Anda di halaman 1dari 29

Library Manager

Date Signature

Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Referat


Fakultas Kedokteran Mei 2018
Univesitas Hasanunddin

LUKA TEMBAK

Oleh:

Nurul Diyana Binti Azizan C111 12 859

Muhammad Syahir Bin Tajuddin C111 12 865

Alif Zulfikar Supardi C111 12 895

Pembimbing

dr. Geebert Dundu

Supervisor

dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

1. Nama : Nurul Diyana Binti Azizan


NIM : C111 12 859

2. Nama : Muhammad Syahir Bin Tajuddin


NIM : C111 12 865

3. Nama : Alif Zulfikar Supardi


NIM : C111 12 895

Judul Referat : Luka Tembak

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Mei 2018

Supervisor Pembimbing Pembimbing

dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM dr. Geebert Dundu

ii
DISCLAIMER

Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat yang dibuat
oleh:

Judul : Luka Tembak

Penyusun Hartini Yuristira C11109 321 :

Ramdhany H Saputra C111 10 272

Nuradelia Paramitha Noor C111 10 307

Pembimbing : dr. Tjiang Sari

Supervisor : dr. Gunawan Arsyadi, Sp.PA (K)., Sp.F

Tahun : 2017

iii
Luka tembak dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tingkat 3A yang berarti
mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

iv
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... ii

Disclaimer .......................................................................................................................... iii

Standar Kompetensi Dokter Indonesia……………………………………………………. iv

Kerangka Konsep…………………………………………………………………………. v

Daftar isi …………………………………………………………………………………. vi

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ........... .................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 3

2.1 Definisi Luka Tembak .................................................................................... 3

2.2 Jenis Luka Tembak .......................................................................................... 3

2.3 Deskripsi Luka Tembak ................................................................................... 10

2.4 Jenis Senjata Api ………................................................................................... 12

2.5 Proses Terjadinya Tembakan.............................................................................. 15

2.6 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak ........................................................ 17

BAB III. PENUTUP ......................……………………………………………………….. 21

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 22

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir ini.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka per
tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan
Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total perkiraan 2,3 juta
kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut, 42%nya merupakan kasus bunuh
diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik persenjataan.1,2

Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai
alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang
yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan
teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk
maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan
keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.3

Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat pembunuhan di Amerika Serikat


dan pada banyak yurisdiksi, paling sering dipakai untuk bunuh diri. Diperkirakan bahwa
tiaptahun di Amerika Serikat terdapat ± 70.000 korban luka tembak dengan 30.000
kematian.Pemeriksaan terhadap luka ini memerlukan latihan khusus dan spesialis, baik oleh
dokter gawat darurat terhadap korban luka tembak hidup atau ahli patologi forensik pada
korbanyang meninggal.4
Laporan dari negara lain seperti Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka kejadian luka
tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%, kecelakan 28%), dan angka
kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per 100.000 (bunuh diri 80%, homicide 15%,
kecelakaan 5%).5
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua tahun 1998
yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi Masyarakat) pada triwulan ke II
tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan akibat senjata api.6

Dalam praktik forensik, morfologi luka tembak sangat berperan dalam menjelaskan
berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk
atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban

1
sewaktu ditembak, beberapa kali korban ditembak dan luka tembak yang menyebabkan
kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya
memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.7, 8.
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu kerja berat
bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi
mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang
menangani kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.9

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 5
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam tubuh
yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh. Yang termasuk
dalam luka tembak adalah luka tembak masuk maupun luka tembak keluar. Luka tembak
masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada
luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak
ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin besar
energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan meningkat
seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran besar yang
ditembakkan dari senapaan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru
berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.

2.2 Jenis Luka Tembak


A. Luka Tembak Masuk
Luka tembak masuk dibedakan berdasarkan jarak senapan dengan target yaitu :
kontak, jarak sangat dekat, jarak dekat, jarak sedang, dan jarak jauh . Umumnya
berbentuk bundar yang dikelilingi oleh kelim lecet yang sama lebarnya pada setiap
bagian.
a. Luka tembak kontak :
 Ujung senjata menempel pada kulit
 Luka tunggal
 Kulit yang terbakar minimal
 Cetakan ujung senjata dapat terlihat
 Luka berwarna Cherry red
 Bentuk luka biasanya sirkular. Namun apabila luka tembak kontak dengan
tulang misalnya pada dahi, sternum , bentuk luka dapat bermacam macam.
Banyaknya gas yang dikeluarkan dari ujung senapan terkumpul dibawah kulit
tertahan oleh tulang dibawahnya yang menekan kulit dan jaringan subcutan
keluar sehingga terjadi laserasi dari kulit dan destruksi dari jaringan subkutan

3
yang membentuk luka seperti kali (cruciate), bintang (stellate), maupun ireguler
akibat efek ledakan.
 Pada target pellet ditemukan dalam bentuk padat bersamaan wad beserta
cardboardnya.10

Gambar 1. Macam bentuk luka tembak kontak : A. Bulat; B. Oval; C.


Stellate; D. Cruciate; E. Ireguler

Gambar 2. Luka tembak Kontak

b. Luka Tembak Jarak Sangat Dekat


 Jarak sangat dekat artinya dalam 15 cm
 Luka masuk melingkar jika arah tembakan tegak lurus terhadap kulit dan luka
menjadi elips jika arah tembakan tidak tegak lurus.
 Pinggiran luka akan menghitam dan terbalik masuk.
 Pinggiran yang menghitam akibat asap perlu diperhatikan. Blackening
menyebar lebih luas dibanding tato dari mesiu.

4
 Adanya tato akibat pembakaran mesiu.
 Rambut yang hangus.
 Adanya bukti kulit yang terbakar berupa flare atau zona hiperemi atau bahkan
melepuh akibat nyala api yang keluar dari ujung senapan.
 Jaringan di dalam dan sekitar luka berwarna cherry red
 Wad berada di kedalaman luka.
 Pellet ditemukan dalam bentuk padat.10

Gambar 3. Luka tembak Jarak Sangat Dekat

c. Luka Tembak Jarak Dekat


 Jarak dekat berjarak antara 15 cm sampai 1 meter
 Lubang tunggal bertahan sampai 1 meter dan tepi luka menjadi kasar dan
bergigi. Tanda ini disebut gambaran " lubang tikus ".
 Adanya tato.
 Rambut yang hangus dapat muncul hingga jarak 30 cm.
 Adanya jelaga yang menghitam hingga 50 cm.10

5
Gambar 4. Luka tembak jarak 60 cm
d. Luka tembak Jarak Sedang
 Jarak menengah berjarak antara 1 meter hingga 4 meter.
 Apabila lebih dari 2 meter maka tidak ada luka bakar, tidak ada luka yang
menghitam,tidak ada tato,
 Penyebaran (dispersi) pelet meningkat secara bertahap
 Lubang satelit pelet mulai muncul di sekitar lubang tengah luka.
 Makin meningkatnya penyebaran pelet secara progresif, maka luka sentral
(lubang tengah) makin mengecil.
 Wad mungkin masih ada. Kadang-kadang wad dapat menyebabkan luka
tersendiri.10

Gambar 5. Luka tembak Jarak Sedang


6
e. Luka Tembak Jarak Jauh
 Jarak tembak jarak jauh artinya lebih dari 4 meter.
 Luka sentral (lubang tengah) menyusut hingga tidak terlihat.
 Semakin jauh jarak tembakan maka pelet akan semakin tersebar. Pelet akan
menyebar luas dan masuk ke dalam tubuh sebagai peluru individual yang
membentuk luka dan jalur yang berbeda beda.
 Seiring dengan jarak tembakan yang semakin jauh maka pelet yang
mencapai target tidak akan mematikan dan bahkan jika menembus kulithanya
akan mencapai jaringan subkutan.
 Tidak ada cedera wad, tidak ada asap, tidak ada flame, tidak ada tato.10

Gambar 6. Luka tembak Jarak jauh

7
B. Luka Tembak Keluar
Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar tubuh pada bagian tubuh
lainnya, maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh disebut luka tembak
keluar. Pada shotgun jarang ditemukan adanya luka tembak keluar, hal ini
disebabkan karena kecilnya pellet dan rendahnya kecepatan peluru yang
ditembakkan. Namun pada beberapa keadaan dapat ditemukan luka tembak keluar
apabila ::
a. Luka Tembak Kontak
b. Ditembak pada bagian tubuh yang tipis seperti leher dan ektremitas.10

Tanda luka tembak keluar yang khas yaitu :

a. Tidak ada Tato


b. Tidak ada luka bakar
c. Tidak ada rambut yang terbakar
d. Tidak ada penghitaman
e. Pinggiran luka mengarah keluar dengan tepi yang tidak beraturan dan jaringan
yang rusak
f. Alur luka menyebar tidak seperti senapan rifle.10

Gambar 7. Luka tembak masuk

8
Tabel 1. Membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar tipikal (tidak ada salah satu
ciri yang patognomonis atau selalau ada) 11,12,16

Luka tembak masuk Luka tembak keluar

Abrasion ring Tidak ada abrasion ring

Tepi reguler, bulat sampai oval, efek “punched- Defek laserasi dengan tepi irreguler
out”

Tepi kulit masuk ke dalam Tepi kulit menonjol keluar

Lebih kecil dari diameter peluru dan luka tembak Lebih besar daripada luka tembak masuk
keluar

Ciri luka tembak jarak dekat Tidak ada ciri luka tembak jarak dekat

Bekas minyak pada tepi dalam Tidak ada bekas minyak

Peningkatan CO pada jaringan Tidak ada peningkatan CO pada jaringan

Tabel 2. Jarak Luka Tembak 11,12,16

Jarak
Pistol Rifle Shotgun Ciri
Tembak

Kontak 0 cm 0 cm 0 cm Defek sentral dengan abrasion ring

Bercak moncong

Kehitaman

Luka stellata diatas tulang

Dekat < 1 cm <1 cm < 15 cm Defek sentral dengan abrasion ring

Bercak moncong

Tatoo terkonsentrasi

Sedang 1–65 cm 1 cm–1 m 15 cm–2 m Defek sentral dengan abrasion ring

Tattoo

Kehitaman (±)

Jauh > 65 cm >1m >2m Defek sentral dengan abrasion ring

9
2.3 Deskripsi Luka Tembak1, 4,16
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan
tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar ada atau tidak
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
- Depan ke belakang atau belakang ke depan
- Kanan ke kiri atau kiri ke kanan
- Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
- Perdarahan
- Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
5. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik

10
Gambar 8. Gambaran luka tembak
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut: 16
1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu :
- Kecepatan,
- Posisi peluru pada saat masuk kedalam tubuh,
- Bentuk dan ukuran peluru, dan
- Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk.
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah.
Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang
densitasnya lebih besar.Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung
kencing bila terkenatembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung
dalam fase diastol), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik keseluruh bagian.
2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stippling.
 Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk kedalam kulit
 Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
 Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
 Jangkau butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 sentimeter
 “black powder” adalah butir mesiu yang komponennya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfide, sedangkan “smoke less
powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrit yang dicampur dengan karbon dan grafit.

11
3. Akibat asap (smoke effect): jelaga
 Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka terbentuk asap atau
jelaga,
 Jelaga yang berasal dari “black powder” komposisinya CO2 (50%), Nitrogen (35%),
CO (10%),
 Hidrogen Sulfid (3%), Hidrogen (2%), serta sedikit Oksigen dan Methane
 “Smoke Less Powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
 Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 sentimeter
 Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4. Akibat api (flame effect): luka bakar
 Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),
 Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar,
 Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 sentimeter; sedangkan
untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya 7 ½ sentimeter.
5. Akibat partikel logam (metal effect): “fouling”
 Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut,
 Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,
 Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.

2.4 Jenis Senjata Api5,17


Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Berikut adalah jenis-jenis senjata api:
 Berdasarkan Panjang Laras:
 Laras pendek
 Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan. Revolver terdapat dua jenis, single

12
action dan double action. Pada tipe single action pelatuk harus dikokang
setiap kali akan menembak. Sedangkan pada double action revolver
penekanan picu secara berulang untuk langsung memutar silinder,
mensejajarkan laras dan tempat peluru, mengokang dan selanjutnya
melepaskan pelatuk untuk menembak.
 Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan
dalam sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual
ke dalam ruang ledaknya.

Gambar 9. Senjata api laras pendek

 Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi
dua yaitu:
 Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-
butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang
untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan
halus dan tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas
magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan
13
dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru
senapan standard dan peluru pistol)

SKS-45

Chinese AKS-47 semi-automatic rifle


Gambar 10. Senjata api laras panjang
 Berdasarkan Alur Laras
 Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras
dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak
peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui
laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan
memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung
depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur
laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran
ke kanan (Smith and Wesson).

14
 Senjata api dengan alur ke kiri
o Dikenal sebagai senjata tipe COLT
o Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
o Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat
dari basis anak peluru.

gambar 11. Senjata api beralur


 Senjata api dengan alur ke kanan
o Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON (tipe SW)
o Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan
0.46
o Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat
dari bagian basis anak peluru.
 Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
o Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah
banyak pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

2.5 Proses Terjadinya Tembakan13

a. Senjata yang digunakan, meliputi:


- Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan oleh senjata
api, senjata angin, atau shotgun.
- Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet. Kaliber
tersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang tidak selalu sama
dengan diameter peluru.

15
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit lebih
besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang bagian kulitnya terlihat
sangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru hampir sama besar dengan
diameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi penahan terhadap elastisitas kulit
diatasnya ketika mendapat dorongan anak peluru.

b. Cara melakukan tembakan, meliputi:


- Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan menghubungkan
luka tembak masuk dengan luka tembak keluar. Hanya saja luka tembak keluar
selalu tidak ditemukan. Kalaupun ditemukan kadang-kadang luka tersebut terjadi
sesudah arah anak peluru berubah setelah membentur tulang. Selain itu kadang-
kadang jumlah luka tembak banyak sehingga sulit menentukan luka tembak masuk
dan luka tembak keluar dari anak peluru yang sama. Dalam keadaan demikian maka
perkiraan arah tembakan dapat didasarkan pada posisi lubang luka terhadap cincin
lecet.
Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap permukaan
sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.
- Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara kasar
dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk dari ledakan
mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar perhitungan
secara kasar. Namun harus diingat bahwa banyak senapan modern sekarang ini
yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat menimbulkan luka tembak keluar
meskipun ditembakkan dari jarak yang sangat jauh.

Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi oleh
kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi jaringan, serta jarak
tembakan.

16
2.6 Pemeriksaan Khusus Yang Dilakukan Pada Luka Tembak14,15
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit dengan
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik dan
penafsiran atau kesimpulan jenis luka mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi hambatan
pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:
1 Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3%)
2 Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air untuk membersihkan busa yang terjadi
dan membersihkan darah,
3 Dengan pemberian hidrogen perokside, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas,
sehingga deskripsi dari luka dapat dilakukan dengan tepat.14
Pengambilan sampel darah untuk analisis pemakaian alkohol dan obat-obatan sebelum
terjadinya pengenceran atau pemberian infus akan memberikan hasil pemeriksaan yang akurat.
Spesimen urin mungkin juga dapat digunakan, tetapi kurang memberikan hasil yang
memuaskan.Darah korban biasa digunakan untuk analisis komparatif DNA dengan darah yang
ditemukan di TKP, pada tersangka, atau senjata api, serta di partikel jaringan pada peluru yang
ditemukan ditempat kejadian. Debridement dari luka tembak secara permanen akan mengubah
penampilan luka. Jika tidak didokumentasikan dengan baik, difoto, atau dipertahankan untuk
evaluasi mikroskopis, ini dapat menyebabkan salah tafsir oleh pemeriksa berikutnya. Penting
untuk dilakukan pengambilan jaringan di pinggir batas luka untuk keperluan pemeriksaan
mikroskopis dan evaluasi Scanning Microscope Energy Dispersive X-Ray Spectrometry (SEM-
EDX) yang berguna untuk: 14
 Mengkonfirmasi kisaran pintu masuk luka
 Menentukan apakah seseorang memiliki pseudo-efek jelaga yang menghitam atau bubuk
tatto (mesiu yang tidak terbakar sempurna) pada luka nya.
 Menentukan mana dari dua luka tembak yang merupakan luka tembak masuk
 Memastikan jenis senjata atau amunisi yang digunakan.
Penentuan luka tembak masuk tidak hanya dapat ditentukan melalui karakteristik luka,
tetapi juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut
merupakan luka tembak masuk. Hal ini disebabkan karena tidak selamanya luka tembak masuk
memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus yang diperlukan dalam
pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan
radiologi.14

17
a. Pemeriksaan Mikroskopik Luka Tembak14
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanis dan
termis. Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;
a) Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal dan yang
mengalamikompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari
inti sel,
b) Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari butir-butir mesiu.
c) Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal,
d) Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE akan lebih
banyakmengambil warna biru (basofilic staining)
e) Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan)
danadanya butir-butir mesiu.
f) Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik
g) Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan, bewarna hitam atau
hitamkecokelatan,
h) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-
butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak
dilapisanbawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka.
i) Pada luka tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan
dibawahkulit
j) Permukaan kulit,hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.
Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapatdijumpai.
Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran lukadan dalam
perubahan epitel.
Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan mengandung lebihbanyak
butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak dimana moncong sejata
tidakmenempel pada kulit.
b. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak
Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu yang
gunakan.Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit
dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah
timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan
dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan
18
thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian,
didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi
pada tangan yang menggenggam senjata.14
c. Pemeriksaan Radiologi Pada Luka Tembak
Tujuan utama dari pemeriksaan radiologi adalah untuk menentukan jalur dari proyektil,
menilai jaringan yang terluka, memperkirakan keparahan cedera, dan menentukan apa
pemeriksaan tambahan diperlukan. Pemeriksaan radiologi awal harus didahului dengan
radiografi konvensional. Untuk menentukan proses perjalanan proyektil, dan mulai untuk
menilai potensi kerusakan jaringan, 2 pemeriksaan lain dapat dilakukan. CT-Scan dapat
membantu dalam persiapan praoperasi jika terjadi perlukaan pada kepala, leher dan dada, tetapi
jarang diperlukan pada perlukaan di ekstremitas. Angiografi penting jika dicurigai adanya
cedera vaskular, cedera vaskular harus dicurigai bila lokasi peluru berdekatan dengan
pembuluh darah besar. Pulsus distal yang teraba tidak cukup untuk mengeluarkan
kemungkinan cedera vaskular.15

Gambar 12. .Benda asing berbahan logam dalam jaringan lunak pada karpal sinistra

19
Evaluasi yang cermat pada pemeriksaan radiologis dan CT scan umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan evaluasi klinis dalam menentukan arah perjalanan proyektil
atau jaringan yang terluka. Akuisis pemeriksaan radiologis yang cepat sangat penting pada
semua pasien. Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil, dapat dilakukan radiografi
konvensional saja sebelum pasien mendapatkan tindakan operatif. Penilaian yang cepat dan
akurat dari jalur proyektil dan arah perjalanannya dapat membantu dalam perencanaan
manajemen bedah dan pencitraan lanjut yang lebih efisien. Penempatan tanda pada kulit
sebelum pencitraan radiologis sangat penting untuk menemukan lokasi permukaan luka.15

X-Ray biasanya dilakukan sebelum otopsi dengan dua bidang pemeriksaan yakni
anteroposterior dan lateral. X-ray tidak hanya digunakan untuk dokumentasi objektif dan
permanen namun juga berfungsi untuk menentukan lokasi dan karakteristik dari peluru dan
fragmen metal termasuk jaket peluru yang terpisah. Radiologi merupakan alat yang penting
untuk menemukan peluru pada tubuh yang susah ditemukan lewat autopsi (misalnya pada
columna vertebra). Pemeriksaan X-ray juga dapat memperlihatkan adanya peluru yang
membelok atau mengalami penyumbatan pada pembuluh darah. Radiologi memiliki peranan
yang cukup besar dalam bidang forensik terutama dalam mengidentifikasi luka tembak.15

Pemeriksaan radiologi dengan sinar X ini pada umumnya digunakan untuk15:


1. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada didalam tubuh
2. Untuk menentukan letak peluru
3. Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang ditinggalkan
didalamtubuh sehingga dapat dikeluarkan
4. Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan
5. Untuk mendokumentasikan arah peluru.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil dan
dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan
kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan disekitarnya.

Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara
lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata angin. Berdasarkan
cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada bentuk permukaaan dalam
laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.

Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya sama
yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau
anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal
dari gas co2 atau pembakaran mesiu.

Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pada
gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk bintang maupun oval, dipinggir
luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran
mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula
kemungkinan didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih sering dilakukan
mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara;
p.131-168.

2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot wounds of
entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388

3. Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot wound 2 : Radiology, AJR :155. P :
691-702

4. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource.

5. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.

6. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya
Medika. Hal. 75-81

7. Thali MJ, Kneubuehl BP, Zollinger U. 2002. A study of the morphology of gunshot
entrance wounds, in connection with their dynamic creation, utilizing the skin-skull-brain
model. Switzerland: forensic science international Elsevier.

8. Song J, Vorburger T.V. 2000. Guns Used in Crime. Office of Justice Program. U.S
Department of Justice.

9. Tsokos, Michael. 2008. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Berlin,Germany;Humana


Press:139-149

10. William G. Eckert. 2000. A Physician Guide To A Medical Forensic Medicine.Introduction To


Forensic Sciences 2nd Edition, New Jersey: Humana Press; p.4.0-4.4 .

22
11. Lew E, Dolinak D, Matshes E. Firearm Injuries. In Forensic Pathology - Principles and Practice.:
Elsevier Academic Press; 2005. p. 163-200.

12. Shkrum MJ, Ramsay DA. Penetrating Trauma: Close-Range Firearm Wounds. In Forensic
Pathology of Trauma: Common Problems for Pathologist. 1st ed. New Jersey: Humana Press; 2006.
p. 295-356.

13. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist bombings: acomparison of
outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004 Feb; 43(2): 263-73.

14. Stanislavsky, A. 2007. Imaging of Shotgun Injury (online) (https://radiopaedia.org/articles/imaging-


of-gunshot-injuries-1, diakses tanggal 15 Februari 2015)

15. Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot Wound: Bullets, balisstics, and mechanisms
injury.AJR: 155. P: 685-90 .

16. Knight, Bernard. 1996. Forensic pathology.Second Edition. London;Arnold:231-241

17. Warlow T, Firearms,The law and Forensic Ballistic. 2nd Ed. Florida: CRC Press; 2004. P. 63-100

23

Anda mungkin juga menyukai