Dosen Pembimbing:
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan paper Evidence Based Nursing dengan judul
“Penerapan Terapi Musik Gamelan Laras Slendro Dalam Penurunan Depresi
Lansia”. Paper ini dibuat dengan menggunakan literature review dari beberapa teori
dan jurnal penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
praktik keperawatan khususnya dalam pengurangan depresi.
Eva Kurniasari
A. LATAR BELAKANG
B. PERMASALAHAN
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan rancangan terapi musik gamelan laras slendro ini dapat
diterapkan sebagai salah satu metode yang bermanfaat bagi lansia
dalam penurunan depresi lansia dan tidak menimbulkan efek
samping karena ini bersifat non farmakologis.
b. Diharapkan rancangan ini menjadi salah satu bentuk sosialisasi
yang bermanfaat untuk perawat dan lansia yang berada di Panti
Sosial.
c. Diharapkan pembimbing di Panti Sosial mampu menerapkan
Eviden Based Nursing dengan metode terapi musik gamelan laras
slendro.
d. Dengan diterapkan metode terapi musik gamelan laras slendro
dapat menjadi salah satu alternatif dalam menurunkan tingkat
depresi.
D. TELAAH KRITIS HASIL PENELITIAN/LITERATURE REVIEW
1. Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Secara umum depresi biasanya ditekankan bahwa “depresi
klinis” secara kualitatif berbeda dari bentuk-bentuk kesedihan dan
duka biasa yang resisten terhadap model-model hiburan biasa, dan
pada puncaknya melemahkan efek yang diberikannya pada
penderita. Putus asa, merasa hidup tak berarti, pikiran- pikiran ingin
bunuh diri dan semacamnya merupakan ciri-ciri utamanya. Dua
kategori utama biasanya dapat diidentifikasi. Pertama “depresi
endogenus” adalah yang paling problematis karena tampaknya
istilah ini merupakan sikap personality (kepribadian) yang terus
bertahan dan episode-episode depresif penderita tidak terkait dengan
peristiwa-peristiwa eksternal. “Depresi eksogenus” dapat
diatribusikan pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman yang sangat
negatif yang dapat diidentifikasi. Peristiwa-peristiwa duka dan
traumatis post-traumatic stress disorder apabila tak teratasi, jelas
merupakan sumber depresi eksogenus.
Di Indonesia sendiri ada pengamatan waktu ke waktu kasus-
kasus gangguan jiwa yang tergolong depresi semakin bertambah.
Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang
berobat di pusat pelyanan kesehatan jiwa dan juga ke dokter
(psikiater). Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan atau
depresi dapat juga dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarma (obat
anti depresi) yang diresepkan oleh para dokter.
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama
dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi
produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi
suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun.
Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita.
Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri dan tindakan ini
menduduki urutan ke 6 dari penyebab kematian utama di Amerika
Serikat.
Depresi pada lansia sering ditunjukkan dalam bentuk pikiran
agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Adapun faktor
pencetus depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologik,
psikologik, stess kronis, pengguna obat. Dari faktor tersebut adalah
penyebab depresi pada lansia seperti: faktor biologis adalah
penurunan fungsi fisik, dampak sakit, pengaruh hormontal, depresi
penurunan berat drastis, psikologi adalah masalah ekstensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga dan masalah sosial adalah konflik
individual, kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska
bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari (Kaplan & Saddock,
2008).
Depresi merupakan salah satu problem gangguan mental
yang sering ditemukan pada lanjut usia. Dari faktor-faktor depresi
pada lanjut usia tersebut, depresi dapat dikontrol dengan cara terapi
modalitas yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia seperti: Psikodrama , terapi aktivitas
kelompok (TAK) dan mengubah prilaku, terapi musik , terapi
berkebun, terapi dengan binatang, terapi okupasi dan terapi kognitif
(Setyoadi, 2011).
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala depresi yang tetap sama selama rentang
kehidupan dapat menjadi 3 kelompok utama sering disebut triad
depresif. Meskipun gejala-gejala depresi pada lansia sama dengan
yang ditunjukkan pada orang yang lebih muda dengan gangguan
depresi, tetapi lansia lebih dari kelompok lainnya. Tidak dapat
secara tepat dimasukkan ke dalam katergori-kategori psikiatrik.
Pada banyak kasus diagnosis diferensial dari depresi pada lansia
bersifat kompleks dan sulit. Sebagai contoh pemberian pelayanan
kesehatan psikiatrik harus membedakan antara episode depresif
utama (tunggal, kambuhan/bipolar) dan di diagnosis lain yang
memanifestasikan gambaran depresif yang banayak ditemukan di
lansia. Kehilangan gangguan penyesuaian dengan alam perasaan
terdepresi dan kondisi-kondisi lain yang sering berhubungan.
3. Terapi Musik
Word Music Therapy Federation mengemukakan definisi
terapi musik yang lebih menyeluruh yaitu terapi musik adalah
penggunaan musik dan atau elemen musik oleh seseorang terapis
musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau
kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan
relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas,
mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai tujuan
terapi lainnya. Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosi, mental, sosial, maupun kognitif dalam rangka upaya
pencegahan, rehabilitasi, atau pemberian perlakuan. Bertujuan
mengembangkan potensi dan atau memperbaiki individu, baik
melalui penataan diri sendiri maupun dalam relasinya dengan orang
lain, agar ia dapat mencapai keberhasilan dan kualitas hidup yang
lebih baik (Djohan, 2006).
Unsur-unsur musik yakni irama, nada dan intensitasnya
masuk ke kanalis auditorius telinga luar yang di salurkan ke tulang-
tulang pendengaran. Musik klasik mampu mengaktifkan memori
yang tersimpan di limbik dan mempengaruhi system syaraf otonom
melalui neurotransmitter yang akan mempengaruhi hypothalamus
lalu ke hipofisis. Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofisis
mampu memberikan tanggapan terhadap emosional melalui
feedback negative ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran
hormon stress. Masalah mental berkurang seperti stres berkurang,
ketenangan dan menjadi rileks (Nicholas & Humenick, 2002).
Berbagai jenis musik dapat digunakan untuk terapi musik
selama pasien mengenal dan menyukai jenis musik tersebut.
Sedangkan di Indonesia, khususnya suku Jawa memiliki musik
tradisional yaitu gamelan. Gamelan menurut Bodman dan
DeArment pada tahun 2009 dalam penelitian Suhartini (2011),
dikarakteristikkan sebagai musik yang memiliki harmoni yang
lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah.
Musik gamelan jawa adalah musik yang dihasilkan dari
seperangkat instrumen yang sering disebut sebagai istilah karawitan.
Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis
Bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan
jawa juga mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai–
nilai sosial, moral dan spiritual.
Gamelan Jawa sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua
laras (tangga nada / titi nada), yaitu Slendro dan Pelog. Menurut
mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya daripada
Gamelan Pelog. Slendro (alunan musik lembut, penuh kewibawaan,
ketenangan dan ditujukan untuk usia tua) memiliki 5 (lima) nada per
oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 (C- D E+ G A) dengan interval yangsama atau
kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil. Pelog (gerak-
gerak lagu begitu bergariah dan ditujukan untuk usia muda)
memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F#
G# A B) dengan perbedaan interval yang besar. (Purwadi, 2006).
Kesimpulan:
2. Rencana Penerapan
Dari beberapa telaah kritis hasil penelitian didapatkan hasil terapi
musik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. Tetapi musik
yang digunakan kebanyakan musik klasik, sedangkan musik gamelan
belum banyak penelitiannya dan belum banyak diterapkan. Oleh
sebab itu penerapan musik gamelan dapat diterapkan untuk lansia di
Panti Sosial maupun dirumah, karena terapi ini tidak menimbulkan
efek samping dan mudah dilakukan. Berikut ini adalah cara atau SOP
terapi musik untuk mengurangi tingkat depresi.
3. Tahapan intervensi
a. Rencana Sosialisasi
1) Pengenalan mengenai terapi musik gamelan laras slendro
dalam menurunkan tingkat depresi pada lansia kepada
kepala Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta.
2) Pengenalan pada perawat mengenai terapi musik gamelan
laras slendro dalam mengatasi masalah depresi pada
lansia.
3) Melakukan uji coba penerapan di panti sosial keefektifan
penggunaan terapi musik gamelan laras slendro dalam
mengatasi masalah depresi pada lansia.
4) Monitor pelaksanaan penerapan terapi musik gamelan
laras slendro
5) Melakukan evaluasi hasil penerapan terapi musik
gamelan laras slendro dalam mengatasi masalah depresi
pada lansia. Efektif atau tidak dalam mengatasi depresi
pada lansia.
b. Rencana Pelaksanaan
Penerapan terapi musik gamelan laras slendro ini akan dilakukan
di Panti Sosial Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta dengan
sasaran lansia yang mengalami depresi. Untuk dapat menerapkan
metode ini akan mengajukan proposal EBN yang sudah disetujui
oleh dosen pembimbing kepada ADAK untuk meminta surat
pengantar, surat tersebut ditujukan kepada Kepala Panti Sosial.
Dengan tujuan untuk menerapkan terapi musik gamelan laras
slendro untuk mengurangi tingkat depresi lansia.
Setelah disetujui mahasiswa akan melakukan praktik EBN di
Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta. Mahasiswa akan
memilih responden yang sesuai, dan akan melakukan penerapan
terapi musik gamelan. Aplikasi penerapan ini dilakukan setelah
lansia di ukur tingkat depresinya dengan SDG. Terapi musik
gamelan berdurasi ± 20 menit dengan cara klien berada di tempat
yang nyaman dan terbebas dari stimulasi eksternal seperti cahaya,
suara, pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan
musik. Alat yang digunakan harus didekatkan kepada klien.
Setelah 20 menit klien mendengarkan musik gamelan, klien di
ukur kembali tingkat depresinya menggunakan SDG. Tindakan
ini dilakukan ± 3 kali dalam seminggu selama sebulan.
c. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan terapi musik gamelan mahasiswa
akan melakukan evaluasi seperti, melakukan terapi musik selama
3 kali seminggu dalam sebulan, dan setelah 1 bulan mahasiswa
akan menguji tingkat depresi lansia kembali untuk mengevaluasi
apakah metode tersebut dilakukan. Dan menilai keefektifan terapi
tersebut dengan pembagian kuesioner GDS.
4. Kemungkinan hambatan dan pemecahan masalah
a. Hambatan
1) Untuk lansia yang menderita depresi tetapi tidak suka dengan
musik gamelan.
2) Untuk lansia yang lebih memilih minum obat atau tidak mau
melakukan terapi apapun.
b. Pemecahan masalah
1) Melakukan pendekatan dan BHSP kepada lansia yang
mengalami depresi
2) Melakukan pengukuran skor depresi lansia pre dan post
intervensi menggunakan Skala Depresi Geriatrik (SDG)
3) Melakukan penerapan terapi musik gamelan laras slendro
kepada lansia yang menderita depresi
5. Hasil yang diharapkan
a. Lansia yang mengalami depresi dapat menerapkan terapi musik
gamelan laras slendro untuk mengurangi tingkat depresi yang
dialami.
b. Terapi musik gamelan ini dapat diterapkan untuk lansia di panti
sosial maupun lansia yang berada di rumah yang mengalami
depresi.
6. Saran
a. Bagi Lansia
1) Saran untuk lansia supaya tidak sering menyendiri,
melakukan aktifitas yang disenangi dan terbuka untuk
menceritakan apapun yang dirasakan kepada Perawat yang
berjaga di Panti Sosial agar tidak meningkatkan skor
depresi.
2) Lansia yang memang sudah nyaman dan mau menerapkan
intervensi terapi musik gamelan dapat melakukan terapi
tersebut secara mandiri.
b. Bagi Panti Sosial
1) Panti sosial dapat memfasilitasi adanya alat
(mp3,tape,dvd) yang dapat digunakan untuk
mendengarkan musik gamelan lansia.
c. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa mampu menjadi fasilitator serta pemberi
informasi mengenai penerapan terapi musik.
2) Mahasiswa mampu memperbaiki dan mengembangkan
metode/intervensi yang sudah ada dengan
metode/intervensi yang lebih efektif.
G. DESAIN PUBLIKASI
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D., Ns, S. K., Trisyani, M., Magister, M., Unpad, K., Magister, D.,
& Unpad, K. (n.d.). TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT DEPRESI : LITARATURE REVIEW.
Hawari, Dadang. 2001. Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta. Balai Penerbit:
Fakultas Kedokteran UI
Marzuki, M. B., Studi, P., Keperawatan, I., Ngudi, S., & Ungaran, W.
(2005). Pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat depresi pada lansia di
unit rehabilitasi sosial wening wardoyo kecamatan ungaran kabupaten
semarang, 1–11.
Unit, W., & Luhur, B. (n.d.). DEPRESI PADA LANSIA DI PSTW ( PANTI
SOSIAL TRESNA, 44–49.