Anda di halaman 1dari 19

PENELITIAN KOMPARATIF

ANALISIS HUBUNGAN INDIKATOR ANTAR DISIPLIN KERJA,


PROGRAM PELATIHAN DAN KINERJA INSTRUKTUR PADA LEMBAGA
BIMBINGAN BELAJAR SWASTA DI DEPOK

KELOMPOK GENAP 1

Saring (073118068)
H. Nandang Hidayat (073118074)
Tiarma Ika Yuliana (073118072)
Aceng Abdul Aziz (073118050)
Nurjanah (073118066)
Afiatin Nisa (073118052)

KELAS 18 KS 2

MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN I

DR. WIDODO SUNARYO, S.Psi., M.B.A.

PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PAKUAN
2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Dunia pendidikan merupakan institusi yang mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Instruktur atau Tenaga
Pendidik memiliki peranan yang besar dalam proses pendidikan, untuk itu
manajemen harus mampu menciptakan situasi yang dapat mendorong timbulnya
rasa memiliki, loyalitas, kesetiakawanan, rasa aman, rasa diterima dan dihargai,
serta perasaan berhasil dalam diri guru yang pada gilirannya dapat menimbulkan
rasa keterkaitan dan mengembangkan semangat kerja yang optimal.
Kepuasan kerja merupakan dampak atau hasil dari keefektifan performance
dan kesuksesan dalam bekerja. Untuk bisa berkompetisi maka dituntut adanya guru
yang professional, salah satu bentuknya adalah mempunyai kinerja yang baik,
motivasi dan disiplin kerja yang tinggi. Kinerja tenaga pendidik yang optimal
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun ekstetrnal. Salah satu
indikator suatu sekolah dianggap sudah berhasil adalah dengan perolehan nilai
Ujian Nasional yang tinggi dan tingkat kelulusannya setiap tahun selalu 100%
dianggap sudah berhasil dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Program Pelatihan dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.

1
3. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara Disiplin Kerja dengan
Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara
Program Pelatihan dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan
Lembaga Negeri.
5. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara indicator - indikator
disiplin kerja dengan indikator - indikator Kinerja pada Lembaga Swasta dan
Lembaga Negeri.
6. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara indikator-indikator
Program Pelatihan dengan Indikator-indikator Kinerja pada Lembaga Swasta
dan Lembaga Negeri.

C. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada masing-
masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri?
2. Apakah terdapat hubungan antara Program Pelatihan dengan Kinerja pada
masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri?
3. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara Disiplin Kerja dengan
Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri?
4. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara Program Pelatihan
dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri?
5. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara indikator- indikator
Disiplin Kerja dengan indikator- indikator Kinerja pada Lembaga Swasta dan
Lembaga Negeri?
6. Apakah terdapat perbedaan kekuatan hubungan antara indikator-indikator
Program Pelatihan dengan Indikator-indikator Kinerja pada Lembaga Swasta
dan Lembaga Negeri?

2
D. Kegunaan (Kebaharuan) Penelitian:
1. Kegunaan Secara Teoritik
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah Ilmu
Pengetahuan tentang hubungan indikator antar disiplin kerja, program pelatihan
dan hasil kinerja tenaga pendidik pada lembaga pendidikan.
2. Kegunaan Secara Praktis
Bagi para pendidik atau instruktur penelitian ini diharapkan menjadi bahan
acuan dalam meningkatkan kinerjanya. Sedangkan bagi sekolah atau lembaga
pendidikan, penellitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan
dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara efektif mendukung
pencapaian tujuan program sekolah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. DESKRIPSI TEORITIK
1. Hakikat Disiplin Kerja
Menurut J.M. Ivancevich (2010: 520-521), Disiplin (Discipline) adalah
upaya mencegah munculnya perilaku negatif, dan menerapkan hukuman bagi
perilaku yang melanggar (undesirable).
Menurut S.P. Robbins (2003: 53), Disiplin adalah upaya-upaya
(ketentuan-ketentuan) yang mengatur tentang perilaku apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh karyawan.
Menurut Jerald Greenberg and Robert A. Baron. (2008: 124-125),
Disiplin adalah ketentuan-ketentuan yang secara sistematik dirancang untuk
menerapkan hukuman (teguran dan sangsi) bagi karyawan yang melakukan
pelanggaran (misal: mangkir, terlambat, pemborosan, dll).
Menurut Gary Dessler (2008: 519-521), Disiplin adalah upaya-upaya
dalam bentuk aturan-aturan yang bertujuan untuk menjamin ketertiban dan
perlindungan keselamatan kerja karyawan
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disintesiskan
bahwa disiplin kerja adalah ketentuan-ketentuan yang secara sistematik
dirancang untuk mengatur dan menerapkan hukuman yang bertujuan untuk
menjamin ketertiban dan perlindungan keselamatan kerja karyawan.

2. Hakikat Program Pelatihan


Menurut John P. Wilson (2004: 4-5) Program pelatihan adalah “proses
terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan atau perilaku keterampilan
melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam suatu
kegiatan atau berbagai kegiatan, Tujuannya dalam situasi kerja, adalah untuk

4
mengembangkan kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
dan masa depan organisasi.
Menurut John M. Ivancevich (2010:394-145) Program pelatihan adalah”
proses sistematis mengubah perilaku karyawan ke arah yang akan mencapai
tujuan organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan kerja
saat ini. Ini memiliki orientasi saat ini dan membantu karyawan menguasai
keterampilan khusus, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi sukses”
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disintesiskan bahwa program pelatihan
adalah suatu proses secara sistematis untuk memodifikasi pengetahuan prilaku
dan keterampilan secara khusus melalui pelatihan agar dapat mengembangkan
kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan organisisa agar menjadi
sukses.

3. Hakikat Kinerja
Menurut Stephen P. Robbins and Mary (2012: 492), Kinerja (performance)
adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas, dengan kriteria apakah hasil tersebut
dapat dikatakan efisien dan efektif.
Menurut Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson, (2009:
38-42, 52-57), Kinerja adalah sejumlah perilaku dan kontribusi anggota
organisasi untuk ketercapaian tujuan organisasi. Kinerja tercermin dari hasil
kerja yang ditunjukkan karyawan.
Menurut Richard L. Daft (2010: 8 , 23, 382), Kinerja adalah upaya untuk
mencapai hasil kerja dan tujuan dengan menggunakan sumberdaya dengan cara-
cara yang efektif dan efisien.
Menurut Debra L. Nelson and James Campbell Quick (2006: 191-193),
Kinerja adalah ketercapaian tujuan kerja. Ketercapaian diukur dari hasil kerja
tiap karyawan.

5
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disintesiskan
bahwa kinerja adalah upaya untuk mencapai tujuan dari hasil aktivitas dengan
menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien.

B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini adalah
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja pada
masing- masing lembaga swasta dan lembaga Negeri.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Program Pelatihan dengan Kinerja
pada masing- masing Lembaga swasta dan Lembaga Negeri .
3. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara Disiplin Kerja
dengan Kinerja pada lembaga swasta bandingkan dengan Lembaga Negeri.
4. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara Program
Pelatihan dengan Kinerja pada lembaga swasta bandingkan dengan Lembaga
Negeri.
5. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara indikator-
indikator Disiplin Kerja dengan indikator- indikator Kinerja pada lembaga
swasta dan Lembaga Negeri.
6. Terdapat perbedaan kekuatan hubungan yang signifikan antara indikator-
indikator Program Pelatihan dengan indikator- indikator Kinerja pada lembaga
swasta dan Lembaga Negeri.

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Jadual Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di beberapa Lembaga Bimbingan Belajar
Swasta Depok. Adapun pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 bulan yang
dimulai pada tanggal 1 Oktober 2018 s/d 30 Desember 2018.

2. Populasi dan Sample Penelitian


Populasi data penelitian ini adalah seluruh tenaga pendidik atau instruktur
di beberapa lembaga bimbingan belajar Depok yang diambil secara acak
(sampling) sebanyak 80 instruktur.

3. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data
kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif kegiatan analisis datanya meliputi
pengelolahan data dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk
mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
uji statistik

7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Temuan tentang kekuatan hubungan (koefisien korelasi) antara Disiplin Kerja


dengan Kinerja pada masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri
a. Sosialisasi Peraturan (X 12)
 Efektifitas Sosialisasi Peraturan di Bimbel Swasta lebih lemah dibanding
efektifitas Bimbel Negeri. 0,324 < 0.424
Adapun usaha yang dilakukan dalam meningkatkan Sosialisasi Peraturan di
bimbel agar lebih efektif adalah:
1) Pengenalan tata tertib terhadap seluruh elemen lembaga bimbingan belajar.
2) Adanya perbaikan pelaksanaan/ mekanisme ataupun isi tata tertib di bimbel
3) Adanya kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan secara
berkala.
b. Konsistensi Peraturan (X13)
 Kuantitas Konsistensi Peraturan di Bimbel Negeri sangat kuat di banding
Bimbel Swasta. Walaupun perbandingannya tidak terlalu signifikan : ( 0,70
< 0,893). Bimbel Swasta harus bisa lebih meningkatkan Kualitas Konsistensi
Peraturan yang ada antara lain dengan memberikan reward (berupa insentif)
kepada guru yang memiliki jumlah kehadiran yang cukup baik.
 Sedangkan dari Kuallitas Konsistensi Peraturan memiliki tingkat kekuatan
yang sedang. Sedangkan Bimbel Negeri sangat kuat : (0,421 < 0, 821). Untuk
meningkatkan Kualitas Konsistensi Peraturan maka lembaga perlu melakukan
pengawasan dan mengevaluasi peraturan yang ada secara berkala sehingga
dapat meningkatkan kualitas peraturan.
 Efisiensi Konsistensi Peraturan Bimbel Swasta sangat kuat dibanding Bimbel
Negeri (0,867 > 0,257). Adapun usaha yang dilakukan lembaga adalah

8
mempertahankan efisiensi peraturan dengan cara menghasilkan instruktur dan
siswa yang memiliki kinerja dan disiplin yang tinggi.
 Efektifitas Konsistensi Peraturan Bimbel Swasta sangat kuat dibanding
Bimbel Negeri (0,814>0,284). Adapun upaya yang dilakukan lembaga adalah
dengan mempertahan kualitas dan kuantitas yang baik sehinggta tetap
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

c. Sanksi Pelanggaran (X14)


 Kuantitas Sanksi Pelanggaran di Bimbel Swasta menunjukkan tingkat yang
lemah (0, 234 < 0,834). Adapun upaya yang dilakukan oleh lembaga adalah
dengan mengevaluasi peraturan yang ada untuk mengurangi jumlah
pelanggaran terhadap peraturan tersebut dengan memberikan sanksi (berupa
surat teguran) terhadap instruktur yang melakukan pelangaran.
 Kualitas Sanksi Pelanggaran di Bimbel Swasta menunjukkan tingkat kekuatan
yang sedang (0429< 0,729). Upaya yang dilakukan untuk menghasilkan
kualitas yang baik adalah memberikan surat peringatan terhadap instruktur
yang melakukan pelanggaran.
d. Inspeksi Kepatuhan (X15)
 Kualitas Inspeksi Kepatuhan pada Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
sedang dibanding dengan Bimbel Negeri ( 0, 463< 0,863). Upaya yang
dilakukan adalah dengan mengevaluasi hasil kinerja instruktur secara berkala.
 Efisiensi Inspeksi Kepatuhan pada Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
lemah dari Bimbel Negeri (0,378 < 0,878). Upaya yang dilakukan adalah
dengan meningkatkan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi dan
laporan kerja instruktur.
 Efektifitas Inspeksi Kepatuhan di Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
yang lemah dibanding Bimbel Negeri (0,311 < 0,811). Upaya yang dilakukan

9
oleh lembaga adalah meningkatkan kehadiran dosen dengan sistem berbasis
IT (finger print) sehingga menciptakan efektivitas kehadiran instruktur

2. Temuan tentang kekuatan hubungan antara Program Pelatihan dengan


Kinerja pada masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
a. Rancangan Pelatihan (X22)
 Efektivitas Rancangan Pelatihan di Bimbel Swasta memiliki kekuatan sedang
di banding Bimbel Negeri (0.521>0.321). Upaya yang dilakukuan oleh
lembaga adalah menganalisa kebutuhan program pelatihan yang dibutuhkan
dan mendesain materi pelatihan agar lebih menarik.
b. Seleksi Peserta (X23)
 Kuantitas Seleksi Peserta di Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang kuat
dibanding Bimbel Negeri (0.691>0.491). Upaya yang dilakukan oleh lembaga
ini adalah mempertahan jumlah instruktur yang diikutsertakan dalam
pelatihan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan.
 Kualitas Seleksi Peserta di Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang sangat
kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.842 > 0.342). Upaya yang dilakukan
oleh lembaga adalah mempertahan kualitas kinerja instruktur agar tetap
terjaga.
 Efisiensi Seleksi Peserta di Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang kuat
dibanding Bimbel Negeri (0.784 > 0.484). Upaya yang dilakukan oleh
lembaga adalah tanpa melakukan adanya evaluasi yang mendalam tehadap
instruktur yang mengikuti pelatihan.
 Efektivitas Seleksi Peserta Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang sangat
kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.845 > 0.445. Upaya yang dilakukan
oleh lembaga adalah mempertahankan efektivitas seleksi peserta pelatihan
dengan cara menilai kinerja instruktur lembaga.

10
 Produktivitas Seleksi Peserta Bimbel Swasta memiliki kekuatan yang kuat
dibanding dengan Bimbel Negeri (0.624>0.224). Upaya yang dilakukan oleh
lembaga adalah mempertahankan peserta instruktur yang berkualitas.
c. Materi Pelatihan (X24)
 Kuantitas Materi Pelatihan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang
kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.698>0.097). Upaya yang
dilakukan lembaga adalah menambahkan materi pelatihan dengan cara
memberikan soft copy, menggunakan media e-mail atau in focus dalam
memberikan materi.
 Pruduktivitas Materi Pelatihan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
yang kuat dibanding Bimbel Negeri (0.769>0.169). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah mengembangkan materi pelatihan dalam bentuk modul dan
e-book.
d. Evaluasi Pelaksanaan (X25)
 Kuantitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
sedang dibanding Bimbel Negeri (0.415>0.315). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah meningkatkan intensitas evaluasi pelaksanaan pelatihan
secara berkala.
 Efektivitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
lemah dibanding Bimbel Negeri (0.339<0.438). Upaya yang dilakukan
lembaga adalah meningkatkan pengawasan sesuai SOP dalam pelaksanaan
pelatihan instruktur agar berjalan dengan baik.
 Produktivitas Evaluasi Pelaksanaan Bimbel Swasta memiliki tingkat
kekuatan sangat kuat dibanding dengan Bimbel Negeri (0.868>0.168).
Upaya yang dilakukan oleh lembaga adalah mempertahankan kompetensi
pedagogik yang dimiliki oleh instruktur dengan memberikan sertifikat hasil
pelatihan.

11
3. Temuan tentang kekuatan hubungan (koefisien korelasi) antara Disiplin Kerja
dengan Kinerja pada masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
 Tingkat Kekuatan pada indikator Konsistensi Peraturan di Bimbel Swasta
menunjukkan korelasi kuat dan sangat kuat dibanding Bimbel Negeri. Hal ini
dapat dilihat dari hasil kinerja pada kuantitas, efisiensi dan efektivitas yang
memiliki koefisien korelasi antara 0.750 sampai 0.867.
 Hampir semua hasil kineja pada indikator Sanksi Pelanggaran memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan Bimbel Negeri. Hal ini dapat dilihat dari
klasifikasi koefisien korelasi hasil kinerja antara 0.222 sampai 0.302. Hanya
Kualitas Sanksi Pelanggaran yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.429).
 Hampir semua kinerja pada indikator Inspeksi Kepatuhan memiliki tingkat kekuatan
lemah dibanding dengan Bimbel Negeri. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi
hasil kinerja rata-rata dari 0.311 sampai 0. 378. Hanya kualitas Inspeksi Kepatuhan
yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.463).

4. Temuan tentang kekuatan hubungan antara Program Pelatihan dengan Kinerja


pada masing-masing Lembaga Swasta dan Lembaga Negeri.
 Rancangan Pelatihan pada Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan sedang
dibanding Bimbel Negeri dengan koefisien korelasi 0.521.
 Semua hasil kinerja pada indikator Seleksi Peserta di Bimbel Swasta memiiki
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan Bimbel Negeri, dengan
koefisien dengan rata-rata 0.624 sampai 0.845.
 Semua hasil kinerja pada indikator Materi Pelatihan di Bimbel Swasta memiiki
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan Bimbel Negeri, dengan
koefisien dengan rata-rata 0.698 sampai 0.839.
 Hasil kinerja pada indikator Evaluasi Pelaksanaan di Bimbel Swasta memiliki
tingkat kekuatan yang bervariasi dari lemah sampai sangat kuat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kinerja : kuantitas sedang (0.451, kualitas sedang (0.402),

12
efisiensi lemah (0.334), efektivitas lemah (0.339) dan produktivitas sangat kuat
(0.868). Sedangkan di Bimbel Negeri lebih dominan pada tingkat kekuatan sangat
lemah sampai sedang.

5. Temuan tentang perbedaan kekuatan hubungan antara Disiplin Kerja dengan


Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri.
 Pada indikator Peraturan Kerja di Bimbel Swasta hasil kinerja efisiensi (0.618) dan
efektivitas (0.636) memiliki tingkat kekuatan kuat sama halnya dengan tingkat
kekuatan di Bimbel Negeri.
 Pada indikator Sosialisasi Peraturan di Bimbel Swata semua hasil kinerjanya
memiliki tingkat kekuatan sangat lemah dan lemah (0.119 sampai 0.382). Sama
halnya juga di Bimbel Negeri.
 Pada indikator Konsistensi Peraturan di Bimbel Swasta hasil kinerja efisiensi
(0.867) dan efektivitas (0.814) memiliki tingkat kekuatan sangat kuat. Sedangkan
di Bimbel Negeri tingkat kekuatannya sangat kuat pada hasil kerja kualitas dan
kuantitas.
 Pada indikator Sanksi Pelanggaran di Bimbel Swasta hasil kinerja menunjukkan
tingkat kekuatan lemah terutama pada kuantitas (0.234), efisiensi (0.279) efektivitas
(0.302) dan produktivas (0.22). Sedangkan pada Bimbel Negeri Sanksi
Pelanggarannya tingkat kekuatan yang bervariasi dari yang lemah sampai sangat
kuat. (0.242 sampai 0.834)
 Pada indikator Inspeksi Kepatuhan di Bimbel Swasta hampir seluruh hasil kinerja
memiliki tingkat kekuatan lemah (kuantitas, efisiensi, efektivitas produktivitas).
Sedangkan di Bimbel Negeri lebih didominan pada hasil kinerja sangat kuat.(
kualitas, efisiensi, efektivitas)

13
6. Temuan tentang perbedaan kekuatan hubungan antara Program Pelatihan
dengan Kinerja pada Lembaga Swasta dibandingkan dengan Lembaga Negeri.
 Pada indikator Training Need Analysis di Bimbel Swasta dan di Bimbel Negeri
sama- sama memiliki hasil kinerja pada tingkat kekuatan dari sangat lemah sampai
sedang (0.003 samapai 0.408).
 Pada indikator Rancangan Pelatihan di Bimbel Swasta hasil kinerja pada
efektivitas (0.521) menunjukkan tingkat kekuatan sedang. Sedangkan di Bimbel
Negeri tingkat kekuatan lemah (kinerja efektivitas = 0.321
 Pada indikator Sileksi Peserta di Bimbel Swasta seluruh hasil kinerja memiliki
tingkat kuat dan sangat kuat (kuatitas 0.691, kualitas 0.842, efisiensi (0.784,
efektivtas 0.845, produktivitas 0.624). Sedangkan di Bimbel Negeri lebih di
dominan tingkat kekuatan sedang (kuantitas 0.491, efisiensi 0.484, efektivitas
0.445).
 Pada indikator Materi Pelatihan di Bimbel Swasta hasil kinerja menunjukkan
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat (kuantitas 0.698, kualitas 0.723, efisiensi
0.816, efektivitas 0.838 dan produktivitas 0.769). Sedangkan pada Bimbel Negeri
memiliki tingkat kekuatan yang bervariasi dari sangat lemah sampai yang sangat
kuat. (kuantitas 0.097, produktivitas 0.169, kualitas 0.775, efektivitas 0.854,
efisiensi 0.875).
 Pada indikator Evaluasi Pelaksanaan di Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan
yang bervariasi dari yang lemah sampai yang sangat kuat. Efisiensi , 0.334,
efektivitas 0.339, kualitas 0.402, kuantitas 0.415, produktivitas 0.868) sedangkan
di Bimbel Negeri memiliki tingkat kekuatan sangat lemah sampai sedang
produktivitas 0.618, kuantitas, 0,315, efisiensi 0.375, kualitas 0.438 dan efektivitas
0.438.).

14
BAB V
KESIMPULAN

1. Kesimpulan Umum
a. Berdasarkan analisis indikator Disiplin Kerja (X1) terhadap Hasil Kerja
(Y) di Bimbel Swasta maka dapat disimpulkan :
 Indikator Konsistensi Peraturan (X13) terhadap keseluruhan hasil
kinerja (Y) memiliki tingkat kekuatan yang sangat kuat (0.750 - 0.867)
 Sedangkan indikator Sosialisasi Peraturan (X12) terhadap
keselurahan hasil kinerja memiliki tingkat kekuatan yang lemah ( 0.116
– 0.382)
b. Berdasarkan analisis hubungan Program Pelatihan (X2) terhadap Hasil
Kinerja (Y) di Bimbel Swasta maka dapat disimpulkan:
 Indikator Seleksi Peserta (X23) dan Materi Pelatihan (X24) terhadap
keseluruhan Hasil Kinerja (Y) di Bimbel Swasta memiliki tingkat
kekuatan yang kuat (0.623 – 0.845).
 Sedangkan indikator training need analysis (X21) terhadap
keseluruhan Hasil Kinerja memiliki tingkat kekuatan yang lemah
(0.003 – 0.392)
2. Kesimpulan Hasil Penelitian Komparatif
a. Berdasarkan analisis perbandingan indikator Disiplin Kerja (X1) terhadap
Hasil Kerja (Y) di Bimbel Swasta dengan Bimbel Negeri maka dapat
disimpulkan:
 Tingkat kekuatan pada indikator konsistensi peraturan di bimbel swasta
menunjukkan korelasi kuat dan sangat kuat dibanding bimbel negeri. Hal
ini dapat dilihat dari hasil kinerja pada kuantitas, efisiensi dan efektivitas
yang memiliki koefisien korelasi antara 0.750 sampai 0.867.

15
 Hampir semua hasil kineja pada indikator sanksi pelanggaran memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan bimbel negeri. Hal ini dapat dilihat dari
klasifikasi koefisien korelasi hasil kinerja antara 0.222 sampai 0.302. Hanya
kualitas sanksi pelanggaran yang memiliki tingkat kekuatan sedang. (0.429).
 Hampir semua kinerja pada indikator inspeksi kepatuhan memiliki tingkat
kekuatan lemah dibanding dengan bimbel negeri. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi hasil kinerja rata-rata dari 0.311 sampai 0. 378. Hanya
kualitas inspeksi kepatuhan yang memiliki tingkat kekuata sedang. (0.463).
b. Berdasarkan analisis perbandingan indikator Program Pelatihan (X2) terhad
Hasil Kerja (Y) di Bimbel Swasta dengan Bimbel Negeri maka dapat
disimpulkan:
 Rancangan pelatihan pada bimbel swasta memiliki tingkat kekuatan sedang
dibanding negeri dengan koefisien korelasi 0.521.
 Semua hasil kinerja pada indikator seleksi peserta di bimbel swasta memiiki
tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan bimbel negeri,
dengan koefisien dengan rata-rata 0.624 sampai 0.845.
 Semua hasil kinerja pada indikator materi pelatihan di bimbel swasta
memiiki tingkat kekuatan kuat dan sangat kuat dibanding dengan bimbel
negeri, dengan koefisien dengan rata-rata 0.698 sampai 0.839.
 Hasil kinerja pada indikator evaluasi pelaksanaan di bimbel swasta memiliki
tingkat kekuatan yang bervariasi dari lemah sampai sangat kuat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil kinerja : kuantitas sedang (0.451, kualitas sedang
(0.402), efisiensi lemah (0.334), efektivitas lemah (0.339) dan produktivitas
sangat kuat (0.868). Sedangkan di bimbel negeri lebih dominan pada tingkat
kekuatan sangat lemah sampai sedang.

16
3. Saran-saran
a. Disiplin Kerja terhadap Kinerja Instruktur di Bimbel Swasta:
 Dikarenakan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang lemah pada
indikator Sosialisasi Peraturan maka upaya yang dapat dilakukan lembaga
adalah mensosialisasikan peraturan tersebut melalui media teknologi seperti
web lembaga.
 Pada Bimbel swasta memiliki kekuatan yang sangat kuat pada indicator
Konsistensi Peraturan maka sebaiknya lembaga mempertahankan komitmen
peraturan yang sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure)
yang ada.
b. Program Pelatihan terhadap Kinerja Instruktur di Bimbel Swasta:
 Dikarenakan Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang lemah pada
indikator Training Need Analysis maka lembaga menganalisis melalui angket
untuk melihat kebutuhan instruktur dalam meningkatkan hasil kinerjanya.
 Pada Bimbel Swasta memiliki tingkat kekuatan yang kuat pada indikator
Seleksi Peserta dan Materi Pelatihan maka lembaga meningkatkan
penyeleksian peserta melalui tes seleksi on line agar lebih transparan.
Sedangkan dari indikator materi pelatihan lembaga sebaiknya menyediakan
materi melalui media teknologi seperti in focus dan email.

17
DAFTAR PUSTAKA

Debra L. Nelson and James Campbell Quick, Organizational Behavior, Foundations,


Realities, & Challenges 5th edition, (America: Thomson South Western: 2006),
p.191-193.

Gary Dessler. Human Resource Management. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall,
2008, pp. 519-521.

Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson, Organizational Behavior


Improfing Performance and Commitment in the Workplace,(New York:
McGraw-Hill Irwin: 2009) p.38-42, 52-57

Jerald Greenberg and Robert A. Baron. Behavior in Organizations. Upper Saddle


River, NJ: Prentice-Hall, 2008, pp. 124-125.

J.M. Ivancevich. Human Resource Management. New York: McGraw-Hill, 2010, pp.
394-415; pp. 520-521.

John P. Wilson. Human Resource Development: Learning and Training for Individuals
and Organization. London: Kogan Page Limited, 2004, pp.4-5.

Richard L. Daft, New Era Of Management Ninth Edition. (Canada: South-Western


Cengage Learning: 2010), p. 8 , 23, 382

Stephen.P. Robbins. Organizational Behavior. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall,


2003, p. 53.

Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management 11th edition. (New Jersey: 2012:
Pearson), p. 492.

Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.

18

Anda mungkin juga menyukai