KELOMPOK GENAP 1
Saring (073118068)
H. Nandang Hidayat (073118074)
Tiarma Ika Yuliana (073118072)
Aceng Abdul Aziz (073118050)
Nurjanah (073118066)
Afiatin Nisa (073118052)
KELAS 18 KS 2
MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN I
0
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Program Pelatihan dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
1
3. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara Disiplin Kerja dengan
Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara
Program Pelatihan dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan
Lembaga Negeri.
5. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara indicator - indikator
disiplin kerja dengan indikator - indikator Kinerja pada Lembaga Swasta dan
Lembaga Negeri.
6. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara indikator-indikator
Program Pelatihan dengan Indikator-indikator Kinerja pada Lembaga Swasta
dan Lembaga Negeri.
C. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada masing-
masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri?
2. Apakah terdapat hubungan antara Program Pelatihan dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri?
3. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara Disiplin Kerja dengan
Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri?
4. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara Program Pelatihan
dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri?
5. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara indikator- indikator
Disiplin Kerja dengan indikator- indikator Kinerja pada Lembaga Swasta dan
Lembaga Negeri?
6. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara indikator-indikator
Program Pelatihan dengan Indikator-indikator Kinerja pada Lembaga Swasta
dan Lembaga Negeri?
2
D. Kegunaan (Kebaharuan) Penelitian:
1. Kegunaan Secara Teoritik
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah Ilmu
Pengetahuan tentang hubungan indikator antar disiplin kerja, program pelatihan
dan hasil kinerja tenaga pendidik pada lembaga pendidikan.
2. Kegunaan Secara Praktis
Bagi para pendidik atau instruktur penelitian ini diharapkan menjadi bahan
acuan dalam meningkatkan kinerjanya. Sedangkan bagi sekolah atau lembaga
pendidikan, penellitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan
dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara efektif mendukung
pencapaian tujuan program sekolah.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. DESKRIPSI TEORITIK
1. Hakikat Disiplin Kerja
Menurut J.M. Ivancevich (2010: 520-521), Disiplin (Discipline) adalah
upaya mencegah munculnya perilaku negatif, dan menerapkan hukuman bagi
perilaku yang melanggar (undesirable).
Menurut S.P. Robbins (2003: 53), Disiplin adalah upaya-upaya
(ketentuan-ketentuan) yang mengatur tentang perilaku apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh karyawan.
Menurut Jerald Greenberg and Robert A. Baron. (2008: 124-125),
Disiplin adalah ketentuan-ketentuan yang secara sistematik dirancang untuk
menerapkan hukuman (teguran dan sangsi) bagi karyawan yang melakukan
pelanggaran (misal: mangkir, terlambat, pemborosan, dll).
Menurut Gary Dessler (2008: 519-521), Disiplin adalah upaya-upaya
dalam bentuk aturan-aturan yang bertujuan untuk menjamin ketertiban dan
perlindungan keselamatan kerja karyawan
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disintesiskan
bahwa disiplin kerja adalah ketentuan-ketentuan yang secara sistematik
dirancang untuk mengatur dan menerapkan hukuman yang bertujuan untuk
menjamin ketertiban dan perlindungan keselamatan kerja karyawan.
4
mengembangkan kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
dan masa depan organisasi.
Menurut John M. Ivancevich (2010:394-145) Program pelatihan adalah”
proses sistematis mengubah perilaku karyawan ke arah yang akan mencapai
tujuan organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan kerja
saat ini. Ini memiliki orientasi saat ini dan membantu karyawan menguasai
keterampilan khusus, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi sukses”
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa program pelatihan
adalah suatu proses secara sistematis untuk memodifikasi pengetahuan prilaku
dan keterampilan secara khusus melalui pelatihan agar dapat mengembangkan
kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan organisisa agar menjadi
sukses.
3. Hakikat Kinerja
Menurut Stephen P. Robbins and Mary (2012: 492), Kinerja (performance)
adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas, dengan kriteria apakah hasil tersebut
dapat dikatakan efisien dan efektif.
Menurut Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson, (2009:
38-42, 52-57), Kinerja adalah sejumlah perilaku dan kontribusi anggota
organisasi untuk ketercapaian tujuan organisasi. Kinerja tercermin dari hasil
kerja yang ditunjukkan karyawan.
Menurut Richard L. Daft (2010: 8 , 23, 382), Kinerja adalah upaya untuk
mencapai hasil kerja dan tujuan dengan menggunakan sumberdaya dengan cara-
cara yang efektif dan efisien.
Menurut Debra L. Nelson and James Campbell Quick (2006: 191-193),
Kinerja adalah ketercapaian tujuan kerja. Ketercapaian diukur dari hasil kerja
tiap karyawan.
5
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disintesiskan
bahwa kinerja adalah upaya untuk mencapai tujuan dari hasil aktivitas dengan
menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien.
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini adalah
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada
masing- masing lembaga swasta dan lembaga Negeri.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Program Pelatihan dengan Kinerja
pada masing- masing Lembaga swasta dan Lembaga Negeri .
3. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara Disiplin Kerja
dengan Kinerja pada lembaga swasta bandingkan dengan Lembaga Negeri.
4. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara Program
Pelatihan dengan Kinerja pada lembaga swasta bandingkan dengan Lembaga
Negeri.
5. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara indikator-
indikator Disiplin Kerja dengan indikator- indikator Kinerja pada lembaga
swasta dan Lembaga Negeri.
6. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara indikator-
indikator Program Pelatihan dengan indikator- indikator Kinerja pada lembaga
swasta dan Lembaga Negeri.
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8
mempertahankan efisiensi peraturan dengan cara menghasilkan instruktur dan
siswa yang memiliki kinerja dan disiplin yang tinggi.
Efektifitas Konsistensi Peraturan Bimbel Swasta sangat kuat dibanding
Bimbel Negeri (0,814>0,284). Adapun upaya yang dilakukan lembaga adalah
dengan mempertahan kualitas dan kuantitas yang baik sehinggta tetap
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
9
oleh lembaga adalah meningkatkan kehadiran dosen dengan sistem berbasis
IT (finger print) sehingga menciptakan efektivitas kehadiran instruktur
10
Produktivitas Seleksi Peserta Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang kuat
dibanding dengan Bimbel Negeri (0.624>0.224). Upaya yang dilakukan oleh
lembaga adalah mempertahankan peserta instruktur yang berkualitas.
c. Materi Pelatihan (X24)
Kuantitas Materi Pelatihan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang
kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.698>0.097). Upaya yang
dilakukan lembaga adalah menambahkan materi pelatihan dengan cara
memberikan soft copy, menggunakan media e-mail atau in focus dalam
memberikan materi.
Pruduktivitas Materi Pelatihan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
yang kuat dibanding Bimbel Negeri (0.769>0.169). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah mengembangkan materi pelatihan dalam bentuk modul dan
e-book.
d. Evaluasi Pelaksanaan (X25)
Kuantitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
sedang dibanding Bimbel Negeri (0.415>0.315). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah meningkatkan intensitas evaluasi pelaksanaan pelatihan
secara berkala.
Efektivitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
lemah dibanding Bimbel Negeri (0.339<0.438). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah meningkatkan pengawasan sesuai SOP dalam pelaksanaan
pelatihan instruktur agar berjalan dengan baik.
Produktivitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat
kekuatan sangat kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.868>0.168).
Upaya yang dilakukan oleh lembaga adalah mempertahankan kompetensi
pedagogik yang dimiliki oleh instruktur dengan memberikan sertifikat hasil
pelatihan.
11
3. Temuan tentang kekuatan hubungan (koefisien korelasi) antara Disiplin Kerja
dengan Kinerja pada masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
Tingkat Kekuatan pada indikator Konsistensi Peraturan di Bimbel Swasta
menunjukkan korelasi kuat dan sangat kuat dibanding Bimbel Negeri. Hal ini
dapat dilihat dari hasil kinerja pada kuantitas, efisiensi dan efektivitas yang
memiliki koefisien korelasi antara 0.750 sampai 0.867.
Hampir semua hasil kineja pada indikator Sanksi Pelanggaran memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan Bimbel Negeri. Hal ini dapat dilihat dari
klasifikasi koefisien korelasi hasil kinerja antara 0.222 sampai 0.302. Hanya
Kualitas Sanksi Pelanggaran yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.429).
Hampir semua kinerja pada indikator Inspeksi Kepatuhan memiliki tingkat kekuatan
lemah dibanding dengan Bimbel Negeri. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi
hasil kinerja rata-rata dari 0.311 sampai 0. 378. Hanya kualitas Inspeksi Kepatuhan
yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.463).
12
efisiensi lemah (0.334), efektivitas lemah (0.339) dan produktivitas sangat kuat
(0.868). Sedangkan di Bimbel Negeri lebih dominan pada tingkat kekuatan sangat
lemah sampai sedang.
13
6. Temuan tentang perbedaan kekuatan hubungan antara Program Pelatihan
dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri.
Pada indikator Training Need Analysis di Bimbel Swasta dan di Bimbel Negeri
sama- sama memiliki hasil kinerja pada tingkat kekuatan dari sangat lemah sampai
sedang (0.003 samapai 0.408).
Pada indikator Rancangan Pelatihan di Bimbel Swasta hasil kinerja pada
efektivitas (0.521) menunjukkan tingkat kekuatan sedang. Sedangkan di Bimbel
Negeri tingkat kekuatan lemah (kinerja efektivitas = 0.321
Pada indikator Sileksi Peserta di Bimbel Swasta seluruh hasil kinerja memiliki
tingkat kuat dan sangat kuat (kuatitas 0.691, kualitas 0.842, efisiensi (0.784,
efektivtas 0.845, produktivitas 0.624). Sedangkan di Bimbel Negeri lebih di
dominan tingkat kekuatan sedang (kuantitas 0.491, efisiensi 0.484, efektivitas
0.445).
Pada indikator Materi Pelatihan di Bimbel Swasta hasil kinerja menunjukkan
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat (kuantitas 0.698, kualitas 0.723, efisiensi
0.816, efektivitas 0.838 dan produktivitas 0.769). Sedangkan pada Bimbel Negeri
memiliki tingkat kekuatan yang bervariasi dari sangat lemah sampai yang sangat
kuat. (kuantitas 0.097, produktivitas 0.169, kualitas 0.775, efektivitas 0.854,
efisiensi 0.875).
Pada indikator Evaluasi Pelaksanaan di Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
yang bervariasi dari yang lemah sampai yang sangat kuat. Efisiensi , 0.334,
efektivitas 0.339, kualitas 0.402, kuantitas 0.415, produktivitas 0.868) sedangkan
di Bimbel Negeri memiliki tingkat kekuatan sangat lemah sampai sedang
produktivitas 0.618, kuantitas, 0,315, efisiensi 0.375, kualitas 0.438 dan efektivitas
0.438.).
14
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan Umum
a. Berdasarkan analisis indikator Disiplin Kerja (X1) terhadap Hasil Kerja
(Y) di Bimbel Swasta maka dapat disimpulkan :
Indikator Konsistensi Peraturan (X13) terhadap keseluruhan hasil
kinerja (Y) memiliki tingkat kekuatan yang sangat kuat (0.750 - 0.867)
Sedangkan indikator Sosialisasi Peraturan (X12) terhadap
keselurahan hasil kinerja memiliki tingkat kekuatan yang lemah ( 0.116
– 0.382)
b. Berdasarkan analisis hubungan Program Pelatihan (X2) terhadap Hasil
Kinerja (Y) di Bimbel Swasta maka dapat disimpulkan:
Indikator Seleksi Peserta (X23) dan Materi Pelatihan (X24) terhadap
keseluruhan Hasil Kinerja (Y) di Bimbel Swasta memiliki tingkat
kekuatan yang kuat (0.623 – 0.845).
Sedangkan indikator training need analysis (X21) terhadap
keseluruhan Hasil Kinerja memiliki tingkat kekuatan yang lemah
(0.003 – 0.392)
2. Kesimpulan Hasil Penelitian Komparatif
a. Berdasarkan analisis perbandingan indikator Disiplin Kerja (X1) terhadap
Hasil Kerja (Y) di Bimbel Swasta dengan Bimbel Negeri maka dapat
disimpulkan:
Tingkat kekuatan pada indikator konsistensi peraturan di bimbel swasta
menunjukkan korelasi kuat dan sangat kuat dibanding bimbel negeri. Hal
ini dapat dilihat dari hasil kinerja pada kuantitas, efisiensi dan efektivitas
yang memiliki koefisien korelasi antara 0.750 sampai 0.867.
15
Hampir semua hasil kineja pada indikator sanksi pelanggaran memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan bimbel negeri. Hal ini dapat dilihat dari
klasifikasi koefisien korelasi hasil kinerja antara 0.222 sampai 0.302. Hanya
kualitas sanksi pelanggaran yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.429).
Hampir semua kinerja pada indikator inspeksi kepatuhan memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan bimbel negeri. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi hasil kinerja rata-rata dari 0.311 sampai 0. 378. Hanya
kualitas inspeksi kepatuhan yang memiliki tingkat kekuata sedang. (0.463).
b. Berdasarkan analisis perbandingan indikator Program Pelatihan (X2) terhad
Hasil Kerja (Y) di Bimbel Swasta dengan Bimbel Negeri maka dapat
disimpulkan:
Rancangan pelatihan pada bimbel swasta memiliki tingkat kekuatan sedang
dibanding negeri dengan koefisien korelasi 0.521.
Semua hasil kinerja pada indikator seleksi peserta di bimbel swasta memiiki
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan bimbel negeri,
dengan koefisien dengan rata-rata 0.624 sampai 0.845.
Semua hasil kinerja pada indikator materi pelatihan di bimbel swasta
memiiki tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan bimbel
negeri, dengan koefisien dengan rata-rata 0.698 sampai 0.839.
Hasil kinerja pada indikator evaluasi pelaksanaan di bimbel swasta memiliki
tingkat kekuatan yang bervariasi dari lemah sampai sangat kuat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil kinerja : kuantitas sedang (0.451, kualitas sedang
(0.402), efisiensi lemah (0.334), efektivitas lemah (0.339) dan produktivitas
sangat kuat (0.868). Sedangkan di bimbel negeri lebih dominan pada tingkat
kekuatan sangat lemah sampai sedang.
16
3. Saran-saran
a. Disiplin Kerja terhadap Kinerja Instruktur di Bimbel Swasta:
Dikarenakan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang lemah pada
indikator Sosialisasi Peraturan maka upaya yang dapat dilakukan lembaga
adalah mensosialisasikan peraturan tersebut melalui media teknologi seperti
web lembaga.
Pada Bimbel swasta memiliki kekuatan yang sangat kuat pada indicator
Konsistensi Peraturan maka sebaiknya lembaga mempertahankan komitmen
peraturan yang sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure)
yang ada.
b. Program Pelatihan terhadap Kinerja Instruktur di Bimbel Swasta:
Dikarenakan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang lemah pada
indikator Training Need Analysis maka lembaga menganalisis melalui angket
untuk melihat kebutuhan instruktur dalam meningkatkan hasil kinerjanya.
Pada Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang kuat pada indikator
Seleksi Peserta dan Materi Pelatihan maka lembaga meningkatkan
penyeleksian peserta melalui tes seleksi on line agar lebih transparan.
Sedangkan dari indikator materi pelatihan lembaga sebaiknya menyediakan
materi melalui media teknologi seperti in focus dan email.
17
DAFTAR PUSTAKA
Gary Dessler. Human Resource Management. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall,
2008, pp. 519-521.
J.M. Ivancevich. Human Resource Management. New York: McGraw-Hill, 2010, pp.
394-415; pp. 520-521.
John P. Wilson. Human Resource Development: Learning and Training for Individuals
and Organization. London: Kogan Page Limited, 2004, pp.4-5.
Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management 11th edition. (New Jersey: 2012:
Pearson), p. 492.
18