Anda di halaman 1dari 25

EVIDEN BASED NURSING

PENERAPAN TERAPI MUSIK GAMELAN LARAS SLENDRO DALAM


PENURUNAN DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA
YOGYAKARTA

Dosen Pembimbing:

Suyanta, S.Pd, S.Kep., MA

Eva Kurniasari P1337420714019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan paper Evidence Based Nursing dengan judul
“Penerapan Terapi Musik Gamelan Laras Slendro Dalam Penurunan Depresi
Lansia”. Paper ini dibuat dengan menggunakan literature review dari beberapa teori
dan jurnal penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
praktik keperawatan khususnya dalam pengurangan depresi.

Harapan saya semoga paper ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga nantinya terapi music gamelan laras
slendro dapat diterapkan oleh masyarakat dan dijadikan sebagai metode untuk
mengurangi depresi. Paper ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki kurang. Oleh karena itu saya harapkan kapada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan paper ini.

Magelang, November 2017

Eva Kurniasari
A. LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk lansia di Indonesia setiap tahun terus meningkat.


Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut
usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah lanjut usia di Indonesia cenderung
meningkat, pada tahun 2000 jumlah lanjut usia sebanyak 14.439.967 jiwa
(7,18%), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa
(9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai
28.822.879 jiwa (11,34%) (Ditjen Kesmas Depkes RI, 2011).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia adalah


kelompok orang yang berumur 60 sampai dengan 74 tahun. Lansia tahap
akhir dari siklus hidup manusia yang tidak dapat dihindari dan akan dialami
oleh setiap orang yang berusia panjang. Pada tahap ini akan terjadi perubahan
struktur dan fungsi seluruh sistem dalam tubuh yang disebut dengan proses
degeneratif. Yang akan menimbulkan terjadinya masalah kesehatan baik
masalah fisik, psikologis, maupun sosial. Masalah fisik yang muncul bisa
berkembang menjadi masalah lain seperti masalah ekonomi, sosial, budaya
dan masalah psikologis. Masalah psikologis yang saat ini sering ditemukan
pada lansia, namun senantiasa terabaikan adalah depresi (Miller, 2004).

Data organisasi kesehatan dunia menyebutkan bahwa pada tahun 2020


diperkirakan depresi akan menjadi penyakit ke 2 di dunia setelah jantung
iskemik. Di Indonesia prevalensi depresi cukup tinggi yaitu 17-27%. Depresi
dapat dikontrol dengan dilakukannya cara terapi modalitas yang merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang dan tidak menimbulkan
efek samping bagi lansia seperti psikodrama, terapi aktivitas kelompok, terapi
musik, terapi berkebun, terapi dengan binatang, terapi okupasi dan terapi
kognitif.
Dari berbagai penelitian penanganan depresi yang pernah dilakukan di
Indonesia sangat banyak dan bervariasi. Ada penelitian tentang Pengaruh
Terapi Tertawa Terhadap Depresi yang dilakukan pada bulan Juli sampai
September 2004 di Umbulharjo, Yogyakarta dengan menggunakan desain
quasi eksperimen grup kontrol dan grup eksperimen. Dan hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai depresi yang signifikan.
Ada juga penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Okupasional Terhadap
Penurunan Tingkat Depresi Lansia Di PSTW Budi Luhur Kota Jambi 2014.
Penelitian ini menggunakan design pre-eksperimen dengan rancangan “one
group pretest posttest design”, pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Dalam penelitian ini mendapatkan hasil ada pengaruh terapi okupasional
terhadap responden.

Ada beberapa penelitian yang menggunakan terapi musik untuk


mengurangi tingkat depresi pada lansia dan hasil dari penelitian tersebut ada
pengaruhnya. Dari beberapa penelitian tersebut masih menggunakan musik
secara umum tidak menspesifikasikan jenis musik yang digunakan.
Sedangkan jenis musik itu berbagai macam, tetapi ada yang melakukan
penelitian dengan menggunakan musik klasik untuk penurunan depresi lansia
pada tahun 2014 di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dengan desain
penelitian eksperimen pre test - post test control grup design. Dan hasil dari
penelitian ini ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat depresi lansia. Di Semarang juga pernah dilakukan
penelitian pengaruh intervensi musik gamelan terhadap depresi lansia pada
tahun 2012. Musik gamelan yang digunakan menggunakan nada pelog.
Dengan menggunakan quasi eksperiment design dengan rancangan pretest-
posttest one group design. Jumlah responden 27 lansia dan berlangsung pada
tanggal 1-3 Oktober 2012. Dan hasil dari penelitian ini ada pengaruh
intervensi musik gamelan terhadap depresi lansia.
Dari uraian di atas penerapan mendengarkan musik bisa digunakan
untuk terapi depresi lansia. Tetapi terapi tersebut belum banyak diterapkan di
wilayah Magelang, untuk itu perlunya penerapan terapi musik gamelan laras
slendro untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia.

B. PERMASALAHAN

Bagaimana rancangan terapi musik gamelan laras slendro ini diterapkan


pada lansia untuk mengurangi tingkat depresi?

C. TUJUAN PENERAPAN EVIDEN BASED NURSING


1. Tujuan Umum

Diharapkan rancangan terapi musik gamelan laras slendro ini


dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat depresi lansia yang tinggal
di Panti Sosial maupun di Rumah.

2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan rancangan terapi musik gamelan laras slendro ini dapat
diterapkan sebagai salah satu metode yang bermanfaat bagi lansia
dalam penurunan depresi lansia dan tidak menimbulkan efek
samping karena ini bersifat non farmakologis.
b. Diharapkan rancangan ini menjadi salah satu bentuk sosialisasi
yang bermanfaat untuk perawat dan lansia yang berada di Panti
Sosial.
c. Diharapkan pembimbing di Panti Sosial mampu menerapkan
Eviden Based Nursing dengan metode terapi musik gamelan laras
slendro.
d. Dengan diterapkan metode terapi musik gamelan laras slendro
dapat menjadi salah satu alternatif dalam menurunkan tingkat
depresi.
D. TELAAH KRITIS HASIL PENELITIAN/LITERATURE REVIEW

1. Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Secara umum depresi biasanya ditekankan bahwa “depresi
klinis” secara kualitatif berbeda dari bentuk-bentuk kesedihan dan
duka biasa yang resisten terhadap model-model hiburan biasa, dan
pada puncaknya melemahkan efek yang diberikannya pada
penderita. Putus asa, merasa hidup tak berarti, pikiran- pikiran ingin
bunuh diri dan semacamnya merupakan ciri-ciri utamanya. Dua
kategori utama biasanya dapat diidentifikasi. Pertama “depresi
endogenus” adalah yang paling problematis karena tampaknya
istilah ini merupakan sikap personality (kepribadian) yang terus
bertahan dan episode-episode depresif penderita tidak terkait dengan
peristiwa-peristiwa eksternal. “Depresi eksogenus” dapat
diatribusikan pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman yang sangat
negatif yang dapat diidentifikasi. Peristiwa-peristiwa duka dan
traumatis post-traumatic stress disorder apabila tak teratasi, jelas
merupakan sumber depresi eksogenus.
Di Indonesia sendiri ada pengamatan waktu ke waktu kasus-
kasus gangguan jiwa yang tergolong depresi semakin bertambah.
Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang
berobat di pusat pelyanan kesehatan jiwa dan juga ke dokter
(psikiater). Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan atau
depresi dapat juga dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarma (obat
anti depresi) yang diresepkan oleh para dokter.
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama
dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi
produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi
suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun.
Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita.
Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri dan tindakan ini
menduduki urutan ke 6 dari penyebab kematian utama di Amerika
Serikat.
Depresi pada lansia sering ditunjukkan dalam bentuk pikiran
agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Adapun faktor
pencetus depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologik,
psikologik, stess kronis, pengguna obat. Dari faktor tersebut adalah
penyebab depresi pada lansia seperti: faktor biologis adalah
penurunan fungsi fisik, dampak sakit, pengaruh hormontal, depresi
penurunan berat drastis, psikologi adalah masalah ekstensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga dan masalah sosial adalah konflik
individual, kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska
bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari (Kaplan & Saddock,
2008).
Depresi merupakan salah satu problem gangguan mental
yang sering ditemukan pada lanjut usia. Dari faktor-faktor depresi
pada lanjut usia tersebut, depresi dapat dikontrol dengan cara terapi
modalitas yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia seperti: Psikodrama , terapi aktivitas
kelompok (TAK) dan mengubah prilaku, terapi musik , terapi
berkebun, terapi dengan binatang, terapi okupasi dan terapi kognitif
(Setyoadi, 2011).

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala depresi yang tetap sama selama rentang
kehidupan dapat menjadi 3 kelompok utama sering disebut triad
depresif. Meskipun gejala-gejala depresi pada lansia sama dengan
yang ditunjukkan pada orang yang lebih muda dengan gangguan
depresi, tetapi lansia lebih dari kelompok lainnya. Tidak dapat
secara tepat dimasukkan ke dalam katergori-kategori psikiatrik.
Pada banyak kasus diagnosis diferensial dari depresi pada lansia
bersifat kompleks dan sulit. Sebagai contoh pemberian pelayanan
kesehatan psikiatrik harus membedakan antara episode depresif
utama (tunggal, kambuhan/bipolar) dan di diagnosis lain yang
memanifestasikan gambaran depresif yang banayak ditemukan di
lansia. Kehilangan gangguan penyesuaian dengan alam perasaan
terdepresi dan kondisi-kondisi lain yang sering berhubungan.

Gejala Klinis Depresi adalah:


a. Afek distorik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup
menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya
b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
c. Nafsu makan menurun
d. Berat badan menurun
e. Konsentrasi dan daya ingat menurun
f. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau
sebaliknya hipersomnia. Gangguan ini disertai dengan
mimpibyang tidak menyenangkan.
g. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh, gelisah atau
lemah tak berdaya
h. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi
melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas
menurun
i. Gangguan seksual (libido menurun)
j. Pikiran-pikitan tentang kematian, bunuh diri
Ciri Kepribadian Depresif :
a. Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk merasa
bahagia
b. Pesimis menghadapi masa depan
c. Memandang diri rendah
d. Mudah merasa bersalah dan berdosa
e. Mudah mengalah
f. Enggan untuk berbicara
g. Mudah merasa haru, sedih dan menangis
h. Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang energik
i. Seringkali mengeluh sakit ini dan itu (keluhan
psikosomatik)
j. Mudah tegang, agitatif, gelisah
k. Serba cemas, khawatir, takut
l. Mudah tersinggung
m. Tidak ada kepercayaan diri
n. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
o. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
p. Suka menarik diri. Pemalu dan pendiam
q. Lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul, pergaulan
amat terbatas
r. Lebih suka menjaga jarak, menghinadari keterlibatan
dengan orang
s. Suka mencela, mengkritik, konvensional
t. Sulit mengambil keputusan
u. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif
v. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan
dorongan/impuls diri
w. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan
x. Lebih senang berdamai untuk menhindari konflik ataupun
konfrontasi.
2. Lansia
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajarai
dan menangani masalah kesehatan pada usia lanjut. Psikiatri
geriatrik atau psikogeriatri adalah psikiatri menangani orang usia
lanjut. Gerontology adalah suatu studi mengenai semua masalah
orang usia lanjut (fisik, mental, financial, teknologi, pembangunan
dan sebagainya), glamur (golongan lanjut usia) atau warga senior,
yaitu orang yang berumur 65 tahun lebih, tetapi ada perhimpunan-
perhimpunan warga senior yang menerima anggota umur 60 tahun,
55 tahun ataupun 50 tahun (Maramis, 2009).
Proses menua merupakan proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik dengan terlihat adanya penurunan fungsi
organ tubuh. Peningkatan usia seseorang akan disertai dengan
berbagai kemunduran baik fisik, psikis dan sosial. Kemunduran
psikologis yang sering dijumpai pada lansia antara lain perasaan
tidak berguna, mudah sedih, insomnia, stres, depresi, anxietas,
dimensia, dan delirium. Hasil survey dari berbagai negara di dunia
diperoleh prevalensi rata- rata depresi pada lansia adalah 13,5 %
dengan perbandingan pria dan wanita 14.1 : 8.5 . Sementara
prevalensi depresi pada lansia yang mengalami perawatan di RS dan
Panti Perawatan sebesar 30 – 45 %.

3. Terapi Musik
Word Music Therapy Federation mengemukakan definisi
terapi musik yang lebih menyeluruh yaitu terapi musik adalah
penggunaan musik dan atau elemen musik oleh seseorang terapis
musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau
kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan
relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas,
mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai tujuan
terapi lainnya. Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosi, mental, sosial, maupun kognitif dalam rangka upaya
pencegahan, rehabilitasi, atau pemberian perlakuan. Bertujuan
mengembangkan potensi dan atau memperbaiki individu, baik
melalui penataan diri sendiri maupun dalam relasinya dengan orang
lain, agar ia dapat mencapai keberhasilan dan kualitas hidup yang
lebih baik (Djohan, 2006).
Unsur-unsur musik yakni irama, nada dan intensitasnya
masuk ke kanalis auditorius telinga luar yang di salurkan ke tulang-
tulang pendengaran. Musik klasik mampu mengaktifkan memori
yang tersimpan di limbik dan mempengaruhi system syaraf otonom
melalui neurotransmitter yang akan mempengaruhi hypothalamus
lalu ke hipofisis. Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofisis
mampu memberikan tanggapan terhadap emosional melalui
feedback negative ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran
hormon stress. Masalah mental berkurang seperti stres berkurang,
ketenangan dan menjadi rileks (Nicholas & Humenick, 2002).
Berbagai jenis musik dapat digunakan untuk terapi musik
selama pasien mengenal dan menyukai jenis musik tersebut.
Sedangkan di Indonesia, khususnya suku Jawa memiliki musik
tradisional yaitu gamelan. Gamelan menurut Bodman dan
DeArment pada tahun 2009 dalam penelitian Suhartini (2011),
dikarakteristikkan sebagai musik yang memiliki harmoni yang
lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah.
Musik gamelan jawa adalah musik yang dihasilkan dari
seperangkat instrumen yang sering disebut sebagai istilah karawitan.
Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis
Bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan
jawa juga mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai–
nilai sosial, moral dan spiritual.
Gamelan Jawa sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua
laras (tangga nada / titi nada), yaitu Slendro dan Pelog. Menurut
mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya daripada
Gamelan Pelog. Slendro (alunan musik lembut, penuh kewibawaan,
ketenangan dan ditujukan untuk usia tua) memiliki 5 (lima) nada per
oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 (C- D E+ G A) dengan interval yangsama atau
kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil. Pelog (gerak-
gerak lagu begitu bergariah dan ditujukan untuk usia muda)
memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F#
G# A B) dengan perbedaan interval yang besar. (Purwadi, 2006).

4. Hubungan terapi musik dengan penurunan depresi lansia :

Musik mempunyai kekuatan untuk mengobati penyakit dan


ketidakmampuan yang dialami oleh tiap orang, karena saat musik
diaplikasikan menjadi terapi, musik dapat meningkatkan,
memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, spiritual, emosional
dari setiap individu. Musik merupakan getaran udara harmonis yang
ditangkap organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita,
serta disampaikan ke susunan saraf pusat. Gelombang suara musik
yang dihantar ke otak berupa energi listrik melalui jaringan syaraf
yang akan membangkitkan gelombang otak yang dibedakan atas
frekwensi alfa, beta, tetha, dan delta. Gelombang alfa
membangkitkan relaksasi, beta terkait dengan aktivitas mental,
gelombang tetha di kaitkan dengan situasi stres, depresi dan upaya
kreativitas. Suara musik yang di dengar dapat mempengaruhi
frekwensi gelombang otak sesuai dengan jenis musik. Musik yang
didengar melalui telinga akan distimulasi ke otak, kemudian di otak,
musik tersebut akan diterjemahkan menurut jenis musik dan target
yang akan distimulasi.
E. HASIL PENELITIAN PENERAPAN TERAPI MUSIK DALAM
PENURUNAN DEPRESI LANSIA

1. Dari hasil penelitian (Putri Endah Rahma, Sulastri, Rohayati, 2013)


dengan judul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi
Pada Lansia (Pada Lansia di UPTD PLSU Tresna Werdha Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Populasi lansia yang mengalami
depresi berjumlah 100 orang, dan sampel berjumlah 33 lansia.
Dengan quasy eksperimental design dengan rancangan penelitian
cross sectional. Nilai rata-rata skore tingkat depresi pada lansia
sebelum terapi musik sebesar 24,88 yang berarti rata-rata lansia rata
skore tingkat depresi pada lansia setelah terapi musik sebesar 14,03
yang berarti rata-rata lansia mengalami depresi kategori sedang
karena berada diantara rentang 10-20. Hasil uji T test sample
independent didapat p value 0,000 < 0,05 artinya Ho ditolak, ada
pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi pada lansia di UPTD
PLSU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan
2. Penelitian (Sri Eko Purbowinoto, Kartinah) yang berjudul
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Tingkat Depresi Pada
Lansia Di PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA) UNIT BUDI
LUHUR, KASONGAN, BANTUL YOGYAKARTA. Dengan
penelitian eksperimen design dengan rancangan penelitian pre test-
posttest design. Populasi berjumlah 60 dan menentukan sampel
dengan teknik Purposive Sampling, diperoleh jumlah sampel
sebanyak 52 responden. Menggunakan kuesioner depresi lansia.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebelum diberi musik keroncong ada
21 yang menderita depresi ringan (77,8%), depresi sedang 6 orang
(22,2%). Setelah diberikan terapi musik keroncong ada 1 responden
(3,7%) depresi, 12 orang yang mengalami depresi ringan dan 14
orang menjadi normal. Hasil test dengan menggunakan test
wilcoxon rank menunjukkan hasil z=-2,0412 dan p=0,016. Sehingga
dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik keroncong untuk
mengubah nilai depresi di PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA
WREDHA) UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL
YOGYAKARTA.
3. Penelitian (Rita Hadi W) yang berjudul Pengaruh Intervensi Musik
Gamelan Terhadap Depresi Pada Lansia Di Panti Wredha Harapan
Ibu, Semarang. Dengan penelitian kuantitatif dengan jenis quasi
eksperiment design. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pretest-posttest one group design. Penelitian ini dilaksanakan
dengan cara melakukan penilaian terhadap responden dengan
melakukan penilaian GDS. Jumlah responden sebanyak 27 lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi musik
gamelan terhadap depresi lansia di Panti Wredha Harapan Ibu
Semarang dengan nilai p value 0,001.

Kesimpulan:

Hasil telaah kritis dari beberapa penelitian mengenai


penggunaan terapi musik dapat menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian yang signifikan,
untuk itu terapi musik bisa menjadi salah satu terapi non
farmakologis yang dapat dipraktikkan di Panti Sosial maupun di
rumah untuk lansia yang mengalami depresi.
SOP PEMBERIAN TERAPI MUSIK GAMELAN PADA PASIEN
DENGAN DEPRESI LANSIA

Pengertian Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen


musik oleh terapis kepada klien. Terapi musik
adalah materi yang mampu mempengaruhi
kondisi seseorang baik fisik maupaun mental.
Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-
fungsi otak seperi fungsi ingatan, belajar,
mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan
fungsi kesadaran.
Tujuan Memperbaiki kondisi fisik, emosional/psikologis,
dan kesehatan spiritual pasien
Persiapan alat & bahan a. Tape music/radio
b. CD Musik
c. Headset
d. Alat musik yang sesuai
Tahap Pre-Interaksi 1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis
klien (jika ada)
2. Siapkan alat
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat
menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi 5. Beri salam dan panggil nama klien
6. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan
pada klien
Tahap Kerja 7. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
8. Menanyakan keluhan utama klien
9. Jaga privasi klien
10. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
11. Menetapkan perubahan pada perilaku dan atau
fisiologi yang diinginkan seperti
relaksasi,stimulasi, konsentrasi, dan
mengurangi rasa sakit
12. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik
13. Identifikasi pilihan musik klien
14. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi
pengalaman dalam musik
15. Pilih pilihan musik klien
16. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman
17. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya,
suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan musik
18. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan
dengan klien
19. Dukung dengan headphone jika diperlukan
20. Nyalakn musik dan lakukan terapi
21. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu
keras
22. Hindari menghidupkan musik dan
meninggalkannya dalam waktu yang lama
23. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif
seperti memainkan alat musik atau bernyanyi
jika diinginkan dan memungkinkan
24. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik
25. Identifikasi pilihan musik klien
Tahap Terminasi 26. Evaluasi hasil kegiatan
27. Simpulkan hasil kegiatan
28. Berikan umpan balik positif
29. Kontrak pertemuan selanjutnya
30. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
31. Rapikan alat
32. Cuci tangan
33. Dokumentasikan
Geriatric Depression Scale
No Pertanyaan
1. Apakah Anda Sebenarnya Puas Tidak
Dengan Kehidupan Anda?
2. Apakah Anda Telah Ya
Meninggalkan Banyak Kegiatan
Dan Minat/Kesenangan Anda ?
3. Apakah Anda Merasa Kehidupan Ya
Anda Kosong?
4. Apakah Anda Sering Merasa Ya
Bosan?
5. Apakah Anada Mempunyai Tidak
Semangat Yang Baik Setiap Saat?
6. Apakah Anda Merasa Takut Ya
Sesuatu Yang Buruk Akan Terjadi
Pada Anda?
7. Apakah Anda Merasa Bahagia Tidak
Untuk Sebagian Besar Hidup
Anda?
8. Apakah Anda Merasa Sering Ya
Tidak Berdaya?
9. Apakah Anda Lebih Sering Ya
Dirumah Daripada Pergi Keluar
Dan Mengerjakan Sesuatu Hal
Yang Baru?
10. Apakah Anda Merasa Mempunyai Ya
Banyak Masalah Dengan Daya
Ingat Anda Dibandingkan
Kebanyakan Orang ?
11. Apakah Anda Pikir Bahwa Tidak
Kehidupan Anda Sekarang
Menyenangkan?
12. Apakah Anda Merasa Tidak Ya
Berharga Seperti Perasaan Anda
Saat Ini?
13. Apakah Anda Merasa Penuh Tidak
Semangat?
14. Apakah Anda Merasa Bahwa Ya
Keadaan Anda Tidak Ada
Harapan?
15. Apakah Anda Pikir Bahwa Orang Ya
Lain, Lebih Baik Keadaannya
Daripada Anda?

*) Setiap Jawaban Yang Sesuai Mempunyai Skor “1 “ ( Satu ) :

Skor 5-9 : Kemungkinan Depresi

Skor 10 Atau Lebih : Depresi


F. PRAKTEK EVIDEN BASED NURSING
1. Sasaran

Lansia berusia 55 tahun-75 tahun yang menderita depresi dan tinggal


di Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta.

2. Rencana Penerapan
Dari beberapa telaah kritis hasil penelitian didapatkan hasil terapi
musik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. Tetapi musik
yang digunakan kebanyakan musik klasik, sedangkan musik gamelan
belum banyak penelitiannya dan belum banyak diterapkan. Oleh
sebab itu penerapan musik gamelan dapat diterapkan untuk lansia di
Panti Sosial maupun dirumah, karena terapi ini tidak menimbulkan
efek samping dan mudah dilakukan. Berikut ini adalah cara atau SOP
terapi musik untuk mengurangi tingkat depresi.
3. Tahapan intervensi
a. Rencana Sosialisasi
1) Pengenalan mengenai terapi musik gamelan laras slendro
dalam menurunkan tingkat depresi pada lansia kepada
kepala Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta.
2) Pengenalan pada perawat mengenai terapi musik gamelan
laras slendro dalam mengatasi masalah depresi pada
lansia.
3) Melakukan uji coba penerapan di panti sosial keefektifan
penggunaan terapi musik gamelan laras slendro dalam
mengatasi masalah depresi pada lansia.
4) Monitor pelaksanaan penerapan terapi musik gamelan
laras slendro
5) Melakukan evaluasi hasil penerapan terapi musik
gamelan laras slendro dalam mengatasi masalah depresi
pada lansia. Efektif atau tidak dalam mengatasi depresi
pada lansia.
b. Rencana Pelaksanaan
Penerapan terapi musik gamelan laras slendro ini akan dilakukan
di Panti Sosial Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta dengan
sasaran lansia yang mengalami depresi. Untuk dapat menerapkan
metode ini akan mengajukan proposal EBN yang sudah disetujui
oleh dosen pembimbing kepada ADAK untuk meminta surat
pengantar, surat tersebut ditujukan kepada Kepala Panti Sosial.
Dengan tujuan untuk menerapkan terapi musik gamelan laras
slendro untuk mengurangi tingkat depresi lansia.
Setelah disetujui mahasiswa akan melakukan praktik EBN di
Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta. Mahasiswa akan
memilih responden yang sesuai, dan akan melakukan penerapan
terapi musik gamelan. Aplikasi penerapan ini dilakukan setelah
lansia di ukur tingkat depresinya dengan SDG. Terapi musik
gamelan berdurasi ± 20 menit dengan cara klien berada di tempat
yang nyaman dan terbebas dari stimulasi eksternal seperti cahaya,
suara, pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan
musik. Alat yang digunakan harus didekatkan kepada klien.
Setelah 20 menit klien mendengarkan musik gamelan, klien di
ukur kembali tingkat depresinya menggunakan SDG. Tindakan
ini dilakukan ± 3 kali dalam seminggu selama sebulan.
c. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan terapi musik gamelan mahasiswa
akan melakukan evaluasi seperti, melakukan terapi musik selama
3 kali seminggu dalam sebulan, dan setelah 1 bulan mahasiswa
akan menguji tingkat depresi lansia kembali untuk mengevaluasi
apakah metode tersebut dilakukan. Dan menilai keefektifan terapi
tersebut dengan pembagian kuesioner GDS.
4. Kemungkinan hambatan dan pemecahan masalah
a. Hambatan
1) Untuk lansia yang menderita depresi tetapi tidak suka dengan
musik gamelan.
2) Untuk lansia yang lebih memilih minum obat atau tidak mau
melakukan terapi apapun.
b. Pemecahan masalah
1) Melakukan pendekatan dan BHSP kepada lansia yang
mengalami depresi
2) Melakukan pengukuran skor depresi lansia pre dan post
intervensi menggunakan Skala Depresi Geriatrik (SDG)
3) Melakukan penerapan terapi musik gamelan laras slendro
kepada lansia yang menderita depresi
5. Hasil yang diharapkan
a. Lansia yang mengalami depresi dapat menerapkan terapi musik
gamelan laras slendro untuk mengurangi tingkat depresi yang
dialami.
b. Terapi musik gamelan ini dapat diterapkan untuk lansia di panti
sosial maupun lansia yang berada di rumah yang mengalami
depresi.
6. Saran
a. Bagi Lansia
1) Saran untuk lansia supaya tidak sering menyendiri,
melakukan aktifitas yang disenangi dan terbuka untuk
menceritakan apapun yang dirasakan kepada Perawat yang
berjaga di Panti Sosial agar tidak meningkatkan skor
depresi.
2) Lansia yang memang sudah nyaman dan mau menerapkan
intervensi terapi musik gamelan dapat melakukan terapi
tersebut secara mandiri.
b. Bagi Panti Sosial
1) Panti sosial dapat memfasilitasi adanya alat
(mp3,tape,dvd) yang dapat digunakan untuk
mendengarkan musik gamelan lansia.
c. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa mampu menjadi fasilitator serta pemberi
informasi mengenai penerapan terapi musik.
2) Mahasiswa mampu memperbaiki dan mengembangkan
metode/intervensi yang sudah ada dengan
metode/intervensi yang lebih efektif.

G. DESAIN PUBLIKASI
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D., Ns, S. K., Trisyani, M., Magister, M., Unpad, K., Magister, D.,
& Unpad, K. (n.d.). TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT DEPRESI : LITARATURE REVIEW.

Hawari, Dadang. 2001. Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta. Balai Penerbit:
Fakultas Kedokteran UI

Marzuki, M. B., Studi, P., Keperawatan, I., Ngudi, S., & Ungaran, W.
(2005). Pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat depresi pada lansia di
unit rehabilitasi sosial wening wardoyo kecamatan ungaran kabupaten
semarang, 1–11.

Mulyawati, Y., & Erawati, M. (2012). Kombinasi musik gamelan serta


senam lansia untuk lansia dengan hipertensi, 87–93.

Rahma, P. E. (2013). Pengaruh terapi musik depresi pada lansia terhadap


tingkat, IX(2), 151–157.

Richards, Graham.2010. Psikologi. Yogyakarta: Penerbit BACA

Stanley, Mickey, Patricia Gauntlett Beare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Gerontik Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Unit, W., & Luhur, B. (n.d.). DEPRESI PADA LANSIA DI PSTW ( PANTI
SOSIAL TRESNA, 44–49.

W, R. H. (n.d.). PENGARUH INTERVENSI MUSIK GAMELAN


TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDA HARAPAN
IBU , SEMARANG, 135–140.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Proposal Fix
    Proposal Fix
    Dokumen70 halaman
    Proposal Fix
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Itp 1
    Makalah Itp 1
    Dokumen57 halaman
    Makalah Itp 1
    Bangku Sembilan
    Belum ada peringkat
  • MUSIK KARAWITAN DAN DEPRESI LANSIA
    MUSIK KARAWITAN DAN DEPRESI LANSIA
    Dokumen8 halaman
    MUSIK KARAWITAN DAN DEPRESI LANSIA
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen3 halaman
    Abstrak
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • NIC
    NIC
    Dokumen1 halaman
    NIC
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • 65, 143 Vaginitis
    65, 143 Vaginitis
    Dokumen2 halaman
    65, 143 Vaginitis
    Rafika Triana Putri
    Belum ada peringkat
  • Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Dokumen6 halaman
    Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • NIC
    NIC
    Dokumen1 halaman
    NIC
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Eva EBN
    Eva EBN
    Dokumen22 halaman
    Eva EBN
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Dokumen6 halaman
    Mengkaji Kebijakan Mobil Murah
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Renang Gaya Punggung
    Renang Gaya Punggung
    Dokumen4 halaman
    Renang Gaya Punggung
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • SEJARAH KARAWITAN
    SEJARAH KARAWITAN
    Dokumen2 halaman
    SEJARAH KARAWITAN
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Teknik Merawat Lansia
    Teknik Merawat Lansia
    Dokumen18 halaman
    Teknik Merawat Lansia
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Poster
    Abstrak Poster
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Poster
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Poster
    Abstrak Poster
    Dokumen4 halaman
    Abstrak Poster
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • 43, 124 Ket 1
    43, 124 Ket 1
    Dokumen3 halaman
    43, 124 Ket 1
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Poster
    Abstrak Poster
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Poster
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • CITASI
    CITASI
    Dokumen3 halaman
    CITASI
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Krs smt1 2018-1 P1337420918050
    Krs smt1 2018-1 P1337420918050
    Dokumen1 halaman
    Krs smt1 2018-1 P1337420918050
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Poster
    Abstrak Poster
    Dokumen4 halaman
    Abstrak Poster
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Poster
    Abstrak Poster
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Poster
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Resume 2. Gangguan Pola Tidur
    Resume 2. Gangguan Pola Tidur
    Dokumen3 halaman
    Resume 2. Gangguan Pola Tidur
    Eva Kurniasari
    100% (1)
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Resume Nyeri
    Resume Nyeri
    Dokumen3 halaman
    Resume Nyeri
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Format Fortofolio
    Format Fortofolio
    Dokumen2 halaman
    Format Fortofolio
    Eva Kurniasari
    Belum ada peringkat