Pada master slinder rem tipe tunggal hanya terdapat satu piston didalamnya, dan satu
piston tersebut digunakan untuk menekan cairan rem pada semua roda (keempat roda).
Namun pada master silinder tipe tandem, didalamnya terdapat dua piston, satu piston
untuk menekan cairan rem ke roda depan dan satu piston lainnya digunakan untuk
menekan cairan rem ke roda belakang.
Tenaga fluida adalah istilah yang mencakup pembangkitan, kendali dan aplikasi dari fluida
bertekanan yang digunakan untuk memberikan gerak. Berdasarkan fluida yang digunakan tenaga
fluida dibagi menjadi pneumatik, yang menggunakan udara, serta hidrolik, yang menggunakan
cairan.
Dasar dari aktuator tenaga fluida adalah bahwa fluida mempunyai tekanan yang sama ke segala
arah. Dalam sistem kontrol pneumatik, aktuator berupa batang piston mendapat tekanan udara
dari katup masuk, yang kemudian memberikan gaya
Jadi, berdasarkan gambar , kita dapat melihat prinsip kerja sistem kontrol pneumatik, yaitu
tekanan udara sebagai penyebab adanya gerakan.
Udara sebagai fluida kerja pada sistem kontrol pneumatik memiliki karakteristik khusus,
antara lain :
Jumlahnya tak terbatas
Mencari tekanan yang lebih rendah
Dapat dimampatkan
Memberi tekanan yang sama rata ke segala arah
Tidak mempunyai bentuk (menyesuaikan dengan tempatnya)
Mengandung kadar air
Pada sistem kontrol pneumatik terdapat beberapa komponen utama, yaitu
Sistem pembangkitan udara terkompresi yang mencakup kompresor, cooler, dryer, tanki
penyimpan unit pengolah udara berupa filter, regulator tekanan, dan lubrifier (pemercik oli) yang
lebih dikenal sebagai Air Service Unit
Katup sebagai pengatur arah, tekanan, dan aliran fluida
Aktuator yang mengkonversikan energi fluida menjadi energi mekanik
Sistem perpipaan
Sensor dan transduser
Sistem kendali dan display
Gambar 2 di bawah ini menunjukkan suatu sistem kontrol pneumatik yang disederhanakan. Untuk
mengendalikan katup diperlukan suatu kontroler. Kontroler ini dapat berupa rangkaian pneumatik
ataupun rangkaian elektrik. Sistem kontrol pneumatik menggunakan rangkaian kontroler elektrik
disebut sebagai sistem elektro-pneumatik.
Gambar 3 menunjukkan rangkaian pengendali silinder kerja tunggal menggunakan katup, yaitu
katup 3/2 dengan pegas. Pada saat katup tidak aktif, ruang dalam silinder terhubung dengan
atmosfer, sehingga karena adanya gaya pegas silinder dalam keadaan mundur seperti ditunjukkan
pada Gambar 3(a). Jika katup diaktifkan maka udara bertekanan akan masuk ke silinder dan
menghasilkan gaya tekan yang mengatasi gaya pegas sehingga silinder akan bergerak maju
seperti terlihat pada Gambar 3(a).
Saat ini dalam penggunaannya pneumatik banyak dikombinasikan dengan sistem elektrik.
Rangkaian elektrik berupa saklar, solenoid, dan limit switch digunakan sebagai penyusun sistem
kendali katup. Untuk aplikasi yang cukup rumit digunakan PLC (Programmable Logic
Controller) yaitu kontroler berdasarkan logika yang dapat diprogram.
Berfungsi mengolah data dari sensor roda dan mengendalikan tekanan minyak
rem pada silinder roda melalui actuator, fungsi fail safe mengembalikan system
pengereman bila terjadi kegagalan pada system ABS, fungsi self diagnostic
mengdiagnosa kegagalan sistem. Pengaturan ini diatur oleh pomoa motor yang
berputar mengatur besar-kecilnya tekanan fluida yang dibutuhkan.
Salah satu komponen pada sistem rem tromol hidrolik adalah silinder roda
(wheel cylinder). Silinder roda terletak di roda dan menempel pada backing
plate.
Fungsi dari silinder roda pada sistem rem tromol hidrolik adalah sebagai
penerima tekanan hidrolik dari master silinder yang nantinya tekanan
hidrolik ini akan diteruskan oleh silinder roda untuk menekan kanvas rem
agar terjadi proses pengereman.
Pada silinder roda juga dilengkapi dengan baut bleeding yang dapat
berfungsi sebagai tempat membuang angin pada sistem rem.
Silinder roda pada sistem rem tromol hidrolik terdapat dua tipe yaitu silinder
roda dengan satu piston untuk mendorong sepatu rem dan silinder roda
dengan dua piston untuk mendorong sepatu rem. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini :
Di dalam satu tromol biasanya terdapat satu atau dua buah silinder roda,
jumlah silinder roda ini tergantung dari tipe-tipe rem tromol yang digunakan
pada kendaraan.
Untuk memastikan apakah benar ada salah satu kabel sensor yang putus, kalian bisa
mengeceknya sendiri dengan melihat kebawah kolong mobil, di setiap poros as roda biasanya
terdapat sebuah kabel kecil ( kabel sensor ABS ), coba perhatikan apakah ada kabel yang putus
ataukah tidak. Bila iya kalian bisa mencoba menyambungnya sendiri atau langsung membawa
kendaraan kalian ke bengkel resmi untuk dilakukan perbaikan.
Untuk mengatasi hal ini caranya sama, kalian tinggal melongok bagian bawah mobil tepatnya
pada bagian as roda, bandingkan antara yang kiri dan yang kanan, apakah ada perbedaan
ataukah tidak. Bila kalian kurang begitu paham juga, bisa meminta tolong orang yang paham
atau bisa langsung membawa mobil kesayangan ke bengkel servis resmi terdekat.
Keterangan :
1. Differential
2. Ring gear
3. Dudukan poros penggerak
4. Drive pinion atau roda gigi pinion
5. Axle shaft atau poros axle
6. Flens roda
Poros penggerak axle atau axle shaft dibagi menjadi tiga berdasarkan
sistem penopangnya, yaitu tipe half floating (setengah bebas memikul), tipe
three quarter floating (3/4 bebas memikul) dan tipe full floating (bebas
memikul).
Pada tipe tipe three quarter floating (3/4 bebas memikul) ini, bantalan
dipasangkan diantara axle housing (rumah axle) dengan wheel hub dan
poros axle (axle shaft) secara tidak langsung memikul beban kendaraan
yaitu poros axle akan menahan ¼ beban dan 2/4 beban lainnya akan
ditahan oleh axle housing (rumah axle). Tipe three quarter floating (3/4
bebas memikul) biasanya digunakan untuk kendaraan truk ringan.
Keuntungan konstruksi tipe three quarter floating (3/4 bebas memikul) ini
antara lain :
Berat kendaraan tidak semuanya ditopang oleh poros axle (axle shaft)
sehingga poros axle tidak mudah bengkok
Jika seandainya saja poros axle ini patah, maka beban masih ditahan
oleh bantalan.
Kerugian konstruksi tipe three quarter floating (3/4 bebas memikul) ini
antara lain :
Tetap akan berkemungkinan terjadi kebengkokan karena akibat
adanya gaya kesamping oleh roda.
Pada tipe full floating (bebas memikul) ini, wheel hub terpasang pada axle
melalui 2 bantalan, sehingga beban seluruhnya akan ditopang oleh axle
housing dan poros axle tidak akan memikul beban. Poros axle pada tipe ini
hanya berfungsi untuk meneruskan putaran ke roda.
Keuntungan konstruksi tipe full floating (bebas memikul ini, antara lain :
Beban seluruh kendaraan akan ditopang oleh rumah axle sehingga
poros axle tidak akan bengkok.
Gaya kesamping roda juga tidak akan diteruskan ke poros axle.
Faktor dari sisi keamanan lebih baik.
Kerugian konstruksi tipe full floating (bebas memikul ini, antara lain :
Biaya untuk pembuatannya lebih mahal.