Fungsi Agama Dalam Menangani Kenakalan Remaja
Fungsi Agama Dalam Menangani Kenakalan Remaja
َ ض َحالال
ط ِيِّبًا َوال تَت َّ ِبعُوا ْ اس ُكلُوا ِم َّما فِي
ِ األر ُ َّيَا أَيُّ َها الن
َ ان ِإنَّهُ لَ ُك ْم
عد ٌُّو ُم ِبين ِ طَ ش ْي
َّ ت ال
ِ ط َوا ُ ُخ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. (Qs. Al-Baqarah: 168)
5. Minuman keras, yang memabukkan dan menghilangkan control kesadaran, sehingga muncul
perilaku ganas, mudah tersinggung, melakukan kekerasan dan bisa kecanduan. Dan pengaruh
yang tak akalah dahsyatnya adalah obat-obatan terlarang.
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang dapat membentuk pribadi anak-anak kita
menjadi pribadi yang baik, sholeh, dan berakhlakul karimah. Namun pendidikan agama masih
kurang begitu ditekankan kepada anak, bahkan kurang pula minat menambah pendidikan agama
di luar sekolah, seperti masjid, mushalla atau madrasah diniyah. Akibatnya kurang tertanam jiwa
agamanya secara matang, sehingga dalam pergaulannya mereka tidak mampu mengendalikan
diri, akhirnya mudah terpengaruh dan terjerumus ke perbuatan yang hina dan tercela. Dengan
bekal agama akan terhindar dari perbuatan maksiat.
Dalam menghadapi remaja yang dianggap nakal dan mereka yang telah menjadi korban
dari penyalahgunaan narkotika, teras sekali bahwa kegoncangan jiwa mereka akibat tidak adanya
pegangan dalam hidupnya. Nilai-nilai yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur
terutama mereka yang hidup dari keluarga yang kurang mengindahlan ajaran agama dan tidak
memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.
Dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk tolong menolong dalam kebajikan dan
taqwa termasuk fungsi manusia terhadap masyarakat yang wajib dipenuhi. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Bab XI tentang Agama pasal 29 tertulis:
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.
Mengingat pasal tersebut, maka cukup jelas bahwa kepribadian bangsa Indonesia adalah
kepribadian yang berketuhanan dan atheisme adalah bukan peribadatan bangsa Indonesia.
Namun kenyataannya atheismelah yang paling subur hamper menguasai seluruh kunci-kunci
pemerintahan.
Dengan kenyataan itulah fungsi agama sangat penting karena merupakan daya penggerak
yang terdapat pada setiap dad manusia yang beragama untuk melakukan amalan-amalan yang
baik dan agama juga merupakan kendali atau rem untuk mencegah perbuatan-perbuatan
terlarang.
D. Upaya Penaggulangan
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah kenakalan remaja telah di tetapkan
sebagai salah satu masalah nasional yang harus di tanggulangi maka sesungguhnya upaya
penanggulangan telah dilaksanakan dengan menggunakan pola koordinasi antar instansi terkait,
orang tua, masyarakat, sekolah, dan remaja itu sendiri. Penanggulangannya meliputi tiga pola
oprasional yaitu:
1. Pola preventif (pencegahan), melalui penyuluhan, penerangan, pengawasan dan pengendalian,
seminar, diskusi, sarasehan, tatap muka, kegiatan olah raga, seni dan keagamaan/ kerohaniahan
dan sebagainya.
2. Pola represif (penindakan), melalui proses pendidikan dan proses peradilan hukum yang berlaku
terutama bagi para pelaku kenakalan remaja yang melanggar KUHP dan perundang-undangan
lainnya.
3. Pola pembinaan khusus atau perawatan dan rehabilitasi terutama ditujukan kepada korban
penyalahgunaan narkotika, obat dan alkohol.
Hasil upaya penanggulangan pada dasarnya telah dapat dicapai dalam arti kenakalan
remaja masih dalam batas terkendali, dan menginjak usia pemuda. Para remaja yang pernah
terlibat kenakalan sebagian dapat menembus “topan dan badai” masa remaja menjadi calon
generasi penerus. Namun demikian, seperti diuraikan dimuka bahwa setiap generasi akan
menghadapi terus masalah remaja ini, karena seperti gelombang laut (suatu gelombang telah
lewat ditelan masa, datang gelombang baru mengisi masa kini dan esok hari membawa
permasalahan tersendiri sesuai dengan perkembangan masa kini, dan ini harus dihadapi dan
ditanggulangi.
Kebijakan menangani masalah kenakalan remaja (Juvenile Delinquencyi) diadakan dalam
totalitas anasir sedini mungkin. Dari sudut pandang ilmu hukum diproyeksikan sangat dini. Hal
ini nampak jelas untuk menentukan hukum formal dan materiil menjadi gabungan komplementer
yang berupaya untuk menempatkan posisi menguntungkan bagi semua pihak yang menjadi
cakupan semesta yang utuh baik pemerintah, masyarakat, orang tua maupun pelaku sendiri.