Apa Revolusi Industri itu? Sejak kapan dimulainya? Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang memengaruhi kehidupan corak manusia. Dikutip dari situs Kemenperin, revolusi industri pertama atau 1.0 dimulai pada abad ke-18. Hal itu ditandai dengan penemuan mesin uap untuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai tinggi. Pada revolusi industri kedua atau 2.0 dimulai pada tahun 1900-an. Revolusi industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik. Menurut Menperin Airlangga Hartarto, pada fase ekonomi ini, beberapa industri di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signfikan, seperti sektor agro dan pertambangan. Jadi, revolusi yang kedua ini terkait dengan teknologi di lini produksi. Kemudian, di era revolusi industri ketiga atau 3.0, saat otomatisasi dilakukan pada tahun 1970 atau 1990-an hingga saat ini karena sebagian negara masih menerapkan industri ini. Pada revolusi industri keempat atau 4.0, Menperin menyampaikan, efisiensi mesin dan manusia sudah mulai terkonektivitas dengan internet of things (IoT). Hal ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet, komputasi awan dan komputasi kognitif. Ragamnya berupa Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), Unmanned Vehicles (UAV), Mobile Technology (5G), Shared Platform, Block Chain, Robotics dan Bio-Technology. ILO (2012) yang diprakarsai oleh negara-negara maju G20 menyatakan bahwa: “it is no longer sufficient to train workers to meet their specific current needs; we should ensure access to training programs that support lifelong skills development and focus on future market needs”. Dengan demikian sangat penting untuk mengantisipasi keterampilan yang diperlukan dan menyelaraskan pelaksanaan pelatihan dengan kebutuhan yang selalu berubah di pasar kerja. Perubahan tersebut diterapkan pada jenis dan level kualifikasi kerja yang diperlukan di lapangan pekerjaan Secara keseluruhan permintaan yang berkembang untuk keterampilan analitik non rutin meliputi: kreativitas, memecahkan masalah, komunikasi, bekerja dalam tim dan kewirausahaan. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat membantu pekerja untuk mempertahankan kemampuan kerjanya dan menimbulkan kemampuan bertahan apabila menghadapi perubahan. Di lain pihak permintaan menurun untuk keterampilan rutin karena penerapan otomatisasi, digitalisasi dan oursourcing yang diakibatkan oleh Revolusi Industri 4.0 Jadi, apa yang harus kita lakukan? Menyadari dampak yang akan ditimbulkan oleh Revolusi Industri 4.0, sangat penting untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya generasi muda dalam menghadapi penurunan perminataan dalam pasar tenaga kerja. Perlu dikembangkan kemampuan kemampuan yang tidak dapat tergantikan oleh Artificial Intelligence. Dikutip dari World Economic Forum, berikut adalah 10 skill yang harus dimiliki dalam menghadapi tantangan RI 4.0. Kreativitas akan menjadi salah satu dari tiga keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerja. Dengan longsoran produk baru, teknologi baru dan cara kerja baru, pekerja harus menjadi lebih kreatif untuk mendapatkan manfaat dari perubahan ini. Robot dapat membantu kita mencapai tempat yang kita inginkan lebih cepat, tetapi robot BELUM bisa sekreatif manusia. Sementara negosiasi dan fleksibilitas sangat tinggi dalam daftar keterampilan untuk tahun 2015, pada tahun 2020 mereka akan mulai turun dari 10 besar karena mesin, menggunakan massa data, mulai membuat keputusan untuk kita. Sebuah survei yang dilakukan oleh World Economic Forum’s Global Agenda Council tentang Future of Software and Society menunjukkan orang-orang mengharapkan Artificial Intelligence menjadi bagian dari dewan direksi perusahaan pada tahun 2026. Demikian pula, mendengarkan secara aktif, yang dianggap sebagai keterampilan inti hari ini, akan hilang sepenuhnya dari 10 besar. Kecerdasan emosional, yang tidak masuk dalam 10 besar hari ini, akan menjadi salah satu keterampilan teratas yang dibutuhkan oleh semua.