Date Signature
LUKA TEMBAK
Oleh:
Pembimbing
Supervisor
Universitas Hasanuddin
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM dr. Geebert Dundu
ii
DISCLAIMER
Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat yang dibuat
oleh:
Tahun : 2017
iii
Luka tembak dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tingkat 3A yang berarti
mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
iv
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... ii
Kerangka Konsep…………………………………………………………………………. v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir ini.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka per
tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan
Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total perkiraan 2,3 juta
kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut, 42%nya merupakan kasus bunuh
diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik persenjataan.1,2
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai
alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang
yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan
teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk
maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan
keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.3
Dalam praktik forensik, morfologi luka tembak sangat berperan dalam menjelaskan
berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk
atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban
1
sewaktu ditembak, beberapa kali korban ditembak dan luka tembak yang menyebabkan
kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya
memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.7, 8.
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu kerja berat
bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi
mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang
menangani kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.9
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 5
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam tubuh
yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh. Yang termasuk
dalam luka tembak adalah luka tembak masuk maupun luka tembak keluar. Luka tembak
masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada
luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak
ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin besar
energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan meningkat
seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran besar yang
ditembakkan dari senapaan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru
berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.
3
yang membentuk luka seperti kali (cruciate), bintang (stellate), maupun ireguler
akibat efek ledakan.
Pada target pellet ditemukan dalam bentuk padat bersamaan wad beserta
cardboardnya.10
4
Adanya tato akibat pembakaran mesiu.
Rambut yang hangus.
Adanya bukti kulit yang terbakar berupa flare atau zona hiperemi atau bahkan
melepuh akibat nyala api yang keluar dari ujung senapan.
Jaringan di dalam dan sekitar luka berwarna cherry red
Wad berada di kedalaman luka.
Pellet ditemukan dalam bentuk padat.10
5
Gambar 4. Luka tembak jarak 60 cm
d. Luka tembak Jarak Sedang
Jarak menengah berjarak antara 1 meter hingga 4 meter.
Apabila lebih dari 2 meter maka tidak ada luka bakar, tidak ada luka yang
menghitam,tidak ada tato,
Penyebaran (dispersi) pelet meningkat secara bertahap
Lubang satelit pelet mulai muncul di sekitar lubang tengah luka.
Makin meningkatnya penyebaran pelet secara progresif, maka luka sentral
(lubang tengah) makin mengecil.
Wad mungkin masih ada. Kadang-kadang wad dapat menyebabkan luka
tersendiri.10
7
B. Luka Tembak Keluar
Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar tubuh pada bagian tubuh
lainnya, maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh disebut luka tembak
keluar. Pada shotgun jarang ditemukan adanya luka tembak keluar, hal ini
disebabkan karena kecilnya pellet dan rendahnya kecepatan peluru yang
ditembakkan. Namun pada beberapa keadaan dapat ditemukan luka tembak keluar
apabila ::
a. Luka Tembak Kontak
b. Ditembak pada bagian tubuh yang tipis seperti leher dan ektremitas.10
8
Tabel 1. Membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar tipikal (tidak ada salah satu
ciri yang patognomonis atau selalau ada) 11,12,16
Tepi reguler, bulat sampai oval, efek “punched- Defek laserasi dengan tepi irreguler
out”
Lebih kecil dari diameter peluru dan luka tembak Lebih besar daripada luka tembak masuk
keluar
Ciri luka tembak jarak dekat Tidak ada ciri luka tembak jarak dekat
Jarak
Pistol Rifle Shotgun Ciri
Tembak
Bercak moncong
Kehitaman
Bercak moncong
Tatoo terkonsentrasi
Tattoo
Kehitaman (±)
9
2.3 Deskripsi Luka Tembak1, 4,16
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan
tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar ada atau tidak
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
- Depan ke belakang atau belakang ke depan
- Kanan ke kiri atau kiri ke kanan
- Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
- Perdarahan
- Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
5. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
10
Gambar 8. Gambaran luka tembak
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut: 16
1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu :
- Kecepatan,
- Posisi peluru pada saat masuk kedalam tubuh,
- Bentuk dan ukuran peluru, dan
- Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk.
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah.
Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang
densitasnya lebih besar.Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung
kencing bila terkenatembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung
dalam fase diastol), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik keseluruh bagian.
2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stippling.
Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk kedalam kulit
Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
Jangkau butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 sentimeter
“black powder” adalah butir mesiu yang komponennya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfide, sedangkan “smoke less
powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrit yang dicampur dengan karbon dan grafit.
11
3. Akibat asap (smoke effect): jelaga
Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka terbentuk asap atau
jelaga,
Jelaga yang berasal dari “black powder” komposisinya CO2 (50%), Nitrogen (35%),
CO (10%),
Hidrogen Sulfid (3%), Hidrogen (2%), serta sedikit Oksigen dan Methane
“Smoke Less Powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 sentimeter
Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4. Akibat api (flame effect): luka bakar
Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),
Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar,
Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 sentimeter; sedangkan
untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya 7 ½ sentimeter.
5. Akibat partikel logam (metal effect): “fouling”
Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut,
Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,
Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
12
action dan double action. Pada tipe single action pelatuk harus dikokang
setiap kali akan menembak. Sedangkan pada double action revolver
penekanan picu secara berulang untuk langsung memutar silinder,
mensejajarkan laras dan tempat peluru, mengokang dan selanjutnya
melepaskan pelatuk untuk menembak.
Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan
dalam sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual
ke dalam ruang ledaknya.
Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi
dua yaitu:
Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-
butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang
untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan
halus dan tidak terdapat rifling.
Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas
magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan
13
dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru
senapan standard dan peluru pistol)
SKS-45
14
Senjata api dengan alur ke kiri
o Dikenal sebagai senjata tipe COLT
o Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
o Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat
dari basis anak peluru.
15
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit lebih
besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang bagian kulitnya terlihat
sangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru hampir sama besar dengan
diameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi penahan terhadap elastisitas kulit
diatasnya ketika mendapat dorongan anak peluru.
Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi oleh
kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi jaringan, serta jarak
tembakan.
16
2.6 Pemeriksaan Khusus Yang Dilakukan Pada Luka Tembak14,15
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit dengan
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik dan
penafsiran atau kesimpulan jenis luka mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi hambatan
pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:
1 Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3%)
2 Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air untuk membersihkan busa yang terjadi
dan membersihkan darah,
3 Dengan pemberian hidrogen perokside, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas,
sehingga deskripsi dari luka dapat dilakukan dengan tepat.14
Pengambilan sampel darah untuk analisis pemakaian alkohol dan obat-obatan sebelum
terjadinya pengenceran atau pemberian infus akan memberikan hasil pemeriksaan yang akurat.
Spesimen urin mungkin juga dapat digunakan, tetapi kurang memberikan hasil yang
memuaskan.Darah korban biasa digunakan untuk analisis komparatif DNA dengan darah yang
ditemukan di TKP, pada tersangka, atau senjata api, serta di partikel jaringan pada peluru yang
ditemukan ditempat kejadian. Debridement dari luka tembak secara permanen akan mengubah
penampilan luka. Jika tidak didokumentasikan dengan baik, difoto, atau dipertahankan untuk
evaluasi mikroskopis, ini dapat menyebabkan salah tafsir oleh pemeriksa berikutnya. Penting
untuk dilakukan pengambilan jaringan di pinggir batas luka untuk keperluan pemeriksaan
mikroskopis dan evaluasi Scanning Microscope Energy Dispersive X-Ray Spectrometry (SEM-
EDX) yang berguna untuk: 14
Mengkonfirmasi kisaran pintu masuk luka
Menentukan apakah seseorang memiliki pseudo-efek jelaga yang menghitam atau bubuk
tatto (mesiu yang tidak terbakar sempurna) pada luka nya.
Menentukan mana dari dua luka tembak yang merupakan luka tembak masuk
Memastikan jenis senjata atau amunisi yang digunakan.
Penentuan luka tembak masuk tidak hanya dapat ditentukan melalui karakteristik luka,
tetapi juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut
merupakan luka tembak masuk. Hal ini disebabkan karena tidak selamanya luka tembak masuk
memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus yang diperlukan dalam
pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan
radiologi.14
17
a. Pemeriksaan Mikroskopik Luka Tembak14
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanis dan
termis. Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;
a) Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal dan yang
mengalamikompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari
inti sel,
b) Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari butir-butir mesiu.
c) Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal,
d) Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE akan lebih
banyakmengambil warna biru (basofilic staining)
e) Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan)
danadanya butir-butir mesiu.
f) Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik
g) Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan, bewarna hitam atau
hitamkecokelatan,
h) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-
butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak
dilapisanbawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka.
i) Pada luka tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan
dibawahkulit
j) Permukaan kulit,hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.
Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapatdijumpai.
Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran lukadan dalam
perubahan epitel.
Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan mengandung lebihbanyak
butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak dimana moncong sejata
tidakmenempel pada kulit.
b. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak
Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu yang
gunakan.Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit
dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah
timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan
dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan
18
thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian,
didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi
pada tangan yang menggenggam senjata.14
c. Pemeriksaan Radiologi Pada Luka Tembak
Tujuan utama dari pemeriksaan radiologi adalah untuk menentukan jalur dari proyektil,
menilai jaringan yang terluka, memperkirakan keparahan cedera, dan menentukan apa
pemeriksaan tambahan diperlukan. Pemeriksaan radiologi awal harus didahului dengan
radiografi konvensional. Untuk menentukan proses perjalanan proyektil, dan mulai untuk
menilai potensi kerusakan jaringan, 2 pemeriksaan lain dapat dilakukan. CT-Scan dapat
membantu dalam persiapan praoperasi jika terjadi perlukaan pada kepala, leher dan dada, tetapi
jarang diperlukan pada perlukaan di ekstremitas. Angiografi penting jika dicurigai adanya
cedera vaskular, cedera vaskular harus dicurigai bila lokasi peluru berdekatan dengan
pembuluh darah besar. Pulsus distal yang teraba tidak cukup untuk mengeluarkan
kemungkinan cedera vaskular.15
Gambar 12. .Benda asing berbahan logam dalam jaringan lunak pada karpal sinistra
19
Evaluasi yang cermat pada pemeriksaan radiologis dan CT scan umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan evaluasi klinis dalam menentukan arah perjalanan proyektil
atau jaringan yang terluka. Akuisis pemeriksaan radiologis yang cepat sangat penting pada
semua pasien. Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil, dapat dilakukan radiografi
konvensional saja sebelum pasien mendapatkan tindakan operatif. Penilaian yang cepat dan
akurat dari jalur proyektil dan arah perjalanannya dapat membantu dalam perencanaan
manajemen bedah dan pencitraan lanjut yang lebih efisien. Penempatan tanda pada kulit
sebelum pencitraan radiologis sangat penting untuk menemukan lokasi permukaan luka.15
X-Ray biasanya dilakukan sebelum otopsi dengan dua bidang pemeriksaan yakni
anteroposterior dan lateral. X-ray tidak hanya digunakan untuk dokumentasi objektif dan
permanen namun juga berfungsi untuk menentukan lokasi dan karakteristik dari peluru dan
fragmen metal termasuk jaket peluru yang terpisah. Radiologi merupakan alat yang penting
untuk menemukan peluru pada tubuh yang susah ditemukan lewat autopsi (misalnya pada
columna vertebra). Pemeriksaan X-ray juga dapat memperlihatkan adanya peluru yang
membelok atau mengalami penyumbatan pada pembuluh darah. Radiologi memiliki peranan
yang cukup besar dalam bidang forensik terutama dalam mengidentifikasi luka tembak.15
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil dan
dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan
kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan disekitarnya.
Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara
lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata angin. Berdasarkan
cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada bentuk permukaaan dalam
laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya sama
yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau
anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal
dari gas co2 atau pembakaran mesiu.
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pada
gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk bintang maupun oval, dipinggir
luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran
mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula
kemungkinan didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih sering dilakukan
mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara;
p.131-168.
2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot wounds of
entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388
3. Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot wound 2 : Radiology, AJR :155. P :
691-702
4. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource.
5. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
6. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya
Medika. Hal. 75-81
7. Thali MJ, Kneubuehl BP, Zollinger U. 2002. A study of the morphology of gunshot
entrance wounds, in connection with their dynamic creation, utilizing the skin-skull-brain
model. Switzerland: forensic science international Elsevier.
8. Song J, Vorburger T.V. 2000. Guns Used in Crime. Office of Justice Program. U.S
Department of Justice.
22
11. Lew E, Dolinak D, Matshes E. Firearm Injuries. In Forensic Pathology - Principles and Practice.:
Elsevier Academic Press; 2005. p. 163-200.
12. Shkrum MJ, Ramsay DA. Penetrating Trauma: Close-Range Firearm Wounds. In Forensic
Pathology of Trauma: Common Problems for Pathologist. 1st ed. New Jersey: Humana Press; 2006.
p. 295-356.
13. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist bombings: acomparison of
outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004 Feb; 43(2): 263-73.
15. Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot Wound: Bullets, balisstics, and mechanisms
injury.AJR: 155. P: 685-90 .
17. Warlow T, Firearms,The law and Forensic Ballistic. 2nd Ed. Florida: CRC Press; 2004. P. 63-100
23