Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep kebijakan publik sehat didasarkan pada prinsip pelayanan
kesehatan primer dalam mencapai tujuan sehat semua dan kebijakan
promosi kesehatan. Prinsip kebijakan promosi kesehatan mencakup
kebijakan multisektoral, ekologik, tanggung jawab dalam meningkatkan
pilihan promosi kesehatan, melibatkan berbagai bidang, berhubungan
dengan pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat. Menurut
Hancock (1985) kebijakan publik sehat didasarkan pada pendekatan
multisektoral, keterlibatan masyarakat, teknologi yang memadai yang
ketiganya merupakan komponen pendekatan pelayanan kesehatan primer
dari WHO (World Health Organisation).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peraturan pemerintah tentang upaya kesehatan?
2. Bagaimana dasar-dasar kebijakan upaya kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Memahami kebijakan upaya kesehatan yang berlaku di Indonesia.
Tujuan Khusus
1. Memahami dasar-dasar kebijakan upaya kesehatan di Indonesia
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan
3. Mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) di
Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

BAB VI
UPAYA KESEHATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 46
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan.
Pasal 48
(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
dilaksanakan melalui kegiatan: a. pelayanan kesehatan; b. pelayanan kesehatan
tradisional; c. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit; d. penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan; e. kesehatan reproduksi; f. keluarga
berencana; g. kesehatan sekolah; h. kesehatan olahraga; i. pelayanan kesehatan
pada bencana; j. pelayanan darah; k. kesehatan gigi dan mulut; l. penanggulangan
gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran; m. kesehatan matra; n.
pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan; o. pengamanan
makanan dan minuman; p. pengamanan zat adiktif; dan/atau q. bedah mayat. (2)
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung
oleh sumber daya kesehatan.
Pasal 49
(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas
penyelenggaraan upaya kesehatan. (2) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial, nilai, dan norma agama, sosial budaya, moral, dan
etika profesi.

2
Pasal 50
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab meningkatkan dan
mengembangkan upaya kesehatan. (2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya memenuhi kebutuhan kesehatan dasar
masyarakat. (3) Peningkatan dan pengembangan upaya kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pengkajian dan penelitian. (4)
Ketentuan mengenai peningkatan dan pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui kerja sama antar-Pemerintah dan antarlintas
sektor.
Pasal 51
(1) Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat. (2) Upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada standar pelayanan minimal
kesehatan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kesatu
Pemberian Pelayanan
Pasal 52
(1) Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan b.
pelayanan kesehatan masyarakat. (2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Pasal 53
(1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. (2) Pelayanan kesehatan
masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. (3) Pelaksanaan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

3
Pasal 54
(1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. (2) Pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pasal 55
(1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan. (2) Standar
mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Paragraf Kedua
Perlindungan Pasien
Pasal 56
(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. (2) Hak menerima atau
menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada: a. penderita
penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang
lebih luas; b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau c. gangguan mental
berat. (3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. (2) Ketentuan
mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku dalam hal: a. perintah undang-undang; b. perintah
pengadilan; c. izin yang bersangkutan; d. kepentingan masyarakat; atau e.
kepentingan orang tersebut.

4
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti
rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat. (3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan
tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kelompok kumpulkan dari data-
data di atas yaitu dengan adanya kebijakan pemerintah dalam upaya
kesehatan, kita dapat mengetahui bagaimana upaya kesehatan yang ada di
Indonesia sehingga dapat dilakukannya promosi kesehatan yang sejalan
dengan kebijakan pemerintah.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kami menerima berbagai masukan dan
saran yang bersifat membangun agar dapat lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah ke depannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

7
LAMPIRAN

1. Prinsip kebijakan promosi kesehatan dapat mencakup kebijakan...


a. Multisektoral d. Kebijakan pemerintah
b. Promosi kesehatan e. Upaya kesehatan
c. Sebuah kebijakan

2. Contoh pengembangan komunitas dengan pendekatan perubahan sosial


yaitu...
a. Penyuluhan d. Posyandu
b. Pengedukasian masyarakat e. Seminar kesehatan
c. Rumah sakit

3. Secara umum, sasaran penyuluhan kesehatan berorientasi meliputi...


a. Aspek ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat
b. Masyarakat umum, kelompok khusus, individu
c. Orang-orang kesehatan dan institusi kesehatan yang terkait
d. Usia, jenis kelamin, pekerjaan masyarakat
e. Individu yang memerlukan pendidikan kesehatan

4. Kebijakan pemerintah dalam upaya kesehatan diatur dalam...


a. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
b. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
c. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. J
e. L

5. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan


pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan terdapat
dalam pasal...
a. Pasal 43 d. Pasal 46
b. Pasal 44 e. Pasal 47
c. Pasal 45

6. Pada tahun berapakah istilah advokasi digunakan oleh WHO pada


program kesehatan masyarakat...
a. Tahun 1984 d. Tahun 1894
b. Tahun 1948 e. Tahun 2013
c. Tahun 1999

7. Apa media interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi


advokasi...
a. Memo
b. Papan tulis
c. Flipchart, booklet, slide atau video cassette
d. Pengeras suara dan powerpoint

8
e. Salah semua

8. Dalam pasal 47, upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk


pendekatan, kecuali...
a. Promotif d. Rehabilitatif
b. Preventif e. Edukatif
c. Kuratif

9. Menurut siapakah kebijakan publik sehat didasarkan pada pendekatan


multisektoral, keterlibatan masyarakat, teknologi yang memadai yang
ketiganya merupakan komponen pendekatan pelayanan kesehatan primer
dari WHO adalah...
a. Hancock d. Abraham Maslow
b. Virginia Henderson e. Elbert
c. Roy

10. Dalam konsep penyuluhan bagaimana cara agar semua konsep bisa
terlaksana dengan baik..
a. Melalui pendekatan
b. Mengenal daerah tertentu
c. Berbicara dengan bahasa formal
d. A,B dan C benar
e. A dan B salah

Anda mungkin juga menyukai