Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

DHF ( Dengue haemorhagic fever )

A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(PADILA, 2012)

B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang
kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

C. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes
dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit
kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat


dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang
merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan
merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin
pembuluh darah.

(PADILA, 2012)

E. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories.
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a. Diagnose klinis
 Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-400̊ C)
 Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah pada kulit),
purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada
mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah), melena
(BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
 Perdarahan pada hidung
 Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah
 Pembesaran hati (hepatomegali)
 Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80mmHg atau lebih rendah
 Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan), lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
 Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
 Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
(Resti, 2014)

F. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengakap
 Leukpenia pada hari ke 2-3
 Trombositopenia dan hemokonsentrasi
 Masa pembekuan normal
 Masa pedarahan memanjang
 Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b. Kimia darah
 Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
 SGOT/SGPT meningkat
 Umum meningkat
 pH darah meningkat
c. Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
(Doenges, 2000)

G. Penatalaksanaan

1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,


5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena,
petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut
yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda –
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki
serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Panas
 Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit
herediter (keturunan).
c. Aktivitas
 Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
 Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah normal/sedikit di bawah
jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah
hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
 Integritas ego
Tanda : gelisah
 Eliminasi
Gejala : diare
 Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan akhir-akhir
(meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan, tonus otot dan
turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
 Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
 Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai perdarahan yang
hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d. Pemeriksaan fisik
 System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
 System cardivaskular
 Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
 Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah
(hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
 Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
 System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
 System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah
 System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta
dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
 System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit
(petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1. Ig.G dengue positif
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
 hipoproteinemia
 hiponatremia dan
 hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit,
monosit dan basofil
1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO 2 < 35 – 40 mm
Hg, HCO3 rendah
 Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination
nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di
butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan
(104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2
– 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual
dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

3. Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


{ NOC } { NIC }
keperawatan
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan
Fever Treatment :
keperawatan selama ... x Observasi tanda-tanda
berhubungan  Tanda-tanda vital
vital tiap 3 jam.
dengan proses 24 jam, pasien akan : merupakan acuan untuk
 Beri kompres hangat
 Menunjukkan suhu tubuh
infeksi virus. mengetahui keadaan umum
pada bagian lipatan tubuh
dalam rentang normal.
pasien.
 TTV normal. ( Paha dan aksila ).
 Kompres hangat dapat
 Monitor intake dan
mengembalikan suhu
output
 Berikan obat anti piretik. normal memperlancar
sirkulasi.
 Untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan
tubuh.
 Dapat menurunkan demam

Temperature
Regulation
 Peningkatan suhu tubuh
 Beri banyak minum ( ±
akan menyebabkan
1-1,5 liter/hari) sedikit
penguapan tubuh
tapi sering
 Ganti pakaian klien meningkat sehingga perlu
dengan bahan tipis diimbangi dengan asupan
menyerap keringat. cairan yang banyak.
 Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu dan
dapat terjadi konduksi.
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Managemen
 
Kaji keadaan umum Mengetahui dengan cepat
cairan keperawatan selama ... x
berhubungan 24 jam, pasien akan : klien dan tanda-tanda penyimpangan dari
 Menunjukkan vital.
dengan keadaan normalnya.
keseimbangan 
elektrolit  Mengetahui balance cairan
Kaji input dan output
kehilangan
cairan dan asam basa cairan. dan elektrolit dalam
volume
  Observasi adanya tanda- tubuh/homeostatis.
Menunjukkan
aktif.
keseimbangan cairan tanda syok  Agar dapat segera
 Turgor kulit baik  Anjurkan klien untuk dilakukan tindakan jika
 Tanda-tanda vital dalam banyak minum.
terjadi syok.
batas normal  Kolaborasi dengan
 Asupan cairan sangat
dokter dalam pemberian diperlukan untuk
cairan I.V. menambah volume cairan
tubuh
 Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi klien
yang mengalami deficit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management
 Mengetahui nyeri yang
berhubungan keperawatan selama ... x Lakukan pengkajian
dialami pasien sehingga
dengan proses 24 jam, pasien akan : nyeri secara
perawat dapat menentukan
patologis  Dapat mengontrol nyeri kompherensif.
penyakit.  Mengetahui tingkat nyeri  Kaji faktor-faktor yang cara mengatasinya.
 Ekspresi wajah rileks.  Dengan mengetahui
mempengaruhi reaksi
faktor-faktor tersebut maka
pasien terhadap nyeri.
 Berikan posisi yang perawat dapat melakukan
nyaman dan ciptakan intervensi yang sesuai
suasana ruangan yang dengan masalah klien.
 Posisi yang nyaman dan
tenang.
 Berikan suasana situasi yang tenang dapat
gembira bagi pasien membuat perasaan yang
nyaman pada pasien.
 Dengan suasana gembira
pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.

 Obat analgesik dapat


menekankan rasa nyeri.
Analgetic
administration
 Berikan analgesik sesuai
tipe dan beratnya nyeri .
4. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan Nutrition managemen
an nutrisi kurang keperawatan selama ... x
Kaji keadaan umum
 Memudahkan untuk
dari kebutuhan 24 jam, pasien akan : klien
intervensi selanjutnya
 Beri makanan sesuai
tubuh  Menunjukkan kebutuhan  Merangsang nafsu makan
berhubungan kebutuhan tubuh klien.
nutrisi terpenuhi. klien sehingga klien mau
 Anjurkan orang tua klien
dengan anoreksia Memperlihatkan adanya
makan.
untuk memberi makanan
, mual dan selera makan  Makanan dalam porsi kecil
sedikit tapi sering.
muntah. tapi sering memudahkan
 Anjurkan orang tua klien
organ pencernaan dalam
memberi makanan TKTP
metabolisme.
dalam bentuk lunak
 Makanan dengan
komposisi TKTP berfungsi
membantu mempercepat
proses penyembuhan.
Nutrition Monitoring
 Berat badan merupakan
 Timbang berat badan
salah satu indicator
klien tiap hari.
 Monitor mual dan pemenuhan nutrisi berhasil.
 Untuk mengetahui status
muntah pasien
nutrisi pasien.
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
 Mengetahui tingkat
berhubungan keperawatan selama ... x Kaji hal-hal yang
ketergantungan klien dalam
dengan 24 jam, pasien akan : mampu dilakukan klien.
ketidakseimbang   Bantu klien memenuhi memenuhi kebutuhannya.
Dapat berpartisipasi dalam
 Bantuan sangat diperlukan
an antara suplai kebutuhan aktivitasnya
aktivitas fisik
klien pada saat kondisinya
dan kebutuhan Dapat melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat
lemah dalam pemenuhan
oksigen. sehari-hari keterbatasan klien
 TTV normal  Beri penjelasan tentang kebutuhan sehari-hari tanpa
hal-hal yang dapat mengalami ketergantungan
membantu dan pada orang lain.
 Dengan penjelasan, pasien
meningkatkan kekuatan
termotivasi untuk
fisik klien.
 Libatkan keluarga dalam kooperatif selama
pemenuhan ADL klien perawatan terutama
 Jelaskan pada keluarga terhadap tindakan yang
dan klien tentang dapat meningkatkan
pentingnya bedrest kekuatan fisiknya.
ditempat tidur.  Keluarga merupakan orang
terdekat dengan klien
 Untuk mencegah
terjadinya keadaan yang
lebih parah
6. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Syok prevention
 Memantau kondisi klien
berhubungan keperawatan selama ... x Monitor keadaan umum
selama masa perawatan
dengan 24 jam, pasien akan : klien.
 TTV dalam batas normal 
hipovilemik Observasi tanda-tanda terutama saat terjadi
 Natrium serum, kalium vital perdarahan sehingga tanda
 Monitor input dan pra syok, syok dapat
serum, kalsium serum,
magnesium serum dalam output pasien ditangani.
 Anjurkan pada pasien/
 Tanda vital dalam batas
batas normal.
 Hematokrit dalam batas keluarga untuk segera normal menandakan
melapor jika ada tanda- keadaan umum klien baik
normal
tanda perdarahan.  Mengetahui balance cairan
dan elektrolit dalam
 Keterlibatan keluarga
untuk segera melaporkan
jika terjadi perdarahan
terhadap pasien sangat
membantu tim perawatan
untuk segera melakukan
tindakan yang tepat

 untuk acuan melakukan


tindak lanjut terhadap
perdarahan.
 Untuk mengetahui adanya
asodosis metabolik.
Syok managemen
 Cek hemoglobin,
hematokrit, trombosit
 Monitor gas darah dan
oksigenasi
7. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
 Mengetahui kecemasan
berhubungan keperawatan selama ... x Kaji tingkat kecemasan
dengan 24 jam, pasien akan :  Jelaskan prosedur orang tua klien dan
memudahkan menentukan
perubahan status Mampu mengidentifikasi pengobatan perawatan.
 Beri kesempatan pada intervensi selanjutnya.
kesehatan dan mengungkapkan gejala
orang tua untuk bertanya Untuk menambah
cemas
tentang kondisi pasien. pengetahuan dan informasi
 TTV normal  Beri penjelasan tiap kepada klien yang dapat
 Menunjukkan teknik untuk prosedur/ tindakan yang mengurangi kecemasan
mengontrol cemas akan dilakukan terhadap orang tua.
 Untuk memperoleh
pasien dan manfaatnya
informasi yang lebih
bagi pasien
 Beri dorongan spiritual. banyak dan meningkatkan
pengetahuan dan
mengurangi stress.
 Memberikan penjelasan
tentang proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan pemberian
perawatan intensif jika
memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan
perawatan yang lebih
optimal
 Memberi ketenangan
kepada klien dengan
berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
8. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Teaching: Disease
pengetahuan keperawatan selama ... x Proses
 Sebagai data fdasar
berhubungan 24 jam, pasien akan :  Kaji tingkat
pemberian informasi
degan kurang Pasien dan keluarga pengetahuan
selanjutnya.
familier dengan menyatakan pemahaman klien/keluarga 
tentang Untuk memberikan
sumber tentang penyakit , kondisi , penyakit DHF penjelasan sesuai dengan
informasi.  Kaji latar belakang
prognosisdan program tingkat pendidikan klien/
pendidikan klien/
pengobatan keluarga sehingga dapat
 Mampu melaksanakan keluarga.
dipahami.
 Jelaskan tentang proses
yang dijelaskan secara  agar informasi dapat
penyakit, diet, perawatan
benar diterima dengan mudah dan
dan obat-obatan pada
tepat sehingga tidak terjadi
klien dengan bahasa dan
kesalahpahaman.
kata-kata yang mudah  Dengan mengetahui
dimengerti. prosedur / tindakan yang
 Jelaskan semua prosedur
akan dilakukan dan
yang akan dilakukan dan
manfaatnya, klien akan
manfaatnya pada klien.
kooperatif dan
 Berikan kesempatan
kecemasannya menurun.
pada klien/ 
keluarga Mengurangi kecemasan
untuk menanyakan hal- dan memotivasi klien untuk
hal yang ingin diketahui kooperatif.
sehubungan dengan
penyakit yang diderita
klien.

Daftar Pustaka

Doenges, E. M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta: Medi Action Publishing.
PADILA. (2012). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuha Medika.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27, 2015, from
Tersemangat: http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengue-
hemoragic.html
Smeltzer, & Suzanne, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (8
ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai