3. Materi Tulis
Informasi tertulis barangkali merupakan cara komunikasi yang dapat
diandalkan, terutama jika pemahaman sangat diperlukan. Tenaga kesehatan sebaiknya
menulis informasi yang penting untuk melengkapi kata-kata yang diucapkan kendati
klien terampil membaca bibir. Perlu diingat bahwa pemahaman bacaan rata-rata orang
dewasa tunarungu setaraf dengan kelas empat, sehingga pesan yang disampaikan
hendaknya menggunakan kalimat yang sederhana. Alat peraga seperti gambar yang
sederhana, lukisan, atau diagram bisa juga dimanfaatkan sebagai pelengkap untuk
meningkatkan pemahaman materi tertulis. Penyampaian informasi melalui media tulis
juga bisa dilakukan oleh klien—dengan gangguan bicara—kepada tenaga kesehatan.
Metode ini bisa menjadi metode yang paling fleksibel, karena dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran dan bicara maupun klien dengan
gangguan bicara saja.
5. Memperkeras Bunyi
Bagi klien yang mengalami gangguan pendengaran tetapi tidak hilang sama
sekali, alat bantu pendengaran mungkin akan sangat berguna. Jika klien tidak
memiliki alat bantu dengar, sebaiknya meminta persetujuan klien dan keluarganya
untuk mencari rujukan dari spesialis telinga, yang dapat menentukan apakah alat
bantu dengar cocok untuk klien. Cara lain untuk memperkeras bunyi adalah dengan
menelungkupkan tangan di dekat telinga klien, atau menggunakan stetoskop yang
dibalik dengan cara memasang stetoskop di telinga klien dan tenaga kesehatan
berbicara di corongnya (Babcock dan Miller, 1994). Jika salah satu telinga klien dapat
mendengar lebih jelas daripada telinga yang lain, tenaga kesehatan sebaiknya berada
dekat dengan telinga yang “baik”. Tenaga kesehatan harus berbicara lambat, tidak
berteriak, dan hendaknya memberikan waktu yang cukup banyak bagi klien untuk
memproses pesan yang disampaikan dan memberikan tanggapan. Metode ini kurang
cocok jika digunakan untuk berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
bicara saja, karena meskipun mengalami gangguan bicara, fungsi pendengaran
mereka tetap bekerja dengan baik.
Berikut ini rangkuman beberapa petunjuk dari Navarro dan Lacour (1980) yang
sebaiknya diikuti ketika menerapkan bentuk-bentuk komunikasi di atas.
1. Bersikap wajar
a. Jangan tegang dan kaku atau mencoba mengartikulasikan kata-kata secara
berlebihan.
b. Gunakan kalimat yang sederhana.
c. Pastikan klien memperhatikan dengan cara menyentuh lengannya dengan
lembut sebelum mulai berbicara.
d. Berdiri menghadap klien dengan jarak tidak lebih dari 2 meter apabila
mencoba berkomunikasi.
2. Bersikap penuh perhatian dan hindari hal-hal berikut.
a. Berbicara sambil berjalan.
b. Terlalu sering menggerak-gerakkan kepala.
c. Berbicara sambil mengunyah.
d. Memalingkan muka dari klien saat berkomunikasi.
Apa pun metode komunikasi yang akan digunakan, sebaiknya kedua pihak - klien
dan tenaga kesehatan telah membuat kesepakatan terlebih dahulu agar tercipta
keselarasan persepsi sehingga komunikasi berjalan lancar. Kegiatan komunikasi harus
selalu memperhatikan tujuan utamanya yaitu menyampaikan informasi dan menerima
informasi dengan baik, sehingga seorang informan, dalam hal ini tenaga kesehatan,
harus memastikan bahwa pesan kesehatan telah diterima dan dipahami dengan baik
oleh klien. Tenaga kesehatan juga harus selalu mengingat bahwa inti dari komunikasi
kepada klien dengan keadaan khusus adalah proses pemahaman klien divalidasikan
dengan cara yang tidak menakutkan.
DAFTAR PUSTAKA