PENDAHULUAN
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia
meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun
Indonesia semakin meningkat tahun ketahun. Menurut Data dari Biro Pusat
Statistik menyatakan, pada tahun 2012 jumlah lansia sebanyak 7,9%, tahun 2013
sebanyak 8,0% dan pada tahun 2014 sebanyak 8,2% dari total populasi Indonesia
(Kemenkes, 2014).
Lansia juga sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis
dari imobilitas. Sepuluh sampai 15% kekuatan otot dapat hilang setiap minggu
jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari
pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Jadi, lansia yang mengalami
gangguan imobilisasi fisik seharusnya melakukan latihan aktif agar tidak terjadi
penurunan rentang gerak lansia maupun penurunan kekuatan otot pada lansia
(Stanley, 2006).
Pada lansia, perkembangan dari semua sistem tubuh yang ada akan
(lansia) yang sulit ditangani dan dapat berdampak pada penurunan kemampuan
fungsional fisik. Salah satu masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada
diakibatkan aktifitas kerja dengan 32,7% salah satunya Low Back Pain ( LBP )
(Depkes, 2006). Selain faktor pekerjaan tersebut penyakit Low Back Pain ( LBP)
ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor individu terutama umur
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan
Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan
diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan
dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian, dimana
penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai
pada laki-laki dan perempuan yaitu kategori berat (48,32% dan 53,64%), lumpuh
(3,35% dan 8,68%), dan katagori minimal (2,68% dan 2,64%). Pada usia 40-45
tahun menunjukkan bahwa perempuan memiliki persentase lebih tinggi dari pada
laki-laki dengan nyeri saat berjalan, duduk, tidur, dalam kehidupan sosial dan
fisik di tempat kerja dan kekuatan otot yang lebih besar dari pada perempuan.
Kemudian pada rentang usia 46-50 dan 51-55 tahun didapatkan bahwa laki-laki
memiliki persentase yang lebih besar terhadap LBP dari pada perempuan.
Namun pada rentang usia 56-60 tahun perempuan memiliki persentase yang
lebih tinggi pada semua variabel dari pada laki-laki, hal ini juga dirasakan
dengan keluhan lemah pada otot perut dan degenerasi lumbal (Wheeler, 2013).
Dengan demikian semakin lanjut usia, maka semakin besar risiko
diwaktu muda. Data untuk jumlah penderita LBP di Indonesia belum diketahui
7,6% sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia (Lailani, 2013).
Adapun data yang diperoleh dari Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Kota
Mataram tahun 2018 bahwa sebagian besar lansia yang berjumlah 80 orang di
Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika menderita nyeri low back pain yaitu sekitar
30 orang (37,5%).
Salah satu masalah yang timbul pada saat proses kerja fisik adalah
timbulnya rasa nyeri pada bagian pinggang akibat mengangkat menurunkan dan
membawa beban berat yang dilakukan secara langsung . Selain itu faktor risiko
terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga
infeksi dan peradangan, cedera pada akar-akar saraf, robekan pada lapisan
durameter, hematoma, tidak ada penyatuan pada area bedah (Joyce, 2009). LBP
jika di biarkan akan menjadi rasa nyeri yang sangat hebat menganggu aktivitas
untuk pasien yang merasa cemas terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh
dalam keperawatan untuk mengelola nyeri (Potter & Perry, 2005). Terdapat
beberapa tehnik non farmakologis yang juga dapat membantu menanggani nyeri
masase melalui tindakan masase punggung dengan usapan yang perlahan (Slow
1999).
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit untuk menghilangkan nyeri
dengan melakukan massase dan sentuhan, salah satunya dengan Slow Stroke
keluarga melakukan upaya dalam mengontrol nyeri (Potter & Perry, 2005). Hal
ini dapat membantu kemandirian pasien dan keluarga dalam mengatasi nyeri,
khususnya bagi pasien yang sulit menjangkau fasilitas pelayanan medis. Pada
oleh Kristanto (2011) menyatakan bahwa lansia yang diberikan terapi back
ringan.
Selain untuk menghilangkan nyeri terapi SSBM juga dapat menghilangkan
terapi pijat atau massase. Penatalaksanaan nyeri akan lebih efektif jika
melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis,digunakan untuk mengatasi
nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya adalah linalool
yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek
hidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut
menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak
yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran
(Tara, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh (Bakti, 2010) membuktikan bahwa aroma
lavender efektif untuk menurunkan nyeri dan kecemasan kala I pada primipara
memberikan efek rileks pada pasien pre operasi section cessaria (p<0,05).
Hasil studi pendahuluan tanggal 30 November 2018 di Balai Sosial Lanjut
Hasil wawancara dari 5 orang lansia, 3 orang yang mengalami nyeri LBP dan
sering kambuh, 2 orang lainnya yang ketika nyeri datang penderita memijit
untuk membantu menurunkan nyeri low back pain pada lansia dengan slow
stroke back massage sudah pernah ada namun belum dengan kombinasi
aromaterapi yang berbeda selain aromaterapi lavender. Terapi slow stroke back
pengaruhnya terhadap nyeri low back pain pada lansia, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Slow Stroke Back Massage
dengan Minyak Essensial Lemon terhadap Nyeri Low Back Pain pada Lansia di
BSLU”
gangguan muskuloskeletal yaitu nyeri low back pain. Adanya nyeri low back
yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri low back pain salah satunya
adalah masase. Ada berbagai bentuk gerakan masase yang dapat digunakan pada
bagian tubuh yang berbeda, salah satunya adalah slow stroke back massage. Slow
Terutama aromaterapi lemon yang berperan pada efek menurunkan nyeri dan
ketegangan saraf.
Berdasarkan dengan uraian latar belakang diatas maka dapat diambil suatu
Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage dengan Minyak Essensial Lemon
Terhadap Nyeri Low Back Pain dan Apakah Ada Pengaruh Terapi Slow Stroke
Back Massage dengan Minyak Essensial Lemon Terhadap Nyeri Low Back Pain
minyak essensial lemon terhadap nyeri low back pain pada lansia di Balai
Mandalika
2. Mengidentifikasi nyeri pada lansia dengan low back pain sebelum
sebelum dan setelah dilakukan terapi slow stroke back massage dengan
minyak essensial lemon terhadap nyeri low back pain pada lansia di
dari terapi slow stroke back massage dengan minyak essensial lemon
essensial lemon.
massage dengan minyak essensial lemon terhadap nyeri low back pain pada
lansia di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika. Penelitian ini menggunakan jenis
design without control. Pada desain ini dilakukan pretest sebelum diberi terapi
SSBM dengan minyak essensial lemon dan posttest setelah diberi tera pi SSBM
dengan minyak essensial lemon. Populasi penelitian ini adalah semua lansia
dengan keluhan nyeri punggung bawah di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika.
Variabel Independen yaitu slow stroke back massage dan minyak essensial
lemon, pada Variabel Dependen yaitu skala nyeri seperti nyeri ringan, nyeri
sedang, nyeri berat, nyeri sangat berat. Alasan peneliti mengambil judul
Pengaruh Slow Stroke Back Massage dengan minyak essensial lemon terhadap
nyeri lowback pain karena belum ada yang melakukan penelitian SSBM dengan
minyak essensial lemon untuk mengurangi nyeri pada lansia di Balai Sosial
tersebut.
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
spesies tertentu. Di dalam nuclei (inti sel) tiap spesies memiliki suatu
jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan jika
2006).
2. Teori Error Castastrophe (Mutasi Somatik)
Menurut hipotesis ini, penuaan disebabkan oleh kesalahan-
maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
Kehilangan tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak awal usia muda, tetapi
pada sebagaian system organ, kehilangan tersebut baru bermakna secara
densitas (cairan) dan semakin rapuh. Perubahan pada tulang, otot, dan
kontraksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari unit motor
pergelangan tangan, leher, dan vertebra menjadi sedikit fleksi pada usia
penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni:
defekasi.
Sedangkan di Indonesia penyakit yang sering dijumpai pada lansia
bawah. Nyeri ini dapat bersifat lokal atau radikuler maupun keduanya serta
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal. Nyeri ini kerap kali disertai dengan penjalaran hingga kea
rah tungkai dan kaki. Nyeri ini bisa akut, subakut dan kronis berdasarkan
back pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor) yakni daerah L1-
L5 dan S1-S5. Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung
berikut :
1. Nyeri Punggung Bawah Viserogenik
Keluhan low back pain yang disebabkan adanya proses patologik
di ginjal atau viscera di daerah pelvis. Sifat nyeri jenis ini tidak
tersebut.
c. Stenosis Kanalis Spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan karena proses
tetap ada.
4. Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik
Nyeri punggung bawah spondilogenik adalah keluhan low back
bawahnya).
Nyeri punggung bawah diskogenik disebabkan oleh :
1. Spondilitis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
terjadi di bagian lateral dan ini banyak terjadi, disebut HNP lateral,
dapat pula terjadi di bagian tengah dan disebut HNP sentral. Dasar
terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus intervertebralis,
berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
spine.
Nyeri punggung bawah miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot,
akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau
kurang fisiologik.
2. Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba
kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini member gejala khas,
ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat.
kontraksi.
3. Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat
(trigger point).
5. Nyeri punggung bawah psikogenik
Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan
pain ke dalam :
a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan.
c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi
alkohol dan obat analgetik, kelainan sistem vaskuler dan psikogenik, dan
beban kerja yang berat juga menjadi pemicu timbulnya keluhan low back
pain ini. Menurut (Mutargh, 2003), low back pain dapat timbul akibat
yang berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak tepat.
Low back pain berat biasanya disebabkan karena adanya cedera pada sendi
nyeri pada jaringan atau serabut saraf yang ada di dekatnya. Keadaan ini
yang berat. Penyebab nyeri punggung bawah selain spasme otot adalah
skoliosis.
2.2.3 Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
saat faset joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada
merupakan penyebab low back pain. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
dan fisioterapi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas
atau peer. Tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup
dengan lembar busa tipis. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk
nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap
tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul atau lutut. Lama tirah
penderita.
b. Medikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang
terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari 48
jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong
hangat).
2) Elektro Stimulus
3) Akupuntur
4) Traction, helaan atau tarikan pada badan (punggung) untuk
kontraksi otot
5) Ultra Sound
6) Radiofrequency Lesioning, dengan menggunakan impuls listrik
jaringan scar.
b) Percutaneous Electrical Nerpe Stimulation (PENS).
c) Elektro Thermal Disc Decompression.
d) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS),
nyeri pada pasien low back pain seperti akupuntur, reiki , massage, trapi
konservatif selama 3-4 minggu tidak memberikan hasil yang nyata atau
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat
memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah
kehidupan orang tersebut. Tidak ada dua orang yang mengalami nyeri
dengan cara yang benar-benar sama. Selain itu, perbedaan persepsi dan
situasi yang kompleks bagi perawat ketika membuat sebuah rencana untuk
dalam pengkajian dan perawatan pasien yang mengalami nyeri (Potter &
ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
sama. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang
bersalah. Individu yang secara sadar atau tidak sadar memandang nyeri
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan
lebih akurat dalam mengkaji nyeri sehingga lebih efektif dalam
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini
tersebut.
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
massase.
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
ansietas.
7. Keletihan
Keletihan meningkat persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan
ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu
nyeri.
9. Gaya Koping
Seseorang yang mengalami nyeri secara terus-menerus akan
anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik. Nyeri akut
jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot,
sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
berlangsung selama enam bulan atau lebih (Brunner & Suddarth, 2005).
hal ini ujung saraf nosiseptif menerima informasi tentang stimulus yang
bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot
dan tulang. Jenis lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu
nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan
yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cedera organ viseral. Nyeri
saraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel
saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel saraf ini mempunyai reseptor pada
belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls
seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali dipersepsikan. Pesan
kemudian turun ke spinal cord. Pada bagian dorsal, zat kimia seperti
Saat gerbang terbuka, impuls nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang juga
bisa ditutup. Stimulasi saraf sensoris dengan cara menggaruk atau mengelus
mencegah transmisi impuls nyeri. Impuls dari pusat juga dapat menutup
dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan (Potter &
Perry, 2006).
Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan
berakibatkan tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan,
(2012) :
1. Wong-Barker Faces Pain Rating Scale :
orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak
berdasarkan skala lima poin yaitu: tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan
sangat berat.
3. Numerical Rating Scale (NRS)
yang hebat.
4. Visual Analogue Scale (VAS)
Pronovost, 2004)
Skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0) penanda
tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri hebat. Pasien
permasalahan dan VAS dapat menyajikan data dalam bentuk rasio. Nilai
VAS 0 menandakan tidak ada nyeri, 1-3 menandakan nyeri ringan, nilai
4-6 menandakan nyeri sedang, nilai 7-9 menandakan nyeri berat dan
mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan
berirama dengan kedua tangan menutup area selebar lima cm diluar tulang
belakang yang dimulai dari bahu hingga area sakrum (Casanelia dan
Stelfox, 2009).
2.4.2 Mekanisme Kerja SSBM
Menstimulasi saraf-saraf superfisial di kulit yang kemudian
mengalami luka bakar, luka memar, ruam kulit, inflamasi, dan kulit di
atau vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka
tindakan dilakukan.
2.4.5 Metode
Tehnik untuk SSBM dilakukan dengan beberapa pendekatan, tetapi
salah satu metode yang dilakukan ialah dengan mengusap kulit pasien
secara perlahan dan berirama dengan kecepatan 60 kali usapan per menit.
Kedua tangan menutup suatu area yang lebarnya lima cm pada kedua sisi
tonjolan tulang belakang, dari ujung kepala sampai area sakrum. Tehnik
vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka.
2. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
3. Persilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama intervensi,
bisa tidur miring, telungkup, atau duduk. Bantu pasien pada posisi
yang nyaman.
4. Buka punggung pasien, bahu, lengan atas, dan bokong. Tutup sisanya
tangan. Jelaskan pada responden bahwa lotion akan terasa dingin dan
lengan atas dan secara lateral sepanjang sisi punggung dan kembali ke
handuk
digunakan dalam waktu yang cukup lama untuk meringankan rasa nyeri,
dalam keperluan rumah tangga seperti lemon dan lavender, dan jauh lebih
keringat, saraf, serta masuk ke dalam aliran darah dan menuju ke setiap
3. Pijat
Aromaterapi apabila digunakan melalui pijat dilakukan dengan
dan nyeri pada persendian dan diterapkan untuk kondisi seperti rematik
dan asam urat, untuk menurunkan tekanan darah dan membantu untuk
kekebalan tubuh dan menjadi pewangi yang baik untuk tubuh. Dalam
perawatan kulit, minyak atsiri lemon sangat cocok untuk kulit berminyak.
Namun, harus hati-hati dalam hal penggunaan bila dipakai pada kulit yang
sebagai aromaterapi.
2.5.6 Kandungan dan Zat Aktif Minyak Lemon
Kandungan senyawa dalam minyak lemon Limonena, Linalol, Neral,
el al, 1988). Mekanisme kerja aroma terapi pada tubuh melalui inhalasi
(dihirup). Komponen aroma dari minyak atsiri setelah dihirup akan cepat
2008). Hal ini didukung oleh (Bansod et al., 2012) dalam penelitiannya
cemas, anti depresi dan anti stress pada tikus. Hasil penelitiannya adalah
bahwa dosis optimum limonene (25mg) menghasilkan efek anti cemas, anti
stress dan anti depresi yang paling baik. Selain itu, minyak atsiri lemon
memfokuskan pikiran.
Stimulus nyeri yang mencapai ambang nyeri akan menyebabkan aktivasi reseptor
dan terjadi penjalaran impuls nyeri oleh serabut saraf A delta dan C. Adanya
dimana stimulus ini direspons oleh serabut A beta yang lebih besar, maka stimulus
ini akan mencapai otak lebih dahulu, dengan demikian akan menutup gerbang
nyeri sehingga persepsi nyeri tidak timbul. Sistem kontrol desenden juga akan
terhadap perubahan intensitas nyeri LBP menyatakan bahwa setelah massase ini
diberikan pada 32 ibu rumah tangga dan dilakukan analisa data didapatkan nilai
sebelum dan sesudah diberikan terapi SSBM, sehingga terapi ini efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien LBP. Terapi ini juga dapat membuat pasien lebih
mandiri dalam memanajemen nyeri karena terapi ini murah, mudah dan tidak
ektremitas dengan minyak lavender terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi
dengan jumlah sampel sebanyak 38 responden yang berumur 55-65 tahun. Hasil
rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 140,00 mmHg dan rata-
rata tekanan darah sistolik setelah intervensi adalah 133,95 mmHg dengan nilai p
value= 0,000 sedangkan tekanan darah diastolik sebelum intervensi adalah 90,00
mmHg dan rata-rata tekanan diastolik setelah intervensi adalah 80,00 mmHg
dengan nilai p value=0.005 yang berarti bahwa ada pengaruh massase ekstremitas
sehingga massase ini efektif dalam menurunkan tekanan darah pada lansia
yang berarti bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan nyeri pada ibu post
section cesarean.
2.7 Kerangka Teori
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2010).
Variabel Independen Variabel Dependen
penelitian ini variabel dependennya adalah skala nyeri LBP pada lansia di
suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian
lansia
Adapun penjelasan dari kedua variabel tersebut terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Definisi Operasional
dengan pendekatan one group pretest – posttest. Ciri dari tipe penelitian ini
sebagai berikut :
Pre tes Perlakuan Post tes
01 Keterangan: X 02
01 : Observasi pada saat pre-tes
02 : Observasi setelah post-tes
X : Intervensi / perlakuan
Gambar 4.1 : Rancangan penelitian One group pretest – Posttest
4.2 Lokasi Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika
tahun 2019
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dibulan Maret-April 2019 (Jadwal
terlampir)
semua lansia yang mengalami LBP di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika
sebanyak 30 orang.
4.3.2 Sampel dan Besar Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang mengalami LBP di
penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang diuji
(Dahlan, 2016) :
n = [Zα + Zβ] S 2
X1-X2
Keterangan :
n = jumlah subyek yang mendapat responden
Alpha = kesalahan tipe satu, ditetapkan 5% hipotesis satu arah
Metode penarikan sampel dengan rumus factorial arah
Zα = nilai standar alpha 5% hipotesis satu arah, yaitu 1,96
Beta = kesalahan tipe dua, ditetapkan 20%
Zβ = nilai standar beta 20%, yaitu 0,84%
X1-X2 = selisih minimal skor yang bermakna antara sesudah dan
X1- X2
n= [1,96 + 0,84] 0,5 2
0,5
n = 7,8
n= 8
Jadi dari hasil perhitungan didapatkan besar sampel, yaitu 8 orang
dihentikan.
4.3.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
2009).
Pada penelitian ini, sampel diambil dari sebagian lansia yang
(Sugiyono, 2009).
4.4 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan izin
mengumpulkan data dan melakukan Slow Stroke Back Massage terhadap skala
nyeri LBP yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang
meliputi :
1. Informed concent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap
pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu,
untuk mengukur skala nyeri yaitu : tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang,
saat pre-test dan post-test pada responden yang diteliti . Metode untuk
yaitu suatu daftar untuk men “cek”, yang berisi nama subjek dan beberapa
adanya gejala atau cirri dari sasaran pengamatan. Metode berikutnya adalah
nyeri pada lansia yang mengalami Low Back Pain, dengan menggunakan
ini akan dilakukan selama 2 kali seminggu dimana Slow Stroke Back
Massage akan diberikan setiap pagi hari saat nyeri LBP bisa dirasakan oleh
lansia.
responden penderita low back pain di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika.
perlakuan, peneliti memberikan pos test skala nyeri LBP kepada kelompok
perlakuan.
7. Peneliti melakukan analisis data kepada kedua kelompok perlakuan.
berikut :
1. Memeriksa (Editing)
Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul, jika
skala nyeri LBP pada lansia) maka dilakukan tabulasi dan analisis data