Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS

Oleh :

AMALINA DIVA MURBARANI HARIYANTO

201410330311135

KELOMPOK 1

ETLS 27.2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran

makanan proksimal dari ligamentum treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan

menjadi perdarahan varises esofagus dan non varises. Karena antara keduanya

terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya. Manifestasi klinik

perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) bisa beragam bergantung lama,

kecepatan, banyak sedikit darah yang hilang dan apakah perdarahan berlangsung

terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan anemia defisiensi

besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama, hematemesis atau

melena disertai atau tanpa anemia dengan atau tanpa gangguan hemodinamik.

Derajat hipovolemi menentukan kegawatan pasien.

Penyebab SCBA sering dilaporkan adalah pecahnya varises esofagus,

gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma mallory-weiss dan

keganasan.

Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna sama seperti

perdarahan pada umumnya yakni meliputi pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosis

dan terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik,

menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.


B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

perdarahan saluran cerna bagian atas baik mengenai definisi, epidemiologi,

etiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan.

C. Manfaat Penelitian

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemehaman penulis maupun pembaca mengenai perdarahan saluran cerna bagian

atas beserta penanganannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran

makanan proksimal dari ligamentum treitz. Perdarahan akut saluran cerna bagian

atas (SCBA) sering dijumpai di bagian gawat darurat.

2.2 Epidemiologi

Perdarahan SCBA merupakan perdarahan yang berasal dari esofagus

sampai ligamentum of Treitz. Insidens perdarahan SCBA bervariasi mulai dari 48-

160 kasus per 100.000 populasi, insidens tertinggi pada laki-laki dan lanjut usia.

Data studi retrospektif di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2001-2005 dari 4154

pasien yang menjalani endoskopi, diketahui bahwa 807 (19,4%) pasien

mengalami perdarahan SCBA. Penyebab perdarahan SCBA antara lain: 380

pasien (33,4%) ruptur varises esofagus, 225 pasien (26,9%) perdarahan ulkus

peptikum, dan 219 pasien (26,2%) gastritis erosif.

2.3 Etiologi

SCBA secara garis besar dikelompokkan menjadi perdarahan varises

esofagus dan non varises. Penyebab SCBA sering dilaporkan adalah pecahnya

varises esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma

mallory-weiss dan keganasan.


2.4 Gejala Klinis

Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) bisa

beragam bergantung lama, kecepatan, banyak sedikit darah yang hilang dan

apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak.

Kemungkinan pasien datang dengan 1) anemia defisiensi besi akibat

perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama 2) hematemesis atau melena

disertai atau tanpa anemia dengan atau tanpa gangguan hemodinamik. Derajat

hipovolemi menentukan kegawatan pasien.

2.5 Diagnosis

Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah 1) sejak kapan terjadinya

perdarahan dan berapa perkiraan darah yang keluar 2) riwayat perdarahan

sebelumnya 3) riwayat perdarahan dalam keluarga 4) ada tidaknya perdarahan

dibagian tubuh lain 5) penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi non-steroid

dan anti-koagulan 6) kebiasaan minum alkohol 7) mencari kemungkinan adanya

penyakit hati kronik, demam berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes

melitus, hipertensi, alergi obat-obatan 8) riwayat transfusi sebelumnya.

Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan : 1) stigmata penyakit hati

kronik 2) suhu badan dan perdarahan di tempat lain 3) tanda-tanda kulit dan

mukosa penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran makanan

misalnya pigmentasi mukokutaneus pada sindrom Peutz-Jegher.

Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan 1) elektrokardiogram

terutama pasien berusia >40 tahun 2) BUN, kreatinin serum pada perdarahan

SCBA pemecahan darah oleh kuman usus akan mengakibatkan kenaikan BUN,

sedangkan kreatinin serum tetap normal atau sedikit meningkat 3) elektrolit (Na,
K,Cl) perubahan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan, tranfusi atau kumbah

lambung.

Penegakan pasti etiologi hematemetis melena dilakukan dengan

pemeriksaan endoskopi, sehingga diketahui letak perdarahan dan keparahannya.

Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal perdarahan

juga untuk menentukan aktivitas perdarahan. Forest

Klasifikasi aktivitas perdarahan menurut forest

Aktivitas perdarahan Kriteria endoskopis

Forest Ia – perdarahan aktif Perdarahan arteri menyembur

Forest Ib – perdarahan aktif Perdarahan merembes

Forest II – perdarahan berhenti dan Gumpalan darah pada dasar tukak

masih terdapat sisa-sisa perdarahan atau terlihat pembuluh darah

Forest III – perdarahan berhenti Lesi tanpa tanda sisa perdarahan

tanpa sisa perdarahan

2.6 Membedakan Perdarahan SCBA atau SCBB

Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB

Hematemesis Hematokezia
Manifestasi klinik
dan/melena

Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih

Rasio Meningkat >35 <35

(BUN/kreatinin)

Auskultasi usus Hiperaktif Normal


2.7 Tatalaksana

a. Stabilisasi hemodinaik pada perdarahan saluran cerna

pada kondisi hemodinamik tidak stabil berikan infus kristaloid dengan

tetesan cepat menggunakan dua jarum berdiametes besar misalnya 16 G dan

pasang monitor CVP tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan

mempertahankan tetap stabil. Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid

misalnya dekstran kecuali pada kondisi hipoalbuminemia berat.

Pemberian tranfusi darah dapat mempertimbangkan keadaan berikut :

- perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil

- perdarahan baru atau masih berlangsung yang diperkirakan jumlahnya 1

liter atau lebih

- perdarahan baru atau masih berlangsung dengan Hb < 10 g% atau

hematokrit <30%

- terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan menurun

b. Non-endoskopis

dapat menggunakan kumbah lambung melalui pipa nasogastrik dengan air

suhu kamar. Kumbah lambung sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan

endoskopi dan dapat dipakai untuk membuat perkiraan kasar jumlah perdarahan.

Pemberian vitamin K pada pasien penyakit hati kronis yang mengalami

perdarahan SCBA diperbolehkan dengan mempertimbangkan pemberian tersebut

tidak merugikan dan relatif murah.

Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek

vasokonstriksi pembuluh darah splangnik, menyebabkan aliran darah dan tekanan

vena porta menurun. Pemberian vasopressin dengan mengencerkan sediaan


vasopresiin 50 unit dalam 100 ml dextrose 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/iv

selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam. Atau setelah pemberian

pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.

Somatostatin dan analognya (ocreotide) dapat menurunkan aliran darah

splanknik, khasiatnya lebih selektif dibanding vasopressin. Dosis pemberian

somatostatin diawali dengan bolus 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/

jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan terhenti. Ocreotide dosis bolus 100

mcg/iv dilanjutkan per infus 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai perdarahan

berhenti.

PPI misalnya Omeprazole dapat diberikan dengan dosis 80 mg/iv

kemudian dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam. Pada perdarahan

SCBA antasida, sukralfat dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan untuk

tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan.

c. Endoskopi

terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak

dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi

- Contact thermal

- Noncontact thermal

- Nonthermal. Misalnya suntikan adrenali, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate,

atau pemakaian klip.


BAB III

KESIMPULAN

Penyebab perdarahan SCBA dapat digolongkan menjadi 2 kelompok,

perdarahan varises dan perdarahan non-varises. Pengelolaan perdarahan saluran

cerna meliputi evaluasi status hemodinamik, stabilisasi hemodinamik,

melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan,

memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bawah, menegakkan

diagnosis pasti peyebab perdarahan, terapi spesifik.

Prioritas pertama dalam menghadapi kasus perdarahan SCBA ialah

penentuan status hemodinamik dan upaya resusitasi sebelum menentukan

diagnosis atau pemberian terapi lainnya.

Manfaat terapi medik tergantung macam kelainan yang menjadi penyebab

perdarahan. Somatostatin dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan

SCBA, terutama pada perdarahan varises. Pada perdarahan karena tukak peptik

pemberian PPI intravena dosis tinggi bermanfaat untuk mencegah perdarahan

ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Adi P, 2015, Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas, Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta : Interna Publishing.

Djumhana HA, 2015, Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas, Bagian Ilmu

Penyakit Dalam-RS Dr Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran Bandung.

Fadila MN, 2015, Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif dengan

Anemia dan Riwayat Gout Atritis, Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

Nugraha DA, 2017, Diagnosis dan Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna

Bagian Atas Non-Variseal, CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017.

Anda mungkin juga menyukai