Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session

DEMAM PADA ANAK KURANG DARI 7 HARI

Oleh:

Fauzan Nashrullah 1840312461


Febrina Akrima 184031
Sri Rahmi 174031

Preseptor:
Dr. Liza Fitria, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam pada anak merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan pada anak.
Demam merupakan tanda adanya kenaikan set point di hipotalamus akibat infeksi atau
ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Pusat regulasi mempertahankan
agar suhu di dalam tubuh normal di dalam titik ambang 37˚C ( 98,6˚F) dan sedikit berkisar
antara 1-1,5˚C. Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan
energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh. Hipotalamus sebagai
pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu diberbagai
bagian tubuh dan memulai penyesuaian terkoordinasi dalam penambahan dan pengurangan
sesuai dengan keperluan untuk mengoreksi setiap peyimpangan suhu inti dari patokan normal.
Hipotalamus sangat peka, mampu merespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01°C.
Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara cermat,
sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sesuai kebutuhan untuk memulihkan suhu ke
normal.1

Demam atau peningkatan suhu tubuh merupakan manifestasi umum penyakit infeksi,
namun dapat juga disebabkan oleh penyakit non-infeksi ataupun keadaan fisiologis, misalnya
setelah latihan fisik atau apabila kita berada di lingkungan yang sangat panas. Penyebab
demam adakalanya sulit ditemukan, sehingga tidak jarang pasien sembuh tanpa diketahui
penyebab penyakitnya. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh agen mikrobiologi
yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek. Demam pada anak
dapat digolongkan sebagai (1) demam kurang dari tujuh hari dengan tanda-tanda yang
mengumpul pada satu tempat sehingga diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat klinis dan
pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa uji laboratorium. (2) demam kurang dari tujuh hari tanpa
tanda-tanda yang mengumpul pada satu tempat, sehingga riwayat dan pemeriksaan fisik tidak
memberi kesan diagnosis tetapi uji laboratorium dapat menegakan etiologi dan (3) demam
lebih dari tujuh hari dan demam yang tidak diketahui sebabnya (fever of unknown origin =
FUO).2,3,4 Dalam laporan kasus ini akan dibahas tentang demam kurang dari 1 minggu beserta
diagnosis bandingnya.
1.2 Batasan Masalah

Pada laporan kasus ini akan dicantumkan tinjauan kepustakaan mengenai demam,
terutama demam kurang 7 hari dan diagnosa bandingnya, serta laporan kasus dan diskusi pada
bagian akhir untuk membandingkan kasus yang ditemukan dengan teori sebelumnya.

1.3 Tujuan Penulisan

Laporan kasus ini terutama ditujukan kepada dokter muda yang nantinya akan menjadi
dokter umum, sehingga dapat menegakkan diagnosis dari keluhan demam yang dialami oleh
anak di pelayanan kesehatan primer. Selain itu, laporan kasus ini juga diharapkan dapat
menambah ilmu penulis mengenai demam, terutama dalam mengenali tipe demam dan
kemungkinan diagnosa bandingnya.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini berupa hasil pemeriksaan
pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku teks dan
artikel ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi

Demam ( pireksia ) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Pengaturan
suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara produksi dan
pelepasan panas. Batasan yang diterima adalah seorang anak disebut demam jika pengukuran
suhu aksilla >37,50C. Hipertermia ( kenaikan suhu tubuh 41˚C atau lebih) adalah peningkatan
suhu tubuh di atas titik penyetelan (set point) hipotalamus, disebabkan ketidakseimbangan
antara produksi dan pembatasan panas. Interleukin-1 pada keadaan ini tidak terlibat, oleh
karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal.5

2. Epidemiologi

Demam sering ditemukan pada bayi dan anak. Pizzo et al. mengatakan bahwa 10-15% bayi
yang berkunjung ke dokter mengeluh demam. Orang tua menaruh perhatian lebih untuk
berobat bila anaknya demam dibandingkan keluhan yang lain, meskipun keluhan selain
demam lebih dahulu diderita. Penelitian lain menyebutkan bahwa anak-anak berusia kurang
dari 2 tahun mengalami 4-6kali serangan sakit yang memiliki gejala demam. Selain itu,
demam pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun seringkali merupakan manifestasi dari
penyakit yang serius. Oleh karena itu perlu diketahui karakter klinis demam pada anak agar
dapat mengatasi secara komprehensif.5

3. Etiologi

Demam atau peningkatan suhu tubuh merupakan manifestasi umum penyakit infeksi,
namun dapat juga disebabkan oleh penyakit non-infeksi ataupun keadaan fisiologis. Demam
karena infeksi meliputi infeksi bakteri maupun infeksi virus. Demam non infeksi meliputi
alergi, autoimun, atau keganasan. Demam fisiologis misalnya setelah latihan fisik atau apabila
kita berada di lingkungan yang sangat panas.7

Penyebab demam adakalanya sulit ditemukan, sehingga tidak jarang pasien sembuh tanpa
diketahui penyebab penyakitnya. Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan
pendekakatan masalah. Untuk kepentingan diagnosis, demam dapat diklasifikasikan menurut
WHO menjadi 3 kelompok, yaitu:7
1. Demam kurang dari 7 hari
2. Demam lebih dari 7 hari
3. Demam dengan ruam

Meskipun sebagian besar penyebab demam infeksius adalah virus (>80%), namun 10-
20% demam infeksius dapat disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu harus dapat dibedakan
antara demam yang disebabkan oleh virus dan bakteri, sehingga dapat dilakukan tatalaksana
yang sesuai. Penderita dengan defisiensi imun justru harus dipikirkan penyebab demam yang
utama adalah bakteri sampai dibuktikan penyangkalannya. Membedakan kedua jenis infeksi
dari sisi demam saja memang sulit, namun dapat digunakan patokan di bawah ini untuk
mempermudah (Radhi et al., 2009):

Gambaran klinis yang meningkatkan Gambaran klinis yang meningkatkan


kemungkinan infeksi virus kemungkinan infeksi bakteri

Banyak organ terlibat pada waktu yang Umumnya terlokalisasi


sama, sering pada traktus respirasi atas
Ada riwayat kontak dengan orang yang Demam tinggi (>390C), durasi >3hari
memiliki gejala yang sama
Penampakan baik, interaksi dengan orang Irritable, letargi, terlihat “toxic”
tua tidak terganggu
CRP dan leukosit normal atau menurun. CRP dan sel darah putih meningkat
Limfositosis, trombositopenia.
Penurunan sitokin Sitokin meningkat

Procalcitonin normal Procalcitonin tinggi (>1,2ng/ml)


7

4. Patofisiologi
Demam ditimbulkan oleh senyawa yang dinamakan pirogen. Dikenal dua jenis
pirogen, yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen merupakan senyawa yang
berasal dari luar tubuh pejamu dan sebagian besar terdiri dari produk mikroba, toksin atau
mikroba itu sendiri. Bakteri Gram negatif memproduksi pirogen eksogen berupa polisakarida
yang disebut pula sebagai endotoksin. Bakteri Gram positif tertentu dapat pula memproduksi
pirogen eksogen berupa polipeptida yang dinamakan eksotoksin. Pirogen eksogen
menginduksi pelepasan senyawa di dalam tubuh pejamu yang dinamakan pirogen endogen.
Pirogen endogen tersebut diproduksi oleh berbagai jenis sel di dalam tubuh pejamu terutama
sel monosit dan makrofag. Senyawa yang tergolong pirogen endogen ialah sitokin, seperti
interleukin (interleukin-1β, interleukin-1, interleukin-6), tumor necrosis factor (TNF-α, TNF-
β) dan interferon.

Pirogen endogen yang dihasilkan oleh sel monosit, makrofag dan sel tertentu lainnya
secara langsung atau dengan perantaraan pembuluh limfe masuk system sirkulasi dan dibawa
ke hipotalamus di daerah preoptik berikatan dengan reseptor, akan merangsang hipotalamus
untuk mengaktivasi fosfolipase-A2 yang selanjutnya akan melepaskan asam arakhidonat dari
membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim siklooksigenase-2 akan diubah menjadi PGE2.

Di dalam pusat pengendalian suhu tubuh pirogen endogen menimbulkan perubahan


metabolik, antara lain sintesis prostaglandin E2 (PGE2) yang mempengaruhi pusat
pengendalian suhu tubuh sehingga set point untuk suhu tersebut ditingkatkan untuk suatu
suhu tubuh yang lebih tinggi. Pusat ini kemudian mengirimkan impuls ke pusat produksi
panas untuk meningkatkan aktivitasnya dan ke pusat pelepasan panas untuk mengurangi
aktivitasnya dengan vasokontriksi pembuluh darah kulit sehingga suhu tubuh meningkat atau
terjadi demam.5,7
5. Tipe demam
Penyebab demam dapat mengahsilkan tiep demam yang khas, sehingga dapat
membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Beberapa tiep demam yang sering terjadi :8
a) Demam septik

Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil berkeringat. Contohnya : local abses, selulitis, septicemia, bakterimia.

b) Demam remiten

Pada demam remiten suhu badan dapat turun setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai
suhu normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat mungkin dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik

c) Demam intermitten

Pada demam tipe intermitten, shu badan turun ke tingkat suhu normal selam beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari disebut tertian dan bila
terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d) Demam kontinyu

Ada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus-menerus tinggi disebut hiperpireksia.

e) Demam siklik

Pada demam tipe siklik, terjadi kenaikan kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
6. Diferrential Diagnosis Demam Kurang dari 7 hari

Untuk penegakan diagnosis demam kurang dari tujuh hari, dapat dipikirkan dari
klasifikasi demam kurang dari 7 hari pada anak menurut WHO:8
1. Demam kurang dari tujuh hari tanpa tanda lokal
Merupakan penyakit demam tanpa terlihat tanda yang jelas di salah satu sistem tubuh.
Penyebab terjadinya demam jenis ini adalah:
a. Infeksi virus dengue (demam dengue, demam berdarah dengue, sindrom syok
dengue)
b. Malaria
c. Demam pasca vaksinasi
d. Sepsis
e. Demam yang berhubungan dengan HIV
2. Demam kurang dari tujuh hari dengan tanda lokal
a. Infeksi pada saluran nafas bagian atas:
 ISPA
 Tonsilofaringitis
b. Sinusitis
c. OMA (otitis media akut)
d. Infeksi pada saluran nafas bagian bawah:
 Bronkiolitis
 Pneumonia
e. Infeksi saluran kemih
f. Meningitis
g. Infeksi jaringan lemak dan kulit
h. Gastroenteritis
7. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Untuk menegakkan diagnosis maka perlu dilakukan :2,8


a. Anamnesis yang lengkap mengenai umur, karakteristik demam termasuk cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam dan keluhan serta gejala
lain yang menyertai demam.
b. Pemeriksaan fisik yang teliti
c. Pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis.

a. Anamnesis

Anamnesis merupakan bagian penting dalam menegakkan diagnosis. Sebanyak 80%


penyakit dapat didiagnosis dengan anamnesis yang baik. Anamnesis demam meliputi:

Pola demam

Penilaian pola demam meliputi tipe awitan, variasi derajat suhu selama periode 24 jam
dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respon terapi. Gambaran pola demam klasik
meliputi:
 Demam septik, suhu demam berangsur naik ke tingkat tinggi pada malam hari, dan
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
 Demam kontinu, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan
fluktuasi maksimal 0,40C selama periode 24 jam. Pola ini dapat ditemukan pada
typhoid (minggu kedua), endokarditis, tuberkuloid
 Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 0,50C selama periode 24 jam. Pola ini merupakan tipe
demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatric dan tidak spesifik untuk
penyakit tertentu.
 Demam intermiten, ditandai dengan suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada
pagi hari, dan puncak demam pada siang hari. Pola ini merupakan pola kedua
terbanyak yang ditemukan dalam praktek pediatric, dan dapat ditemukan pada
malaria.
 Demam bifasik, menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam. Dapat
ditemukan pada penderita demam dengue.
Tanda infeksi saluran pernafasan

Penyebab utama dari demam pada anak kurang dari tujuh hari adalah infeksi saluran
pernafasan atas. Keluhan paling umum adalah adanya batuk, pilek, sesak. Untuk batuk perlu
ditanyakan jenis batuk (berdahak atau tidak), warna dahak, kekentalan, bau, dan ada tidaknya
darah. Untuk sesak perlu ditanyakan adanya mengi dan kecenderungan timbulnya sesak.
Untuk pilek perlu ditanyakan ada tidaknya rasa gatal pada hidung, warna secret, dan
kekentalan secret.

Nyeri saat buang air kecil dan gangguan berkemih lainnya

Penyebab kedua tersering terjadinya demam pada anak adalah ISK. Karena itu perlu
ditanyakan adakah keluhan nyeri saat BAK, tidak bisa menahan kencing, dan berkemih lebih
sering dari biasanya. Gejala khas ISK tersebut hanya dapat digali dari anak berusia >3tahun.
Sedangkan untuk bayi, gejala ISK tersamarkan. Waspadai bayi dengan urosepsis, dan
diagnosis pasti dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan penunjang.

Nyeri telinga

Anamnesis mengenai gejala yang menunjukkan gangguan pada telinga peru ditanyakan,
mengingat bahwa otitis media akut merupakan salah satu penyebab demam yang sering
ditemukan pada anak. Adanya demam tinggi yang terus menerus disertai nyeri telinga, keluar
secret dari telinga, tinnitus, dan gangguan kesadaran mengarahkan diagnosis ke otitis media
akut. Hal ini terlihat lebih jelas pada anak berusia >3tahun. Sedangkan pada bayi, manifestasi
lokal dari otitis tersamarkan. Gejala yang timbul justru demam tinggi yang disertai diare,
muntah, dan terkaddang timbul kejang.

Tempat tinggal dan Riwayat bepergian dalam 2 minggu terakhir

Pertanyaan mengenai riwayat bepergian dan tempat tinggal dapat dgunakan untuk
menyingkirkan diferensial diagnosis penyakit yang bersifat endemis. Contohnya adalah
malaria. Jika riwayat bepergian ke daerah endemis malaria disangkal, adanya kerabat yang
berasal dari daerah endemis disangkal, maka diagnosis malaria dapat disingkirkan.
Gejala perdarahan

Salah satu diferensial diagnosis dari demam kurang dari 7 hari adalah demam akibat
infeksi virus dengue. Karena itu perlu ditanyakan riwayat perdarahan pada pasien. Perlu digali
apakah ada perdarahan gusi, hematemesis ataupun melena pada pasien. Keluhan gejala
perdarahan yang dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dan lanjutan yang mengarahkan
diagnosis ke demam akibat infeksi virus dengue.

Jika pasien mengeluhkan BAB yang mengandung darah, maka lanjutkan penggalian data
ke arah infeksi gastrointestinal. Namun pada umumnya, pasien dengan penyakit
gastrointestinal tidak mengeluhkan BAB berdarah sebagai keluhan utama. Infeksi
gastrointestinal umumnya memiliki keluhan utama berupa diare atau muntah.

Riwayat imunisasi

Hal ini perluditanyakan untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis demam yang
termasuk dalam KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Perlu dipikirkan bahwa 50% dari
anak pasca imunisasi akan menunjukkan gejala demam sebagai reaksi dari tubuhnya.

Imunisasi yang menimbulkan efek demam antara lain:


a. Imunisasi DPT, pada umumnya demam terjadi selama 1-2 hari.
b. Imunisasi campak, pada umumnya demam dapat diikuti dengan timbulnya ruam
setelah 7-12 hari.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasien demam kurang dari tujuh hari:
a. Keadaan umum dan tanda vital
b. Pemeriksaan thoraks
c. Pemeriksaan abdomen
d. Kaku kuduk dan tanda meningeal
e. Pemeriksaan telinga
Dilakukan dengan otoskopi, dan dilakukan pada pasien yang mengarah ke otitis
media. Interpretasi ditentukan dari stadium dari OMA. Stadium I akan ditemukan
retraksi membrane timpani dan membrane timpani yang berwarna keruh; Stadium II
ditemukan membrane timpani yang hiperemis dan edem; Stadium III didapatkan
membrane timpani pulging, secret purulen, dan terlihat daerah yang lembek serta
kekuningan akibat nekrosis membrane timpani; Stadium IV, tampak nanah keluar dari
telinga.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan8:

a. Pemeriksaan darah lengkap

Hasil pemeriksaan darah tepi yang mengarah ke demam berdarah dengue:


1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi >20%

b. Apusan darah tepi


Pada penderita malaria dapat ditemukan parasit dalam apusan darah tepi. Ada 2
macam apusan, yaitu tetes tebal dan tetes tipis. Pada tetes tebal dapat ditentukan ada
tidaknya parasit sedangkan pada tetes tipis dapat ditentukan jenis Plasmodium.

c. Analisis urin
Dilakukan jika ada kecurigaan ke arah ISK. Interpretasi untuk ISK adalah adanya
kuman dalam urin >5/lpb, dan leukosituria >5/lpb. Diagnosis pasti dengan ditemukannya
bakteriuria bermakna pada kultur urin, yang jumlahnya tergantung dari metode
pengambilan sampel urine.

d. Foto thorak
Pemeriksaan foto thorak tidak direkomendasikan secara rutin pada anak dengan
infeksi saluran nafas bawah akut ringan tanpa komplikasi.Pemeriksaan foto thorak
direkomendasikan pada penderita pneumoni yang dirawat di rumah sakit, atau bila tanda
klinis yang ditemukan membingungkan. Foto thorak follow up hanya dilakukan bila
didapatkan adanya kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumoni berat,
gejala yang menetap atau memburuk, dan tidak berespon terhadap antibiotik.
e. Pungsi lumbal

Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnose


meningitis. Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada bayi berusia <12 bulan, dianjurkan pada
bayi usia 12-18 bulan, dan tidak rutin dilakukan pada anak usia >18 bulan. Pungsi lumbal
sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi meningitis. Pada
meningitis bakteri akan ditemukan:
1. Cairan keruh atau opalescence dangna Nonne (-)/(+) dan pandy (+)/(++)
2. Jumlah sel 100-100.000/mm3 dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear
3. Protein 200-500mg/dL
4. Glukosa <40mg/dL
12

8. ALGORITMA DIAGNOSIS

Demam kurang dari 7 hari dengan tanda local


Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Diagnosis
Batuk
Dahak kuning kehijauan ISPA non pneumoni
Demam subfebris, Nyeri telan, Hiperemis tonsil, Faringotonsilitis
rhinitis, suara serak
Pembesaran tonsi
Hiperemis tonsil, uji schick (+) Difteri

Pembesaran tonsil, DL: leukositosis, anemia


pseudomembran positif, yang
mudah berdarah jika diangkat, diagnosis pasti: biakan kuman

Bullneck, limfadenitis servical


Sesak, mengi Nafas cepat Retraksi ISPA pneumoni ringan
negative
Retraksi ISPA pneumoni berat
positif
Retraksi Foto thoraks tampak paru Bronkiolitis
positif, emfisematous, costa mendatar.
wheezing dan
ronkhi,
ekspirasi
memanjang,
paru
hipersonor
Pilek Secret kuning hijau, Foto waters positif Sinusitis
berbau,nyeri tekan di sinus,
illumination test positive
Nyeri telinga Gangguan pendengaran, keluar Sekret (+), membran timpani Otitis media akut
cairan dari telinga, bisa disertai hiperemis
nyeri kepala
Gangguan berkemih - Nyeri ketika berkemih - Nyeri ketok sudut Urine lengkap: ISK
- Berkemih lebih sering costovertebral 1. Bakteri > 104 pada
dari biasanya - Nyeri tekan supra midstream urine
- Mengompol (diatas usia simfisis (golden standart)
3 tahun) - Bias terdapat kelainan 2. Leukosituria (>5/lpb)
- Ketidakmampuan untuk genitalia eksterna 3. Hematuria (ISK pada bayi tidak
menahan kemih pada 4. proteinuria memiliki gambaran khas.
anak yang sebelumnya Gejala yang timbul dapat
bisa melakukannya berupa panas, malas
minum, mencret, muntah,
berat badan turun)
diare Feses tidak berdarah Tanda dehidrasi GE non disentriform
Feses berdarah GE disentriform
Nyeri kepala Gangguan kesadaran, muntah, Tanda rangsang menngeal Lumbal pungsi ditemukan Meningitis bakterialis
kejang (+) bakteri positif

Demam kurang dari 7 hari tanpa tanda lokal


Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Diagnosis
Pasca imunisasi Demam pasca
imunisasi
Riwayat bepergian ke Demam intermiten,  anemia  Hapusan darah tepi, Malaria
daerah endemis malaria anemia, anoreksia, mual,  Hepatomegali tetes tebal dan tipis
muntah, nyeri epigastrik,  Splenomegali ditemukan
nyeri kepala Plasmodium
 Leukositosis atau
leukopeni
 Trombositopeni
 IgM meningkat
 Komplemen turun
Disertai gangguan  Anemia  Bilirubin serum Malaria berat (karena
kesadaran  Ikterus >50mg/dL P.falciparum)
 Edema pulmo  Hb<7g/dL
Syok  Tanda DIC positif  Hiperparasitemia (>5%
PE)
 Gangguan asam basa
Demam mendadak tinggi Muntah, nyeri kepala,  Tes bendung (+)  Trombositopenia Infeksi virus dengue
nyeri otot dan sendi,  Facial flush (<100.000/µL)
tanda perdarahan
(mimisan,  Hepatomegali  Hemokonsentrasi (Htc
hematemesis,dll) meningkat >20%)
 Gold standard:
haemoglobin inhibition
test
1. Jika dicurigai termasuk dalam criteria SBI, maka lakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis
meningitis
2. Periksa pula darah lengkap dan urine lengkap untuk menegakkan dan menyingkirkan diagnosis sepsis.
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


 Nama (Inisial) : An. RA
 Anak ke :-
 Umur/ Tgl Lahir : 12 tahun 0 bulan/ 14-01-2007
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Nama Ayah/Ibu : Novendri/Ori Malindo
 Alamat : Koto Tuo Balai lurah
 Tanggal masuk : 2 Februari 2019
 Tanggal keluar : 4 Februari 2019
 Dikirim oleh : IGD RSUD Ahmad Muchtar

3.2 Anamnesis
 Diberikan oleh : Ibu kandung pasien
 Keluhan utama :
Demam sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit
 Riwayat penyakit sekarang :
- Demam 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit, demam tidak tinggi,
tidak menggigil, pasien telah berobat ke dokter dan mendapat obat
pada hari ke-2. Setelah minum obat, demam menghilang pada hari
ke 3
- Sakit perut sebelah kanan bawah sejak 1 hari sebelum masuk RS.
Sakit seperti ditusuk, semakin sakit dengan penekanan, tidak
menjalar, semakin sakit jika bergerak dan berkurang dengan
istirahat
- Batuk 3 hari pertama, tidak berdahak dan disertai pilek
- Muntah 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit, berisi makanan
sebanyak 1 kali, tidak menyemprot
- Kejang tidak ada, riwayat kejang sebelumnya tidak ada
- Penurunan kesadaran tidak ada, riwayat penurunan kesadaran tidak
ada
- Nyeri sendi dan nyeri otot tidak ada.
- Pendarahan gusi tidak ada, perdarahan hidung tidak ada
- BAB dan BAK biasa
 Riwayat penyakit dahulu :
- Tidak ada riwayat penyakit yang sama

 Riwayat penyakit keluarga :


- Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

 Riwayat persalinan : (Tidak Ditanyakan)


o Lama hamil :-
o Cara lahir :-
o Indikasi :-
o Ditolong oleh : -
o Berat lahir :-
o Panjang lahir : -
o Saat lahir :-
Kesan : Tidak Diketahui

 Riwayat makanan dan minuman :


o Bayi (Tidak Ditanyakan)
 ASI :-
 Susu formula :-
 Buah biskuit :-
 Bubur susu :-
 Nasi tim :-
o Anak
 Makan utama : 2-3x/hari, menghabiskan ½-1 porsi
 Daging : 1 x/minggu
 Ikan : 2-3 x/minggu
 Telur : 3-4 x/minggu
 Sayur : 1 x/minggu
 Buah : 1 x/minggu

Kesan: Kuantitas makanan kurang, kualitas makanan kurang.

 Riwayat imunisasi : (Tidak Ditanyakan)


Imunisasi Dasar (Umur) Booster (Umur)
BCG - -
DPT 1 -
-
2 -
-
3 -
Polio 1
-
2 -
-
3
Hepatitis B 1 -
2 - -
3 -
Haemofilus influenza B 1 - -
2 - -
3 - -
Campak - -

Kesan: Tidak Diketahui

 Riwayat perkembangan : (Tidak Ditanyakan)


Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Umur
Tertawa -
Miring -
Tengkurap -
Duduk -
Merangkak -
Berdiri -
Lari -
Gigi pertama -
Bicara -
Membaca -
Prestasi di sekolah -
Riwayat Gangguan Perkembangan Mental Umur
Isap jempol -
Gigit kuku -
Sering mimpi -
Mengompol -
Aktif sekali -
Apatik -
Membangkang -
Ketakutan -
Pergaulan jelek -
Kesukaran belajar -

Kesan : Tidak Diketahui

 Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Novendri Ori Malindo
Umur 52 tahun 44 tahun
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Buruh IRT
Penghasilan + 1.500.000 -
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah Tidak Ada Tidak Ada
diderita

Riwayat perumahan dan lingkungan


Rumah tempat tinggal : Permanen
Sumber air minum : Air sumur bor
Buang air besar : Dalam rumah
Pekarangan : Luas
Sampah : Di buang ke TPS

Kesan : Higien dan sanitasi lingkungan baik

3.3 Pemeriksaan Fisik


 Pemeriksaan umum :
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : CMC
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Frekuensi nadi : 62 kali per menit
 Frekuensi nafas : 23 kali per menit
 Suhu : 36,4 °C
 Edema : tidak ada
 Ikterus : tidak ada
 Anemia : tidak ada
 Sianosis : tidak ada
 Berat badan : 31 kg
 Tinggi badan :-
 BB/U :-
 TB/U :-
 BB/TB :-
 Status gizi :-

 Kulit : Teraba hangat


 Leher : Tidak ada pembesaran KGB
 Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, reflek cahaya +/+
 Telinga : tidak ditemukan kelainan
 Hidung : tidak ada sekret, nafas cuping hidung (-)
 Tenggorokan : tonsil T1-T1 dan faring tidak hiperemis
 Gigi dan mulut : mukosa bibir dan mulut basah
 Thoraks : Simetris, retraksi epigastrium (-)
 Paru
Inspeksi : pergerakan dada kiri = kanan, retraksi (+).
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : nafas vesikular, rhonki basah halus -/-, Wh -/-
 Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC IV
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : irama reguler, gallop (-), murmur (-)
 Abdomen :
Inspeksi : Datar, distensi tidak ada.
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus positif normal
 Punggung : tidak ditemukan kelainan
 Genitalia : A1M1P1
 Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2 detik

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Darah (2/2/2019)
Hb : 14,2 g/dL
Leukosit : 3.860 /mm3
Trombosit : 81.000/mm3
Hematokrit : 40,3%
Hitung jenis : 0/5/49/37/8
Kesan : Trombositopenia, Leukopenia

 Darah (3/2/2019)
Hb : 13,1 g/dL
Leukosit : 3.410 /mm3
Trombosit : 127.000/mm3
Hematokrit : 37,8%
Hitung jenis : 0/4/28/55/12:
Kesan : Trombositopenia, Leukopenia

3.5 Daftar Masalah


 Demam
 Sakit Perut
 Batuk
 Muntah

3.6 Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


- Demam susp demam dengue

3.7 Tatalaksana
Ringer Laktat 90 cc/menit

3.8 Rencana Pemeriksaan


Pemeriksaan Labor Rutin
3.9 Follow-Up

Tanggal Follow-Up

2 Februari S/
2019 - Demam 5 hari
Jam 23.00 - Nyeri perut (+)
- Mual (+), Muntah (+)
- Batuk (+)
O/
- KU : sedang; Kes : sadar; TD : 110/68 mmHg; Nd : 90x/
menit; Nf : 20x/ menit; T : 36,5°C;
- Hb : 14,2; Leu = 3.860/mm; PLT = 81.000/mm3
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Thoraks : retraksi (-), rhonki dan wheezing (-/-), BJ Reguler,
- Abdomen : distensi (-), BU (+) normal.
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
A/
- DHF grade I
P/
- Pantau Vital Sign
- Cek Laboratorium ulang
- IVFD RL 90 TPM
3 Februari S/
2019 - Keluarga mengatakan anaknya demam
07.00 - Nyeri perut (+)
- Batuk (+)
- Muntah 1 sndok
O/
- KU : sedang; Kes : sadar; TD : 100/70 mmHg; Nd : 67 x/
menit; Nf : 22 x/ menit; T : 36,4°C;
- Hb : 13,1; Leu = 4.840/mm; PLT = 127.000/mm3
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Thoraks : retraksi (-), rhonki dan wheezing (-/-), BJ Reguler,
- Abdomen : distensi (-), BU (+) normal.
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
A/
- DHF grade I
P/
- Pantau Vital Sign
- IVFD RL 20 TPM
4 Februari S/
2019 - Demam (-)
07.00 - Sesak Nafas (-)
- Nyeri Perut (-)
O/
- KU : sedang; Kes : sadar; TD : 100/60 mmHg; Nd : 86 x/
menit; Nf : 20 x/ menit; T : 36,4°C;
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Thoraks : retraksi (-), rhonki dan wheezing (-/-), BJ Reguler,
- Abdomen : distensi (-), BU (+) normal.
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
A/
- Perbaikan Demam
P/
- Periksa Urinalisis
Pasien Pulang pukul 14.00 wib
BAB 4

DISKUSI

Dafpus

1. Sherwood L (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Behrman, Kliegman et al. 2002. Nelson ilmu kesehatan anak. Vol

2. EGC. Jakarta. Hal : 854-856

3. Ganong, William F. 2002. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 20.

ECG kedokteran. Jakarta. Hal 245-250.


4. Guyton, Arthur C. 2002. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 9.

ECG. Jakarta. Hal : 1141-1155

5. Soedarmo, Sumarno S. Poorwo. 2002. Buku ajar ilmu kesehatan

anak : infeksi dan penyakit tropis. Ed. 1. IDAI. Jakarta. Hal:27-63.

6. Ismoedijanto. 2000. Demam pada anak. Sari Pediatrik. Vol 2. Hal :

103-108

7. Widodo, Djoko. 2004. Bunga rampai penyakit infeksi. FKUI.

Jakarta

8. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.

FKUI. Jakarta. Hal : 1719.

Anda mungkin juga menyukai