Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga
terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya
merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang
secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang
membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku
seks. Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta
dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan bahwa seks merupakan
hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia
yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, Seks merupakan dorongan emosi cinta suci
yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan
keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan
melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Seks yang pada mulanya diidentikkan dengan
cinta dan pernikahan, sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan.

Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan
oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah seksual telah mengalami perubahan yang drastis.
Perilaku telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika
sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru
kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku
seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap
golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
1.2. Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
a. Mengetahui kondisi kebutuhan seksualitas
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seksual
c. Mengetahui masalah-masalah keperawatan pada seksual
d. Mengetahui penyimpangan dan bentuk abnormalitas pada seksual
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah seksual

1.3. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Anatomi Dan Fisiologi


A. Sistem Reproduksi Wanita
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan
fetus, kelahiran.

Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon


gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis–adrenal–
ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ ekstragenital yang juga dipengaruhi
oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

1. Genitalia Eksterna

a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis
pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen
dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan/ para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan
kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa
berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior
dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Interna

a. Uterus (rahim)

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama
kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi
dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding rahim terdiri
dari 3 lapisan yaitu :
- Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
- Lapisan otot (lapisan miometrium)di tengah
- Lapisan mukosa (endometrium) di dalam.
Fungsi utama uterus :
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan dan pelepasan
dari endometrium
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang
3) Tempat melekatnya plasenta
4) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk lancarnya persalinan dan
kembalinya uterus pada saat involusi.

1) Serviks uteri (mulut rahim)


Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).

Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah


pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.

2) Corpus uteri (batang/badan rahim)

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum
uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari
luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat
pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.

Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita.

3) Ligamenta penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum


ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.

a) Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga panggul dan dasar panggul, seolah-
olah menggantung pada tuba. Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan
yang longgar disebut parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina pembuluh limpa dan
ureter.
b) Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba, kedua ligamen ini
melelui kanalis inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot polos dan
jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
c) Ligamentum Infundibulo Pelvikum ( Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium, ligamen ini menggantungkan uterus
pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
d) Ligamentum Kardinale ( lateral pelvic ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul. Ligamen ini
membantu mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah (menghalangi pergerakan ke kanan
ke kiri) dan mencegah prolap.
e) Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
f) Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
4) Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
a) Arteri uterina
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum latum menuju ke sisi uterus kira-
kira setinggi OUI dan memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan mengadakan
anastomose dengan arteria ovarica.
b) Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen infundibulo pelvicum dan memberi
darah pada ovarium, tuba dan fundus uteri.
Darah dari uterus dialirkan melalui vena uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan
arterinya hanya vena ovarica kiri tidak masuk langsung ke dalam vena cava inferior, tetapi
melalui vena renalis sinistra.
b. Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.

Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta
mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis,
serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer
gamet.
2) Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
3) Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
4) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

c. Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-
kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri
dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi.

Fungsi ovarium adalah :


1. Mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron
2. Mengeluarkan telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum
dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap
arteri renalis.

d. Vagina
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara
kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang
9-11 cm. dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari
3 lapisan yaitu : lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.
Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral kanan kiri,
forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Suplai darah vagina
diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana san arteria
pudendus interna. Fungsi penting vagina adalah :
- Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim
- Alat untuk bersenggama
- Jalan lahir pada waktu bersalin

B. Sistem Reproduksi Pria


Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon
pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
1. Organ Reproduksi Dalam

Organ reproduksi dalam pria terdiri dari:

a. Testis

Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum).
Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan
kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan
otot polos. testis adalah sepasang struktur oval , agak gepeng dengan panjang 4 cm sampai 5
cm (1,5 inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci).
Fungsi testis, terdiri dari :
1) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
2) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.
Bersama dengan epididimis, testis berada dalam kantung skrotum. Dinding yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunica vaginalis. Tunica vaginalis dibentuk dari
peritoneum abdominalis yang mengadakan migrasi kedalam skrotum saat berkembangnya
genitalia interna pria.
1) Turnika albuginca adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah
dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
2) Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobulus.
epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang
(spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma: sel-sel Sertoli yang menompang dan
memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang : dan sel-sel interstisial (leydig), yang
memiliki fungsi endokrin.
b. Saluran Pengeluaran

Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi dan uretra.

1) Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis.
Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas
deferens.

2) Vas Deferens

Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang
mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan
dimulai dari ujung bawah epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis.

Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferen melewati chorda spermatica
menuju kedalam abdomen. Setelah menyilang ureter, vas deferen menuju ke duktus vesikula
seminalis.. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).

3) Saluran Ejakulasi

Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen


dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.

4) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra
berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih.

c. Kelenjar Asesoris

Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah


kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan
kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.

1) Vesikula seminalis

Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-
lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

2) Kelenjar prostat

prostat
Kelenjar Prostat sebagian struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya otot. Struktur ini
mengelilingi urethra pria. Organ berukuran 2.5x3-5x4.5 cm. Lobus media prostat secara
histologis merupakan zona transisional berbentuk baji yang secara langsung mengelilingi
urethra dan memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat terjadi hipertrofi, lobus media
dapat menyumbat aliran urine. Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri dari jaringan
fibromuskular. Semua jaringan otot pada vas deferen , prostat , prostat disebitar urethra dan
vesicula seminalis terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15% volume
total cairan semen.

Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan
fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Menambah cairan alkalis pada
cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang
terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang
memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.
3) Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

2. Organ Reproduksi Luar

Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.

a. Penis

Penis terdiri dari tiga bagian akar batang dan glans penis yang membesar yang banyak
mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan
spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu
rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang
membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya
banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.

1) Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali didekat akar organ. Preposium ( kulup ) adalah
lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat
melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis.

2) Badan penis dibentuk dari tiga masa jaringan erektil silindris dua korpus kavernosum
spongiosum vebtral di sekitar uretra.

a) Jaringan erektil adalah jaring – jaring ruang darah ireguler (vinusa sinusoid) yang diperdarai
oleh arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat yang
disebut tunika albuginea
b) Korpus konvernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat disebut tunika albugnea.
3) Mekanisme ereaksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpuskavernosum dibawah
pengendalian SSO.

b. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus
dan menompangtestis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa.

1) Dua kantong skrotal, satiap skrotal berisi satu testis tungggal, dipisahkan oleh septum internal.
2) Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk
kerutan pada kulit skrotal sebagai respons terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.

2.2. Pengertian Kebutuhan Seksual


Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang
individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi
sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :

Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak
tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi,
emosi. Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan
perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).

Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,


intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

2.3. Tinjauan Seksual dari beberapa aspek


Makna seksual dapat di tinjau dari berbagai aspek , di antaranya.
1. Membicarakan seksual masih tabu.
2. Pengekspresiannya masih secara tertutup.
3. Hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis.
4. Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling berinteraksi.
5. Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan
fisiologi dari sistem reproduksi (seksual) , kemampuan organ seks, dan adanya hormonal
serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
6. Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin,
sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang
gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
7. Aspek Sosial Budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang
berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.

2.4. Perkembangan seksual


Perkembangan seksual di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-kanak, masa
pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
1. Masa prenatal dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. Berkembangnya
organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan
adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya
perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini
adalah :
a. Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan
dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak
memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini adalah masalah
menyapih dan makan.
b. Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik
(cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Pada tahap ini anak sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.
2. Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa
ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini
adalah :
a. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada
rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa
erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka
sama ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya. Anak
mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan,
belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran
sesuai dengan jenis kelaminnya.
b. Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi,
mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti
suka berhubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai
berbeda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual
melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi.
3. Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi
kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan
adanya perubahan dalam citra tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap fungsi
tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat
badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita.
Tahap yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun.
Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang
matang terhadap lawan jenis.
4. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai
puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan
hormonal; pada wanita di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan
vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria di
tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial,
sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak,
sehingga terjadi perubahan peran.

5. Masa Dewasa Tua


Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atrofi pada vagina
dan dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada
wanita; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya
intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

2.5. Pola Fungsi Seksual


1. Seksual yang Sehat Meliputi :
a. Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.
b. Bersikap positif terhadap seksual.
c. Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas.
d. Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .
2. Karakteristik Kesehatan Seks :
a. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan,
eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
b. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan
pribadi.
c. Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua individu yang
mempunyai tujuan.
d. Mendapatkan keturunan (reproduksi)
e. Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)
f. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
g. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional
dan cinta
3. Komponen kesehatan seksual :
a. Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif
menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain.
b. Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan dapat
berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya
berhubungan dengan seksualitasnya: Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit,
dan terapi tertentu. Contoh : wanita ---bentuk tubuh dan ukuran payudara, Pria ---
ukuran penis.
c. Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai
laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan
budaya.
d. Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai
kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
4. Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir , telinga, buah
dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal & desire (keinginan).
5. Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan, bau, penglihatan, suara, perasaan,
pikiran, fantasy
6. Organ Seksual Wanita
a. Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus falopii dan ovarium.
b. Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons
veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis (introitus)
7. Organ Seksual Laki-Laki
a. Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.
b. Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat,
vesikula seminalis dan kelenjar Cowper.

2.6. Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa.


Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di
masyarakat antara lain :
1. Pedofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak di
bawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti
shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.
2. Eksibisionisme.kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di
depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak
di kenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual.
3. Fetisisme. Kepuasan seksual; di capai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu
tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan antara lain
karena eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
4. Transvestisme. Kepuasan seksual di capai dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan
pakaian dalam wanita.
5. Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang
terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
6. Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain
atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
7. Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu
secara fisik atau psikologis.
8. Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan
menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal
tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah.
9. Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang di tandai dengan
ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai
melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama.
10. Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek binatang.
11. Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.
12. Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek mayat.
13. Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek feses.
14. Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek urine yang diminum.
15. Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin wanita.
16. Felaksio. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-
laki.
17. Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual di capai dengan cara menggosokan penis
pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
18. Goronto. Kepuasan seksual di capai melalui hubungan dengan lansia.
19. Frottage. Kepuasan seksual di capai dengan cara meraba orang yang di senangi tanpa di
ketahui lawan jenis.
20. Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual (Maramis WF, 2004).

2.7. Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal


Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi seksual
atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan
seksual abnormal antara lain :
a. Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat
impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa
adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat berlaku pada laki-laki maupun
perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi
dalam seks, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita,
kejadian ini dapat di sebabkan karena factor ekonomi, adanya diorganisasi
kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang abnormal.
b. Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami
istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-
laki lain setelah adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada
pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk
memuaskan seks secara sesaat.
c. Frigiditas. Merupakan ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau
orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau
ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu
menghayati orgasme pada koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang
menyebabkan frigiditas adalah kelainan pada rahim atau vagina, adanya hubungan
yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
d. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama
atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau
ketakutan, pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
e. Ejakulasi premature. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan
sperma yang terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang
senggama atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah
ini umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kagagalan dalam
membangun hubungan suami istri.
f. Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan
atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat
kuat sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh
kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
g. Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam
melakukan senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat
terjadi pada saat sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
h. Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama,
biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami
puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor
organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina
yang longgar.
i. Kesukaran koitus pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan
koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan,
adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.

2.8. Siklus respon seksual


Siklus respon seksual terdiri atas beberapa tahap berikut :
a. Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai
dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi
atau menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran
buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada
penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.
b. Tahap kestabilan. Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris,
adanya lendir yang banyak dari vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan
uterus, serta meningkatnya otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan
meningkatnya ukuran gland penis dan tekanan otot pernafasan.
c. Tahap orgasme (puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai
adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan
otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki
ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan
meningkatnya denyut nadi.
d. Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual,
pada wanita ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-
angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot
kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut
pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.

2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual.


a. Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis
b. Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
c. Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
d. Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara
seksual.
e. Hospitalisasi :
i. Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
ii. Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual
melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
iii. Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan
perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.

1. Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas


a. Penganiayaan seksual :
ii. Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan,
pedofilia, pornografi anak
iii. Efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi seksual.
Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan
cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
iv. Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap
masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi
peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka melakukan
tindak kekerasan.
v. Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku
penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang.
b. Aborsi :
i.Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang
berhubungan seks sebelum nikah.
ii.Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
iii.Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka
c. Penyakit menular seksual (PMS) :
i.Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
ii.PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama
kontak seksual yang intim. --- Tempat penularannya biasanya genital,
tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital.
iii.Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis --- disebabkan oleh bakteri
iv.Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus
2. Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual Seseorang
a. Nyeri kronis
b. Diabetes melitus
c. Penyakit kardio vaskular
d. Penyakit-penyakit sendi
e. Pembedahan/ body image
f. Gangguan mental
g. Penyakit menular seksual
h. Obat-obatan

3. Masalah keperawatan Pada Seksualitas.


Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan
perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisis seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan kesehatan seksual, sedangkan kesehatan
sendiri adalah integrasi dari aspek somatic, emosional, intelektual, dan social dari keberadaan
seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi seksual
adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko mengalami perubahan fungsi seksual
yang negative, yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.

4. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual


A. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat seksual
Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
i. Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion,
dll)
ii. Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual
(peny.jantung, DM, dll)
b. Pengkajian seksual mencakup :
i. Riwayat Kesehatan seksual
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
2. Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung – pertanyaan isyarat
c. Pengkajian fisik :
i. Inspeksi dan palpasi
ii. Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat
PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital,
perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
d. Identifikasi klien yang berisiko
i. Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah
melahirkan, abnormalitas anatomi genital
1. Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
2. Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar
(masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
3. Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
4. Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
5. Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
a. Ketakutan tentang kehamilan
b. Efek antihipertensi
c. Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
a. Cedera medulla spinalis
b. Penyakit kronis
c. Nyeri
d. Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
a. Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
b. Disfungsi seksual
c. Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
a. cedera medulla spinalis
b. penyakit kronis
c. nyeri
d. ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
5. Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
a. Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal)
b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual
b. Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
c. Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

C. Perencanaan Keperawatan.
a. Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien, mencakup :
1. Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
2. Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
3. Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
5. Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
6. Memperbaiki konsep seksual diri

D. Implementasi
1. Promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
2. Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi
dan kenyamanan klien.
3. Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan ---
pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien
usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari
satu.
4. Rujukan mungkin diperlukan

E. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat
seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan
klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan
faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan
kenyamanan atau kekuatiran.
b. Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka
waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga
terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Pada saat ini perilaku seksual
telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks
sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai
gaya hidup yang nihil moralitas.

3.2 Saran
Perawat sebagai role model maka :
1. Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui cara perawat
bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.
2. Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat / meningkatkan diskusi.
3. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon seksual, ekspresi seksual
dapat membantu pengkajian yang efektif.
4. Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Patricia A.Potter,
Anne Griffin Perry; Edisi 4 Volume 1, Jakarta : EGC 2005
Kebutuhan Dasar Manusia, Alimul, Aziz. Buku 1, Salemba Medika, Jakarta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai