Halaman 1

Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas

Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
228
Inflasi Kredensial dan Masa Depan
Universitas 1
Randall Collins 2
Sebagian besar masalah universitas kontemporer akhirnya terhubung
untuk proses inflasi kredensial. Inflasi pendidikan
kredensial yang mendorong ekspansi universitas sepanjang abad ke -20
membentuk struktur internal universitas juga, dan dengan demikian kondisinya
pekerjaan akademik. Kita akan membutuhkan sudut pandang yang lebih luas ini untuk
dapat menangkap
dinamika utama yang telah mendorong proliferasi akademik
disiplin ilmu, serta diferensiasi internal mereka menjadi spesialisasi dan mereka
paksaan untuk penelitian berkelanjutan. Jika fundamental versus diterapkan
karakter disiplin ilmu yang dipermasalahkan di universitas saat ini, serta
semakin jauh jarak antara elit yang dibayar tinggi dari para peneliti terkemuka dan
seorang
kelas bawah profesor sementara, penyebabnya ada di
strain ekonomi dari suatu sistem yang produksi massal pendidikan
kredensial untuk pekerjaan telah menjadi sangat mahal. Pendidikan
Inflasi Kredensial dan Perluasan Sistem Universitas.
Perluasan pendidikan tinggi telah didorong terutama oleh
perubahan nilai derajat pendidikan di pasar kerja. Seperti jumlah
orang dengan gelar akademis telah naik, tingkat pekerjaan untuk
kualifikasi yang mereka berikan menurun. Pada pergantian 19 th
abad, ketika gelar sekolah menengah dipegang oleh kurang dari 10% persen
populasi, mereka adalah lencana kehormatan kelas menengah yang substansial,
dan sampai pertengahan abad mereka memberikan akses bahkan ke pekerjaan tingkat
manajerial.
Pada kuartal terakhir abad ini, ketika sebagian besar lulusan dari
1 Dalam Brint S. (ed.) (2002). Masa Depan Kota Intelek . Stanford: Universitas Stanford
Tekan, hlm. 23-46.
2 University of Pennsylvania, Fakultas Sosiologi, 3718, Locust Walk, 277, McNeil
Building, Ste.113 Philadelphia, PA19104 - 6299. E-mail: collinsr@sas.upenn.edu

Halaman 2
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
229
SMA, gelar hampir tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan layanan manual atau
kasar.
Mirip dengan itu, gelar sarjana berubah dari kepemilikan elit kecil
profesional dan orang kaya, untuk dipegang oleh lebih dari seperlima dari AS
populasi; dalam pendaftaran dan di atas semua aspirasi yang termuda
kohort, sekarang lebih dari setengah populasi berada di jalur menuju tingkat BA
gelar; dalam keadaan ini, nilai pekerjaan memiliki gelar
ditolak. Pekerjaan tingkat yang lebih tinggi membutuhkan semakin tinggi dan lebih
banyak
kredensial akademik khusus. Derajat yang lebih rendah tidak kehilangan semua nilai,
tetapi
semakin dalam sistem pendidikan, sebagai stasiun jalan menuju
memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Gelar sekolah menengah telah
menjadi
sedikit lebih dari tiket ke lotre di mana orang dapat membeli peluang di
gelar sarjana, dan pada gilirannya menjadi tiket ke tingkat yang lebih tinggi
lotere. Sebagian besar derajat memiliki sedikit nilai substantif dalam diri mereka
sendiri; mereka
penanda birokrasi menyalurkan akses ke titik di mana mereka berada
menguangkan, dan tidak menjamin apa pun tentang nilainya pada saat itu
mereka diuangkan.
Proses inflasi kredensial sebagian besar digerakkan sendiri; itu memakan
diri. Tingkat pendidikan tertentu pada suatu waktu memberikan akses ke pekerjaan
elit. Sebagai
pencapaian pendidikan telah berkembang, kekhasan sosialnya
tingkat dan nilainya di pasar kerja telah menurun; Ini di
gilirannya telah memperluas permintaan akan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini
adalah
dinamis utama, meskipun faktor-faktor lain telah berperan di dalamnya.
Pendidikan dinilai tidak hanya sebagai kredensial pekerjaan; pada suatu waktu
menunjukkan status sosial, atau masuk ke kelas menengah elit atau setidaknya sopan
lingkaran; pada paruh pertama abad ke -20, sebagian besar wanita
siswa, dikeluarkan dari pasar kerja (kecuali untuk guru) hadir
kuliah sebagai pengalaman sosial dan pasar pernikahan. Elititas sosial ini
pendidikan tinggi sebagian besar telah hilang, kecuali mungkin di beberapa kantong
dalam (tidak bersama dengan) perguruan tinggi swasta mahal. Di sosial-
sisi penyempurnaan yang lebih luas, perguruan tinggi bagi banyak siswa adalah
tempat
untuk sosialisasi dan pesta pora; aspek itu telah kehilangan nada Scott Fitzgerald
tetapi jenis kegiatan yang sama dilakukan oleh sisi hiburan
pendidikan tinggi sebagai tempat tontonan olahraga dan pesta minum. Itu
mantan telah tumbuh penting untuk pengakuan publik dan pendapatan banyak orang
universitas, sedangkan administrator saat ini cenderung melakukan moralistik
Perang salib melawan yang terakhir, mungkin dengan keyakinan bahwa universitas
memang demikian
dengan tegas melepaskan diri dari kebutuhan akan kredibilitas pekerjaan yang
dibutuhkan
tidak lagi menarik siswa sebagai tempat untuk bersenang-senang. Semua ini

Halaman 3
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
230
fitur tambahan dari daya tarik sosial pendidikan tinggi di Indonesia
Amerika, dan mereka semua memiliki pendahulunya: ingatlah Dokter Faustus
pesta pora di gudang anggur Universitas Leipzig. Mereka juga mengandung beberapa
aspek inflasi juga, seperti spiral pendapatan dan pengeluaran di
atletik perguruan tinggi yang hebat. Di sisi yang sangat berbeda dari budaya
universitas,
pendidikan tinggi masih memiliki signifikansi untuk beberapa proporsi yang tidak
diketahui
orang yang memperlakukannya sebagai konsumsi budaya demi kepentingannya
sendiri; tapi mungkin saja
baik menjadi kasus bahwa kumpulan orang yang umumnya dibudidayakan yang
menikmati
akumulasi buah pembelajaran telah ditampi hingga tingkat tinggi
intelektual yang mengolah spesialisasi esoteris terutama karena mereka
profesor mereka. Teori budaya lain tentang ekspansi yang lebih tinggi
pendidikan, Ramirez dan Boli (1982) argumen yang menyebar sebagai tanda
modernitas, tidak berlaku untuk AS, setidaknya di institusi daripada
tingkat individu; karena AS lah yang memulai model massa
pendidikan tinggi sebagai ciri masyarakat modern, model yang
masyarakat lain telah ditiru. Meyer dan Rowan (1977), yang menyediakan
teori institusional yang menarik Ramirez dan Bolivia, menggunakan sekolah sebagai a
contoh terkemuka dari institusi yang prestise didasarkan pada mitos
apa yang sebenarnya mereka lakukan. Credentialling memang merupakan manifestasi
dari
mitos organisasi, dan telah datang untuk mendefinisikan budaya terhormat
modernitas: tetapi itu adalah dinamika inflasi kredensial dalam
pasar pendidikan tinggi AS yang diperluas yang menciptakan budaya ini.
Menyelesaikan daftar faktor-faktor tambahan dalam pertumbuhan pendidikan, di
tingkat terendah beberapa peningkatan dalam pendidikan adalah karena paksaan,
termotivasi oleh kampanye untuk mengasimilasi imigran, menanamkan nasionalisme,
agama, atau kehormatan moral. Hal ini penting terutama di 19 th dan
awal sekolah dasar dan menengah abad ke - 20 ; sebagian besar telah menjadi
tidak relevan dengan pendidikan tinggi, yang telah menjadi semakin berkelanjutan
oleh
paksaan ekonomi sendiri dari karir credentialling, sehingga wajib
ciri-ciri perguruan tinggi telah dianggap sebagai hal yang berlebihan. Namun,
ada sisa-sisa kampanye kontrol masyarakat abad ke -19 di masa tinggal-
propaganda di sekolah yang ditujukan pada remaja yang kecewa karena berada di
bagian belakang
akhir kompetisi pengkreditan; semakin kampanye ini beralih
menuju akhir akademis yang rendah dari perguruan tinggi, seperti finish-your-
kampanye gelar untuk atlet. Seseorang dapat melihat lebih banyak hal yang sama di
tingkat yang lebih tinggi berturut-turut di masa depan. Tiga puluh tahun dari sekarang
kita boleh
memiliki kampanye “jangan putus kuliah”.
Semua proses ini berperan dan memperkuat siklus kebangkitan

Halaman 4
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
231
pencapaian pendidikan dan meningkatnya persyaratan pekerjaan; apapun itu
alasan untuk lebih banyak orang menyelesaikan tingkat sekolah tertentu, mereka
semua
persyaratan pekerjaan tergeser ke atas, dan pada gilirannya meningkatkan tekanan
untuk pencapaian pendidikan. Jika akses pekerjaan mungkin kurang penting
bagian dari sekolah di awal abad ke -20 dan sebelumnya, dengan meningkatnya
kepercayaan
inflasi yang terus membanjiri semua pertimbangan lainnya.
Inflasi kredensial sebagian besar didorong oleh penawaran, bukan didorong oleh
permintaan; yaitu
didorong oleh perluasan sekolah, seperti pemerintah mencetak lebih banyak
uang kertas; bukan dari permintaan ekonomi untuk semakin
tenaga kerja terdidik. Teori yang bertolak belakang, bahwa pendidikan meningkat
persyaratan telah ditentukan oleh persyaratan fungsional pekerjaan
dalam ekonomi modern, tidak tahan atas bukti. saya sudah
merangkum bukti itu 20 tahun lalu (Collins, 1979; Dore, 1976; lihat juga
Brown, 1995; Bills, 2000; Brown, 2000) dan tidak melihat apa pun sejak itu
yang membuat saya percaya bahwa persyaratan pendidikan adalah lebih banyak
permintaan
didorong di era hiper-inflasi pendidikan kita daripada di akhir pertengahan
inflasi pendidikan abad. Bahkan di era "teknologi tinggi" kita, nilai dari
kredensial pendidikan masih terutama ditentukan oleh fakta bahwa AS
sistem pendidikan telah membangun akses yang terus menerus untuk masing-masing
tingkat gelar berturut-turut; telah mampu membanjiri pasar untuk berpendidikan
kerja di hampir semua level.
Banyak orang telah terpesona oleh sektor teknologi tinggi dan mudah
jatuh ke dalam retorika yang menjadikannya pembenaran pendidikan besar-besaran
ekspansi. Saya tidak akan mengulangi analisis yang diberikan dalam The Credential
Society
(Collins, 1979) tetapi hanya mencatat bahwa keterampilan teknologi tinggi mutakhir
industri, seperti komputer, umumnya dipelajari pada pekerjaan atau melalui
pengalaman pribadi daripada dalam pengaturan birokrasi formal
sekolah. Keterampilan komputer canggih umumnya dipelajari oleh remaja laki-laki,
dalam banyak cara yang sama bahwa operator mesin berat dan lainnya dibayar dengan
baik
tenaga kerja terampil mempelajari keterampilan kerja mereka melalui keluarga dan
pribadi awal lainnya
koneksi. Sekolah teknik selalu menjadi cara untuk mencoba menangkap
dengan jaringan informal yang menghasilkan elit yang terlatih sendiri
dunia teknis. Bandingkan kesuksesan finansial para pendiri muda PT
Apple atau Microsoft (beberapa di antaranya putus sekolah) dengan yang lebih
sederhana
karir lulusan sekolah komputer. Teori ekonomi Spence (1974)
"pensinyalan pasar" mengakui bahwa pendidikan mungkin tidak menyediakan
keterampilan kerja tetapi
hanya diambil oleh pemberi kerja sebagai sinyal yang mungkin berkorelasi dengan
karyawan yang diinginkan; yang hilang adalah sifat dinamis dari kredensial

Halaman 5
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
232
inflasi dari waktu ke waktu, dan pengakuan bahwa ia didorong dari sisi
tekanan publik untuk memperluas akses ke sekolah, bukan dari sisi
pengusaha dengan minat yang konstan dalam pensinyalan.
Mari kita perjelas apa artinya ini. Masyarakat teknologi tinggi tidak
berarti bahwa proporsi yang tinggi dari angkatan kerja terdiri dari para ahli. Lebih
kemungkinan pola, dan yang kita lihat muncul hari ini, adalah bifurkasi dari
tenaga kerja ke sektor ahli (mungkin 20%) dan sebagian besar dari
pekerjaan layanan rutin atau bahkan kasar. Memang, dengan komputerisasi masa
depan
dan otomatisasi, mungkin itu adalah pekerjaan rutin kelas menengah
menghilang (seperti halnya pekerjaan manual dengan keterampilan dan semi-terampil
sangat besar
berkurang) meninggalkan celah yang lebih besar di antara yang kecil
elit teknis / manajerial / keuangan dan yang lainnya. Untuk alasan ini, kami
mungkin berharap bahwa masalah sosial yang paling menjengkelkan di masa depan
adalah tidak
ras atau jenis kelamin, tetapi kelas. Dalam ekonomi sebagian besar otomatis lebih
lanjut dalam
Abad ke-21, sebagian besar angkatan kerja dapat disimpan digunakan terutama
karena upah mereka lebih murah daripada biaya memelihara robot -
terutama jika produksi robot berubah sama anehnya dengan
produksi sistem komputer. Dalam kondisi seperti itu, kredensial
Proses inflasi akan berlanjut, bahkan pada tekanan yang lebih tinggi. Pertama: dengan
beberapa pekerjaan bagus, ada persaingan yang sangat tinggi untuk mengaksesnya,
karenanya menaikkan persyaratan pendidikan ke tingkat yang sangat tinggi. Kedua:
sistem pendidikan berperan penting dalam menangani masalah pendidikan
bagian dari angkatan kerja yang dipindahkan, gudang orang dan menjaga mereka
untuk sementara waktu keluar dari pasar kerja (dan dengan demikian menekan angka
pengangguran
menilai); bahkan dapat berfungsi sebagai sistem kesejahteraan tersembunyi,
membagikan sosial
dukungan dalam bentuk pinjaman mahasiswa dan mensubsidi make-style WPA
kerja. Pendidikan secara politis dapat diterima sebagai kesejahteraan karena tidak
didefinisikan seperti itu. Namun pergudangan juga menjaga persediaan pendidikan
kredensial, memperkuat proses pertama.
Perkembangan ekonomi teknologi tinggi juga telah dipengaruhi oleh
inflasi kredensial pendidikan. Sebagai contoh, sebagai kompetisi untuk
posisi manajerial meningkat di antara pemegang BA pada 1960-an dan 70-an,
Gelar MBA menjadi semakin populer, dan akhirnya menjadi yang baru
standar untuk akses ke pekerjaan bisnis perusahaan. Pemegang gelar ini
telah berusaha untuk membenarkan kredensial dengan memperkenalkan teknik baru
pengelolaan; sering dengan kualitas yang aneh, mereka tetap memberikan
veneer teknis untuk kegiatan mereka. Persalinan yang disahkan cenderung untuk
mendefinisikan kembali
pekerjaan mereka dan untuk menghilangkan pekerjaan yang tidak dipercaya di sekitar
mereka. Demikianlah

Halaman 6
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
233
spiral kompetisi untuk pencapaian pendidikan dan peningkatan kepercayaan
persyaratan untuk pekerjaan cenderung tidak dapat diubah. Kredensial inflasi telah
didorong ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di AS selama abad ke -20
karena
AS memiliki pasar pendidikan terbuka yang unik. Sekolah dari semua jenis memiliki
telah didirikan oleh agama, yurisdiksi negara di hampir semua tingkatan (dengan
terkecuali pemerintah federal), dan komersial
pengusaha. Ekspansi pendidikan terlalu umum di beberapa negara
periode, dan banyak lembaga telah diikat secara finansial atau gagal (misalnya
kuliah di pertengahan 19 th
abad). Tetapi dengan terobosan jangka panjang
credentialling di seluruh pasar kerja, memperkuat populer besar
permintaan untuk derajat, pasar sebagian besar telah menjadi ekspansif
perataan pendaftaran pada tahun 1970-an, terutama siswa laki-laki, adalah satu
dari pemeriksaan sementara ketika inflasi dalam nilai pekerjaan
mata uang, vis-a-vis meningkatnya biaya pribadi untuk memperoleh pendidikan,
membawa penyesuaian tujuan; tetapi siklus inflasi telah lepas landas
lagi pada 1990-an. Proliferasi institusi pendidikan ini memiliki
berlanjut dalam beberapa kali, dengan lembaga-lembaga baru - community college,
sekolah komersial - berorientasi pada penyediaan pekerjaan praktis
kredensial dan membuang justifikasi budaya yang lebih tua untuk pendidikan. Sana
juga telah menjadi perluasan pendidikan baru pada bagian agama
sektarianisme dalam bentuk sekolah-sekolah Kristen, atau dalam komunitas kulit
hitam,
Sekolah muslim. Menurut Jencks dan Riesman (1968) model
"Prosesi akademik", bentuk pendidikan alternatif sadar diri semua
akhirnya meniru pola kepercayaan pendidikan arus utama, dan dengan demikian
jendela kekhasan bentuk-bentuk pendidikan ini mungkin tidak terbuka
sangat panjang. Mereka semua dapat dilihat sebagai upaya untuk memulai, menjauh
dari
atmosfer perjuangan untuk yang teralienasi dan kalah
kredensial di sekolah menengah umum. Home schooling mungkin tampak asli
putus dengan kredensial formal; masih harus dilihat bagaimana ini akan bekerja
di luar. Ada saran (Tagihan, komunikasi pribadi) yang menekan
membuat home schooling sesuai dengan pola resmi pengkreditan
sudah berjalan.
Perpecahan yang berkembang antara pekerjaan bergaji tinggi dengan teknologi tinggi
dan yang lainnya
sudah ada pada kita; sebagai perampingan (umumnya diberlakukan oleh MBA baru
menerapkan rasionalitas ekonomi mereka) telah menggantikan manajerial tradisional
dan pekerjaan kerah putih, surplus telah mengalir ke peningkatan jumlah
pengusaha pendidikan (seperti halnya meningkatkan jumlah konsultasi
perusahaan). Ideologi populer kami merayakan ini, dengan menganggap penting
beberapa dari mereka

Halaman 7
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
234
paling berhasil; apa yang diabaikan adalah perubahan keseluruhan dalam struktur
dan peningkatan stratifikasi di dalamnya.
Dinamika inflasi kredensial dan apa yang telah dilakukan
karir pendidikan dan organisasi pendidikan belum banyak
diakui; itu jelas asing dengan pernyataan resmi. Di sebuah
cara konkret, tentu saja, dinamika inflasi dipahami oleh banyak orang di Indonesia
belakang panggung, konteks pribadi, di mana ia biasanya dianggap sebagai humor
atau sinisme.
Pendidikan untuk teknologi tinggi adalah ideologi yang melegitimasi; itu adalah
seperempat kebenaran, di
terbaik, sejauh beberapa persen orang yang berhasil melewati
sistem pendidikan memperoleh keterampilan yang relevan dengan pekerjaan mereka,
dan bahkan mungkin berlaku
mereka di beberapa bagian dari karir mereka. Pendidikan juga disahkan sebagai
persamaan kesempatan yang demokratis; di sini ada seperempat kebenaran lagi,
karena
perluasan besar-besaran akses pendidikan hingga abad ke - 20 belum
mengurangi hubungan antara pencapaian pekerjaan dan keluarga
latar belakang, dan sosiolog telah banyak mendokumentasikan caranya
keuntungan dan kerugian pendidikan diwariskan melalui keluarga
budaya dan sarana ekonomi. Kita semua tahu poin terakhir ini. Namun demikian
mencolok bagaimana hampir semua faksi ideologis di AS merangkul
pendidikan sebagai solusi favorit kami untuk masalah sosial. Ini semacam sekuler
agama, menjaga ideologi kesetaraan tetap hidup karena kita melalui
gerakan memiliki anak-anak kita di sekolah umum di mana mereka berada
diperlakukan secara dangkal sebagai sama.
Kombinasi ideologi yang mendukung pendidikan - teknologi tinggi
ditambah kesempatan demokratis - juga beroperasi sebagai ideologi pelindung bagi
kita semua yang mencari nafkah dalam sistem pendidikan. Jika itu fokus
pada aspek materi kasar kehidupan akademik kita yang kita sukai
tersembunyi secara rahasia (seperti negosiasi gaji kami), orang dapat menambahkan
bahwa
ideologi peluang teknologi / demokrasi tidak hanya mendukung pekerjaan kita, tetapi
juga
dasar materi kehidupan intelektual; ini membantu kita mendapatkan sponsor yang
memungkinkan
kita yang tertarik untuk melakukan hal yang berkaitan dengan diri kita dengan
produksi pengetahuan dan kenikmatan budaya tinggi. Mandat
inflasi adalah rahasia kotor pendidikan modern; jika semua orang mengakuinya
secara publik - lebih buruk lagi, jika itu menjadi topik diskusi politik - itu akan terjadi
memaksa kita untuk menghadapi masalah ketidaksetaraan kelas dan memang
berkembang
ketidaksetaraan kelas, sebagian terkait langsung dengan perluasan
kredensialisasi. Oleh
beberapa rute, ekspansi berkelanjutan dari pendidikan inflasi
sistem kredensial meredakan masalah konflik kelas di AS: keduanya
dengan mengulurkan prospek untuk mobilitas di suatu tempat di telepon, sementara

Halaman 8
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
235
menempatkan koneksi dalam bentuk yang cukup jauh untuk menutupi semua
kegagalan
sistem untuk memberikan; dan dengan pembayaran transfer tersembunyi ke un- atau
under-
dipekerjakan, aspek Keynesian atau WPA dari sistem pendidikan.
Batas Biaya pada Minting Inflasi Kredensial Pada prinsipnya,
ekspansi pendidikan dan inflasi kredensial bisa berlangsung tanpa akhir, sampai
petugas kebersihan membutuhkan PhD, dan pekerja rumah tangga dan pengasuh akan
diperlukan
untuk memegang gelar lanjutan dalam peralatan rumah tangga dan penitipan
anak. Orang
dapat disimpan di sekolah pada usia yang bertambah, hingga usia 30-an dan 40-an,
atau di masa depan yang jauh dari nanti 21 atau abad ke-22, bahkan lebih lama. Ini adalah
bukan tanpa preseden untuk segmen populasi yang terbatas; di akhir
Dinasti Cina, kompetisi besar-besaran atas gelar resmi mempertahankan
Gentry belajar untuk ujian ke usia 40-an (Chaffee 1985). Pada prinsipnya sejak itu
ini adalah proses pemberian makan sendiri, jumlah pendidikan berapa pun selama
masa hidup
dapat menjadi dibutuhkan oleh kenaikan inflasi kredensial. Bahkan mungkin terjadi di
masa depan yang jauh bahwa spesies sosialisme akan muncul ketika
hampir seluruh populasi ada di tunjangan di sekolah, atau bekerja untuk
sistem sekolah, sedangkan pekerjaan material masyarakat dilakukan dengan komputer
dan
robot
Pada kenyataannya, jalur ekspansi sekolah ekspansi dan kredensial
Inflasi tidak berkembang dengan lancar. Sejauh ini, diskusi saya tentang kredensial
inflasi telah mengabaikan masalah biaya. Dalam hal moneter
inflasi yang dimodelkan, biaya pencetakan mata uang lebih banyak
dapat diabaikan. Namun, kredensial pendidikan pada umumnya mahal untuk mint;
mereka termasuk biaya guru, staf, pembangunan fisik, pengajaran
bahan, dan biaya hidup siswa. Secara historis sudah ada
contoh di mana universitas telah mencetak langsung (atau menulis)
dan menjual gelar, seperti universitas Prancis yang hampir mati di abad ke - 18
(Collins, 1981). Di AS modern, lembaga akreditasi mencoba menghilangkan
pabrik diploma, memastikan bahwa semua kredensial pendidikan sama mahalnya
dengan
standar yang berlaku. Lagi pula, tidak mungkin untuk persyaratan kredensial
untuk naik ke level apa saja --- tingkat “PhD untuk petugas kebersihan”; batasnya
ditentukan oleh
berapa persen dari GNP yang dapat digunakan untuk menghasilkan kredensial
pendidikan
dibandingkan dengan pekerjaan produktif. Lebih tepatnya, mari kita hancurkan
pemasok
kredensial pendidikan ke sektor publik dan swasta (yang mungkin
tumpang tindih secara analitis). Untuk sektor publik, batasannya adalah berapa banyak
anggaran pemerintah (dan perpajakan publik) dapat dikhususkan untuk
pendidikan; untuk pendidikan yang diproduksi secara pribadi, batasannya adalah
berapa banyak siswa
(atau orang tua mereka) mampu membayar. Ketika inflasi kredensial naik (yaitu
seperti itu

Halaman 9
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
236
membutuhkan lebih banyak tahun untuk menghasilkan mata uang gelar pendidikan
yang dapat digunakan di Internet
pasar kerja), biaya investasi swasta atau subsidi publik dalam
mendukung produksi kenaikan mata uang pendidikan, sampai titik tertentu di
yang memperlambat tekanan balik, menghentikan atau bahkan membalikkan ekspansi
pendidikan.
Beberapa jenis penyesuaian dimungkinkan. Individu dapat keluar
kontes untuk kredensial, terperangkap antara biaya pendidikan dan apa
imbalan yang bisa mereka dapatkan (atau harapkan dapatkan) di pasar kerja. Ini
terjadi pada
tingkat yang bervariasi dalam semua periode dan merupakan bagian dari jejak putus
itu
membentuk hierarki pencapaian pendidikan. Jenis penyesuaian lainnya
terjadi pada tingkat kolektif; kesediaan publik untuk membayar pendidikan
dapat menurun. Contoh reaksi publik terhadap pendidikan adalah
didokumentasikan dalam Collins 1998: 515-520, 581-582; hiper-inflasi pendidikan
di Spanyol selama tahun 1500-an membawa gelombang kekecewaan terhadap sekolah
dan runtuhnya banyak sekolah; di Jerman dan Prancis pada akhir
Abad ke - 18 , ada gerakan luas untuk menghapuskan universitas,
yang sebenarnya dilakukan di Perancis. Di AS kontemporer,
pendidikan terus memiliki legitimasi ideologis yang kuat; politisi aktif
kedua sisi spektrum politik umumnya mendukung pengeluaran untuk pendidikan.
Ada bentuk penyesuaian ketiga: memangkas biaya produksi
kredensial pendidikan. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi guru dan
staf; atau dengan mencoba menghilangkan kegiatan berlebihan dan berkonsentrasi
pada konten yang diduga praktis yang seharusnya dikreditkan.
Yang terakhir ini sampai batas tertentu buatan, mengingat bahwa nilai derajat
adalah legitimasi simbolisnya berhadapan dengan standar pendidikan yang berlaku
dalam populasi; namun jika seseorang dalam pemotongan biaya, turun-ke-
mode bisnis, yang tercermin dalam cara di mana konten derajat
didefinisikan. Berbagai bentuk penyesuaian ini semuanya dapat berlangsung
bersamaan
waktu, dalam proporsi yang berbeda-beda; semua adalah bagian dari lingkungan di
mana
akademisi beroperasi hari ini.
Perluasan Sejarah Ilmu Sosial dalam Konteks a
Pasar Kredensial Inflasi Sebagai contoh bagaimana disiplin ilmu telah
dibentuk oleh proses inflasi kredensial, mari kita periksa pertumbuhan
ilmu-ilmu sosial. Keberadaan ilmu-ilmu sosial secara historis miliki
sebagian besar tergantung pada perluasan sistem universitas (pada ini
proses, dan untuk sumber tentang perbandingan historis dalam apa yang berikut, lihat
Collins, 1998; Collins, 2000). Struktur universitas asli muncul di
Susunan Kristen abad pertengahan untuk mempercayai para teolog, pengacara, dan
medis

Halaman 10
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
237
dokter; itu mengembangkan kredensial tingkat internal - awalnya Master of
Seni - sebagai persyaratan masuk ke gilda guru persiapan
mata pelajaran dalam universitas yang mengarah ke profesional tingkat lanjut
fakultas. Fase kedua produksi kredensial, dan perubahan
organisasi universitas, datang dengan dasar penelitian Jerman
universitas pada tahun 1810, model yang diadopsi oleh sebagian besar Barat lainnya
sistem pendidikan kemudian pada abad ke -19. Reformasi Jerman
universitas dilakukan dalam konteks membangun pendidikan
persyaratan kredensial untuk posisi dalam administrasi pemerintahan, dan untuk
sistem perluasan sekolah umum gratis dan wajib, juga
dipelopori di negara bagian Jerman. Kunci pengembangan internal adalah bahwa
kredensial bagi para profesor - masuk ke guild guru yang lebih tinggi - menjadi
publikasi penelitian asli. Perluasan penelitian, dan memang
gagasan bahwa profesor haruslah seorang sarjana yang inovatif, adalah demikian
terkait dengan penciptaan dan perluasan kredensialisasi pekerjaan modern.
Perkembangan ilmu laboratorium berkembang pada abad ke -19
Universitas jerman; begitu pula disiplin sejarah, dan akhirnya
humaniora juga.
Ilmu-ilmu sosial bercabang sebagai jabatan profesor khusus
mapan. Ini terjadi sebagian karena universitas bersaing
diri mereka dalam gengsi sesuai dengan etos baru inovasi ilmiah
dan penemuan; sebagian karena seiring bertambahnya pendaftaran universitas,
semakin banyak fakultas yang ditekan untuk membuat ceruk khusus sebagai
bidang persaingan intelektual yang berbeda. Banyak ilmu sosial memiliki
perintis di luar universitas, seperti penjelajah amatir yang melakukannya
arkeologi dan antropologi, atau gerakan reformasi politik berbagai
jenis yang dimasukkan ke dalam sosiologi dan ekonomi. Identitas disiplin dan
fokus sadar diri pada teori dan penelitian sistematis, bagaimanapun,
umumnya muncul dengan pendirian posisi universitas dan
derajat. Psikologi berdasarkan percobaan laboratorium dikembangkan di
1870-an di Jerman ketika fisiolog yang menganggur lebih banyak menjajah
posisi berlimpah di bidang filsafat yang lebih tua. Ekonomi berkembang
menjadi bidang teknis menggunakan alat matematika di atas segalanya di Inggris
universitas tahun 1860-an dan 1870-an, baru direformasi pada model Jerman,
sebagai ahli matematika seperti Jevons bermigrasi ke kursi yang lebih tua dalam
moral
filsafat. Antropologi tumbuh sebagian dari medis dan biologis
profesional, sebagian sebagai peremajaan intelektual lama
jabatan profesor di bidang klasik atau jabatan profesor riset baru dalam bahasa.

Halaman 11
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
238
Sosiologi mendapat ceruk akademik melalui beberapa rute; ini yang paling militan
pernyataan disiplin diproduksi di Perancis selama pendidikan
reformasi Republik Ketiga, di mana Durkheim menggunakan kursi dalam pedagogi
sebagai dasar untuk mengatur disiplin yang otonominya
dirumuskan sebagai ilmu masyarakat.
Itu terutama di universitas-universitas Amerika bahwa berbagai sosial
ilmu menjadi terlembagakan sepenuhnya dan mengatur jalan menuju
perusahaan penelitian yang luas. Ini muncul sebagian karena
Universitas-universitas Amerika dari akhir abad ke -19 dan seterusnya, dibangun di
atas sebuah
proliferasi sebelumnya perguruan tinggi agama dan negara, dengan cepat menjadi
kumpulan lembaga pendidikan tinggi terbesar di dunia, dan berisi
pendaftaran siswa terbesar. Kedua kondisi tersebut disukai internal
diferensiasi. Yang mendasari ini adalah dinamika yang lebih besar. Era
credentialling, awalnya untuk profesi klasik sebagai pergantian 20 th
abad, dan selanjutnya untuk semua pekerjaan yang lebih tinggi, adalah era
diferensiasi ilmu-ilmu sosial sebagai berbagai spesialisasi penelitian. Itu
ilmu sosial tidak menjadi disiplin penelitian hanya untuk dibawa
melakukan kerja praktek atas permintaan kepentingan komersial; ada beberapa
tekanan ini, dan mungkin bahkan lebih dari ideologi penutup yang diajukan
negarawan universitas memuji manfaat praktis fakultas penelitian mereka
sedang memproduksi. Tetapi ini adalah hubungan masyarakat, dan bahkan
berkembang
sistem kredensial membuat para profesor jauh lebih mandiri dari
masalah komersial di luar. Kredensial inflasi baik untuk kita
ulama, karena memberi kita basis materi dan mengisolasi kita dari yang lain
tekanan; selama jumlah siswa yang mencari kredensial pekerjaan pergi
naik, dan angka-angka itu mampu membayar sendiri, akademik
spesialis bisa pergi dengan cara mereka sendiri. Ungkapan sinis dari "publish or."
binasa "menyembunyikan atmosfer yang jauh lebih menguntungkan dari
revolusi para profesor, apa yang saya sebut sebagai intelektual, untuk yang pertama
waktu dalam sejarah, mengendalikan basis material mereka sendiri (Collins, 1998,
bab 12). Dalam pasar penghasil kredensial yang berkembang dengan baik seperti
AS selama sebagian besar abad ke -20, diferensiasi spesialisasi mengambil
tempatkan di dua level. Salah satunya adalah pemisahan disiplin ilmu. Yang positif
sisi ini telah dikaburkan oleh kebiasaan kita saat ini meremehkan
disiplin dan memuji cita-cita interdisipliner. Apa ciptaannya
disiplin ilmu yang dilakukan adalah untuk memberikan kelompok khusus sarjana
kekuatan untuk
merekrut anggota mereka sendiri sesuai dengan kriteria mereka sendiri; dengan
demikian
periode pendirian disiplin juga merupakan periode pendirian sistematik

Halaman 12
Inflasi Kredensial dan Masa Depan Universitas
Randall Collins
Saya talian J OURNAL OF S OCIOLOGY E ducation, 2, 2011
239
teori Teori kami, atau konsep kami tentang metode dan cara yang berbeda
dari membingkai subjek, adalah apa yang memberi kita alasan dalam hal ini
kami memesan satu set posisi gaji untuk orang-orang yang beroperasi di kita sendiri
jaringan wacana. Teori dan metodologi disiplin beroperasi sebagai
kerangka kerja untuk mempercayai kolega dan siswa kita sendiri. Teori
adalah ekspresi budaya dari guild cendekiawan. Orang bisa mengejar garis ini
argumen menjadi sosiologi pengetahuan atau sosiologi ide akademik,
menghubungkan perubahan teori dengan basis organisasi.
Jenis diferensiasi kedua terjadi dalam disiplin ilmu, yang mana
adalah mengatakan dalam departemen. AS telah berada di garis depan di sini
alasan organisasi. Tidak seperti universitas Jerman, Prancis, dan Inggris,
Universitas AS telah menciptakan seluruh departemen untuk spesialisasi daripada
kursi individual, dan kursi ganda yang diijinkan (mis. jabatan Profesor Penuh)
dalam departemen yang sama, sehingga mempromosikan spesialisasi di dalamnya
disiplin ilmu. Here again we have a circularly self-reinforcing process;
expansion in numbers of teachers within a department (or the prospects of
successfully making arguments to university administrators for such
positions) promotes differentiation of specialties; and the ethos of creating
new research specialties, by hybrids or other forms of research
entrepreneurship, keeps up the pressure to establish new teaching positions.
Intellectual substance and material considerations reinforce one another;
the competition for prestige among universities, and among departments
across universities, focusses attention on the departments that carry out
research in the prestigeful newer specialities; administrators, in turn,
encouraged by the idea (not always unrealistic) that greater prestige will
bring more funding (from increased numbers of students, more successful
alumni, and more grants and subventions), tend to go along where they can
with the forefront of research specializations.
There is more room for differentiation into research specialities by
doing empirical studies than by producing synthetic theories; this is one
reason why the huge US university system during the 20 th century became
the world leader in empirical research throughout the social sciences,
whereas the smaller European systems often have maintained some
eminence in the more theoretical areas. The growth of empirical research in
the US universities has had other causes as well: the distinctively American
pattern of funding by philanthropical foundations, by governments, earlier
in the century by religions, and sometimes by business and other
organizations seeking practical applications. But all these promoted the

Halaman 13
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
240
growth of massive empirical research because they played into an
organizational structure of disciplines based on university careers into
which the research dissertation was the credential of admission. Oleh
extension, with the development of internal ranks in professorial careers
(initially Assistant, Associate, and full Professor, modelled on the German
Privatdozent, Extraordinarius, and Ordinarius; now elaborate salary step
systems in highly bureaucratic universities like the University of
California), the emphasis has shifted to a lifetime of publishing. Again the
ideal and the material aspects of the process mesh; we are supposed to be
(and indeed many of us are) dedicated to making an endless succession of
discoveries which we want to publicize by publications; this is also
structurally demanded of us by the intermittent routine of reviews which
we impose on each other, making careers by “difference lists” based on our
CVs between last and current research publications. Kontemporer
Pressures What happens to this system of careers rewarded by specialized
research under conditions of economic strain within the entire credential-
producing system, ie the system of higher education as a whole?
Universities are under pressure to credential more students at lower cost;
they also face an ideological problem of convincing students, politicians,
and others who pay the bills, that the ideals of the system are meaningful
even though the strains of credential inflation are felt in daily practice.
Different levels of the credential-producing sector provide parts of the
machinery, and comprise parts of the cost, of minting credentials that are
used at other levels of the educational system. Research faculty at the
universities prefer to concentrate their energies, and derive their prestige
from, their research and the kind of teaching which is closest to it,
apprenticing graduate students to carry on their kinds of research. But only
some of their students will become full-scale productive researchers; bahkan
among the relatively successful, many of them will primarily teach
sarjana. The same division holds analytically within a particular
individual professor's allocation of work time; part is devoted to
shepherding undergraduates through the process that will get them job
credentials or intermediate credentials within the academic progression.
Whether the division occurs within a single professor's time or between
graduate and undergraduate-oriented specialists, the several areas of
credential production depend upon each other; as is well known in
academic budgeting, undergraduate enrollments are needed to support
graduate students; and indirectly research professors depend upon academic

Halaman 14
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
241
credentials having enough value on non-academic job markets (such as
those pursued by most undergraduates) in order for their own jobs to exist.
High level research professors like ourselves often identify only with the
intellectual parts of our disciplines; our main consideration of material
conditions is to issue righteous complaints about the level of support and
the intellectual unworthiness of our students. In reality, our research lives
depend upon large numbers of undergraduates being attracted to our field,
for whatever reasons, whether pure intellectual or not. Structurally it
doesn't matter whether students like sociology (or some other field)
because they are genuinely interested in its ideas and discoveries, or for
ideological attraction, or because they think it will give them a practical
skill, or just for the sake of an easy course to fill our requirements on the
way to a degree. Teaching non- intellectual students and indeed
undedicated or even alienated students is the price we pay for our material
infrastructure of life on the research frontier. The price can be paid by each
professor sharing the burden; or it can be done by farming it out to a lower
class of instructors. Structurally, either way will work; but the decision has
consequences for the ethos of a discipline, especially in an era when ideals
of many social science disciplines are democratic. Indeed, this may be an
especially hard problem (below, I will describe it as a latent conflict) within
sociology, precisely because the self-image of the generation of sociologists
now occupying top professorial positions is that of egalitarian social
reformers, and this disciplinary self-presentation is a major factor in
inducing students to join our field.
All this suggests another reason why the disciplinary organization of
departments is useful to professors working in specialized research fields
that do not attract many students. Because they all belong to a larger
department which receives funds as a unit, the more popular courses in
attracting students pay the way for the esoteric or elite specialties. Lebih kecil
specializations, including the various interdisciplinary mixtures which are
continually being constructed, are not usually viable inside the budgetary
economy of the university. And there is a strain on the individual level:
professors in small specialized departments find less opportunity to work in
their preferred area. Thus traditional departments usually end up surviving
even though frontier-area researchers like to complain about them.
My analysis has concentrated on the pattern in which popular demand
for credentials is met by allowing students to push through to higher and
higher amounts of education, making each level successively more

Halaman 15
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
242
massive. There is another way in which inflationary pressures can be met:
by restricting the numbers who get through each credential bottleneck. Ini
is done in some contemporary professions, eg by making state bar
examinations harder in order to limit the number of lawyers. Orang China
government examination of the Ming and Ch'ing dynasties responded to
massive increases in numbers of students for the most part by setting
smaller and smaller quotas of those passing exams; this was mitigated by
some adjustment over the centuries by adding more levels of exams, and
giving some social privileges to those who passed intermediate levels of
exams, even though they had not yet passed the very highest exam which
gave access to government appointment (Chaffee, 1985). Within American
universities, our current period of credential inflation has gone along with
several other kinds of inflation: grade inflation, admissions inflation
(students multiplying the number of schools to which they apply),
recommendation inflation (as increasingly glowing rhetoric is used to extol
the merits of students and job candidates), CV inflation (as academic job
candidates add more and more details to their resumés). Our prevailing
cultural ethos is for teachers to treat students sympathetically, to try to get
them through what they recognize as a competitive grind. The ethos of
democracy and equality fits with the structure of self-reinforcing inflation.
The opposite pattern, found in some other historical circumstances (and
more within some fields like premedical science courses than in the social
sciences) is to deal with massive competition by raising standards; here a
elitist or hierarchical cultural ethos goes along with a deflationary or at
least inflation-resisting dynamic. The alternatives fit the pattern which
Pareto proposed for political and economic cycles, alternating between
democracy-cum-inflationary-market-expansion, and authoritarianism-cum-
deflationary-economic-retrenchment.
What we mean by “pressures” on the academic system are a matter of
perspektif. If we are committed to continuing the ethos that prevailed
during the relatively smooth expansion of the research disciplines
throughout the middle 20 th century when the price of minting educational
credentials seemed reasonable to those concerned, then the readjustments
looming in a period when minting credentials is becoming to seem too
costly, look like intolerable pressures. But adjustments are not necessarily
crises; they are largely a matter of how big a proportion of the whole the
research-oriented faculty will be, and how privileged they are in their work
lives at the expense of teachers of non-intellectual students. Short of some

Halaman 16
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
243
truly apocalyptic crisis, it is not likely that research faculty will disappear,
but only will become fewer, and hence more aspiring professors (and
graduate students thinking of their careers) will have to face their reduced
chances for such a position.
The rub comes on the ideological level, in what cultural terms we define
to ourselves what we are doing as disciplines, and also define ourselves and
our student recruits to the outside world . This is a difficult ideological
problem; for many reasons, we lack the vocabulary to talk about it in a way
that we are willing to have overheard. The reasons are scattered through
what I have been arguing: our general unwillingness to see that the
educational system, and research careers within it, are based upon a
credentialling mechanism subject to inflationary pressures; our preference
for idealized ways of describing what universities do, and what the social
science disciplines (and others) do; our somewhat contradictory
legitimating rhetorics of high-tech and of educational democracy; dan
especially in the social sciences oriented towards liberal social reform, the
inability to talk about inequality inside our own ranks as something which
is structurally built into the very system of conducting research and
teaching about its discoveries. I make no claim to solve that ideological
problem here; all I am doing is sticking to my trade as research sociologist,
and trying to give the most realistic picture I can of the social dynamics of
higher education today.
It is an easy, and glib, rhetoric to declare that we are working for greater
equality. The structural realities work in the other direction. Mempertimbangkan
differentials in pay within departments. Well-known research professors get
paid more than teachers, even at schools which attract academically elite
students in admissions competitions. The prestige of a department depends
primarily on its biggest names, its research-based reputations; hence the
competition among the many upper-tier universities today drives up the
salaries of the star professors, and leaves proportionately less for the mass
of the routine teachers and the lesser-known researchers. Universities are
one of the few long-established sectors of late 20 th century economy where
oligopoly does not prevail, and concentration of market share has even
been decreasing. Financially, universities would be better off if there were a
more stable hierarchy of prestige among them, since the labor costs would
be lower for the same level of professorial prestige; hence the entire
credential-producing sector would be less costly. If universities were
merely profit-oriented enterprises, they would not be a good investment.

Halaman 17
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
244
But the credential-producing economy is a prestige economy, closer to the
structure of the potlatch than the Smithian market. We lack a good theory
of why competition among universities over prestigeous faculty goes up in
an era of rampant credential inflation.
This is one basis for the increasing split between the elite research
professors and everyone else, and the especially apparent growth of an
academic underclass of temporary employees at very low salaries. Ini
structural split is papered over on the ideological level by identification
through disciplinary membership. We are all sociologists (or economists or
psychologists), the hundred thousand dollar annual salaried research
professor and the acting instructor paid a few thousand dollars per course.
The ideological identification is strong too because the latter may well be
pupils of the former, or at least connected in a chain of teachers and pupils;
and because such low paid temporary positions may seem like another
extension of the genteel poverty of graduate student years before landing a
regular tenure track job. And the gap is papered over because we teach the
same things; indeed the academic underclass may teach the very research
produced by the elite professor. And since much of that research in a field
like sociology has a leftist slant both in theory and topic, the content of
what they think and lecture about makes them comrades in liberal reform or
radical emancipation at the same time that practical realities of their lives
puts one of them in the stock-market playing upper-middle class and the
other at the level of the working poor.
Is There a Crisis in Intellectual Quality? What effects do such pressures
have upon the intellectual contents of research disciplines? We have little in
the way of systematic empirical analysis here, which would call for
comparative studies of the quantity and quality of intellectual production
under various conditions of credential inflation and credential system cost.
What follows are crude estimates, guesses, and theoretical suggestions.
Credential inflation manifests itself in heightened pressure for publication,
all the more so because competition concentrates on a diminishing
proportion of tenure-track jobs. At the same time, the financial rewards for
the highest research reputations may also foster competition over the kind
of innovativeness which makes big reputations; it may well be the case that
the quality of intellectual work at the top level increases under these
kondisi. This example warns us against assuming that a situation of
crisis or difficulty within some levels of the academic community is
necessarily bad for other levels or aspects of the system.

Halaman 18
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
245
In some ways the increased pressure for publication throughout
academia has favored the social sciences vis-a-vis the humanities. Itu
same pressures exist inside the humanities, where scholars during the last
century have had to concentrate on more and more minutely detailed
materials within canonical literature and the conventional topics of history.
Publication pressures have been in part responsible for the shift towards
social history and literary theory. The latter is a good example of a
theoretical framework which legitimates a new subject matter. Beragam
movements which have gone under the names of “structuralism”,
“poststructuralism”, “deconstruction” or just “literary theory” have all
worked in the same way to legitimate humanistic scholars working on a
widened terrain, one which discerns text-like or semiotic features in all
areas of culture.The upsurge of these movements occured in the French
academic system during the time when it was undergoing the rapid
expansion of higher education in the 1960s, from a closed elite system to a
US-style mass system; the alienation of students and young degree-holders
of the late 1960s and the following decades was related to the shortage of
academic jobs resulting from a bulge of overproduction of high-level
degrees (on this period, see Bourdieu, 1988). This shift towards the study of
textuality tends to make the research field of the literary and aesthetic
disciplines coextensive with the topics of the social sciences. Itu
movement away from the canon of high-culture writers is not merely a
result of insurgent political/ideological movements (feminism, racial/ethnic
nationalisms, gay liberation) but a way of opening up fresh materials for
publikasi. This has been favorable to the social sciences, especially
anthropology and sociology, since sociological models and researches have
acquired a wider audience; and there has been fruitful cross-fertilization
especially in the area of the sociology of cultural production. Indeed, one
can say that the sociology of culture has been in a golden age, due to this
crisis-induced rearrangement of disciplinary definitions.
At the same time, there is an atmosphere of disillusionment, in part
reflecting the career difficulties in a severe competition over positions;
these difficulties have been especially acute in the French academic system,
where recent decades have seen massive unemployment and
underemployment of credentialled intellectuals. More generally, it has been
the case throughout world history of intellectual communities that when
there is a proliferation of schools and hence the formulation of a very large
number of intellectual positions, a skeptical epistemology becomes

Halaman 19
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
246
prominent. Given a cacophony of positions (what I have called a violation
of the upper limit of the law of small numbers, the number of teacher-pupil
networks can reproduce themselves coherently across the generations; Lihat
Collins, 1998, chapters 3 and 9) the argument becomes widely accepted
that apprehending truth is impossible. The periods of skepticism in ancient
Greek and in late medieval Christian philosophies occured under these
structural conditions; the skeptical strain in deconstructionism or
postmodernism fits the same pattern. We need not take this meta-skepticism
at face value. Under the umbrella of these forms of semiotic/textual theory,
a great deal of work has confidently gone on exploring the production,
historical valuation, and audience consumption of culture, work which is
not skeptical about its own projects. Epistemologies only frame the
intellectual field at a high level of aggregation; they are so to speak foreign
policy statements about the relations among disciplines (in this case,
denigrating the older, traditional, or safely funded fields as positivist, naive,
or illegitimately privileged), while inside the disciplinary boundary work
goes ahead which yields publications whose truth value is not questioned
by peers.
Let us return to the established core of the social sciences. Here, despite
various conditions of strain in the university base and movements of
ideological self-questioning, I would judge that intellectual advance has
been moderate to good. In the field I know best, sociology, there are a
number of research areas which in recent years have produced empirical
studies and theoretical formulations which are the high-water mark of those
fields; these fields include historical sociology, especially dealing with
state-building, state-breakdown and revolution, and global/world-system
proses; ethnographic and micro-sociological studies of street codes,
violence, and emotion; network analysis, and overlapping with it, a
burgeoning field of economic sociology which formulates an alternative to
idealized neo-classical economic conceptions of how markets operate; dan
as already mentioned, the sociology of culture. A good deal of sociology
also operates on the level of what Kuhn called “normal science”,
elaborating details within well- established paradigms. I am less able to
judge the proportion of cutting-edge or golden-age fields vis-a-vis normal
science in anthropology, psychology, economics, and political science; saya
impression is of a good deal of normal science in these disciplines, with hot
areas here and there as well. In a condition of credential inflation and hence
massive publication pressure, naturally the large majority of publications
 Halaman 20
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
247
will be relatively detailed and not attract attention outside of narrow sub-
specialties. But we judge a field by its best results, those which make the
biggest splash in the intellectual attention space, not by its average
publikasi; thus there may be a growing split in quality between top and
middle, without a sense that the field as a whole is doing badly
intellectually.
Pressures for Practicality There are two main ways that crisis pressures
of credential production can affect intellectual content. One, just reviewed,
is via the publication explosion; the second, which we now consider, is
increased pressure to be practical. This arises in part because researchers in
a cost-cutting university system seek sources of funding from clients
seeking practical payoffs; another source of emphasis on practicality can
come from the desire to convince students that a credential in a social
science does indeed carry practical work skills. The shift to practicality is
easier in some social sciences than others. Some social sciences, like
anthropology, have generally had a pure-knowledge appeal, although they
have had the advantage that some of their researches (eg in archeology)
have a considerable audience as popular entertainment. Others, like
sociology, have a practical side which is largely oriented towards “social
problems”, and therefore which have a strong politically partisan position
(on the ramifications of this point, see Turner & Turner, 1990).
Sociology's application is generally from the point of view of liberal
reformers or left radical social reconstructors; hence support for applied
sociology largely depends upon leftward political swings in the surrounding
society and partisan government patronage. It needs to be added, too, that
the contribution of liberal social science to applied problems is largely in
providing descriptions (eg documenting how much racial segregation
exists, gender discrimination, etc.); there is relatively little well-established
theory of what kinds of interventions produce what kinds of ameliorative
hasil. One can hire a team of sociologists, or economists, anthropologists,
etc. to show the extent of a social problem; but there is little they can
reliably offer as to what to do that will change that condition, based on
social science knowledge per se. Such social scientists, of course, are quite
willing to offer prescriptions, but these are usually identical with those of
liberal political programs, and meet with the same kind of political struggle
as any other political ideology. This is another way in which the politicized
character of social science limits its salability as practical skills. Ada
some other areas in which the social problem is not necessarily approached

Halaman 21
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
248
from a liberal side; criminology and criminal justice studies may take a
conservative or merely administrative stance. But here too the social
problem itself is framed by social interests and conflicts (see Black, 1993);
and thus actual interventions are strongly shaped by political partisanship.
There are yet other fields which blow in and out of favor depending on
political winds. In political science, security studies (ie the military aspect
of international relations) experienced a sharp drop in interest and funding
with the end of the Cold War; they have had to retrench towards other
problems of security (eg ethno-nationalist conflict, terrorism).
The social sciences which have had the easiest time in expanding their
applied offerings have been those which have big subfields operating below
the level of ideological controversy. These are psychology and economics,
the two fields which have done best in the competition for student
enrollments (Waller & Collins, 1994) when the cost crisis of credential
inflation first hit in the 1970s and 80s. Economics prospers by turning out
analyses for business, investment, and government; it has done especially
well with the investment boom of the 1990s and its call for detailed
economic information about particular sectors and firms. Credential
inflation for business careers, bringing about the proliferation of business-
school programs and the requirement of MBAs for higher level business
jobs, has been a major source of support for economists. Psychology has
prospered on a side that was once quite low on the totem pole of its
disciplinary subspecializations, counseling and clinical psychology.
Beginning in the 1970s, with the creation of credential programs leading
into professional licensing in clinical psychology, applied psychology has
boomed, making big inroads in the professional practice once controlled by
psychiatrists credentialled by medical degrees; alongside the strictly
licensed clinical psychologists, there have proliferated a variety of “soft”
credentialled psychologists offering various kinds of counseling and self-
help programs on a commercial market. Psychology and sociology, before
1970s, had approximately equal numbers of undergraduate students (Waller
& Collins, 1994). The former has boomed while the latter has not, above all
because psychologists have been able to sell a practical service directly to
individual customers in any part of the ideological spectrum; for example,
there are now conservative Christian psychologists, and many rightist
religious groups have adopted psychological group dynamics techniques. Di
contrast, sociologists generally have had to find institutional patronage on
the liberal philanthropic or welfare side.

Halaman 22
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
249
Even in the successful applied social sciences, there is a split between a
pure research oriented sector and the applied sector. Among economists,
there is a prestigeous elite which commands high salaries in the leading
economics departments and competes for Nobel Prizes, by formulating
esoteric mathematical theories remote from the mass of applied economists
tracking the performance of particular stocks. The split is especially severe
in psychology, where the professional association split in the 1980s, as the
applied/counseling psychologists became a majority, whereupon many of
the leading research-oriented experimental psychologists seceded to form
their own association. Such splits, where institutionalized or not, and
indeed whether publicized or ignored, exist in all the social sciences.
Kesimpulan
Inside each academic discipline is a highly differentiated community:
differentiated by specialties, and even more importantly, differentiated by
rank and resources. The top of the research elite does rather well under
current conditions of costly credential inflation production; they do well not
merely materially, but intellectually; in general, the research forefront of
the social sciences has been making at least normal progress, and some
subfields are experiencing golden ages. Di ujung lain dari
professoriate, there is a growing and increasingly beleaguered teaching
proletariat; the material conditions of their lives are poor, and the strains of
making their careers are severe. Not least of the severity is the uncertainty
about where they are heading in the career spectrum; most start out
struggling for tenure-track jobs, and they are produced in the same graduate
programs that include the privileged ones who will follow the normally
defined career of academic promotion through publication. Between the top
and bottom is a middle mass, where strains are probably increasing because
of the publication inflation which goes along with increased competition
over a declining proportion of research/teaching jobs. Proposals for greater
accountability or even abolition of tenure strike mainly at this middle mass.
It is entirely possible for the intellectual condition of the system,
determined by what is done by the research elite, to be flourishing, while
there is pressure, alienation, and misery at the levels below.
Will there be a revolt of the professorial proletariat? Framing the issue
in those terms makes it seem at least hypothetically possible. Theory of

Halaman 23
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
250
social conflict, on the other hand, suggests that it is not very likely.
Mobilization of an unprivileged stratum depends upon formulation of a
self-consciousness ideology of group identity, and upon organizational
conditions for mobilization; such conflict would be further complicated by
the existence of middle strata in the academic hierarchy, who have their
own latent interests (and even more cross-pressures regarding their
identity). Theory of revolution now indicates that mobilization at the
bottom alone does not change a system of power; such changes start with
breakdown at the top, and struggle among competing elites over how to fix
saya t. All this is very remote from conditions of academic life today. We still
define ourselves primarily in terms of the intellectual content of our
disciplines, and this gives enormous implicit power to the research elite.
The strains which are palpable today for many scholars lower in the
hierarchy seem likely to remain merely localized, personal troubles. Saya t
seems likely there will be little overt resistence as our disciplines become
much more severely stratified.
Acknowledgement : Thanks to Stanford University Press for granted permission to
publish this chapter.
Referensi
Bills, D. (2000). Credentials, Skills, and Jobs: Human Capital, Credentialism, and
Various
Points in Between , personal communication.
Black, D. (1993). The Social Structure of Right and Wrong . San Diego: Academic
Press.
Bourdieu, P. (1988). Homo Academicus . Stanford: Stanford University Press.
Brown, DK (1995). Degrees of Control. A Sociology of Educational Expansion and
Occupational Credentialism . New York: Columbia Teachers College Press.
Brown, DK (2001). The Social Sources of Educational Credentialism: Status Culture,
Labor Markets, and Organizations. Sociology of Education, 74 , 19-34.
Chaffee, JW (1985). The Thorny Gates of Learning in Sung China . Cambridge:
Cambridge
Press Universitas.
Collins, R. (1979). The Credential Society: An Historical Sociology of Education and
Stratification. New York: Academic Press.
Collins, R. (1981). Crises and Declines in Credential Systems, in R. Collins
(ed.). Sosiologi

Halaman 24
Credential Inflation and the Future of Universities
Randall Collins
I TALIAN J OURNAL OF S OCIOLOGY OF E DUCATION , 2, 2011
251
since Mid-century: Essays in Theory Cumulation . New York, Academic Press.
Collins, R. (1998). The Sociology of Philosophies: A Global Theory of Intellectual
Change .
Cambridge: Harvard University Press.
Collins, R. (2000). Comparative and historical patterns of education, in MT Hallinan
(ed.).
Handbook of the Sociology of Education (pp. 213-239). New York: Kluwer
Academic/Plenum Publishers.
Dore, RP (1976). The diploma disease: education, qualification, and development .
Berkeley, University of California Press.
Jencks, C. & Riesman, D. (1968). The Academic Revolution . New York: Doubleday.
Meyer, JW & Rowan, B. (1977). Institutionalized Organizations: Formal Structure as
Myth
and Ceremony. American Sociological Review, 83 , 340-363.
Ramirez, F. & Boli-Bennett J. (1982). Global patterns of educational
institutionalization, in
P. Altbach (ed.). Comparative Education. New York: Macmillan.
Spence, AM (1974). Market Signallying: Informational Transfer in Hiring and
Related
Screening Process . Cambridge: Harvard University Press.
Turner, SP & Turner, JH (1990). The impossible science: an institutional analysis of
American sociology. Newbury Park, Calif.: Sage Publications.
Waller, DV & Collins, R. (1994). Did Social Science Break Down in the 1970s ?, in J.
Hage (ed.). Formal Theory in Sociology: Opportunity or Pitfall ? (pp. 15-40). Albany:
State University of New York Press.