PENDAHULUAN
Apendisitis paling sering terjadi pada pasien dalam dekade kedua hingga
keempat kehidupan. Dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, pasien usia
lanjut dengan apendisitis sering menimbulkan masalah diagnostik lebih sulit karena
presentasi manifestasi klinis yang atipikal dan kesulitan komunikasi, memperluas
diferensial diagnosis. Faktor-faktor ini berkontribusi pada tingkat perforasi yang
amat tinggi terlihat pada orang tua.5
1
BAB II
LAPORAN KASUS
APENDISITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Status Pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Likuloe
Jaminan : BPJS
Tanggal MRS : 01 Januari 2019
RM : 436283
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut bawah sebelah kanan
Anamnesis terpimpin:
Pasien laki – laki, berusia 27 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut bawah sebelah kanan yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu tetapi keluhan
nyerinya memberat sejak 4 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit, nyeri tersebut
dirasakan seperti tertusuk – tusuk dan terkadang nyerinya menjalar ke tengah.
Menurut pasien, keluhan nyeri diikuti dengan mual dan muntah. Perut terasa
kembung. Riwayat demam sekitar 2 hari yang lalu. Keluhan BAK dan BAB (-).
Riwayat operasi sebelumnya (-)
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien.
3
Pulmo : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-),
krepitasi (-), massa (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakang
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Status Lokalis
Regio : Abdomen
Inspeksi : Datar, Tidak terdapat benjolan
Palpasi : Nyeri tekan mc burney (+)
4
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 16,1 11,5 - 16 g/dl
Hematokrit 48,4 37 - 47%
Eritrosit 5,35 x 103 3,8 - 5,8 juta/ul
Leukosit 17,4 x 103 4000 - 10000/ul
Trombosit 218.000 150.000 - 500.000/ul
Bleeding time 2’20” 1 - 3 menit
Clotting time 7’35” 1 - 6 menit
Kimia
SGPT (ALT) 33 <32 U/l
SGOT (AST) 39 <31 U/l
Ureum 14 10 - 50 mg/dl
Kreatinin 0,5 0,6 - 1,1 mg/dl
Gula Darah Sewaktu 85 110 mg/dl
V. RESUME
Pasien laki – laki, berusia 27 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri perut bawah sebelah kanan yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu tetapi
keluhan nyerinya memberat sejak 4 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit, nyeri
tersebut dirasakan seperti tertusuk – tusuk dan terkadang nyerinya menjalar ke
tengah. Menurut pasien, keluhan nyeri diikuti dengan mual dan muntah. Perut
terasa kembung. Riwayat demam sekitar 2 hari yang lalu. Keluhan BAK dan BAB
(-). Riwayat operasi sebelumnya (-)
5
Pemeriksaan fisik
Status generalis : Tidak ditemukan kelainan
Status lokalis : Regio abdomen ( iliaca dextra)
Inspeksi : Datar, Tidak ada benjolan
Palpasi : Nyeri tekan mc burney (+)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dengan WBC = 17,4 x 103
Urolithiasis
Chron’s Disease
Hernia
VIII. Penatalaksanaan
IVFD RL 24 tpm
Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam/iv
Inj. Ketorolac amp/8 jam/iv
Inj. Ranitidin amp/8 jam/iv
Appendektomi
IX. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. APPENDIKS VERMIFORMIS
1. Anatomi Appendiks Vermiformis
Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung yang
mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. Panjang
apendiks vermiformis bervariasi antara 8-13 cm, dengan diameter 0,7 cm.7
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun
demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden appendicitis pada usia itu.8 Dasar apendiks melekat pada
permulaan posteromedial caecum, sekitar 2,5 cm di bawah ileocaecalis.
Apendiks terletak di ileocaecum, pertemuan di 3 tinea (Tinea libera, tinea
colica, dan tinea omentum). Apendiks vermiformis diliputi seluruhnya oleh
peritoneum, yang melekat pada lapisan bawah mesenterium intestinum
tenue melalui mesenteriumnya sendiri yang pendek, mesoapendiks.
Mesoapendiks berisi arteri dan vena appendicularis, dan saraf-saraf. 7
7
Apendiks vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan ujungnya
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis
yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus (titik
Mc.Burney).7
Perkembangan Apendiks
8
dengan usia. Setelah usia 60 tahun, hampir tidak ada jaringan limfoid dalam
apendiks.5
9
Vaskularisasi dan Innervasi
2. Histologi
Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu, mukosa, submukosa, tunika
muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler), dan tunika
serosa. Lapisan mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta
lieberkuhn. Terdapat jaringan limfoid diffus di dalam lamina propria.
Limfonoduli dengan pusat germinal sangat khas pada apendiks. Noduli ini
berawal di lamina propria namun karena ukurannnya besar, noduli ini
meluas dari epitel permukaan sampai ke submukosa. Lapisan submukosa
terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan elastik yang membentuk
jaringan saraf (pleksus Meissner), pembuluh darah dan limfe. Dinding
dalam (inner circular layer) berhubungan dengan sekum dan dinding luar
(outer longitudinal muscle) dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia coli pada
pertemuan sekum dan apendiks. Di antara kedua lapisan ini terdapat pleksus
myenterik atau pleksus Auerbach, Lapisan serosa merupakan lapisan terluar
apendiks.
10
Gambar 4. Histologi Apendiks
3. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 ml per hari, dan
memiliki kapasitas 5 ml/hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.8
11
Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan bedah
a b d o m e n y a n g p a l i n g s e r i n g ditemukan. Apendisitis Akut adalah
inflamasi pada dari appendiks dan ini merupakan kasus operasi intra
abdominal tersering yang memerlukan tindakan bedah. Appendisitis
akut adalah appendisitis dengan onset gejala akut yang
m e m e r l u k a n i n t e r v e n s i b e d a h d a n b i a s a n ya d e n g a n n y e r i
d i k u a d r a n a b d o m e n k a n a n b a w a h d a n d e n g a n n ye r i t e k a n
t e k a n d a n a l i h . S pasme otot yang ada di atasnya, dan dengan
hiperestesia kulit. Sedangkan appendisitis kronis ditandai dengan
nyeri abdomen kronik (berlangsung terus menerus) di dearah fossa
illiaca dextra tetapi tidak terlalu parah, dan bersifat continue atau
intermittent, nyeri ini terjadi karena lumen appendiks mengalami partial
obstruks. Appendisitis kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi disebut
appendsitis kronik eksaserbasi akut.
Epidemiologi
Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya
menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.8
Apendisitis paling sering terjadi pada pasien dalam dekade kedua hingga
keempat kehidupan, dengan usia rata-rata 31,3 tahun. Adapun perbandingan
apendisitis pada laki-laki: perempuan yaitu 1,2-1,3: 1.5
Etiologi
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang dominan sebagai
pencetus apendisitis akut.5,8 Fekalit adalah penyebab paling umum dari
obstruksi apendiks. Fekalit ditemukan pada 40% kasus apendisitis akut
sederhana, di 65% kasus apendisitis gangren tanpa ruptur, dan hampir 90% dari
kasus apendisitis gangren dengan ruptur. Di samping itu terdapat penyebab lain
yang lebih jarang seperti hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium yang
12
mengental dari pemeriksaan x-ray sebelumnya, tumor, dan parasit usus (seperti
cacing askariasis).5 Selain itu, salah satu penyebab yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.
Histolytica.8
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon biasa.8
Patofisiologi
Patofisiologi dasar apendisitis adalah obstruksi lumen apendiks yang
diikuti oleh infeksi. Setelah terjadi obstruksi, peningkatan produksi lendir
terjadi, yang menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal. Dengan
meningkatnya tekanan dan stasis dari obstruksi, pertumbuhan bakteri yang
berlebihan kemudian terjadi. Lendir kemudian berubah menjadi nanah yang
menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam tekanan luminal.6 Hal ini
menyebabkan distensi apendiks dan kemudian merangsang ujung saraf dari
serabut aferen viseral, menghasilkan nyeri yang samar-samar, tumpul, dan
menyebar di midabdomen atau epigastrium. Peristalsis juga dirangsang oleh
distensi yang tiba-tiba, sehingga kram dapat menyamarkan nyeri viseral pada
awal perjalanan apendisitis. Distensi ini biasanya menyebabkan refleks mual
dan muntah, dan nyeri viseral difus menjadi lebih parah.5 Tekanan luminal
yang terus meningkat mengakibatkan obstruksi limfatik terjadi yang kemudian
menyebabkan edema pada dinding apendiks. Tahap ini dikenal sebagai
apendisitis akut atau fokal.6 Meningkatnya tekanan dalam lumen apendiks
melebihi tekanan dari vena, sehingga kapiler dan vena tersumbat. Aliran darah
arteriol yang terus berlanjut menyebabkan terjadinya obstruksi dan kongesti
vaskular5 dan mengakibatkan edema dan iskemia. Invasi bakteri pada dinding
apendiks dikenal sebagai apendisitis supuratif akut.6 Patologi apendisitis
dimulai di mukosa, kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks
13
dalam waktu 24-48 jam pertama.8 Proses inflamasi ini segera melibatkan serosa
apendiks kemudian peritoneum parietal, yang menyebabkan pergeseran
karakteristik nyeri ke kuadran kanan bawah.5 Akibat tekanan yang terus
meningkat, terjadi trombosis vena dan arteri, menyebabkan gangren
(apendisitis gangerenosa) dan perforasi (apendisitis perforasi).6
Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan
menutup apendiks dengan omentum, usus halus atau adneksa (Walling off)
sehingga terbentuk masa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan
istilah infiltrate apendiks. Di dalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa
abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis
akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya
akan mengurai diri secara lambat.8
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi
membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah.
Suatu saat organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai
eksaserbasi akut.8
Pada anak-anak dimana memiliki omentum yang pendek, dan pada orang
tua yang memiliki daya tahan tubuh yang sudah menurun sulit untuk terbentuk
infiltrat sehingga kemungkinan terjadi perforasi menjadi lebih besar.
14
Gambar 5. Patofisiologi Apendisitis
15
Manifestasi Klinis
16
menyebabkan nyeri testis, mungkin disebabkan iritasi arteri spermatika dan
ureter.5
Pada lebih dari 95% pasien dengan apendisitis akut, anoreksia merupakan
gejala yang pertama dirasakan, diikuti oleh nyeri perut, kemudian muntah-muntah
(jika muntah terjadi). Jika muntah mendahului timbulnya rasa sakit, diagnosis
apendisitis harus dipertanyakan.5
Hanya 55% dari pasien dengan apendisitis mengeluhkan gejala dan temuan
fisik yang klasik. Hal ini dikarenakan tanda-tanda dan gejala awal terutama
tergantung pada lokasi ujung apendiks yang sangat bervariasi. Ketika ujung
apendiksretrocecal, nyeri dapat dimanifestasikan dengan ekstensi pasif pinggul
(psoas sign). Ketika apendiks terletak di pelvis, nyeri dapat terdeteksi selama
pemeriksaan rektal toucher atau pemeriksaan panggul. Dengan demikian, pada
pasien dengan sakit perut terus-menerus dan gejala rektum (diare atau tenesmus),
penting untuk melakukan pemeriksaan dubur.6
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Pada awalnya, anak sering
hanya menunjukkan gejala rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bias
melukiskan rasa nyerinya. Oleh karenanya apendisitis sering baru diketahui setelah
terjadi perforasi.8
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan
mutah. Hal ini perlu dicermati karena pada kehamilan trimester pertama sering juga
terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke
kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih di
region lumbal kanan.8
17
Gambar 7. Letak Apendiks selama kehamilan
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
18
Tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney yaitu nyeri
tekan, nyeri lepas, dan defens muskuler.8 Sedangkan nyeri rangsang
peritoneum tidak langsung dapat berupa 8
a. Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat dilakukan palpasi
dengan tekanan pada kuadran kiri bawah– Rovsing’s sign
b. Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat palpasi dengan tekanan
pada kuadran kanan bawah dilepaskan tiba-tiba- Blumberg’s sign
c. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti saat nafas dalam,
berjalan, batuk, mengedan
Status Generalis
Keadaan umum pasien tampak kesakitan, membungkuk, dan
memegang perut kanan bawah. Tanda-tanda vital tidak banyak berubah
pada apendisitis tanpa perforasi.5 Pada pemeriksaan suhu biasanya
didapatkan demam ringan dengan suhu sekitar 37,5-38,5oC,8 denyut nadi
normal atau sedikit meningkat.5 Perubahan signifikan biasanya
menunjukkan bahwa komplikasi telah terjadi atau diagnosis lain harus
dipertimbangkan.5
Status lokalis8
- Inspeksi: tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat
pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan
bawah bisa dilihat pada masa atau abses periapendikuler.
- Palpasi: didapatkan nyeri terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai
nyeri lepas (Blumberg’s sign). Defens muskuler menunjukan adanya
rangsangan peritoneum parietal. Nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis.
- Perkusi: nyeri ketuk Mc Burney karena rangsangan peritoneum
- Auskultasi: peristaltik usus sering normal tetapi juga dapat menghilang
akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang
disebabkan oleh apendisitis perforasi.
19
Pemeriksaan khusus5,8
- Rovsing’s sign
Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri
bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
- Psoas sign
- Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal
pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina
bilamana apendiks yang meradang bersentuhan dengan otot obturator
internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan
nyeri pada apendisitis pelvika.
20
Gambar 9. Pemeriksaan Obturator sign
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Darah
21
18.000 sel/mm3 meningkatkan kemungkinan apendiks perforasi dengan
atau tanpa abses.5
Urin lengkap
b. Radiologi
22
diagnosis. Penebalan dinding apendiks dan adanya cairan
periappendiceal sangat sugestif. Demonstrasi sonografi dari usus
buntu yang normal yaitu compressible, struktur tabung blind-
ending berukuran ≤5 mm, dapat menyingkirkan diagnosis
apendisitis akut. 5
23
CT
Pada CT, apendiks yang meradang tampak melebar (> 5 cm)
dan dinding yang menebal. Biasanya ada bukti peradangan, dengan
"lemak kotor," mesoappendix menebal, dan bahkan phlegmon
jelas.4,5,17,18
Fekalit dapat dengan mudah divisualisasikan, tetapi adanya
fekalit bukan patognomonik dari apendisitis. CT scan merupakan
teknik yang sangat baik untuk mengidentifikasi proses inflamasi
lain yang menyerupai apendisitis.5
24
Gambar 13. Apendisitis. CT Scan dengan kontras
menggambarkan apendiks yang mengalami distensi dan berisi
cairan (panah) dengan periappendiceal fat-stranding.16
Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan
barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya
dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.5
Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada
apendisitis akut memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks
dan efek massa pada tepi medial serta inferior dari caecum;
pengisisan lengkap dari apendiks menyingkirkan apendisitis.5
25
Gambar 14. Apendiks yang normal pada pemeriksaan barium
enema. Apendiks terisi penuh dengan kontras, yang secara
efektif menyingkirkan diagnosis apendisitis.19
Laparoskopi
Dapat berfungsi baik sebagai manuver diagnostik dan
terapeutik untuk pasien dengan sakit perut akut dan yang diduga
apendisitis akut.5
26
Meskipun dilakukan pemeriksaan dengan cermat dan teliti, diagnosis
klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus dimana
lebih sering terjadi pada perempuan terutama yang masih muda oleh karena
keluhan yang menyerupai timbul dari genitalia interna (seperti ovulasi,
menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain).8
27
Diagnosis Banding
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa nyeri.
Nyeri perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering
dijumpai adanya hiperperistaltis. Demam dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
Limfadenitis mesenterika
Biasa didahului dengan enteritis atau gastroenteritis, ditandai dengan
nyeri perut, terutama sebelah kanan serta perasaan mual dan nyeri tekan
perut yang sifatnya samar, terutama perut sebelah kanan.
Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah pada ovulasi dapat menimbulkan nyeri pada
perut kanan bawah di tengah siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri
yang sama pernah timbul lebih dahulu.
Infeksi panggul
Salphingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah
perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan
dan infeksi urin. Pada colok vagina akan timbul nyeri hebat di panggul
jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu
untuk diagnosis banding.
28
Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat telat haid dengan keluhan yang tidak menentu.
Pada pemeriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan rongga
Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.
Endometriosis eksterna
Urolitiasis
Pielum atau ureter kanan. Adanya riwayat kolik dai pinggang ke perut
yang menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.
Hematuria sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena
dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan
demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebra an piuria.
Penatalaksanaan
29
pentingnya intervensi operasi segera tidak harus diminimalkan.5 Pada pasien
dengan presentasi atipikal, pemeriksaan fisik adalah alat yang paling penting
dalam memutuskan apakah pasien membutuhkan operasi.19
30
Lanz transverse incision24
Insisi dilakukan pada 2 cm di bawah
pusat, insisi transversal pada garis
miklavikula-midinguinal.
Mempunyai keuntungan kosmetik
yang lebih baik dari pada insisi grid
iron.
31
Komplikasi
Massa apendikuler
Masa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau
mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk
usus halus.8
Pasien yang datang dengan massa apendikuler telah mengalami
gejala untuk durasi yang lebih lama, biasanya setidaknya 5 sampai 7
hari.5
Pasien dewasa dengan masa periapendikuler yang dengan dinding
sempurna sebaiknya dirawat terlebih dahulu dan diberi antibiotic sambil
dilakukan pemantauan terhadap suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya
peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikuler hilang,
dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendektomi elektif
dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat
perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin.8
Abses apendikuler
Perforasi
Apendisitis perforasi terjadi pada 25,8% kasus. Anak di bawah 5
tahun dan pasien berusia lebih dari 65 tahun memiliki angka kejadian
perforasi tertinggi (45 dan 51%) Telah dikemukakan bahwa terlambatnya
diagnosis apendisitis bertanggung jawab untuk sebagian besar apendisitis
perforasi. Tidak ada cara yang akurat untuk menentukan kapan dan
apakah ada kemungkinan apendiks akan pecah sebelum resolusi proses
inflamasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa, pada pasien tertentu,
observasi dan terapi antibiotik saja dapat menjadi pengobatan yang tepat
untuk akut apendisitis.5
32
Bila terjadi perforasi akan terbentuk abses apendiks. Ditandai
dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri dan teraba
pembengkakan masa, serta bertambahnya angka leukosit.21
Peritonitis
Peritonitis umum terjadi proses Walling-off tidak efektif saat terjadi
perforasi.5 Ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang
meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri
tekan dan defens muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai
dengan pungtum maksimum di region iliaka kanan.8
Abses hepar
Ileus
Syok septik
Prognosis
33
operasi menyebabkan kematian untuk hampir sepertiga dari morbiditas
terkait.19
Apendisitis Rekurens
Apendistis Kronik
34
BAB IV
ANALISIS KASUS
35
BAB V
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37
13. Bewes P. Appendicitis. [cited 2014 Jul]. E-Talc Issue 3. Available from:
http://web.squ.edu.om/medLib/MED_CD/E_CDs/health%2520developme
nt/html/clients/beweshtml/bewes_01.htm.
14. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. 2nd Ed. New York: Springer. 2008.
15. Puylaert JB. Acute appendicitis: US evaluation using graded compression.
Radiology. 1986;158 (2): 355-60.
16. Appendicitis – Mimics, Alternative nonsurgical diagnoses at sonography
and CT. Vriesman AB, Puylaert J. [cited 2014 Jul]. Available from:
http://www.radiologyassistant.nl/en/p420f0a063222e/appendicitis-
mimics.html
17. Callahan MJ, Rodriguez DP, Taylor GA. CT of appendicitis in children.
Radiology. 2002;224 (2): 325-32. doi:10.1148/radiol.2242010998.
18. Pereira JM, Sirlin CB, Pinto PS et-al. Disproportionate fat stranding: a
helpful CT sign in patients with acute abdominal pain. Radiographics. 24
(3): 703-15.
19. Appendicitis. WebMD LLC; c1994-2014 [Updated: Jul 21, 2014, cited Jul
2014]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/773895-
overview#aw2aab6b2b7aa.
20. Temple CL, Huchcroft SA, Temple WJ. The natural history of appendicitis
in adults. A prospective study. Ann Surg 1995 Mar; 221: 278-81.
21. Doherty GM, Way LW. Current surgical diagnosis & treatment. McGraw-
Hill Medical. (2006)
22. Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology 2000
May; 215: 337e48.
23. Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’
Surgical Anatomy. USA: McGrawHill. 2004.
24. Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Love’s
Short Practice of Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2004.
25. Patnalk VG, Singla RK, Bansal VK. Surgical Incisions-Their Anatomical
Basis. J Anat. Soc. India 50(2) 170-178 (2001)
38