Anda di halaman 1dari 13

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RS HUSADA

PERIODE 02 Maret 2015 – 04 April 2015


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK

LAPORAN KASUS

Herpes Zoster

Disusun Oleh:
Mohamad Faisal Mohammed Nasim
112013038

Dokter Pembimbing:
Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

1
RUMAH SAKIT : RS HUSADA

Nama : Mohamad Faisal Mohammed Nasim

NIM : 112013038

Dr. Pembimbing: dr. Hendrik Kunta Adjie SpKK

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Christopher
Jenis Kelamin : Laki- laki
Usia : 17 Tahun
Alamat : Jl. Gotong Royong
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Dokter yang merawat: dr. Linda Soekamto

II. ANAMNESA

Autoanamnesa dari pasien

tanggal 10 Maret 2015, jam 10.30 WIB

Keluhan Utama : Muncul lenting berisi cairan bening di badan sebelah kiri

Keluhan Tambahan: Badan terasa pegal dan merasa pusing

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan utama muncul lenting berisi
cairan bening di badan sebelah kiri yang dirasakan mengganggu sejak 2 hari lalu. Pasien
mengaku lesi pertama awalnya hanya seperti bintik merah berisi cairan bening di badan
pada bagian perut dan punggung sebelah kiri. Tidak ditemukan lesi dibagian tubuh lain
maupun disisi tubuh sebelah kanan. Pasien mengaku terasa nyeri seperti berdenyut pada
lesi. Rasa gatal tidak ada. Pasien merasa seperti meriang atau demam sejak 2 hari lalu.

Tidak ada riwayat bersin pagi hari, maupun gatal saat mengkonsumsi makanan
maupun obat. Saat ini pasien merasa demam (-), sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), sakit
tenggorokan (-), gigi berlubang(-). Pasien tidak ingat pernah mengalami cacar air.

2
Sebelum datang ke Poli Kulit RS Husada pasien belum pernah dibawa berobat
untuk penyakit ini. Dirumahnya tidak ada yang menderita seperti yang dialami pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

-Sebelumnya pasien belum pernah seperti ini


-Cacar Air tidak ingat
-DM (-)
-Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

-Orangtua :
Ayah : alergi (-), DM (-), HT (-)
Ibu : alergi (-) , DM (-) , HT (-)

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Compos mentis
Status gizi :Normoweight
Tekanan darah :Tidak dilakukan
Suhu :37,1 C
Nadi :95 x/menit
Berat badan :68 kg
Mata :Dalam batas normal
Gigi :Gigi tidak ada yang berlubang, kebersihan gigi cukup
THT :Telinga dalam batas normal, Hidung dalam batas normal,
Tenggorokan: arkus faring simetris, letak uvula di tengah,
lidah kotor (-), faring hiperemis, tonsil T2 – T2 tenang

IV. STATUS DERMATOLOGI


Distribusi : Unilateral
Lokasi : Regio Abdominothorakal Sinistra
Efloresensi : Vesikel, berukuran miliar, batas tegas, unilateral.

3
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Tzank

VI. RESUME
Seorang laki-laki datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan utama muncul
lenting berisi cairan bening di badan sebelah kiri yang dirasakan mengganggu sejak 2 hari
lalu. Pasien mengaku lesi pertama awalnya hanya seperti bintik merah berisi cairan bening di

4
badan pada bagian perut dan punggung sebelah kiri. Tidak ditemukan lesi dibagian tubuh lain
maupun disisi tubuh sebelah kanan. Pasien mengaku terasa nyeri seperti berdenyut pada lesi.
Rasa gatal tidak ada. Pasien merasa seperti meriang atau demam sejak 2 hari lalu.
Tidak ada riwayat bersin pagi hari, maupun gatal saat mengkonsumsi makanan
maupun obat. Saat ini pasien merasa demam (-), sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), sakit
tenggorokan (-), gigi berlubang(-). Pasien tidak ingat pernah mengalami cacar air.
Sebelum datang ke Poli Kulit RS Husada pasien belum pernah dibawa berobat untuk
penyakit ini. Dirumahnya tidak ada yang menderita seperti yang dialami pasien.

Status Dermatologi :

Distribusi : Unilateral
Lokasi : Regio Abdominothorakal Sinistra
Efloresensi : Vesikel, berukuran miliar, batas tegas, unilateral

VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Herpes Zoster Abdominothorakalis Sinistra

Diagnosis Banding :
 Varicella Zoster
 Herpes Simpleks

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


 Non-medikamentosa
o Tidak menggaruk lesi dan menjaga lesi tetap kering.
o Menjaga daya tahan tubuh dengan istirahat cukup dan konsumsi makanan
bergizi.
o Teratur minum obat sesuai anjuran dokter.

 Medikamentosa
o Topikal (Gentamisin Zalf 5gr ) 2 kali sehari selama 1 minggu
o Sistemik (Asiklovir 400mg ) 4 kali 2 tablet sehari selama 1 minggu
o Sistemik (Parasetamol 500 mg) 2 kali sehari selama 1 minggu
o Roboransia (Vit. B1 Tablet) 1 kali sehari selama 1 minggu

R/Asiklovir 400 mg no. XXXV


∫ 4 dd tab 2 p.c
R/Gentamisin Zalf no. I
∫ ue sehabis mandi

R/ Parasetamol 500 mg no. XXI

∫ 2 dd tab 1 p.c

5
R/ Vit. B1 Tab No. VII

∫ 1 dd tab 1 p.c

IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad fungtionam : ad bonam
3. Ad sanationam : ad bonam
4. Ad kosmetikam : ad bonam

X. PEMERIKSAAN SELANJUTNYA
Kontrol kembali setelah obat habis
Kontrol kembali setelah keluar pemeriksaan laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA
HERPES ZOSTER

 Definisi

Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular atau cacar api atau dampa) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Setelah seseorang menderita cacar air,
virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu
atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas
seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit
sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster. Di kulit, virus akan memperbanyak diri
(multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan
menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut. Herper zoster cenderung
menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah)
seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.

6
 Epidemologi

Penyebarannya seperti varisela, merupakan reaktivasi virus setelah penderita menderita


varisela. Terkadang berlangsung subklinis. Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui
kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut
dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait
dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan
sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait
dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada
usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan
CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi
oportunistik.

 Patogenesis

Virus berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid an ganglion kranialis. Kelainan kulit
kulit yang timbul memberikan lokasi setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut.
Terkadang virus menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga menimbulkan
gejala gangguan motorik.

 Gejala
Perkembangan ruam herpes zoster
Hari 1 Hari 2 Hari 5 Hari 6

 Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Frekuensi pria dan wanita sama,
sedangkan mengenai umur lebih sering pada dewasa.

 Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing,
malaise) maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal).

7
 Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan
kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa
sakit yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum
muncul. Ruam shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah
(eritematosa) dengan lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Bintil atau lepuh
berisi cairan jernih kemudian akan menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustul
dan krusta, terkadang vesikel mengandung darah (herpes zoster hemoragik). Vesikel yang
telah menjadi pustul dan krusta, pada daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh.
Gejala tersebut akan terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam
tidak muncul tetapi hanya ada rasa sakit.

 Masa tunas 7-12 hari. Masa aktif pada lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira-
kira seminggu, masa resolusi berlangsung 1-2 minggu. Selain gejala kulit dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal
sesuai persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang terjadi gejala motorik, tetapi mungkin
terjadi pada susunan saraf pusat karena struktur gangglion kranialis. Hiperestesi pada
daerah yang terkena memberikan gejala khas. Kelainan pada muka disebabkan gangguan
pada nervus trigeminus (dengan gangglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (ganglion
genikulatum).

 Herpes zoster oftalmikus disebabkan infeksi cabang pertama N. Trigeminus, sehingga


menimbulkan kelainan mata. Cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada
daerah persarafannya.

 Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan N. Fasialis dan N. Otikus, sehingga
memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit sesuai tingkatan
persyarafannya, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
gangguan pengecapan.

 Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan
kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.

 Herpes zoster generalisata kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah kelainan
kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi.
Terjadi pada lansia atau orang dengan kondisi fisik sangat lemah.

8
 Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada bekas penyembuhan lebih
dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini berlangsung sampai beberapa bulan
hingga bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang terkena herpes zoster diatas usia 40 tahun.

 Komplikasi
o Neuralgia paskaherpetik

o Penderita tanpa imunodefisiensi biasanya tanpa komplikasi. Penderita dengan


imunodefisiensi, infeksi HIV, keganasan, usia lanjut dapat disertai komplikasi
vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik

o Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi ptosis paralitik, keratitis, skleritis,
uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.

o Paralisis motorik yang terjadi akibat penjalaran virus perkontinuitatum dari


ganglion sensorik yang berdekatan. Umumnya sembuh spontan.

o Infeksi dapat menjalar pada organ dalam.

 Deteksi

Untuk mendeteksi penyakit herpes zoster, dapat dilakukan beberapa macam tes, yaitu;

 Percobaan Tzanck

Positif bila ditemukan sel datia berinti banyak.

 Kultur virus

Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus
untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama,
sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan
waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai
100%.

 Deteksi antigen

9
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel
dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum
kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi
dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.

 Uji serologi

Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.

 PCR

PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh,
contohnya cairan serebrospina.

 Diagnosa Banding
o Varicella Zoster
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops).
Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar
secara sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas.
o Herpes Simpleks
Gejala Efloresensi pada Herpes Zoster sama dengan Efloresensi pada
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas
dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa
gatal atau seperti terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit.
Herpes simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Namun, yang membedakannya
dengan herpes simpleks yaitu Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1
biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan.
Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah
di bawah pusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna. Sedangkan Herpes
Zoster bisa di semua tempat, paling sering pada Servikal IV dan Lumbal II.

o Nyeri pada gejala prodromal setinggi jantung sering salah tafsir dengan angina
pektoris maupun rematik.

10
 Pengobatan

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada
orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun. Usahakan
agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk
mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan infeksi virus
akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan pencegahan
terhadap neuralgia pascaherpes. Penggunaan agen antiviral dalam kurun waktu 72 jam setelah
terbentuk ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit
akibat ruam tersebut. Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi.
Contoh beberapa antiviral yang biasa digunakan untuk perawatan herpes zoster adalah
Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun
intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral
yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya
hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum
obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir.
Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma
tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor
DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.

Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan kortikosteroid oral
(contoh prednisone) ataupun golongan asetaminofen atau asam mefenamat. Sedangkan untuk
mengatasi neuralgia pascaherpes digunakan analgesik (Topic agents), antidepresan trisiklik,
dan antikonvulsan (antikejang). Contoh analgesik yang sering digunakan adalah krim (lotion)
yang mengandung senyawa calamine, kapsaisin, dan xylocaine. Antidepresan trisiklik dapat
aktif mengurangi sakit akibat neuralgia pascaherpes karena menghambat penyerapan kembali
neurotransmiter serotonin dan norepinefrin. Contoh antidepresan trisiklik yang digunakan
untuk perawatan herpes zoster adalah Amitriptyline, Nortriptyline, Nortriptyline, dan
Nortriptyline. Untuk mengontrol sakit neuropatik, digunakan antikonvulsan seperti
Phenytoin, carbamazepine, dan gabapentin.

11
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka.
Kalo terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

 Pencegahan

Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap
virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus
herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan
sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau
mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia
dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.

 Prognosis

Terhadap   penyakitnya   pada   dewasa   dan   anak­anak   umumnya   baik,   terutama   bila   segera

diobati saat lesi baru muncul. Tetapi usia tua risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan

secara   kosmetika   dapat   menimbulkan   makula   hiperpigmentasi   atau   sikatrik.   Dengan

memperhatikan  higiene   &  perawatan  yang  teliti  akan  memberikan   prognosis   yang baik   &

jaringan  parut yang timbul akan menjadi sedikit. 

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit
FKUI, 2010: 169-175
2. Poonawalla, T. Kelly B. 2009. Urticaria- a review. AmJ clin Dermatol; 10 (1):9-
21.

3. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella
and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7
thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 1885-1898

4. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and Marks’
Principles of Dermatology. 4th ed Philadelphia : Elseiver Saunders. 2006 .p.145-
148.

12
5. Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In : Clinical
Dermatology. 5th ed United States of America : Elseiver Saunders. 2010.p. 479-
490
6. Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6th ed Jakarta : Erlangga
Medical Series. 2008 : 115 – 119
7. Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed.
Philadelphia : Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239

13

Anda mungkin juga menyukai