tindakan
laparoskopi dimana terdapat 32 tindakan pada sepanjang tahun 2015, 23 tindakan
pada tahun 2016 dan peningkatan drastis tindakan laparoskopi terdapat pada tahun
2017, yaitu terdapat 45 pasien yang dilakukan tindakan laparoskopi dari bulan
Januari hingga April 2017.4
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pasien dengan
tindakan laparoskopi di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni 2015 – Juni
2017.
3
Mattaher Jambi dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dengan mengetahui
gambaran pasien dengan tindakan laparoskopi kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparoskopi
pasca operasi yang lebih sedikit dan laparoskopi merupakan terapi pilihan
pada pasien-pasien infertil dengan mioma uteri. Miomektomi laparoskopi
merupakan teknik operasi pada operasi reproduksi yang dapat diterima
diseluruh dunia.
A. DEFINISI
9
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau
permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi
selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kebanyakkan
kista ovarium ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya. Jika kista
ini bertambah besar, maka akan dapat menyebabkan tekanan, perasaan penuh dan
rasa tidak nyaman. Kista ovarium sering ditemukan pada wanita di masa
reproduksinya. Seorang wanita dapat memiliki satu atau lebih kista, dimana dapat
memiliki ukuran yang bervariasi, dari yang sebesar kacang hingga sebesar anggur.
a. Kista fungsional
Kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid.
Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun
2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista folikular dan kista
korpus luteum.
Kista dermoid :Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal
rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih
kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini
biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar
dan menimbulkan nyeri.
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan
sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi
ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60% – 70%
pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai
“silent killer”. Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada
hampir semua wanita premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita
post menopouse. Kebanyakan dari kista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium
fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa
reproduksi. Dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse.
D. ETIOLOGI
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen
dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Kista ovarium
terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan
tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe
kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga
cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang
berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur.
Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
12
bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista
sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan
Kista Dermoid.
Sering stress
2. Faktor genetic :
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen ,polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.
E. Manifestasi Klinis
13
Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
Nyeri sanggama
Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
1. Ultrasonografi (USG)
Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2. Laparoskopi
1. MRI
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit
dengan gejala yang sama pada kista ovarium, adalah :
1. Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo
yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
2. Kehamilan Ektopik
3. Kanker Ovarium
H. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum
jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
16
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang
wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian
mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan
pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
I. Tatalaksana
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan
gejala-gejala yang diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin
disarankan:
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan
pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara
periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar.
Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopause jika kista berisi
cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
Pil kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan
ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan
kista.
Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus
haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala
berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan
17
Kelangsungan Hidup
Prognosis untuk jinak baik. Namun untuk kista yang dapat berkembang untuk
menjadi kanker ovarium angka kelangsungan hidup 5 tahun (“5 Years survival
rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%,
sedangkan sebagian besar penderita 60-70% ditemukan dalm keadaan stadium
lanjut.
Kelangsungan Organ
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan
tidak memerlukan penanganan medis.
a. Definisi
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-
kelenjar dan stroma.4 Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal
dari jaringan endometrium. Ukuran kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika
kista mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.
b. Etiologi
Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut:
Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori
implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori ini
didasari atas 3 asumsi:
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini
menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan
dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam
peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh
beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan rangsangan induksi lainnya. Teori
ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan pada laki-laki, sebelum
pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah menstruasi, serta yang
terdapat di tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga toraks, saluran
kencing dan saluran pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor lain
juga berperan seperti transpor vaskular dan limfatik dari sel endometrium.
Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua wanita yang
mengalami haid menderita endometriosis, kenapa pada wanita tertentu
penyakitnya berat, wanita lain tidak, dan juga tidak dapat menerangkan beberapa
tampilan dari lesi. Penelitian tentang genetik dan fungsi imun wanita dengan
endometriosis dan lingkungannya dapat menjawab pertanyaan diatas.
Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu
dan anak dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu
dasar genetik. Matriks metaloproteinase (MMP) merupakan enzim yang
menghancurkan matriks ekstraseluler dan membantu lepasnya endometrium
normal dan pertumbuhan endometrium baru yang dirangsang oleh estrogen.
Tampilan MMP meningkat pada awal siklus haid dan biasanya ditekan oleh
progesteron selama fase sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan dengan
penyakit-penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita
endometriosis, MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa resisten (kebal)
terhadap penekanan progesteron. Tampilan MMP yang menetap didalam sel-sel
endometrium yang terkelupas dapat mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap
endometrium yang berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan
peritoneum dan selanjutnya terjadi proliferasi sel.
5. Faktor endokrin
c. Klasifikasi
Permukaan 1 2 4
2 4 6
Dalam
Kanan Permukaan 1 2 4
4 16 20
Ovarium
Dalam
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kanan 4 8 16
Tebal
1 2 4
Tipis
Kiri Kiri 4 8 16
Tebal
25
1 2 4
Kanan Tipis
4 8 16
Tebal
Tuba
1 2 4
Tipis
Kir Kiri 4 8 16
Tebal
d. Histogenesis
26
sama, oleh karena itu sel-sel endometriosis akan sejenis dengan mesotel. Telah
diketahui bahwa CA-125 merupakan suatu antigen permukaan sel yang semula
diduga khas untuk ovarium. Karena endometriosis merupakan proses proliferasi
sel yang bersifat destruktif, maka lesi ini tentu akan meningkatkan kadar CA-125.
Banyak yang berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun
karena memiliki kriteria yang cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat
familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan dan menunjukkan
aktivitas sel B-poliklonal.
e. Patologi
f. Gejala Klinis
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui tetapi
mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam
sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak
selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas
sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat.
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare. Dismenore
primer terjadi selama tahun-tahun awal mestruasi, dan semakin meningkat
dengan usia saat melahirkan anak, dan biasanya hal ini tidak berhubungan
dengan endometriosis. Dismenore sekunder terjadi lebih lambat dan akan
semakin meningkat dengan pertambahan usia. Hal ini bisa menjadi tanda
peringatan akan terjadinya endometriosis, walaupun beberapa wanita
dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.
Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh
karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.
g. Diagnosis
h. Penatalaksanaan
Terapi interval
Terapi Bedah
Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi
reproduksi berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi
dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium
diangkat secara keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh anak lagi,
32
Pembedahan konservatif
Pembedahan semikonservatif
o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang
juga memiliki efek dalam mereduksi gejala.
Pembedahan radikal
i. Diagnosis Banding
j. Prognosis
a. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Mioma uteri terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-
sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot
uterus normal.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan.
b. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
36
wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara.
c. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot
rahim yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang
lebih banyak daripada otot rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah
menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan
kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B
hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
37
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
38
d. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
39
e. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
• Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
40
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi
mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai
Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di
lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa
kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma
pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa
mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti
kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan
ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik
tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot
polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.
Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar
bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
42
f. Gejala Klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
43
g. Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
44
2. Pemeriksaan fisik
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
3. Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala
yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
b. Perut terasa penuh dan membesar
c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau
ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya
mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau
degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah:
- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan
saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan
hidronefrosis (pembesaran ginjal)
- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang
mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri
hebat, luka, dan infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan
tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas.
6. Pemeriksaan penunjang
45
- Pemeriksaan laboratorium.
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat
besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada
beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara
polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter
dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
- USG, CT scan, MRI
Menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih
mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
- Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
- Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
- Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai
berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang
ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama
pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
- Progestin dan antiprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik.
Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian
progestin dan levonorgestrol intrauterin.8
2. Operatif
Penanganan operatif, bila:
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
Mioma
Konservatif Operatif
j. Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau
52
2. Perlukaan Usus
53
Perlukaan pada usus yang paling sering ialah laserasi dan biasanya tak
terdiagnosa pada saat melakukan tindakan. Intervensi yang terlambat
untuk menangani perlukaan ini dapat mengancam jiwa pasien. Setelah
tindakan laparoskopi selesai dilakukan, pasien yang mengalami
perlukaan akan mengeluhkan nyeri pada abdomen, demam, diare, dan
distensi abdomen. Keterlambatan penatalaksanaan dapat menyebabkan
peritonitis, abses dan syok septik.
3. Perlukaan Ureter
6. Hernia
7. Komplikasi Pneumoperitoneum
8. Emboli Gas
b. Port-Site Metastasis
Tingkat port-site metastasis pada pasien dengan keganasan
ginekologis dalah 1,1% sampai 2,3%. Faktor risiko yang dapat
memicu port-site metastasis ialah penyakit agresif,
pneumoperitoneum dan berkurangnya pengaruh system pertahan
tubuh local saat tindakan laparoskopi.
56
1. Definisi
2. Sejarah
3. Indikasi dan
Kontraindikasi Laparoskopi
4. Instrumen
5. Prosedur
6. komplikasi
1. Usia
2. Indikasi
3. Jenis Tindakan
4. Status paritas
5. Pembiayaan
6. Status pekerjaan
7. Keluhan Utama
8. IMT
9. Kadar Hb
57
1. Usia
2. Indikasi
3. Jenis Tindakan
4. Status paritas
Pasien dengan Tindakan 5. Pembiayaan
Laparoskopi Juni 2015 – Juni 2017 6. Status pekerjaan
7. Keluhan Utama
di Bagian Obstetri dan Ginekologi 8. IMT
RSUD Raden Mattaher Jambi 9. Kadar Hb
58
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampel penelitian ini adalah semua wanita yang telah dilakukan
tindakan laparoskopi di RSUD Raden Mattaher periode Juni 2015 – Juni 2017.
Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang
memiliki kriteria eksklusi tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Kriteria inklusi yang digunakan untuk memperoleh sampel pada penelitian ini
adalah pasien dibagian obstetri dan ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi
periode Juni 2015 – Juni 2017 yang diberi tindakan laparoskopi.
Data yang diambil Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari rekam medis dan bangsal kebidanan di RSUD
Raden Mattaher Jambi periode Juni 2015-Juni 2017 yang diambil secara total
sampling dimana sampel tersebut diambil seluruhnya.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari rekam medis dan bagian instalasi bedah sentral di RSUD Raden
Mattaher Jambi Juni 2015-Juni 2017 kemudian dicatat sesuai dengan variabel
yang akan diteliti, adapun langkah pengambilan penelitian ini adalah:
Isi rekam medis sampel penelitian yang telah dipilih menurut kriteria sampel
dicatat melalui pengisian lembar check list yang sudah disiapkan sesuai dengan
data yang dibutuhkan.
4. 40-49 tahun
5. ≥ 50 tahun
Indikasi Penyakit atau Data tingkat Rekam medis Data indikasi Ordinal
Laparoskopi gejala yang pendidikan pasien yang dikelompokkan
timbul sehingga dilihat dari terdapat di menjadi:
dilakukannya rekam medis ruang rekam 1.Kista ovarium
tindakan pasien medis RSUD 2.Kista
laparoskopi. Raden endometriosis
Mattaher 3.Mioma uteri
Jambi. 4.Prolaps uteri
5.Lainnya
Status Status pekerjaan Data status Rekam medis Data status Nominal
Pekerjaan sehari-hari pekerjaan pasien yang pekerjaan
dilihat dari terdapat di dikelompokkan
rekam medis ruang rekam menjadi:
pasien. medis RSUD 1. Bekerja
2. Tidak
Raden
bekerja
Mattaher
Jambi.
Jenis Jenis tindakan Data dilihat Rekam medis Jenis tindakan Ordinal
tindakan laparoskopi yang dari rekam pasien yang dikelompokkan
diberikan pada medis pasien. terdapat di menjadi:
pasien. ruang rekam 1.Laparoskopi
medis RSUD diagnostik
62
Raden 2. Laparoskopi
Mattaher ovarian drilling
Jambi. 3.Kistektomi
laparoskopi
4.Tes Patensi
Tuba
5.Miomektomi
6.Total
Laparoscopic
Assisted
Vaginal
Hysteroscopy
(TLAVH)
7.Lainnya
Indeks Indeks yang Data berat Rekam medis Data indeks Ordinal
Massa digunakan untuk dan tinggi pasien yang massa tubuh
Tubuh menilai status badan dilihat terdapat di dikelompokkan
gizi menurut dari rekam ruang rekam menjadi:
berat badan dan medis pasien medis RSUD 1. < 18,50
kuadrat tinggi kemudian Raden 2. 18,50 – 24,99
(kg/m2) dihitung Mattaher 3. ≥ 25,00-
indeks massa Jambi. 29.99
tubuhnya. 4. ≥ 30
Riwayat Riwayat berapa Data riwayat Rekam medis Data riwayat Ordinal
Paritas kali melahirkan paritas pasien yang paritas
anak dilihat dari terdapat di dikelompokkan
rekam medis ruang rekam menjadi:
pasien. medis RSUD 1. 0 kali
2. 1 kali
Raden
3. 2 kali
Mattaher 4. 3 kali
5. 4 kali
Jambi.
6. ≥ 5 kali
63
Keluhan Keluhan utama Data keluhan Rekam medis Data keluhan Nominal
Utama yang dialami utama dilihat pasien yang utama
oleh pasien dari rekam terdapat di dikelompokkan
dengan tindakan medis pasien ruang rekam menjadi:
laparoskopi medis RSUD 1.Perdarahan
Raden 2.Nyeri
Mattaher 3.Benjolan/pem
Jambi. bengkakakan
4.Infertilitas
1. Editing
Pada tahap ini peneliti akan memeriksa hasil dari data sekunder yang
telah dikumpulkan.
2. Coding
Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean data dari variable
penelitian untuk memudahkan dalam pengolahannya.
:
Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean data dari variabel
penelitian untuk memudahkan dalam pengolahannya
3. Entry
Data yang telah didapat dimasukkan dengan teliti dan cermat kedalam
computer melalui program atau perangkat lunak pengolah dan
penganalisis data statistic SPSS.
4. Cleaning
Dalam tahap ini data yang sudah dimasukkan dicek kembali, untuk
melihat apakah ada keselahan seperti pencatatan ganda, salah
pengkodean dan sebagainya, sehingga data siap dianalisis lebih lanjut.
Pada penelitian ini, identifikasi data pasien dengan tindakan laparoskopi akan
dihitung dalam bentuk presentase dan disajikan dalam bentuk tabulasi
menggunakan analisis univariat.
Pada penelitian ini, peneliti menjamin hak-hak pasien dengan cara menjaga
kerahasiaan identitas dan data yang diambil dari rekam medis pasien.
Terbatasnya sampel pada penelitian ini yang disebabkan oleh tidak semua
populasi yang tercatat dapat ditemukan rekam medisnya.
Sampel Penelitian
Analisis Data
BAB IV
PEMBAHASAN
67
DAFTAR PUSTAKA